Anda di halaman 1dari 10

ORGANISASI DAN FUNGSI MANAJEMEN RISIKO

MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Manajemen Risiko

Dosen Pengampu
Dr. Siti Maria Wardayati, Msi, Ak, CA

Disusun oleh
Clara Natalia
NIM. 160810301111

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen Risiko Korporasi”. Makalah
ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko pada Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember. Makalah ini disusun agar para pembaca dapat
menambah pengetahuan dan wawasannya mengenai “Organisasi dan Fungsi Manajemen
Risiko”.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dr. Siti Maria Wardayati, Msi, Ak,
CA selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Risko yang telah memberikan kami ilmu
pengetahuan mengenai mata kuliah Manajemen Risiko, dan ucapan terimakasih untuk rekan-
rekan yang telah membantu serta dari berbagai pihak lain yang telah membantu penulis dalam
penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu penulis menerima segala kritik dan saran dari para pembaca yang diharapkan
dapat membangun dan memperbaiki tugas makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk para pembaca. Saya selaku penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam bentuk apapun yang ada pada
makalah ini.

Jember, 18 Maret 2019

Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar ..................................................................................... ........ i
Daftar Pustaka ........................................................................................ ........ ii
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang ...................................................................................... ....... 1
Rumusan Masalah .................................................................................... ....... 1
Tujuan Makalah .................................................................................... ....... 2
BAB II Pembahasan
Komite Manajemen Risiko ..................................................................... ....... 3-4
Satuan Kerja Manajemen Risiko ............................................................. ....... 4-5
Hubungan Satuan Kerja Manajemen Risiko ............................................ ...... 5
BAB III Penutup
Kritik dan Saran .................................................................................. ..... 6
BAB IV
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka pelaksanaan proses dan sistem manajemen risiko yang efektif dalam dunia
usaha, dibutuhkan organisasi dan fungsi yang jelas. Kejelasan . pengaturan struktur
organisasi manajemen risiko ini akan memudahkan pengelolaan manajemen risiko
korporasi.

Belajar dari sektor perbankan dan lembaga jasa keuangan nonbank, saat ini mereka telah
diwajibkan untuk membentuk komite manajemen risiko (KMR) dan satuan kerja
manajemen risiko (SKM R) untuk mengelola risikonya secara lebih hati-hati.

Keberadaan komite manajemen risiko dan satuan kerja manajemen risiko ini menjadi
penting agar dapat menerapkan manajemen risiko secara efektif. Pembahasan organisasi
dan fungsi ini memberikan pemahaman akan pcntingnya komite manejemen risiko
(KMR) dan sa tuan kerja manajemen risiko (SKMR) bagi dunia usaha.

Risiko dapat dikatakan merupakan akibat atau penyimpangan realisasi dan rencana yang
mungkin terjadi secara tak terduga. Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik
mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan
sepenuhnya sesuai dengan rencana itu. Orang sering mengatakan bahwa setiap kegiatan
mengandung risiko atau lebih umum lagi dikatakan bahwa hidup kita ini penuh dengan
risiko. Jadi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang, kita tidak dapat mengetahui
secara pasti.

Walaupun demikian, orang harus dapat mengantisipasi segala kemungkinan itu dengan
menyediakan beberapa tindakan alernatif untuk menghadapi ketidakpastian itu. Dengan
kata lain, Risiko harus dimanajemeni dengan sebaik mungkin, agar efektifitas perusahaan
tidak terganggu.

Ketika seseorang berani mengambil risiko, setidaknya ia telah memberikan kesempatan


untuk menghadapi masalah dan mencapai sesuatu yang menyelamatkanya dari
risiko. Seseorang yang tidak berani mengambil risikio berarti ia akan mengahdapi risiko
yang lebih besar yaitu tidak merasakan sesuatu yang menjadi tantangan kehidupan dan ia
miskin dengan solusi ketika menghadapi permasalahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Komite Manajemen Risiko berjalan?
2. Bagaimana Satuan Kerja Manajemen Risiko?
3. Bagaimana Hubungan Kerja Operasional dengan SKMR?
1.3 Tujuan makalah
1. Mengetahui jalannya Komite Manajemen Risiko?
2. Mengetahui Satuan Kerja Manajemen Risiko?
3. Mengetahui Hubungan Kerja Operasional dengan SKMR?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KOMITE MANAJEMEN RISIKO
Sesuai dengan regulasi Otoritas Iasa Keuangan (2016), komite manajemcn risiko (KMR)
harus bersifat nonstructural. Komite manajcmcn risiko sctidaknya terdiri atas mayoritas anggota
direksi dan pejabat eksekutif terkait.

