Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Analisis laporan keuangan yang mencakup rasio keuangan, analisis


kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam
menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang.
Dengan analisis keuangan ini dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang
dimilliki oleh seorang business enterprise. Rasio tersebut dapat memberikan
indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi
kewajiban finansialnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi
manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan
struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham dapat dicapai.

Untuk melakukan analisis ini dapat dengan cara membandingkan


prestasi satu periode dengan periode sebelumnya sehigga diketahui adanya
kecenderungan selama periode tertentu. Selain itu dapat pula dilakukan
dengan cara membandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri itu
sehingga dapat diketahui bagaimana posisi perusahaan dalam industri.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan kepada latar belakang di atas, maka yang menjadi


permasalahan pokok dalam makalah ini diantaranya yaitu :

1. Pengertian dan fungsi laporan keuangan dan analisis laporan keuangan

2. Macam-macam analisis laporan keuangan

3. Penilaian kinerja keuangan perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk periode


tahun 2009 dan 2010.

1|Manajemen Keuangan-Yona Pemela


C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah diantaranya sebagai


berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi laporan keuangan dan analisis


laporan keuangan.

2. Untuk mengetahui macam-macam analisis laporan keuangan.

3. Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk. dengan
melakukan analisis rasio keuangan sebagai perhitungannya.

2|Manajemen Keuangan-Yona Pemela


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Laporan Keuangan

Laporan Keuangan juga melaporkan prestasi historis dari suatu


perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan
ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan (J. Fred
Weston & Thomas E. Copeland, 1994: 24). Laporan keuangan adalah
laporan yang memuat hasil-hasil perhitungan dari proses akuntansi yang
menunjukkan kinerja keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan


pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan
kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan juga melaporkan prestasi
historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan
analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramaln untuk
masa depan.

Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan.


Laporan keuangan yang lengkap biasanya terdiri dari :

 Laporan Neraca

 Laporan Laba/Rugi

 Laporan Perubahan Ekuitas

 Laporan Perubahan Posisi Keuangan, berupa Laporan Arus Kas

 Catatan dan Laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan


bagian integral dari laporan keuangan

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kondisi


keuangan adalah aktiva,kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang
berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba/rugi adalah
penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan
berbagai unsur laporan laba/rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.

1. Fungsi Laporan Keuangan

Adapun fungsi laporan keuangan antara lain:

3|Manajemen Keuangan-Yona Pemela


1. Untuk menyediakan informasi yang menyangkut kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Menunjukkan apa yang dilakukan manajemen(stewardship),atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya yang dipercayakan
kepadanya.

2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan

a. Laporan Neraca

Neraca (Balance Sheet) adalah dari laporan keuangan suatu


perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang
menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode tersebut.
Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aktiva, kewajiban, dan modal.

1) Aktiva adalah harta milik perusahaan yang digunakan untuk biaya


operasional dan biaya produksi suatu perusahaan. Aktiva ada dua
macam aktiva lancar dan aktiva tetap.

2) Kewajiban (Liabilities) adalah kewajiban perusahaan kepada pihak


luar (creditor) yang tercermin di dalam Neraca dan pada umumnya
digambarkan dengan kata “payable”.

3) Modal adalah harta yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan


sebagai langkah awal dalam menjalankan suatu bisnis, dan
digunakan untuk menambah pendanaan aktiva.

Ketiga unsur tersebut dihubungkan dengan persamaan berikut :

Aktiva = Hutang + Modal

Informasi yang dapat dilihat dari neraca antara lain adalah posisi
sumber kekayaan perusahaan dan sumber pembiayaan untuk
memperoleh kekayaan perusahaan tersebut dalam suatu periode
akuntansi.

b. Laporan Laba/Rugi

Laporan laba/rugi (income statement) adalah bagian dari laporan


keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi
yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan
sehingga menghasilkan suatu laba atau rugi bersih.

4|Manajemen Keuangan-Yona Pemela


Laporan laba/rugi mempunyai dua unsur yaitu pendapatan dan
beban,

1) Pendapatan adalah kenaikan manfaat ekonomi dalam suatu periode


akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau
penurun kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal.

2) Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode


akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya nilai aktiva
atau kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian penanaman modal.

c. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas (cash flow statlement) adalah bagian dari


laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode
akuntasi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang perusahaan.

Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa
yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas perkiraan
arus kas yang dibuat sebelumnya. Laporan arus kas juga menjadi alat
penanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode
pelaporan.

Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus


kas memberikan informasi yang bermafaat bagi pengguna laporan dalam
mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas
pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan
solvabilitas).

B. Analisis Laporan Keuangan

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut ikatan akuntan Indonesia analisa laporan keuangan adalah


analisa terhadap neraca dan perhitungan laba rugi serta segala keterangan-
keterangan yang dimuat dengan lampiran-lampiran nya untuk mengetahui
gambaran tentang posisi keuangan dan perkembangan usaha perusahaan
yang bersangkutan.

Analisa laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan


dan kecendrungan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan)
dan tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisa dilakukan dengan

5|Manajemen Keuangan-Yona Pemela


pengukuran hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan
bagaimana perubahan unsur-unsur tersebut dari tahun ke tahun untuk
untuk mengetahui perkembangannya.

2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat


dan teknik analisis pada laporan dan data keuangan dalam rangka untuk
memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan yang berarti dan
berguna dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian fungsi
yang pertama dan yang utama dari analisis laporan keuangan adalah untuk
mengkonversi data menjadi informasi.

Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa


tujuan, diantaranya :

a. Digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif


investasi atau merger.

b. Sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di


masa yang akan datang.

c. Sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen,


operasi atau masalah lainnya.

d. Sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.

e. Sebagai data perbandingan untuk dua periode atau lebih untuk


dianalisa lebih lanjut.

Dari semua tujuan tersebut, yang terpenting dari analisis laporan


keuangan adalah tujuannya untuk mengurangi ketergantungan para
pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi. Selain itu
juga untuk mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang
tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan.

3. Jenis Analisis Laporan Keuangan

Menurut Jumingan (2005 : 44) pada dasarnya ada beberapa jenis


analisis yang dapat dilakukan, yakni :

a. Analisis Internal adalah analisis yang dilakukan oleh mereka yang


bisa mendapatkan informasi yang lengkap dan terperinci
mengenai suatu perusahaan, dilakukan oleh manajemen dalam

6|Manajemen Keuangan-Yona Pemela


mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi
dalam kondisi keuangan.

b. Analisis Eksternal adalah analisis yang dilakukan oleh mereka


yang tidak bisa mendapatkan data yang terperinci mengenai suatu
perusahaan. Dilakukan oleh bank, para kreditur, pemegang saham,
calon pemegang saham dan lain-lain dalam hal mengukur tingkat
likuiditas dan profitabilitas.

c. Analisis Horizontal / Dinamis adalah analisis perkembangan data


keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun guna
mengetahui kekuatan atau kelemahan keuangan perusahaan yang
bersangkutan.

d. Analisis Vertikal / Statis adalah analisis laporan keuangan yang


terbatas hanya pada satu periode akuntansi saja, misalnya analisis
rasio.

C. Analisis Rasio Laporan Keuangan

Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang


menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam
laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan
tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.Pada dasarnya
angka-angka rasio itu dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :

1. Angka-angka rasio yang didasarkan pada sumber data keuangan dari mana
unsur-unsur angka rasio tersebut diperoleh. Berdasarkan sumber datanya
rasio dibagi menjadi tiga, yaitu :

a) Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios), yaitu rasio yang disusun


dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (current
ratio) dan rasio tunai (quick ratio).

b) Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios), yaitu


rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan
perhitungan laba rugi, misalnya rasio laba bruto dengan penjualan
netto, rasio laba usaha dengan penjualan netto dan operating ratio.

c) Rasio-rasio antar laporan (intern-statement ratios), yaitu


rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan
laba rugi, misalnya rasio penjualan netto dengan aktiva usaha,
rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata dan rasio HPP
dengan persediaan rata-rata.

7|Manajemen Keuangan-Yona Pemela


2. Angka-angka rasio yang disusun berdasarkan tujuan penganalisis
dalam mengevaluasi suatu perusahaan.Ada berbagai pendapat tentang
kategori rasio berdasarkan tujuan penganalisis dalam mengevaluasi
suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangannya, sedangkan
macam-macam rasio untuk perbankan terdiri dari :

a) Rasio likuiditas, bertujuan menguji kecukupan dana


perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban yang
segera harus dipenuhi.

b) Rasio solvabilitas, bertujuan mengukur kemampuan bank


dalam memenuhi hutang-hutangnya, baik jangka panjang maupun
jangka pendek.

c) Rasio rentabilitas, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan


baik didalam menghasilkan laba atas sejumlah modal dan aktiva
yang dimilikinya, serta dapat dinilainya tingkat efisiensi
penggunaan modal dan aktiva tersebut.

