3 Infeksi cacingan erat kaitannya dengan kebersihan
pribadi serta lingkungan. Pencemaran tanah oleh telur 1. Mengapa dilakukan penyuluhan dan pengobatan cacing mengakibatkan tingginya penularan ke manusia. kecacingan? Tangan atau kuku anak yang tercemar telur cacing yang Penyebaran cacing salah satu penyebabnya adalah berasal dari tanah dapat masuk ke mulut bersama kebersihan perorangan yang masih buruk. Dan dapat makanan. A. lumbricoides dan T. trichiura termasuk menular diantara murid sekolah yang sering kelompok soil transmitted helminth,8 sedangkan O. berpegangan tangan sewaktu bermain. Sampai saat ini vermicularis penularannya berhubungan dengan higiene penyakit cacingan masih merupakan masalah kesehatan perorangan dan penggunaan barang sehari-hari seperti masyarakat di Indonesia, terutama daerah pedesaan. sprei dan pakaian.9,10 Pencegahan infeksi berulang sangat penting dengan Tingginya prevalensi cacingan memerlukan upaya membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat seperti pencegahan agar anak-anak terhindar dari infeksi cacing. menghindari kontak dengan tanah yang kemungkinan Salah satu pihak yang erat terkait dalam upaya terkontaminasi feses manusia, cuci tangan dengan pencegahan ini adalah guru SD yang sehari-hari sabun dan air sebelum memegang makanan, lindungi memberikan pendidikan untuk murid sekolah. Oleh makanan dari tanah dan cuci atau panaskan makanan karena itu, guru SD perlu diberikan pengetahuan yang jatuh kelantai. Beberapa peneliti ternyata mengenai pencegahan cacingan agar dapat menunjukkan bahwa usia sekolah merupakan golongan menyampaikannya kepada murid sekolah. Pengetahuan yang sering terkena infeksi cacingan karena sering tersebut dapat diberikan dalam bentuk penyuluhan berhubungan dengan tanah (Depkes RI, 2009). kesehatan. Penyakit kecacingan sangat menganggu tumbuh Upaya pemerintah dalam rangka pemberantasan kembang anak. Sehingga sangat penting untuk kecacingan adalah dikeluarkannya Keputusan Menteri mengenali dan mencegah penyakit cacing pada anak Kesehatan Republik Indonesia nomor 424 tentang sejak dini. Gangguan yang ditimbulkan mulai dari yang Pedoman Pengendalian Cacingan yang bertujuan untuk ringan tanpa gejala hingga sampai yang berat bahkan menurunkan prevalensi dan intensitas Penyakit sampai mengancam jiwa. Secara umum gangguan Cacingan sehingga dapat menunjang peningkatan mutu nutrisi atau anemia dapat terjadi pada penderita. Hal ini sumber daya manusia, guna mewujudkan manusia secara tidak langsung akan mengakibatkan gangguan Indonesia yang sehat. Dasar utama untuk pengendalian kecerdasan pada anak. Cacingan adalah memutuskan mata rantai lingkaran Penyuluhan merupakan upaya untuk hidup cacing yang dapat dilakukan pada tingkat cacing meningkatkan pengetahuan peserta akan cacingan. dalam tubuh manusia, lingkungan fisik, lingkungan sosial ekonomi dan budaya. (Departemen Kesehatan, 2006). Sasaran program ini diantaranya adalah murid SD dimana kelompok tersebut mudah dijangkau melalui 2. Mengapa penyuluhan dan pengobatan kecacingan organisasi sekolah melalui Usaha Kesehatan Sekolah dilakukan terhadap anak-anak sekolah dasar? Mengapa (UKS) (Departemen Kesehatan, 2006). mengikutsertakan orangtua? UKS adalah wadah untuk meningkatkan Sekitar 60 persen orang Indonesia mengalami kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta infeksi cacing. Kelompok umur terbanyak