Keanggotaan komite manajemen risiko dapat berupa keanggotaan tetap atau tidak tetap,
sesuai dengan kebutuhan. Anggota tetap adalah direksi dan pejabat eksekutif yang ditunjuk
direktur utama untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawab secara pcrmanen untuk
jangka waktu tertentu, seperti direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan dan dircktur yang
membawahkan fungsi manajemen risiko, sedangkan anggota tidak tetap adalah direksi dan
pejabat eksekutif yang terkait dengan topik yang dibahas dan direkomendasikan dalam komite
manajemen risiko, seperti kepala divisi treasury untuk topik pengelolaan eksposur suku bunga
dan nilai tukar.

Pejabat eksekutif adalah pejabat yang bertanggung jawab langsung kepada direksi atau
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan atau operasional pcmsahaan. Komite
manajemen risiko paling sedikit terdiri atas mayoritas direksi dan pejabat eksekutif terkait.
Mayoritas direksi berarti lebih dari 50 persen dari seluruh jumlah anggota direksi. Misalnya,
jumlah direksi adalah empat orarig, maka mayoritas adalah tiga orang direksi.

Untuk lebih memahami penggunaan komite manajemen risiko dan satuan kerja
manajemen risiko dalam struktur organisasi perusahaan di Indonesia, berikut diilustrasikan
format struktur organisasi yang diadaptasi dari Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 34/
SEOJK.03/ 2016 tanggal 1 September 2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum dalam Gambar 4-1. bagi Bank Umum dalam Cambar 4-1.

Struktur organisasi yang menerapkan fungsi manajemen risiko di atas harus disesuaikan
dengan ukuran dan kompleksitas usaha serta risiko yang relevan dan melekat pada aktivitas
fungsionalnya. Namun, dari pengamatan penulis, terdapat banyak perbedaan dalam
pemberlakuan direksi yang membawahi satuan kerja manajemen risiko. Komite manajemen
risiko berwenang dan bertanggung jawab untuk memberikan rekomendasi kcpada direktur utama
yang mencakup:

1. Penyusunan kcbijakan, strategi, dan pedoman pencrapan manajemen risiko.


2. Perbaikan atau penyempurnaan pelaksanaan manajemen risiko berdasarkan hasil evaluasi
pelaksanaan manajemen risiko.
3. Penetapan hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang tidak sesuai dengan prosedur
normal. Keputusan bisnis yang tidak sesuai dengan prosedur normal, antara lain pelampauan
ekspansi usaha yang signifikan.
Gambar 4-1 Format Struktur Organisasi

2.2 SATUAN KERJA MANAJEMEN RISIKO


Satuan kerja manajemen risiko (SKMR) meru pakan bagian dari struktur organisasi
(bersifat struktural). Struktur organisasi satuan kerja manajemen risiko harus disesuaikan dengan
ukuran dan kompleksitas usaha perusahaan serta risiko yang melekat pada perusahaan. Hal ini
dimaksudkan agar perusahaan dapat menentukan sendiri struktur organisasi yang tepat dan
sesuai dengan kondisi, termasuk kemampuan keuangan dan sumber daya manusia (SDM).
Satuan kerja manajemen risiko harus independen terhadap satnan kena operasional (risk-taking
unit) dan terhadap satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian intern. Yang dimaksud
dengan ”independen' antara lain tercermin dari adanya:
1. Pemisahan {fungsi/tugas antara satuan kerja manajemen risiko, satuan kerja operasional (risk-
taking unit), dan satuan kerja yang yang melaksanakan fungsi pengendalian intern.
2. Proses pengambilan keputusan yang tidak memihak atau menguntungkan satuan kerja
operasional tertentu atau mengabaikan satuan keria operasional lainnya. Untuk perusahaan jasa
keuangan, satuan kerja operasional (risk-taking unit) di antaranya adalah satuan kerja kredit,
treasury, dan pendanaan.

Satuan kerja manajemen risiko bertanggung jawab langsung kepada direktur utama atau kepada
direktur yang ditugaskan secara khusus. Direktur yang ditugaskan secara khusus adalah direktur
yang membawahkan fungsi kepatuhan atau direktur manajemen risiko.
Wewenang dan tanggung jawab SKMR meliputi:

1. Pemantauan pelaksanaan strategi manajemen risiko yang telah disetujui oleh direksi.
2. Pemantauan posisi risiko secara keseluruhan (composite), per jenis risiko. dan/atau per
jenis aktivitas fungsional, serta melakukan stress testing. Stress testing dilakukan guna
mengetahui dampak dari implementasi kebijakan dan strategi manajemen risiko terhadap
kinerja dan pendapatan masingmasing satuan kerja operasional atau aktivitas fungsional
perusahaan.
3. Kaji ulang secara berkala terhadap proses manajemen risiko. Kaji ulang antara lain
dilakukan bcrdasarkan temuan audit intern dan/atau perkembangan praktik-praktik
manajemen risiko yang berlaku secara internasional.
4. Pengkajian usulan aktivitas dan/atau produk baru. Bcberapa yang tcrmasuk dalam
pengkajian adalah penilaian kemampuan perusahaan untuk melakukan aktivitas dan/atau
produk baru dan kajian usulan perubahan sistem dan prosedur.
5. Evaluasi terhadap akurasi model dan validitas data yang digunakan untuk mengukur
risiko bagi perusahaan yang menggunakan model untuk keperluan intern (internal
model).
6. Memberikan rekomendasi kepada satuan kerja operasional (risk-laking unit) dan/atau
kepada KMR sesuai kewenangan yang dimilikinya. Rekomendasi memuat hal-hal yang
terkait dengan besaran atau maksimum eksposur risiko yang wajib dipelihara oleh
perusahaan.
7. Menyusun dan menyampaikan laporan profil/komposisi risiko secara berkala kepada
direktur utama atau direktur yang ditugaskan secara khusus dan KMR secara berkala.
Profil risiko mempakan gambaran secara menyeluruh atas besarnya potensi risiko yang
melekat pada seluruh Portofolio atau eksposur bank. Frekuensi penyampaian laporan
harus ditingkatkan apabila kondisi pasar berubah dengan cepat.

2.3 HUBUNGAN SATUAN KERJA OPERASIONAI. DENGAN SKMR


Satuan kerja operasiona] (risk-taking unit) wajib menginformasikan ekspoour risiko yang
melekat pada satuan kerja yang bersangkutan kepada SKMR sacan berkala. Frekuensi
penyampaian informasi eksposur risiko disesuaikan dan karakteristik jenis risiko.
Temasuk dalam definisi satuan kerja operasional (risk-taking unit) antara lain adalah satuan kerja
perkreditan, treasury, dan pendanaan ataupun bagian-bagian lain di sebuah korporasi. Jadi, bila
ada eksposur yang memengaruhi bisnis di sebuah korporasi, harus disampaikan secara berkala,
baik bulanan, triwulanan, atau sesuai dengan profil risiko dan kompleksitas korporasi. Bagi
sebuah perusahaan tambang, perubahan naik turun harga komoditas minyak. batu bara, dan lain-
lain tentu saja akan berpengaruh kepada eksposur bisnis korporasi dan ini harus disampaikan
oleh unit bisnis kepada SKMR korporasi secara berkala.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan keanggotaan komite manajemen
risiko dapat berupa keanggotaan tetap atau tidak tetap, sesuai dengan kebutuhan. Anggota tetap
adalah direksi dan pejabat eksekutif yang ditunjuk direktur utama untuk melaksanakan
wewenang dan tanggung jawab secara pcrmanen untuk jangka waktu tertentu, seperti direktur
yang membawahkan fungsi kepatuhan dan dircktur yang membawahkan fungsi manajemen
risiko, sedangkan anggota tidak tetap adalah direksi dan pejabat eksekutif yang terkait dengan
topik yang dibahas dan direkomendasikan dalam komite manajemen risiko, seperti kepala divisi
treasury untuk topik pengelolaan eksposur suku bunga dan nilai tukar.
Satuan kerja manajemen risiko (SKMR) meru pakan bagian dari struktur organisasi
(bersifat struktural). Struktur organisasi satuan kerja manajemen risiko harus disesuaikan dengan
ukuran dan kompleksitas usaha perusahaan serta risiko yang melekat pada perusahaan. Hal ini
dimaksudkan agar perusahaan dapat menentukan sendiri struktur organisasi yang tepat dan
sesuai dengan kondisi, termasuk kemampuan keuangan dan sumber daya manusia (SDM).

3.2 SARAN
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang
lebih mendalam tentang “Organisasi dan Fungsi Manajemen Risiko” bagi para pembaca. Semoga
dengan terselesaikannya makalah ini penulis juga diharapkan mampu memahami dan menambah
wawasan serta pengetahuan tentang “Organisasi dan Fungsi Manajemen Risiko” dalam mata
kuliah Manajemen Risiko. Penulis makalah ini tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan
penulis, oleh karena itu penulis juga mengharapkan kritik dan saran membangun dari para
pembaca.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Rustam, Bambang Rianto. 2019. Manajemen Risiko. Prinsip, Penerapan, dan Penelitian. Jakarta:
Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai