Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH


Nama Dosen Pengampu : Luciana Anggraeni,M.H

Disusun oleh :
Eka astuty Nur Alam (201610170311314)
Dewi Alfareza (201610170311317)
Nur Intan Alwiyah (201610170311339)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MALANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Membangun
Keluraga Sakinah
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Membangun Keluraga ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 23 Februari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 5


BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta "kulawarga". Kata kula berarti "ras" dan warga
yang berarti "anggota". Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih
memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu,
memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu
tersebut.
Keluarga juga merupakan tiang utama kehidupan umat dan bangsa sebagai tempat
sosialisasi nilai-nilai yang paling intensif dan menentukan. Karena itu, menjadi kewajiban setiap
anggota Muhammadiyah untuk mewujudkan kehidupan Keluarga Sakinah, Mawaddah
Wahrrahmah dan juga terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenarnya.
Kehidupan keluarga merupakan kehidupan yang terjadi pada suatu kelompok yang
memiliki hubungan darah yang begitu dekat. Selanjutnya apa hubungan kehidupan keluarga
dengan pedoman hidup islami ?
Hubungannya, hidup islami dapat diwujudkan di lingkungan keluarga dengan cara
sosialisasi perbuatan yang melanggar moral seorang anak dan melanggar agama. Dengan
memberikan pengajaran dalam bentuk terbuka, anak-anak dapat mengerti dan akan memiliki
islamiah yang baik.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian keluarga sakinah?
2. Apa saja Hak dan kewajinban suami istri?
3. Menjelaskan manajemen konflik antara suami dan istri?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari keluarga sakinah
2. Untuk mengetahui apa saja Hak dan kewajinban suami istri
3. Untuk Mengetahui Manajemen konflik antara suami dan istri

4
BAB II
PEMBAHASAN
1. pengertian keluarga sakinah
Menurut kaidah bahasa Indonesia, sakinah mempunyai arti kedamaian, ketentraman,
ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga sakinah mengandung makna keluarga yang diliputi rasa
damai, tentram, juga. Jadi keluarga sakinah adalah kondisi yang sangat ideal dalam kehidupan
keluarga. Keluarga sakinah juga sering disebut sebagai keluarga yang bahagia.
Menurut pandangan Barat, keluarga bahagia atau keluarga sejahtera ialah keluarga yang
memiliki dan menikmati segala kemewahan material. Anggota-anggota keluarga tersebut memiliki
kesehatan yang baik yang memungkinkan mereka menikmati limpahan kekayaan material. Bagi
mencapai tujuan ini, seluruh perhatian, tenaga dan waktu ditumpukan kepada usaha merealisasikan
kecapaian kemewahan kebendaan yang dianggap sebagai perkara pokok dan prasyarat kepada
kesejahteraan (Dr. Hasan Hj. Mohd Ali, 1993 : 15).
Pandangan yang dinyatakan oleh Barat jauh berbeda dengan konsep keluarga bahagia atau
keluarga sakinah yang diterapkan oleh Islam. Menurut Dr. Hasan Hj. Mohd Ali (1993: 18 – 19)
asas kepada kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga di dalam Islam terletak kepada ketaqwaan
kepada Allah SWT. Keluarga bahagia adalah keluarga yang mendapat keredhaan Allah SWT.
Allah SWT redha kepada mereka dan mereka redha kepada Allah SWT. Firman Allah SWT:
“Allah redha kepada mereka dan mereka redha kepada- Nya, yang demikian itu, bagi orang yang
takut kepada-Nya”.(Surah Al-Baiyyinah : 8).
Menurut Paizah Ismail (2003 : 147), keluarga bahagia ialah suatu kelompok sosial yang terdiri
dari suami istri, ibu bapak, anak pinak, cucu cicit, sanak saudara yang sama-sama dapat merasa
senang terhadap satu sama lain dan terhadap hidup sendiri dengan gembira, mempunyai objektif
hidup baik secara individu atau secara bersama, optimistik dan mempunyai keyakinan terhadap
sesama sendiri .
Dengan demikian, keluarga sakinah ialah kondisi sebuah keluarga yang sangat ideal yang
terbentuk berlandaskan Al-Quran dan Sunnah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Kebendaan bukanlah sebagai ukuran untuk membentuk keluarga bahagia sebagaimana yang telah
dinyatakan oleh Negara barat.

2. Hak dan Kewajiban Suami dan Istri

1. Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah. (Ar-
Rum: 21).
2. Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya.
(An-Nisa’: 19 - Al-Hujuraat: 10)
3. Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19)
4. Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan.

5
5. Suami adalah pemimpin rumah tangga
6. “Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)..”(An-Nisa’:
34)
7. Suami dipatuhi dan tidak boleh ditentang
8. Tanpa izin suami, isteri tidak boleh mensedekahkan harta suami, dan tidak boleh
berpuasa sunnah.
9. Suami harus dilayani oleh isteri kecuali uzur, dan isteri tidak boleh keluar rumah
tanpa izinnya. Rasulullah saw bersabda:
10. “Isteri harus patuh dan tidak menentangnya. Tidak mensedekahkan apapun yang ada
di rumah suami tanpa izin sang suami. Tidak boleh berpuasa sunnah kecuali dengan
izin suami. Tidak boleh menolak jika suaminya menginginkan dirinya walaupun ia
sedang dalam kesulitan. Tidak diperkenankan keluar rumah kecuali dengan izin
suami.” (Al-Faqih, 3:277)

3. Manajemen konflik antara suami dan istri

A. Pengertian Manejemen Konflik


Manajemen konflik adalah kemampuan individu untuk mengelola konflik-konflik yang
dialaminya dengan cara yang tepat, sehingga tidak menimbulkan komplikasi negatif pada
kesehatan jiwanya maupun keharmonisan keluarga.
B. Penyebab Konflik Suami-Istri
Konflik suami istri biasanya disebabkan oleh kurangnya “rasa saling” antara keduanya:
 Kurangnya saling pengertian terhadap kelebihan dan kekurangan masing-
 masing
 Kurangnya saling percaya
 Kurangnya saling terbuka
 Kurang komunikasi yang efektif

C. Tahapan Manajemen Konflik Suami-Istri


Tahapan manajemen konflik suami istri sebagai berikut:
1. Tahap primer.
Tahap ini merupakan tahap pencegahan terhadap konflik suami istri. Upaya-upaya
yang dapat dilakukan yaitu:
a. Mengerti terhadap pekerjaan masing-masing
b. Berusaha membuat suami/istri merasa senang
c. Saling menyatakan perasaan secara terbuka

6
d. Menghargai pendapat/ide pasangan
e. Menggunakan waktu luang bersama
f. Saling memuaskan dalam kehidupan seksual
g. Adanya komunikasi yang efektif dan dapat menjadi pendengar yang baik bagi
pasangannya
h. Jika ada masalah, komunikasikan dengan pasangan agar tidak berlarut-larut
i. Menyeimbangkan antara perasaan dan pikiran
2. Tahap sekunder.
Tahap ini sudah terjadi konflik dan berikut cara dalam mengatasinya:
a. Musyawarah untuk mencari jalan keluar terbaik. Metode yang dapat digunakan
“win-win solution”, semua menang dan tidak ada yang dikalahkan.
b. Mencari alternatif pemecahan masalah berdasarkan sumber masalahnya. Bila
tidak dapat dilakukan berdua dapat mencari bantuan pihak ketiga yang kompeten.
3. Tahap tersier.
Tahap ini merupakan tahap setelah konflik teratasi. Suami istri berusaha
untuk mencegah dampak negatif atau trauma psikologis akibat konflik yang pernah
dialami. Berkomunikasi dari hati ke hati, perlunya kesepakatan baru agar tidak
terjadi konflik yang sama dimasa yang akan datang.

D. Contoh Manajemen Konflik


Contoh manajemen konflik di dalam islam yang terdapat di dalam Al-Quran, yaitu
Quran surat An-Nisa ayat 34-36 yang menyinggung konflik yang terjadi didalam keluarga
Rasulullah SAW. Ketika istri-istri beliau berkomplot dan protes serta meminta nafkah lebih
terhadap apa yang telah Rasul beri. Karena hal tersebut maka turunlah surat An-Nisa ayat
34-36 yang mengatur bagaimana penyelesaian konflik dalam keluarga.
1. QS An-Nisa 34

ِّ َ‫اء َعلَى قَ َّوامون‬


‫الر َجال‬ ِّ ‫س‬ َّ ‫ّللا َف‬
َ ِّ‫ض َل بِّ َما الن‬ َ ‫أ َ ْنفَقوا َوبِّ َما بَ ْعض َعلَى بَ ْع‬
َّ ‫ضه ْم‬
‫صا ِّل َحات أَ ْم َوا ِّل ِّه ْم ِّم ْن‬ ِّ ‫ظ ِّب َما ِّل ْلغَ ْي‬
َ ِّ‫ب َحاف‬
َّ ‫ظات قَانِّت َات فَال‬ َ ‫ّللا َح ِّف‬ َّ ‫َو‬
َّ ‫الَّل ِّتي‬
َ‫اجعِّ ِّفي َوا ْهجروه َّن فَ ِّعظوه َّن نشوزَ ه َّن تَخَافون‬ َ ‫فَإ ِّ ْن َواض ِّْربوه َّن ا ْل َم‬
ِّ ‫ض‬
َ َ ‫يَّل َعلَ ْي ِّه َّن تَبْغوا فَ ََّل أ‬
‫ط ْعنَك ْم‬ ً ‫س ِّب‬
َ ‫ّللاَ ِّإ َّن‬
َّ َ‫يرا َع ِّليًّا َكان‬
ً ‫َك ِّب‬
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dank arena
mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita
yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,
oleh karena itu Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamukhawatirkan

7
nusyuznya,maka nasehatilahmereka dan pisahkanlah mereka menaatimu, maka janganlah
kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah maha tingi lagi
Maha Besar.”
2. QS An-Nisa 35
‫ي ِّريدَا ِّإ ْن أ َ ْه ِّل َها ِّم ْن َو َح َك ًما أ َ ْه ِّل ِّه ِّم ْن َح َك ًما فَا ْب َعثوا بَ ْينِّ ِّه َما ِّشقَاقَ ِّخ ْفت ْم َو ِّإ ْن‬
‫ص ََّل ًحا‬
ْ ِّ‫ق إ‬ َّ ‫ّللاَ إِّ َّن ۗ بَ ْينَه َما‬
ِّ ِّ‫ّللا ي َوف‬ َّ َ‫يرا َع ِّلي ًما َكان‬
ً ِّ‫َخب‬
”Dan jika kamu khawatir ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah
seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika
kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan,niscaya Allah member taufiq
kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
3. QS An-Nisa 36
َ ۖ ‫سانًا َو ِّب ْال َوا ِّلدَي ِّْن‬
َّ ‫ش ْيئًا ِّب ِّه ت ْش ِّركوا َو َل‬
‫ّللاَ َواعْبدوا‬ َ ْ‫ْالق ْربَى َو ِّبذِّي ِّإح‬
‫ين َو ْاليَتَا َمى‬ َ ‫ار َو ْال َم‬
ِّ ‫سا ِّك‬ ِّ ‫ار ْالق ْربَى ذِّي َو ْال َج‬
ِّ ‫ب َو ْال َج‬
ِّ ‫ب ْالجن‬
ِّ ‫اح‬
ِّ ‫ص‬
َّ ‫َوال‬
ِّ ‫سبِّي ِّل َواب ِّْن بِّ ْال َج ْن‬
‫ب‬ ْ ‫ّللاَ إِّ َّن ۗ أ َ ْي َمانك ْم َملَك‬
َّ ‫َت َو َما ال‬ َّ ‫م ْخت ًَال َكانَ َم ْن ي ِّحب َل‬

ً ‫فَخ‬
‫ورا‬
“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
Dan berbuat baiklah kepada dua orang, ibu bapak, karib kerabat.,anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan
hamba sahaya yang kalian miliki.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri.”

E. Penyelesaian Konflik Suami-Istri


Jadi secara garis besarnya konflik keluarga di dalam islam diatur penyelesaiannya
sebagai berikut:
1. Menasehati jika istri atau pasangan melakukan kesalahan
2. Tinggalkanlah atau pisah ranjang
3. Jika perlu pukulah mereka (dalam tahap ini jika sudah tidak ada jalan yang lain)
4. Memanggil juru damai dari kedua belah pihak

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari penjelasan makalah kami diatas, dapat disimpulkan bahwa keluarga yang akhlak
dalam keluarganya baik, seperti suami paham betul dengan kewajibannya sebagai seorang suami,
istri paham betul dengan kewajibannya sebagai seorang istri, jika semua hal tersebut dapat
difahami, maka akan terwujud keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warohmah.
Membangun sebuah keluarga sakinah adalah suatu proses. Keluarga sakinah bukan berarti
keluarga yang diam tanpa masalah. Namun lebih kepada ada keterampilan untuk manajemen
konflik. Kehidupan rumah tangga adalah dalam konteks menegakkan syariat Islam, menuju ridho
Allah Swt. Suami dan istri harus saling melengkapi dan bekerja sama dalam membangun rumah
tangga yang harmonis menuju derajat takwa.

Saran
Demikianlah makalah yang telah disusun oleh penulis yang tentunya di dalamnya masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik serta saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan dalam penulisan makalah berikutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

 https://caridokumen.com/download/akhlah-dalam-berkeluarga-
_5a46069cb7d7bc7b7ae8b7cf_pdf

 http://www.muhammadiyah.or.id/12-content-196-det-keluarga-sakinah.html

 http://majelis.zainalm.com/2012/09/membina-keluarga-sakinah-mawaddah.html

 http://lppkk-ummpalangkaraya.blogspot.in/2014/09/materi-8-akhlak-dalam-
keluarga.html

10

Anda mungkin juga menyukai