adalah pada didik sedini mungkin (Ananto, 2006 dalam Efendi dan usia 5-14 stahun. Angka prevalensi sekitar 60 persen, 21 Makhfudli, 2009). Untuk tingkat sekolah dasar usaha persen di antaranya menyerang anak usia SD dan kesehatan sekolah diprioritaskan pada Kelas I, III dan rata-rata kandungan cacing per orang enam ekor. Data Kelas VI dengan alasan bahwa, kelas I merupakan fase tersebut diperoleh melalui survei dan penelitian yang penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan dilakukan di beberapa provinsi pada tahun 2006. lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan kontak Cacingan merupakan salah satu penyakit yang dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar karena menjadi masalah kesehatan di dunia. Data WHO pada ketidaktahuan dan ketidak mengertiannya tentang tahun 2002 menunjukkan bahwa sekitar 2 miliar orang kesehatan. Disamping itu kelas I adalah saat yang baik di dunia terinfeksi cacing, 300 juta orang menderita untuk diberikan imunisasi ulangan. Pada kelas I ini penyakit berat akibat infeksi cacing, dan 50% dari dilakukan penjaringan untuk mendeteksi kemungkinan penderita ini merupakan anak usia sekolah.1 Di adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga Indonesia prevalensi cacingan masih tinggi, mencapai mempermudah pengawasan untuk jenjang berikutnya. 60-90%, tergantung dari lokasi dan sanitasi lingkungan.2 Pelaksanaan program UKS pada kelas III bertujuan untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS di kelas I dahulu dan langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan 3. Bagaimana peran dan kerjasama antara puskesmas dan dalam program pembinaan usaha kesehatan sekolah. UKS dalam usaha pengobatan kecacingan? Kelas VI, dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik kejenjang pendidikan selanjutnya, Metode ini menyerupai metode sedimentasi. sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan Metode ini digunakan untuk menemukan telur cacing kesehatan yang cukup (Effendi, 1998). nematoda, 26 trematoda, cestoda dan amoeba di dalam tinja (Rusmatini, 2009).
d. Metode Selotip (cellotape methode)
4. Bagaimana pemeriksaan tinja untuk skrining akariasis, trikuriasis, dan infeksi cacing tambang? Metode ini digunakan untuk identifikasi cacing E. vermicularis. Pemeriksaan dilakukan pada pagi hari Pemeriksaan makroskopis dilakukan untuk menilai sebelum anak berkontak dengan air dan usia anak yang warna, konsistensi, jumlah, bentuk, bau dan diperiksa berkisar 1-10 tahun. Metode ini ada-tidaknya mukus. Pada pemeriksaan ini juga dinilai menggunakkan plester plastik yang bening dan tipis dan ada tidaknya gumpalan darah yang tersembunyi, lemak, dipotong dengan ukuran 2 x 1,5 cm. Plester plastik lalu serat daging, empedu, sel darah putih dan gula. ditempelkan pada lubang anus dan ditekan dengan Sedangkan, pemeriksaan mikroskopis bertujuan untuk ujung jari. Hasil diplester kemudian ditempelkan ke memeriksa parasit dan telur cacing (Swierczynski, 2010). objek glass dan dilihat dibawah mikroskop untuk Pemeriksaan feses terdiri dari pemeriksaan mikroskopik melihat telur cacing (Rusmatini, 2009; Swierczynski, dan makroskopik. Pemeriksaan mikroskopis terdiri dari 2010). dua pemeriksaan yaitu pemeriksaan kualitatif dan kuantiatif. Pemeriksaan kualitatif dapat dilakukan e. Metode Konsentrasi dengan berbagai cara seperti pemeriksaan secara natif Metode