D. Keterbatasan Laporan Keuangan

Sebelum mengambil keputusan, para pemakai laporan keuangan harus


mengetahui dan memahami terlebih dahulu sifat dan keterbatasan laporan
keuangan agar para pemakai laporan keuangan tersebut tidak salah
mengartikan sehingga tidak akan menyesatkan dalam pengambilan
keputusan.
Menurut S. Munawir dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan”
menyatakan bahwa: “Laporan keuangan yang bersifat historis serta
menyeluruh dan sebagai suatu laporan kemajuan laporan keuangan terdiri dari
data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara:
a. Fakta yang telah dicatat (Recorded Fact)
b. Prinsip-prinsip kebiasaan-kebiasaan didalam akuntansi (Accounting
Convention and Postulate)
c. Pendapat pribadi (Personal Judgement)”. (2002;6)

Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan


di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan mempunyai
keterbatasan. S. Munawir mengemukakan keterbatasan laporan keuangan
yaitu: “Keterbatasan Laporan Keuangan antara lain:
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya
sementara) dan merupakan laporan yang final.
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya
bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dengan standar nilai yang
mungkin berbeda atau berubah-ubah.

8|Manajemen Keuangan-Yona Pemela


3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu
dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut menurun, dibanding
dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan
yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau
mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan
tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin
juga diikuti kenaikan harga-harga.
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-
faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan suatu uang”. (2002;9)

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan


keuangan bersifat historis dan hanya merupakan gambaran kemajuan
perusahaan yang terdiri dari data-data, laporan dan elemen yang cukup berarti
yang mempunyai sifat yang dapat mempengaruhi atau menyebabkan
timbulnya suatu perbedaan dalam suatu pengambilan keputusan dengan
mempertimbangkan keadaaan lain yang ada di perusahaan.

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Bata atau T&A Bata Shoe Company terdaftar di Zlin, Cekoslowakia


oleh dua bersaudara Tomáš Anna dan Antonín Bata (1894). Perusahaan sepatu
raksasa keluarga ini mengoperasikan empat unit bisnis internasional: Bata
Eropa, Bata Asia Pasifik-Afrika, Bata Amerika Latin, dan Bata Amerika
Utara. Produk perusahaan ini hadir di lebih dari 50 negara dan memiliki
fasilitas produksi di 26 negara. Sepanjang sejarahnya, perusahaan ini telah
menjual sebanyak 14 miliar pasang sepatu.

9|Manajemen Keuangan-Yona Pemela


Di Indonesia pengoperasian penjualan sepatu Bata dijalankan oleh PT
Sepatu Bata, Tbk. Pabrik perusahaan ini pertama kali berdiri pada tahun
1931, dan saat ini berada di dua tempat, yaitu Kalibata dan Medan. Keduanya
menghasilkan 7 juta pasang alas kaki setahun yang terdiri dari 400 model
sepatu, sepatu sandal, dan sandal baik yang dibuat dari kulit, karet, maupun
dan plastik. Sebelum tahun 1978, status Bata di Indonesia adalah perusahaan
Penanaman Modal Asing (PMA), sehingga dilarang menjual langsung ke
pasar. Bata menjual melalui para penyalur khusus (depot) dengan sistem
konsinyasi. Status para penyalur tersebut diubah dan pada 1 Januari 1978,
yaitu saat izin dagang Bata "dipindahkan" kepada mereka dan PT. Sepatu
Bata menjadi perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Kantor: Pabrik:

Jl. Taman Pahlawan Kalibata a. Desa Cibening, Kec Bungursari –


Purwakarta
Jakarta 12750 Telp : (0264) 203870, 203871
Faks : (0264) 203560
Telp : (021) 7992008

Faks : (021) 7995679 b. Jl.Thamrin No. 75-W, Medan


Telp : (061) 7355267, 7366263
Email : Faks : (061) 7366263
jakarta@bataindonesia.com

Sejarah perkembangan perusahaan ini di Indonesia adalah sebagai


berikut :

a) 1931 memulai usahanya sebagai pengimpor sepatu


b) 1940 mendirikan pabrik di kalibata jakarta selatan
c) 1982 didaftarkan di Bursa Efek Jakarta
d) 1994 mendirikan pabrik di Purwakarta
e) 2004 memperoleh lisensi sebagai distributor dan General Importing.

