Anda di halaman 1dari 6

TUTORIAL 3.5.

3 Infeksi cacingan erat kaitannya dengan kebersihan


pribadi serta lingkungan. Pencemaran tanah oleh telur
1. Mengapa dilakukan penyuluhan dan pengobatan
cacing mengakibatkan tingginya penularan ke manusia.
kecacingan?
Tangan atau kuku anak yang tercemar telur cacing yang
Penyebaran cacing salah satu penyebabnya adalah berasal dari tanah dapat masuk ke mulut bersama
kebersihan perorangan yang masih buruk. Dan dapat makanan. A. lumbricoides dan T. trichiura termasuk
menular diantara murid sekolah yang sering kelompok soil transmitted helminth,8 sedangkan O.
berpegangan tangan sewaktu bermain. Sampai saat ini vermicularis penularannya berhubungan dengan higiene
penyakit cacingan masih merupakan masalah kesehatan perorangan dan penggunaan barang sehari-hari seperti
masyarakat di Indonesia, terutama daerah pedesaan. sprei dan pakaian.9,10
Pencegahan infeksi berulang sangat penting dengan
Tingginya prevalensi cacingan memerlukan upaya
membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat seperti
pencegahan agar anak-anak terhindar dari infeksi cacing.
menghindari kontak dengan tanah yang kemungkinan
Salah satu pihak yang erat terkait dalam upaya
terkontaminasi feses manusia, cuci tangan dengan
pencegahan ini adalah guru SD yang sehari-hari
sabun dan air sebelum memegang makanan, lindungi
memberikan pendidikan untuk murid sekolah. Oleh
makanan dari tanah dan cuci atau panaskan makanan
karena itu, guru SD perlu diberikan pengetahuan
yang jatuh kelantai. Beberapa peneliti ternyata
mengenai pencegahan cacingan agar dapat
menunjukkan bahwa usia sekolah merupakan golongan
menyampaikannya kepada murid sekolah. Pengetahuan
yang sering terkena infeksi cacingan karena sering
tersebut dapat diberikan dalam bentuk penyuluhan
berhubungan dengan tanah (Depkes RI, 2009).
kesehatan.
Penyakit kecacingan sangat menganggu tumbuh
Upaya pemerintah dalam rangka pemberantasan
kembang anak. Sehingga sangat penting untuk
kecacingan adalah dikeluarkannya Keputusan Menteri
mengenali dan mencegah penyakit cacing pada anak
Kesehatan Republik Indonesia nomor 424 tentang
sejak dini. Gangguan yang ditimbulkan mulai dari yang
Pedoman Pengendalian Cacingan yang bertujuan untuk
ringan tanpa gejala hingga sampai yang berat bahkan
menurunkan prevalensi dan intensitas Penyakit
sampai mengancam jiwa. Secara umum gangguan
Cacingan sehingga dapat menunjang peningkatan mutu
nutrisi atau anemia dapat terjadi pada penderita. Hal ini
sumber daya manusia, guna mewujudkan manusia
secara tidak langsung akan mengakibatkan gangguan
Indonesia yang sehat. Dasar utama untuk pengendalian
kecerdasan pada anak.
Cacingan adalah memutuskan mata rantai lingkaran
Penyuluhan merupakan upaya untuk hidup cacing yang dapat dilakukan pada tingkat cacing
meningkatkan pengetahuan peserta akan cacingan. dalam tubuh manusia, lingkungan fisik, lingkungan sosial
ekonomi dan budaya. (Departemen Kesehatan, 2006).
Sasaran program ini diantaranya adalah murid SD
dimana kelompok tersebut mudah dijangkau melalui
2. Mengapa penyuluhan dan pengobatan kecacingan
organisasi sekolah melalui Usaha Kesehatan Sekolah
dilakukan terhadap anak-anak sekolah dasar? Mengapa
(UKS) (Departemen Kesehatan, 2006).
mengikutsertakan orangtua?
UKS adalah wadah untuk meningkatkan
Sekitar 60 persen orang Indonesia mengalami
kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta
infeksi cacing. Kelompok umur terbanyak adalah pada
didik sedini mungkin (Ananto, 2006 dalam Efendi dan
usia 5-14 stahun. Angka prevalensi sekitar 60 persen, 21
Makhfudli, 2009). Untuk tingkat sekolah dasar usaha
persen di antaranya menyerang anak usia SD dan
kesehatan sekolah diprioritaskan pada Kelas I, III dan
rata-rata kandungan cacing per orang enam ekor. Data
Kelas VI dengan alasan bahwa, kelas I merupakan fase
tersebut diperoleh melalui survei dan penelitian yang
penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan
dilakukan di beberapa provinsi pada tahun 2006.
lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan kontak
Cacingan merupakan salah satu penyakit yang dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar karena
menjadi masalah kesehatan di dunia. Data WHO pada ketidaktahuan dan ketidak mengertiannya tentang
tahun 2002 menunjukkan bahwa sekitar 2 miliar orang kesehatan. Disamping itu kelas I adalah saat yang baik
di dunia terinfeksi cacing, 300 juta orang menderita untuk diberikan imunisasi ulangan. Pada kelas I ini
penyakit berat akibat infeksi cacing, dan 50% dari dilakukan penjaringan untuk mendeteksi kemungkinan
penderita ini merupakan anak usia sekolah.1 Di adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga
Indonesia prevalensi cacingan masih tinggi, mencapai mempermudah pengawasan untuk jenjang berikutnya.
60-90%, tergantung dari lokasi dan sanitasi lingkungan.2 Pelaksanaan program UKS pada kelas III bertujuan untuk
mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS di kelas I dahulu
dan langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan
3. Bagaimana peran dan kerjasama antara puskesmas dan dalam program pembinaan usaha kesehatan sekolah.
UKS dalam usaha pengobatan kecacingan? Kelas VI, dalam rangka mempersiapkan kesehatan
peserta didik kejenjang pendidikan selanjutnya, Metode ini menyerupai metode sedimentasi.
sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan Metode ini digunakan untuk menemukan telur cacing
kesehatan yang cukup (Effendi, 1998). nematoda, 26 trematoda, cestoda dan amoeba di dalam
tinja (Rusmatini, 2009).

d. Metode Selotip (cellotape methode)


4. Bagaimana pemeriksaan tinja untuk skrining akariasis,
trikuriasis, dan infeksi cacing tambang? Metode ini digunakan untuk identifikasi cacing E.
vermicularis. Pemeriksaan dilakukan pada pagi hari
Pemeriksaan makroskopis dilakukan untuk menilai
sebelum anak berkontak dengan air dan usia anak yang
warna, konsistensi, jumlah, bentuk, bau dan
diperiksa berkisar 1-10 tahun. Metode ini
ada-tidaknya mukus. Pada pemeriksaan ini juga dinilai
menggunakkan plester plastik yang bening dan tipis dan
ada tidaknya gumpalan darah yang tersembunyi, lemak,
dipotong dengan ukuran 2 x 1,5 cm. Plester plastik lalu
serat daging, empedu, sel darah putih dan gula.
ditempelkan pada lubang anus dan ditekan dengan
Sedangkan, pemeriksaan mikroskopis bertujuan untuk
ujung jari. Hasil diplester kemudian ditempelkan ke
memeriksa parasit dan telur cacing (Swierczynski, 2010).
objek glass dan dilihat dibawah mikroskop untuk
Pemeriksaan feses terdiri dari pemeriksaan mikroskopik
melihat telur cacing (Rusmatini, 2009; Swierczynski,
dan makroskopik. Pemeriksaan mikroskopis terdiri dari
2010).
dua pemeriksaan yaitu pemeriksaan kualitatif dan
kuantiatif. Pemeriksaan kualitatif dapat dilakukan e. Metode Konsentrasi
dengan berbagai cara seperti pemeriksaan secara natif
Metode ini sangat praktis dan sederhana. Prosedur
(direct slide), pemeriksaan dengan metode apung,
pemeriksaan ini yaitu 1 gr tinja dimasukkkan kedalam
modifikasi merthiolat iodine formaldehyde, metode
tabung reaksi lalu tambahkan akuadest dan diaduk
selotip, metode konsentrasi, teknik sediaan tebal dan
sampai homogen. Masukkan ke tabung sentrifusi dan
metode sedimentasi formol ether (ritchie). Pemeriksaan
sentrifusi dengan kecepatan 3000 rpm selama 1 menit.
kuantitatif dikenal dengan dua metode yaitu metode
Larutan dibuang, sedimennya diambil dengan
stoll dan metode kato katz (Rusmatini, 2009). 25
menggunakkan pipet pasteur lalu diletakkan di atas kaca
Adapun tekhnik pemeriksaannya mikroskopik objek kemudian ditutup dengan cover glass dan dilihat
sebagai berikut: di bawah di mikroskop. Pemeriksaan ini 27 dapat
dilakukan sampai 2-3 kali (Rusmatini, 2009; Tiemey,
1. Pemeriksaan Kualitatif
2002).
a. Pemeriksaan secara natif (direct slide)
f. Teknik Sediaan Tebal (teknik kato)
Metode pemeriksaan ini sangat baik digunakan
Teknik ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan
untuk infeksi berat tetapi pada infeksi ringan telur-telur
tinja secara massal karena pemeriksaan ini lebih
cacing sulit ditemukan. Prinsip dari pemeriksaan ini
sederhana dan murah. Morfologi telur cacing cukup
dilakukan mencampurkan feses dengan 1-2 tetes NaCl
jelas untuk membuat diagnosa (Swierczynski, 2010).
fisiologis 0,9% atau eosin 2% lalu diperiksa di bawah
mikroskop dengan perbesaran 100x. Penggunaan eosin g. Metode Sedimentasi Formol Ether (ritchie)
2% digunakan untuk agar lebih jelas membedakan
Metode ini cocok untuk pemeriksaan tinja yang
telur-telur cacing dengan kotoran sekitarnya (Rusmatini,
telah diambil beberapa hari sebelumnya, misalnya
2009 ; Swierczynski, 2010).
kiriman dari daerah yang jauh dan tidak memiliki sarana
b. Pemeriksaan dengan Metode Apung (floatation laboratorium (Timey, 2002). Prinsip dari metode ini
methode) adalah gaya sentrifugal dapat memisahkan supernatan
dan suspensi sehingga telur cacing dapat terendapkan.
Prinsip kerja dari metode ini berat jenis (BJ)
Metode sedimentasi kurang efisien dalam mencari
telur-telur yang lebih ringan daripada BJ larutan yang
macam telur cacing bila dibandingkan dengan metode
digunakan sehingga telur-telur terapung dipermukaan
flotasi (Rusmatini, 2009).
dan digunakan untuk memisahkan partikel-partikel
besar yang ada dalam tinja. Pemeriksaan dengan
metode ini menggunakan larutan NaCl jenuh atau
2. Pemeriksaan kuantitatif
larutan gula atau larutan gula jenuh yang didasarkan
atas berat jenis telur sehingga telur akan mengapung a. Metode Stoll
dan mudah diamati (Tierney, 2002).
Pemeriksaan ini menggunakan NaOH 0,1 N sebagai
c. Modifikasi Metode Merthiolat Iodine Formaldehyde pelarut tinja. Cara ini cocok untuk pemeriksaan infeksi
(MIF) berat dan sedang (Rusmatini, 2009; Tiemey, 2002).
Pemeriksaan ini kurang baik untuk infeksi ringan
(Rusmatini, 2009). 28
b. Metode Katokatz 6. Mengapa pengobatan kecacingan dilakukan setiap 6
bulan?
Pemeriksaan dilakukan dengan menghitung jumlah
telur cacing yang terdapat dalam feses yang dikeluarkan Distribusi penyakit secara luas di negara tropis dan
seseorang dalam sehari. Pemeriksaan ini untuk STH. subtropis dimana pembuangan tinja manusia yang tidak
Jumlah telur yang didapat kemudian dicocokkan dengan saniter, dimana keadaan tanah, keadaan suhu dan
skala pembagian berat ringannya penyakit kecacingan kelembaban yang mendukung hidupnya larva infektif.
yang diderita (Tierney et al,2002). Dapat juga ditemukan di lingkungan areal
pertambangan. Cara Distribusi Parasit Pencernaan ....
(Lukman, et. al) penularannya, telur dalam tinja yang di
5. Mengapa tingginya angka kejadian askariasis, trikuriasis, deposit dalam tanah dan menetas di tanah dalam
dan infeksi cacing tambang? (mengapa bisa terjadi) kondisi yang sesuai, yaitu udara yang lembab, suhu dan
tipe tanah yang sesuai, larva berkembang menjadi
Lingkungan hidup menurut Undang-Undang nomor stadium 3 menjadi infektip dalam 7-1 0 hari (".
23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, Ascaris lumhricoides atau cacing gelang merupakan
keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya cacing yang ukurannya paling panjang diantara
manusia beserta perilakunya yang mempengaruhi nematoda usus yang lain. Habitatnya melayang dalam
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan lumen usus, mengabsorbsi zat makanan berupa
manusia serta makhluk hidup lainnya. Bila ditinjau lebih karbohidrat dan menyerap berbagai zat vitamin yang
lanjut mengenai.Undang-Undang tersebut, maka ada dalam makanan yang dikonsumsi sehingga terjadi
manusia dengan lingkungan sebenarnya tidak dapat malnutrisi. Cacing dewasa mampu hidup dalam hospes
dipisahkan. Keadaan sanitasi yang belum memadai, selama kurang dari 1 tahun. Cacing betina bertelur
keadaan sosial ekonomi yang masih rendah didukung antara 100.000-200.000 butir per hari. Telur yang
oleh iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan dikeluarkan melalui tinja pada tanah dengan
perkembangan cacing merupakan beberapa faktor kelembaban tinggi dan suhu antara 25"-30°C akan
penyebab tingginya prevalensi infeksi cacing usus yang berkembang dengan sangat baik, menjadi telur infektif.
ditularkan di Indonesia (Zulkoni, 2011). Telur infektif tersebut tidak menetas dalan~ tanah
namun lnampu bertahan di tanah selama 6 bulan
Ada 3 jenis cacing yang terpenting adalah cacing sampai beberapa tahun (".
gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang
(Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan Trichuris trichiura atau cacing cambuklwhipworm
cacing cambuk (Trichuris trichura) (WHO, 2014). Ascaris merupakan cacing yang bersifat kosmopolit, terutama
lumbricoides merupakan helmintiasis yang paling sering ditemukan pada daerah panas dan lembab, seperti di
menyerang anak-anak, cacing ini telah menyebabkan Indonesia. Pada pemeriksaan tinja di SDN Miawa
lebih dari satu milyar kasus kecacingan di seluruh dunia. ditemukan 2 orang (2,11%) yang terinfeksi cacing
Angka kejadian infeksi Ascaris lumbricoides di Indonesia cambuk. Namun karena cacing ini sifatnya mengisap
sebesar 70 ± 80%, keadaan ini menyebabkan penyakit darah walaupun sangat sedikit (0,002 mllhari per cacing)
ascariasis menjadi penting dan hingga saat ini masih maka prevalensinya patut mendapat perhatian. Pada
merupakan masalah dibidang ilmu kesehatan anak dan infeksi berat dapat menimbulkan prolapsus rekti. Infeksi
kesehatan masyarakat. Penyakit cacingan merupakan berat cacing cambuk sering disertai dengan infeksi
salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan biasanya
cacing ditularkan melalui tangan yang kotor, kuku tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama
panjang dan kotor menyebabkan telur cacing terselip. sekali tanpa gej ala ".