ini sangat praktis dan sederhana. Prosedur (direct slide), pemeriksaan dengan metode apung, pemeriksaan ini yaitu 1 gr tinja dimasukkkan kedalam modifikasi merthiolat iodine formaldehyde, metode tabung reaksi lalu tambahkan akuadest dan diaduk selotip, metode konsentrasi, teknik sediaan tebal dan sampai homogen. Masukkan ke tabung sentrifusi dan metode sedimentasi formol ether (ritchie). Pemeriksaan sentrifusi dengan kecepatan 3000 rpm selama 1 menit. kuantitatif dikenal dengan dua metode yaitu metode Larutan dibuang, sedimennya diambil dengan stoll dan metode kato katz (Rusmatini, 2009). 25 menggunakkan pipet pasteur lalu diletakkan di atas kaca Adapun tekhnik pemeriksaannya mikroskopik objek kemudian ditutup dengan cover glass dan dilihat sebagai berikut: di bawah di mikroskop. Pemeriksaan ini 27 dapat dilakukan sampai 2-3 kali (Rusmatini, 2009; Tiemey, 1. Pemeriksaan Kualitatif 2002). a. Pemeriksaan secara natif (direct slide) f. Teknik Sediaan Tebal (teknik kato) Metode pemeriksaan ini sangat baik digunakan Teknik ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan untuk infeksi berat tetapi pada infeksi ringan telur-telur tinja secara massal karena pemeriksaan ini lebih cacing sulit ditemukan. Prinsip dari pemeriksaan ini sederhana dan murah. Morfologi telur cacing cukup dilakukan mencampurkan feses dengan 1-2 tetes NaCl jelas untuk membuat diagnosa (Swierczynski, 2010). fisiologis 0,9% atau eosin 2% lalu diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Penggunaan eosin g. Metode Sedimentasi Formol Ether (ritchie) 2% digunakan untuk agar lebih jelas membedakan Metode ini cocok untuk pemeriksaan tinja yang telur-telur cacing dengan kotoran sekitarnya (Rusmatini, telah diambil beberapa hari sebelumnya, misalnya 2009 ; Swierczynski, 2010). kiriman dari daerah yang jauh dan tidak memiliki sarana b. Pemeriksaan dengan Metode Apung (floatation laboratorium (Timey, 2002). Prinsip dari metode ini methode) adalah gaya sentrifugal dapat memisahkan supernatan dan suspensi sehingga telur cacing dapat terendapkan. Prinsip kerja dari metode ini berat jenis (BJ) Metode sedimentasi kurang efisien dalam mencari telur-telur yang lebih ringan daripada BJ larutan yang macam telur cacing bila dibandingkan dengan metode digunakan sehingga telur-telur terapung dipermukaan flotasi (Rusmatini, 2009). dan digunakan untuk memisahkan partikel-partikel besar yang ada dalam tinja. Pemeriksaan dengan metode ini menggunakan larutan NaCl jenuh atau 2. Pemeriksaan kuantitatif larutan gula atau larutan gula jenuh yang didasarkan atas berat jenis telur sehingga telur akan mengapung a. Metode Stoll dan mudah diamati (Tierney, 2002). Pemeriksaan ini menggunakan NaOH 0,1 N sebagai c. Modifikasi Metode Merthiolat Iodine Formaldehyde pelarut tinja. Cara ini cocok untuk pemeriksaan infeksi (MIF) berat dan sedang (Rusmatini, 2009; Tiemey, 2002). Pemeriksaan ini kurang baik untuk infeksi ringan (Rusmatini, 2009). 