B. Struktur Organisasi Perusahaan

Dibawah ini ditampilkan struktur organisasi pada PT. Sepatu Bata, Tbk.
Tahun 2006 :

10 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
11 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
(Sumber : Arsip Perusahaan)

12 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Data

Berikut ini adalah Laporan Laba/Rugi dan Neraca PT. Sepatu Bata,
Tbk. pada periode tahun 2009 dan tahun 2010 :

PT SEPATU BATA Tbk.


LAPORAN LABA RUGI
Tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
31 DESEMBER 2010 dan 2009
(Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2010 2009
PENJUALAN BERSIH Rp 644.189.190 Rp 598.466.433
BEBAN POKOK PENJUALAN Rp 337.998.532 Rp 322.782.390
LABA KOTOR Rp 306.190.658 Rp 275.684.043
BEBAN USAHA :
PENJUALAN DAN PEMASARAN Rp 140.069.418 Rp 125.454.828
UMUM DAN ADMINISTRASI Rp 78.990.390 Rp 75.271.288
JUMLAH BEBAN USAHA Rp 219.059.808 Rp 200.726.116
LABA USAHA Rp 87.130.850 Rp 74.957.927
PENDAPATAN / BEBAN LAIN-LAIN
LABA PENJUALAN ASET TETAP Rp 572.791 Rp 192.146
PENDAPATAN BUNGA Rp 140.192 Rp 182.810
BEBAN BUNGA Rp (4.390.307) Rp (4.980.268)
LABA SELISIH KURS-BERSIH Rp 555.273 Rp 867.653
PENDAPATAN LAINNYA-BERSIH Rp 558.564 Rp 457.713
JUMLAH BEBAN LAIN-LAIN - BERSIH Rp (2.563.487) Rp (3.279.946)
LABA SEBELUM PAJAK Rp 84.567.363 Rp 71.677.981
PENGHASILAN BADAN
BEBAN / MANFAAT PAJAK PENGHASILAN
KINI Rp 20.747.074 Rp 17.778.557
TANGGUHAN Rp 2.845.219 Rp 918.778
Rp 23.592.293 Rp 18.697.335
LABA BERSIH Rp 60.975.070 Rp 52.980.646
LABA USAHA PER SAHAM Rp 6.702 Rp 5.766
(RUPIAH PENUH)
LABA BERSIH PER SAHAM Rp 4.690 Rp 4.075

13 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
PT. SEPATU BATA Tbk.
NERACA
31 DESEMBER 2010 dan 2009
(Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
ASET 2010 2009
ASET LANCAR
KAS DAN SETARA KAS Rp 4.659.400 Rp 9.789.354
PIUTANG USAHA Rp 20.460.201 Rp 14.722.762
PIUTANG PEGAWAI Rp 1.418.008 Rp 732.571
PIUTANG LAIN-LAIN Rp 1.197.773 Rp 1.930.840
PERSEDIAAN Rp 191.217.901 Rp 153.761.143
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DIBAYAR DI
Rp 29.534.181
MUKA Rp 22.659.898
BIAYA DIBAYAR DI MUKA Rp 41.421.448 Rp 33.426.231
ASET LANCAR LAINNYA Rp 5.587.436 Rp 5.279.968
JUMLAH ASET LANCAR Rp 295.496.348 Rp 242.302.767
ASET TIDAK LANCAR
ASET TETAP Rp 167.843.434 Rp 155.768.155
ASET LAIN-LAIN
BIAYA DIBAYAR DI MUKA Rp 13.280.597 Rp 13.253.319
PENGHARGAAN MASA KERJA DIBAYAR DI
Rp 775.987
MUKA Rp -
UANG JAMINAN SEWA Rp 6.856.189 Rp 5.354.906
JUMLAH ASET TIDAK LANCAR Rp 188.756.207 Rp 174.376.380
JUMLAH ASET Rp 484.252.555 Rp 416.679.147
KEWAJIBAN DAN EKUITAS 2010 2009
KEWAJIBAN LANCAR
HUTANG USAHA Rp 81.313.889 Rp 41.345.861
PINJAMAN JANGKA PENDEK Rp 17.500.000 Rp 21.000.000
HUTANG PAJAK Rp 3.982.144 Rp 2.987.935
BEBAN MASIH HARUS DIBAYAR Rp 13.705.212 Rp 12.657.162
UANG JAMINAN DARI PENYALUR Rp 25.247.195 Rp 25.027.631
JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR Rp 141.748.440 Rp 103.018.589
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
PENYISIHAN PENGHARGAAN MASA KERJA Rp - Rp 4.166.735
KEWAJIBAN PAJAK TANGGUHAN-BERSIH Rp 10.995.150 Rp 8.149.928
JUMLAH KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Rp 10.995.150 Rp 12.316.663
JUMLAH KEWAJIBAN Rp 152.743.590 Rp 115.335.252