Di antara penyebab cacingan, Ascaris lumbricoides


dan Trichuris trichiura merupakan penyebab infeksi usus Secara patofisiologi, cacing dewasa tidak
tersering.3 Ismid4,5 melaporkan prevalensi askariasis bertambah banyak di dalam tubuh manusia.14,15
dan trikuriasis pada murid sekolah dasar (SD) di Jakarta Infeksi A. lumbricoides dan T. trichiura menyebar
Pusat adalah 66,7% dan 61,1%.4,5 Selain kedua cacing melalui transmisi fecal-oral yang dimediasi oleh
tersebut, juga terdapat Oxyuris vermicularis yang lingkungan yaitu melalui konsumsi telur/larva yang
prevalensinya mencapai 34,1% di beberapa daerah di JHECDs Vol. 3, No. 1, Juni 2017 19 mengkontaminasi
Pulau Jawa.6 Prevalensi cacingan di Indonesia, tanah. Sedangkan infeksi cacing Hookworm menyebar
khususnya pada anak-anak tergolong tinggi karena melalui fase larva yang menetas dari telur yang telah
sanitasi lingkungan tempat tinggal yang kurang baik berinkubasi di dalam tanah dan menembus kulit.12,16
terutama di daerah pedesaan atau perkotaan yang Berdasarkan sifat dan siklus hidup STH, maka tidak bisa
kumuh.7 diabaikan adanya kemungkinan terjadinya reinfeksi
kecacingan meskipun penderita telah mengkonsumsi
obat cacing Albendazole pada pengobatan massal
filariasis 4 bulan sebelumnya. Hasil penelitian yang sama 30% dilakukan pengobatan massal yang dilakukan
ditemukan di Equador bahwa 46 orang (49,2%) sebanyak 2 kali setahun. Untuk prevalensi yang di
ditemukan positif menderita kecacingan setelah 1 bulan bawah 30%, pengobatan dilakukan secara selektif yaitu
sebelumnya mendapatkan dan mengkonsumsi obat bagi subyek yang positif tinjanya mengandung telur
pencegahan kecacingan.13 cacing, dan dilakukan di sarana kesehatan saat datang
berobat, akan tetapi menurut WHO 2006, untuk
Setiap jenis penyebab kecacingan mempunyai drug
daerah-daerah dengan tingkat infeksi yang tinggi dapat
of choice yang berbeda. Askariasis dapat diobati dengan
dilaksanakan setiap 3 kali setahun yaitu 4 bulan
bermacam-macam obat seperti Piperasin, Pirantel
sekali.19,20 Hasil penelitian bahwa pengobatan
pamoate 10mg/kg BB, dosis tunggal Mebendazol 500mg,
kecacingan yang rutin dilaksanakan 3 sampai 6 bulan
akan tetapi yang umum digunakan yaitu atau
sekali hanya sedikit atau tidak berpengaruh pada berat
Albendazol 400mg. Trikuriasis cenderung sulit
badan.19 Sebuah hasil penelitian di Vietnam dimana
diberantas karena habitatnya yang membenamkan
pemberian obat cacing 2 kali setahun berhasil
bagian anterior tubuhnya di mukosa usus. Maka selain
menurunkan prevalensi STH dari 83,7% menjadi 13,9%
dengan dosis tunggal Albendazol 400mg, dapat
dalam kurun waktu 72 bulan/3 tahun.21
menggunakan Mebendazol 100mg 2 kali sehari selama 3
hari berturut-turut. Oksantel-pirantel pamoat dapat
digunakan untuk infeksi campuran Ascaris dan Trichuris.
7. Mengapa kejadian kecacingan masih tinggi padahal
Pengobatan Enterobiasis diberikan pada seluruh
sudah dilakukan pengobatan setiap 6 bulan?
anggota keluarga dengan obat Piperazin, Pirantel
pamoat, Pyrvinium pamoat, atau mebendazole yang
lebih efektif terhadap semua stadium perkembangan
cacing kremi. Sedangkan pada Hookworm dapat 8. Mengapa faktor geografis adanya sungai kecil dekat
diberikan Pirantel pamoat 10mg/kg BB selama beberapa pemukiman, kelembaban tanah, dan perilaku
hari berturut-turut. Efektif dengan menggunakan masyarakat MCK di sungai bisa membuat suatu daerah
Mebendazole, Albendazole, Flubendazole atau Alcopara endemik penyakit kecacingan?
(Bephinium).17,18