28 b. Metode Katokatz 6. Mengapa pengobatan kecacingan dilakukan setiap 6 bulan? Pemeriksaan dilakukan dengan menghitung jumlah telur cacing yang terdapat dalam feses yang dikeluarkan Distribusi penyakit secara luas di negara tropis dan seseorang dalam sehari. Pemeriksaan ini untuk STH. subtropis dimana pembuangan tinja manusia yang tidak Jumlah telur yang didapat kemudian dicocokkan dengan saniter, dimana keadaan tanah, keadaan suhu dan skala pembagian berat ringannya penyakit kecacingan kelembaban yang mendukung hidupnya larva infektif. yang diderita (Tierney et al,2002). Dapat juga ditemukan di lingkungan areal pertambangan. Cara Distribusi Parasit Pencernaan .... (Lukman, et. al) penularannya, telur dalam tinja yang di 5. Mengapa tingginya angka kejadian askariasis, trikuriasis, deposit dalam tanah dan menetas di tanah dalam dan infeksi cacing tambang? (mengapa bisa terjadi) kondisi yang sesuai, yaitu udara yang lembab, suhu dan tipe tanah yang sesuai, larva berkembang menjadi Lingkungan hidup menurut Undang-Undang nomor stadium 3 menjadi infektip dalam 7-1 0 hari (". 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, Ascaris lumhricoides atau cacing gelang merupakan keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya cacing yang ukurannya paling panjang diantara manusia beserta perilakunya yang mempengaruhi nematoda usus yang lain. Habitatnya melayang dalam kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan lumen usus, mengabsorbsi zat makanan berupa manusia serta makhluk hidup lainnya. Bila ditinjau lebih karbohidrat dan menyerap berbagai zat vitamin yang lanjut mengenai.Undang-Undang tersebut, maka ada dalam makanan yang dikonsumsi sehingga terjadi manusia dengan lingkungan sebenarnya tidak dapat malnutrisi. Cacing dewasa mampu hidup dalam hospes dipisahkan. Keadaan sanitasi yang belum memadai, selama kurang dari 1 tahun. Cacing betina bertelur keadaan sosial ekonomi yang masih rendah didukung antara 100.000-200.000 butir per hari. Telur yang oleh iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan dikeluarkan melalui tinja pada tanah dengan perkembangan cacing merupakan beberapa faktor kelembaban tinggi dan suhu antara 25"-30°C akan penyebab tingginya prevalensi infeksi cacing usus yang berkembang dengan sangat baik, menjadi telur infektif. ditularkan di Indonesia (Zulkoni, 2011). Telur infektif tersebut tidak menetas dalan~ tanah namun lnampu bertahan di tanah selama 6 bulan Ada 3 jenis cacing yang terpenting adalah cacing sampai beberapa tahun (". gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan Trichuris trichiura atau cacing cambuklwhipworm cacing cambuk (Trichuris trichura) (WHO, 2014). Ascaris merupakan cacing yang bersifat kosmopolit, terutama lumbricoides merupakan helmintiasis yang paling sering ditemukan pada daerah panas dan lembab, seperti di menyerang anak-anak, cacing ini telah menyebabkan Indonesia. Pada pemeriksaan tinja di SDN Miawa lebih dari satu milyar kasus kecacingan di seluruh dunia. ditemukan 2 orang (2,11%) yang terinfeksi cacing Angka kejadian infeksi Ascaris lumbricoides di Indonesia cambuk. Namun karena cacing ini sifatnya mengisap sebesar 70 ± 80%, keadaan ini menyebabkan penyakit darah walaupun sangat sedikit (0,002 mllhari per cacing) ascariasis menjadi penting dan hingga saat ini masih maka prevalensinya patut mendapat perhatian. Pada merupakan masalah dibidang ilmu kesehatan anak dan infeksi berat dapat menimbulkan prolapsus rekti. Infeksi kesehatan masyarakat. Penyakit cacingan merupakan berat cacing cambuk sering disertai dengan infeksi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan biasanya cacing ditularkan melalui tangan yang kotor, kuku tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama panjang dan kotor menyebabkan telur cacing terselip. sekali tanpa gej ala ".