14 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
EKUITAS
MODAL SAHAM Rp 13.000.000 Rp 13.000.000
SALDO LABA Rp 318.508.965 Rp 288.343.895
JUMLAH EKUITAS Rp 331.508.965 Rp 301.343.895
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS Rp 484.252.555 Rp 416.679.147

B. Permasalahan dan Pembahasannya

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan


perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada
kreditur jangka pendek (Prastowo dan Juliati, 2002).

Perbedaan rasio lancar antara tahun 2009 dan 2010 terjadi karena
peningkatan aktiva lancar yang pada tahun 2009 sebesar Rp 242.302.767
dan pada tahun 2010 sebesar Rp 295.496.348 serta adanya penambahan
kewajiban lancar yang pada tahun 2009 sebesar Rp 103.018.589 dan
pada tahun 2010 sebesar Rp 141.748.440 .

Walaupun demikian nilai rasio lancar dapat dikatakan baik karena


perusahaaan masih mampu membayar kewajiban jangka pendek.
Perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat waktu karena
perusahaan memiliki jumlah aset lancar yang lebih besar daripada hutang
lancarnya atau hutang jangka pendek.

a. Current Ratio merupakan alat ukur bagi kemampuan likuiditas


(solvabilitas jangka pendek), yaitu kemampuan untuk membayar
hutang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.

b.
Current Ratio = Current Assets

Current Liabilities

= Rp. 242.302.767 = 2,35 x (2009)

Rp. 103.018.589

= Rp. 295.496.348 = 2,08 x (2010)

15 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
Rp. 141.748.440

Dari data yang diambil diatas, diketahui bahwa current ratio dari
tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan dari 2,35 kali
menjadi 2,08 kali, sehingga kondisi perusahaan bisa dikatakan
kurang baik, sehingga perusahaan harus mampu menekan
pertumbuhan kewajiban lancar yang cukup cepat dibandingkan
dengan aktiva lancarnya. Hal ini akan menyebabkan perusahaan
menaikkan pinjamannya ke bank lebih banyak atau pembayaran
utang usahanya akan lebih lambat, dan sebagainya.

c. Quick ratio merupakan alat ukur bagi kemampuan perusahaan untuk


membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar
yang lebih likuid.

Quick Ratio = Current Assets – Inventory

Current Liabilities

= Rp. 242.302.767 – Rp. 153.761.143 = 0,86 x (2009)

Rp. 103.018.589

= Rp. 295.496.348 – Rp. 191.217.901 = 0,74 x (2010)

Rp. 141.748.440

Dari data yang diambil diatas, diketahui bahwa quick ratio dari tahun
2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan dari 0,86 kali menjadi
0,74 kali, sehingga kondisi perusahaan bisa dikatakan kurang baik,
sehingga perusahaan harus mampu untuk mempercepat penagihan
piutang yang berada pada konsumen agar perusahaan dapat
melunasi kewajiban lancarnya tanpa harus menjual persediaan sama
sekali.

16 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
2. Rasio Pengelolaan Aktiva (Aktivity Ratio)

Rasio pengelolaan aktiva adalah alat ukur sejauh mana efektifitas


perusahaan dalam menggunakan sumber daya – sumber dayanya.

a. Receivable Turn Over (rasio perputaran piutang) memberikan analisa


mengenai beberapa kali tiap tahunnya dana yang tertanam dalam
piutang berputar dari bentuk piutang kebentuk uang tunai, kemudian
kembali kebentuk piutang lagi. Makin tinggi rasio (turn over)
menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah,
sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment
dalam piutang, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja
tidak efektif, dll.