Pada Hymenolepiasis diperlukan pengobatan yang


9. Bagaimana hubungan penyakit kecacingan dengan
lama, karena tidak semua cacing dapat dikeluarkan dan
kebiasaan kontak dengan tanah?
sisteserkoid masih ada dalam mukosa usus. Pengobatan
menggunakan Prazikuantel, Niklosamid, atau Manusia merupakan hospes definitif beberapa
Amodiakuin, dan Paromycin sebagai alternatif. Drug of nematoda usus (cacing perut) yang ditularkan melalui
choice atau pilihan obat adalah Quinacrine tanah (soil transmitted helminths) diantaranya cacing
hydrochloride (Atabrin), selain 4-aminokuinolin gelang (Ascaris Lumricoides), cacing tambang
(Camoquin), Diklorofen, dan Niklosamid (Yomesan). (Ancylostoma duodenale, Necator Americamus) dan
Sebaiknya dievaluasi 2-3 bulan setelah cacing cambuk (Trichuris trichiura).(Departemen
pengobatan.17,18 Pengobatan massal filariasis Kesehatan, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi
menggunakan DEC yang disertai dengan Albendazole kecacingan adalah kebersihan lingkungan, kebersihan
400mg. Albendazole cukup efektif pada Askariasis, pribadi, penyediaan air bersih, kebersihan lantai rumah,
Trikuriasis, Enterobiasis, dan Hookworm. Pada kasus penggunan jamban sehat, serta kebersihan makanan
kecacingan yang berat diperlukan pengobatan selama (Departemen Kesehatan, 2006).
beberapa hari, terutama untuk kasus berat Hookworm
dan Trikuriasis. Kasus Enterobiasis sebaiknya diberikan
pengobatan pada seluruh penghuni suatu rumah 10. Bagaimana gejala dan tanda anak mengalami
meskipun diketahui hanya ditemukan 1 orang penderita. kecacingan?
Pada Himenolepiasis diperlukan jenis obat yang berbeda
(Praziquantel), sehingga pemberian Albendazole jelas
tidak efektif.
11. Bagaimana akibat penyakit kecacingan terhadap tubuh?
Pembagian obat baik untuk pengobatan maupun
Infeksi cacing usus berpengaruh terhadap
pencegahan kecacingan hendaknya rutin dilaksanakan 1
pemasukan, pencernaan, penyerapan, serta
kali setahun pada daerah dengan prevalensi kecacingan
metabolisme makanan, yang dapat berakibat hilangnya
20% dan 2 kali setahun atau setiap 6 bulan sekali pada
protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan darah dalam
daerah dengan prevalensi > 50%.19 Di Indonesia sesuai
jumlah yang besar. Juga dapat menimbulkan ganguan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan, No.
respon imun, menurunnya plasma insulin like growth
424/Menkes/SK/VI/2006 tentang Pedoman
factor (IGF)-1, kadar serum tumor necrosis factor a (TNF)
Pengendalian Cacingan untuk pengobatan massal
meningkat, konsentrasi rerata hemoglobin rendah,
kecacingan, adalah jika prevalensi suatu daerah di atas
sintesis kolagen menurun. Disamping itu, juga
menimbulkan berbagai gejala penyakit seperti anemi, khususnya di area yang terdapat banyak kotoran hewan
diare, sindroma disentri dan defisiensi besi. 3,14,26,26 seperti peternakan atau jalanan. Bakteri tetanus
biasanya masuk ke dalam tubuh melalui luka atau
Sehingga anak penderita infeksi cacing usus
goresan. Karena itu, risiko terpapar bakteri tetanus
merupakan kelompok resiko tinggi untuk mengalami
sangat besar terutama pada anak-anak yang gemar
malnutrisi. Respon tubuh terhadap infeksi cacing usus
bermain di luar rumah.
sangat bervariasi sehingga menimbulkan berbagai jenis
gejala klinis. Bila akibat infeksi yang terjadi berat, Bakteri Clostridium tetani tumbuh lebih cepat di
misalnya malnutrisi maka gangguan pertumbuhan akan area yang kekurangan oksigen. Nah, jadi semakin dalam
terjadi namun bila akibat yang ditimbulkannya ringan dan semakin sempit lukanya, akan semakin sedikit
tidak terjadi gangguan pertumbuhan. oksigen yang berada di sekitarnya, dan kemungkinan
terjadinya tetanus semakin besar. Gejala tetanus
muncul perlahan dan dapat semakin buruk seiring
12. Mengapa dilakukan pemberian imunisasi TT? dengan waktu. Gejalanya bisa muncul setelah beberapa
hari mengalami luka, bahkan beberapa bulan. Pada
Dalam program imunisasi dasar yang dicanangkan sebagian besar kasus, gejala tetanus muncul dalam
pemerintah, anak sejak baru lahir disarankan sudah waktu 14 hari.
mendapatkan vaksin. Tujuannya agar sesegera mungkin
kekebalan anak bisa terbentuk sehingga bisa Gejala tetanus ditandai dengan sakit kepala, sulit
menghindari penyakit-penyakit berbahaya. Contoh membuka mulut dan menelan, serta kaku pada leher,
penyakit yang menjadi sasaran dalam program imunisasi punggung atau bahu. Selain itu, tetanus dapat
dasar ini yaitu difteri, pertusis, campak, polio, mencetuskan rasa sakit kronis pada otot-otot yang
tuberkulosis, hepatitis B, dan tetanus. Hanya saja dalam mengejang di leher, lengan, kaki, serta perut. Jika kejang
program vaksin-vaksin tersebut tidak diberikan sekali berlangsung terus-menerus dan semakin memburuk,
saja saat bayi. Ketika anak masuk usia sekolah dasar (SD) maka bisa membuat tulang patah termasuk tulang
ada vaksin lanjutan yang harus diberikan lagi. punggung. Tetanus juga dapat menimbulkan masalah
Dr dr Seodjatmiko, SpA (K), MSi, dari Satgas pada tekanan darah dan detak jantung, bahkan
Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) berujung mematikan apabila racun sudah menyebar.
mengatakan hal tersebut dilakukan untuk memberikan Hingga saat ini, belum ada tes laboratorium khusus
efek perlindungan yang lebih lengkap. Vaksin yang untuk memastikan seseorang terkena tetanus. Dokter
diberikan saat bayi kemungkinan besar saat efeknya biasanya hanya mengandalkan dari gejala-gejala dan
sudah berkurang. "Di sekolah perlu dilanjutkan lagi riwayat kesehatan sebelumnya. Di sekolah, semua anak
imunisasi, karena imunisasi di balita kekebalannya SD dan setingkatnya (kelas 2 dan 3) akan mendapatkan
sudah menurun hampir habis. Harus diperkuat dengan imunisasi tetanus toksoid. Pemberian imunisasi ini
imunisasi lanjutan yaitu DT, Td, dan campak pada kelas akan memberikan perlindungan selama 25 tahun
1, kelas 2, dan kelas 3," kata dr Soedjatmiko dalam sesi terhadap infeksi tetanus.
Live Chat yang digelar detikHealth, Kamis (28/7/2016).
Apabila pemberian vaksin lanjutan anak terlambat
dari yang telah dijadwalkan, dr Soedjatmiko 15. Bagaimana bahaya penyakit tetanus?
mengatakan maka kekebalan anak akan menurun dan
rentan kena penyakit terkait. Meski misalnya sudah
bertahun-tahun telat tidak mengapa diberikan vaksin 16. Apakah ada hubungannya penyakit kecacingan dengan
lanjutan daripada tidak sama sekali. "Bila belum penyakit tetanus?
diimunisasi maka kekebalan terhadap penyakit-penyakit
berbahaya tersebut belum ada pada anak tersebut.
Maka, walaupun sudah lewat, lanjutkan dengan
17. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap penyakit
imunisasi yang belum diberikan," kata dr Soedjatmiko.
tetanus?

13. Mengapa dilakukan terhadap anak-anak sekolah dasar?

14. Mengapa penyakit tetanus bisa terjadi?

Tetanus merupakan salah satu penyakit menular


yang disebabkan oleh tetanospasmin, sejenis
neurotoksin yang diproduksi bakteri Clostridium tetani.
Clostridium tetani adalah bakteri yang sensitif terhadap
suhu panas dan mumnya hidup di kotoran dan tanah,

Anda mungkin juga menyukai