Di antara penyebab cacingan, Ascaris lumbricoides
dan Trichuris trichiura merupakan penyebab infeksi usus Secara patofisiologi, cacing dewasa tidak tersering.3 Ismid4,5 melaporkan prevalensi askariasis bertambah banyak di dalam tubuh manusia.14,15 dan trikuriasis pada murid sekolah dasar (SD) di Jakarta Infeksi A. lumbricoides dan T. trichiura menyebar Pusat adalah 66,7% dan 61,1%.4,5 Selain kedua cacing melalui transmisi fecal-oral yang dimediasi oleh tersebut, juga terdapat Oxyuris vermicularis yang lingkungan yaitu melalui konsumsi telur/larva yang prevalensinya mencapai 34,1% di beberapa daerah di JHECDs Vol. 3, No. 1, Juni 2017 19 mengkontaminasi Pulau Jawa.6 Prevalensi cacingan di Indonesia, tanah. Sedangkan infeksi cacing Hookworm menyebar khususnya pada anak-anak tergolong tinggi karena melalui fase larva yang menetas dari telur yang telah sanitasi lingkungan tempat tinggal yang kurang baik berinkubasi di dalam tanah dan menembus kulit.12,16 terutama di daerah pedesaan atau perkotaan yang Berdasarkan sifat dan siklus hidup STH, maka tidak bisa kumuh.7 diabaikan adanya kemungkinan terjadinya reinfeksi kecacingan meskipun penderita telah mengkonsumsi obat cacing Albendazole pada pengobatan massal filariasis 4 bulan sebelumnya. Hasil penelitian yang sama 30% dilakukan pengobatan massal yang dilakukan ditemukan di Equador bahwa 46 orang (49,2%) sebanyak 2 kali setahun. Untuk prevalensi yang di ditemukan positif menderita kecacingan setelah 1 bulan bawah 30%, pengobatan dilakukan secara selektif yaitu sebelumnya mendapatkan dan mengkonsumsi obat bagi subyek yang positif tinjanya mengandung telur pencegahan kecacingan.13 cacing, dan dilakukan di sarana kesehatan saat datang berobat, akan tetapi menurut WHO 2006, untuk Setiap jenis penyebab kecacingan mempunyai drug daerah-daerah dengan tingkat infeksi yang tinggi dapat of choice yang berbeda. Askariasis dapat diobati dengan dilaksanakan setiap 3 kali setahun yaitu 4 bulan bermacam-macam obat seperti Piperasin, Pirantel sekali.19,20 Hasil penelitian bahwa pengobatan pamoate 10mg/kg BB, dosis tunggal Mebendazol 500mg, kecacingan yang rutin dilaksanakan 3 sampai 6 bulan akan tetapi yang umum digunakan yaitu atau sekali hanya sedikit atau tidak berpengaruh pada berat Albendazol 400mg. Trikuriasis cenderung sulit badan.19 Sebuah hasil penelitian di Vietnam dimana diberantas karena habitatnya yang membenamkan pemberian obat cacing 2 kali setahun berhasil bagian anterior tubuhnya di mukosa usus. Maka selain menurunkan prevalensi STH dari 83,7% menjadi 13,9% dengan dosis tunggal Albendazol 400mg, dapat dalam kurun waktu 72 bulan/3 tahun.21 menggunakan Mebendazol 100mg 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut. Oksantel-pirantel pamoat dapat digunakan untuk infeksi campuran Ascaris dan Trichuris. 7. Mengapa kejadian kecacingan masih tinggi padahal Pengobatan Enterobiasis diberikan pada seluruh sudah dilakukan pengobatan setiap 6 bulan? anggota keluarga dengan obat Piperazin, Pirantel pamoat, Pyrvinium pamoat, atau mebendazole yang lebih efektif terhadap semua stadium perkembangan cacing kremi. Sedangkan pada Hookworm dapat 8. Mengapa faktor geografis adanya sungai kecil dekat diberikan Pirantel pamoat 10mg/kg BB selama beberapa pemukiman, kelembaban tanah, dan perilaku hari berturut-turut. Efektif dengan menggunakan masyarakat MCK di sungai bisa membuat suatu daerah Mebendazole, Albendazole, Flubendazole atau Alcopara endemik penyakit kecacingan? (Bephinium).17,18