Receivable Turn Over = Sales

Account Receivable

= Rp. 598.466.433 = 34,42 x (2009)

Rp. 17.386.173

= Rp. 644.189.190 = 31,84 x (2010)

Rp. 20.231.077,5

Berdasarkan data yang diambil dari perhitungan di atas


menunjukkan bahwa perputaran piutang pada tahun 2010 mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya. Yang tadinya sebanyak 34,42 kali
dalam setahun menjadi 31,84 kali. Ini bisa saja terjadi karena
keterlambatan penagihan yang bekerja secara tidak efektif.
Perusahaan harus kembali mengefektifkan bagian kredit dan
penagihan agar perputaran piutang ke bentuk uang tunai bisa lebih
cepat untuk memperlancar proses produksi di perusahaan.

b. Average Collection Period yaitu periode rata-rata yang diperlukan


untuk mengumpulkan piutang Rasio ini biasanya dipergunakan
sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat likuiditas aktiva lancar yang
berbentuk piutang jangka pendek.

17 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
Average Collection Period = Receivable

Average Days In Sales

= Rp. 17.386.173 = 10,46 x (2009)

Rp. 1.662.406,76

= Rp. 23.075.982 = 12,90 x (2010)

Rp. 1.789.414,42

Dari data yang diambil diatas, diketahui bahwa periode


pengumpulan piutang dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami
keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh costumer dari tahun
2009 sebanyak 10,29 kali dan pada tahun 2010 sebanyak 12,90 kali
dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata konsumen tidak
membayar tagihannya secara tepat waktu. Hal ini akan menyedot
dana perusahaan yang sebenarnya dapat dipergunakan untuk
investasi dalam aktiva produktif.

c. Inventory Turn Over yaitu rasio untuk mengukur efisiensi


penggunaan persediaan atau rasio untuk mengukur kemampuan dana
yang tertanam dalam persediaan untuk berputar dalam suatu periode
tertentu. Rasio ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan
barang dagangan diganti atau dijual dalam satu tahun. Perputaran
yang tinggi menunjukkan tingkat persediaan yang ada cukup baik.

Inventory Turn Over = Lost Of Good Sold

Average Inventory

= Rp. 322.782.390 = 2,10 x (2009)

Rp. 153.761.143

18 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
= Rp. 337.998.532 = 1,96 x (2010)

Rp. 172.489.522

Persediaan tidak mengalami perubahan yang cukup besar dari tahun


2009 sampai 2010. Tetapi jika dibandingkan dengan tahun 2009,
pada tahun 2010 persediaan mengalami penurunan sebesar 0,14 x,
sehingga perusahaan harus mampu mengkonsistentan perputaran
persediaan dari tahun ke tahun jika tidak bisa untuk dinaiikan, itu
sangat berguna untuk mengefisienkan kondisi keuangan di
perusahaan.

d. Average Days In Inventory yaitu periode menahan rata-rata


persediaan barang yang berada di gudang.

Average Days In Inventory = 360

Inventory Turn Over

= 360 = 171 hari (2009)

2,10

= 360 = 184 hari (2010)

1,96

Penyimpanan persediaan di gudang pada tahun 2010 lebih lama


dibandingkan dengan tahun 2009. Hal ini bisa saja disebabkan oleh
beberapa hal yang menghambat proses produksi dan pengiriman
kepada konsumen, misalnya bahan baku yang kurang baik
kualitasnya, kerusakan pada barang jadi yang siap dikirim, masalah
internal manajemen yang mengakibatkan proses penyimpanan di
gudang cukup lama. Perusahaan diusahakan harus lebih
mempercepat periode penyimpanan persediaan di gudang agar
kondisi keuangan untuk persediaan berputar sebagaimana mestinya.

19 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
e. Total Assets Turn Over yaitu rasio untuk mengukur efisiensi
penggunaan aktiva secara keseluruhan.