Pada Hymenolepiasis diperlukan pengobatan yang
9. Bagaimana hubungan penyakit kecacingan dengan lama, karena tidak semua cacing dapat dikeluarkan dan kebiasaan kontak dengan tanah? sisteserkoid masih ada dalam mukosa usus. Pengobatan menggunakan Prazikuantel, Niklosamid, atau Manusia merupakan hospes definitif beberapa Amodiakuin, dan Paromycin sebagai alternatif. Drug of nematoda usus (cacing perut) yang ditularkan melalui choice atau pilihan obat adalah Quinacrine tanah (soil transmitted helminths) diantaranya cacing hydrochloride (Atabrin), selain 4-aminokuinolin gelang (Ascaris Lumricoides), cacing tambang (Camoquin), Diklorofen, dan Niklosamid (Yomesan). (Ancylostoma duodenale, Necator Americamus) dan Sebaiknya dievaluasi 2-3 bulan setelah cacing cambuk (Trichuris trichiura).(Departemen pengobatan.17,18 Pengobatan massal filariasis Kesehatan, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi menggunakan DEC yang disertai dengan Albendazole kecacingan adalah kebersihan lingkungan, kebersihan 400mg. Albendazole cukup efektif pada Askariasis, pribadi, penyediaan air bersih, kebersihan lantai rumah, Trikuriasis, Enterobiasis, dan Hookworm. Pada kasus penggunan jamban sehat, serta kebersihan makanan kecacingan yang berat diperlukan pengobatan selama (Departemen Kesehatan, 2006). beberapa hari, terutama untuk kasus berat Hookworm dan Trikuriasis. Kasus Enterobiasis sebaiknya diberikan pengobatan pada seluruh penghuni suatu rumah 10. Bagaimana gejala dan tanda anak mengalami meskipun diketahui hanya ditemukan 1 orang penderita. kecacingan? Pada Himenolepiasis diperlukan jenis obat yang berbeda (Praziquantel), sehingga pemberian Albendazole jelas tidak efektif. 11. Bagaimana akibat penyakit kecacingan terhadap tubuh? Pembagian obat baik untuk pengobatan maupun Infeksi cacing usus berpengaruh terhadap pencegahan kecacingan hendaknya rutin dilaksanakan 1 pemasukan, pencernaan, penyerapan, serta kali setahun pada daerah dengan prevalensi kecacingan metabolisme makanan, yang dapat berakibat hilangnya 20% dan 2 kali setahun atau setiap 6 bulan sekali pada protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan darah dalam daerah dengan prevalensi > 50%.19 Di Indonesia sesuai jumlah yang besar. Juga dapat menimbulkan ganguan dengan Keputusan Menteri Kesehatan, No. respon imun, menurunnya plasma insulin like growth 424/Menkes/SK/VI/2006 tentang Pedoman factor (IGF)-1, kadar serum tumor necrosis factor a (TNF) Pengendalian Cacingan untuk pengobatan massal meningkat, konsentrasi rerata hemoglobin rendah, kecacingan, adalah jika prevalensi suatu daerah di atas sintesis kolagen menurun. Disamping itu, juga menimbulkan berbagai gejala penyakit seperti anemi, khususnya di area yang terdapat banyak kotoran hewan diare, sindroma disentri dan defisiensi besi. 3,14,26,26 seperti peternakan atau jalanan. Bakteri tetanus biasanya masuk ke dalam tubuh melalui luka atau Sehingga anak penderita infeksi cacing usus goresan. Karena itu, risiko terpapar bakteri tetanus merupakan kelompok resiko tinggi untuk mengalami sangat besar terutama pada anak-anak yang gemar malnutrisi. Respon tubuh terhadap infeksi cacing usus bermain di luar rumah. sangat bervariasi sehingga menimbulkan berbagai jenis gejala klinis. Bila akibat infeksi yang terjadi berat, Bakteri Clostridium tetani tumbuh lebih cepat di misalnya malnutrisi maka gangguan pertumbuhan akan area yang kekurangan oksigen. Nah, jadi semakin dalam terjadi namun bila akibat yang ditimbulkannya ringan dan semakin sempit lukanya, akan semakin sedikit tidak terjadi gangguan pertumbuhan. oksigen yang berada di sekitarnya, dan kemungkinan terjadinya tetanus semakin besar. Gejala tetanus muncul perlahan dan dapat semakin buruk seiring 12. Mengapa dilakukan pemberian imunisasi TT? dengan waktu. Gejalanya bisa muncul setelah beberapa hari mengalami luka, bahkan beberapa bulan. Pada Dalam program imunisasi dasar yang dicanangkan sebagian besar kasus, gejala tetanus muncul dalam pemerintah, anak sejak baru lahir disarankan sudah waktu 14 hari. mendapatkan vaksin. Tujuannya agar sesegera mungkin kekebalan anak bisa terbentuk sehingga bisa Gejala tetanus ditandai dengan sakit kepala, sulit menghindari penyakit-penyakit berbahaya. Contoh membuka mulut dan menelan, serta kaku pada leher, penyakit yang menjadi sasaran dalam program imunisasi punggung atau bahu. Selain itu, tetanus dapat dasar ini yaitu difteri, pertusis, campak, polio, mencetuskan rasa sakit kronis pada otot-otot yang tuberkulosis, hepatitis B, dan tetanus. Hanya saja dalam mengejang di leher, lengan, kaki, serta perut. Jika kejang program vaksin-vaksin tersebut tidak diberikan sekali berlangsung terus-menerus dan semakin memburuk, saja saat bayi. Ketika anak masuk usia sekolah dasar (SD) maka bisa membuat tulang patah termasuk tulang ada vaksin lanjutan yang harus diberikan lagi. punggung. Tetanus juga dapat menimbulkan masalah Dr dr Seodjatmiko, SpA (K), MSi, dari Satgas pada tekanan darah dan detak jantung, bahkan Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) berujung mematikan apabila racun sudah menyebar. mengatakan hal tersebut dilakukan untuk memberikan Hingga saat ini, belum ada tes laboratorium khusus efek perlindungan yang lebih lengkap. Vaksin yang untuk memastikan seseorang terkena tetanus. Dokter diberikan saat bayi kemungkinan besar saat efeknya biasanya hanya mengandalkan dari gejala-gejala dan sudah berkurang. "Di sekolah perlu dilanjutkan lagi riwayat kesehatan sebelumnya. Di sekolah, semua anak imunisasi, karena imunisasi di balita kekebalannya SD dan setingkatnya (kelas 2 dan 3) akan mendapatkan sudah menurun hampir habis. Harus diperkuat dengan imunisasi tetanus toksoid. Pemberian imunisasi ini imunisasi lanjutan yaitu DT, Td, dan campak pada kelas akan memberikan perlindungan selama 25 tahun 1, kelas 2, dan kelas 3," kata dr Soedjatmiko dalam sesi terhadap infeksi tetanus. Live Chat yang digelar detikHealth, Kamis (28/7/2016). Apabila pemberian vaksin lanjutan anak terlambat dari yang telah dijadwalkan, dr Soedjatmiko 15. Bagaimana bahaya penyakit tetanus? mengatakan maka kekebalan anak akan menurun dan rentan kena penyakit terkait. Meski misalnya sudah bertahun-tahun telat tidak mengapa diberikan vaksin 16. Apakah ada hubungannya penyakit kecacingan dengan lanjutan daripada tidak sama sekali. "Bila belum penyakit tetanus? diimunisasi maka kekebalan terhadap penyakit-penyakit berbahaya tersebut belum ada pada anak tersebut. Maka, walaupun sudah lewat, lanjutkan dengan 17. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap penyakit imunisasi yang belum diberikan," kata dr Soedjatmiko. tetanus?
13. Mengapa dilakukan terhadap anak-anak sekolah dasar?
14. Mengapa penyakit tetanus bisa terjadi?
Tetanus merupakan salah satu penyakit menular
yang disebabkan oleh tetanospasmin, sejenis neurotoksin yang diproduksi bakteri Clostridium tetani. Clostridium tetani adalah bakteri yang sensitif terhadap suhu panas dan mumnya hidup di kotoran dan tanah,