Total Assets Turn Over = Sales

Total Assets

= Rp. 598.466.433 = 1,44 x (2009)

Rp. 416.679.147

= Rp. 644.189.190 = 1,33 x (2010)

Rp. 484.252.555

Dari perhitungan diatas pada tahun 2009 dapat diperoleh total assets
turnover ratio sebesar 1,44 artinya dalam tahun tersebut aktiva
menghasilkan penjualan 1,44 X, sedangkan pada tahun 2010
diperoleh total assets turnover ratio sebesar 1,33 artinya pada tahun
tersebut aktiva menghasilkan penjualan 1,33 X. Maka dapat diamati
bawa perusahaan mengalami penurunan dan ini menunjukkan bahwa
perusahaan tidak menghasilkan volume bisnis yang cukup dibanding
investasi dalam total aktivanya. Penjualan harus lebih ditingkatkan,
beberapa aktiva harus dilepas atau kombinasi dari kedua langkah ini
harus dijalankan oleh perusahaan.

3. Rasio Profitabilitas (Profitabilitas Ratio)

Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari penggunanaan modalnya.

a. Gross Profit Margin merupakan rasio yang mengukur tingkat


profitabilitas produk sebelum dibebani oleh biaya-biaya yang lain.
Perubahan rasio laba kotor bisa saja terjadi karena perubahan dalam
kebijaksanaan penjualan, misalnya tingkat potongan atau adanya
produk baru.

Gross Profit Margin = Gross Profit

20 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
Sales

= Rp. 275.684.043 = 0,46 (2009)

Rp. 598.466.433

= Rp. 306.190.658 = 0,48 (2010)

Rp. 644.189.190

Gross profit margin diatas mengalami kenaikan dari tahun 2009


sebesar 0,46 atau 46 % menjadi 0,48 atau 48 % di tahun 2010. Hal
ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan semakin membaik
dan mengalami kenaikan sebesar 2 % dari tahun sebelumnya. Ini
akan menjadikan kondisi perusahaan baik dikarenakan profitabilitas
yang semakin tinggi.

b. Operating Profit Margin atau laba usaha (laba operasi) adalah laba
dari kegiatan utama perusahaan. Oleh karena itu sudah seharusnya
laba ini memberikan hasil lebih besar dibanding dari laba yang
bukan utama.

Operating Profit Margin Earning Before Interest And Tax


=
(EBIT)

Sales

= Rp. 71.677.981 = 0,12 (2009)


Rp.
598.466.433

= Rp. 84.567.363 = 0,13 (2010)


Rp.
644.189.190

21 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
Operating Profit Margin mengalami kenaikan dari tahun 2009
sebesar 0,12 atau 12 % menjadi 0,13 atau 13 % di tahun berikutnya.
Ini merupakan kondisi yang baik dikarenakan laba yang dihasilkan
perusahaan mengalami kenaikan yang akan cukup membantu
menstabilkan kondisi perusahaan. Penjualan harus lebih ditingkatkan
agar laba yang dihasilkan semakin tinggi.

c. Net Profit Margin merupakan rasio yang mengukur hasil akhir dari
kegiatan operasi perusahaan. Selisih laba bersih dengan rasio laba
usaha dapat mencerminkan berapa beban yan ditanggung perusahaan
untuk biaya-biaya non operasional.

Net Profit Margin = EAT

Sales

= Rp. 52.980.646 = 0,09 (2009)


Rp. 598.466.433

= Rp. 60.975.070 = 0,09 (2010)


Rp. 644.189.190

Dari perhitungan diatas pada tahun 2009 diperoleh net profit margin
sebesar 0,09 % dan pada tahun 2010 sama besar yaitu 0,09 % yang
artinya margin laba atas pada perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk.
mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan. Dapat dikatakan
bahwa kinerja dalam menghasilkan margin atas laba penjualan cukup
baik karena tidak mengalami penurunan yang berdampak buruk bagi
kondisi perusahaan.

d. Return On Assets merupakan kemampuan dari modal yang


diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan netto.

Return On Assets = EAT

Total Assets

22 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
= Rp. 52.980.646 = 0,13 (2009)

Rp. 416.679.147

= Rp. 60.975.070 = 0,13 (2010)

Rp. 484.252.555

Dari perhitungan diatas,pada tahun 2009 diperoleh return on assets


sebesar 0,13 atau 13 % dan pada tahun 2010 sama besar yaitu 0,13
atau 13 %. Hal ini menunjukkan tingkat pengembalian laba atas
total aktiva pada perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk. tidak mengalami
perubahan dengan kata lain perusahaan menghasilkan laba yang
tidak jauh beda dari tahun sebelumnya atas jumlah aktiva
perusahaan.

e. Return On Equity merupakan rasio yang berguna untuk mengetahui


seberapa jauh hasil yang diperoleh dari penanam modal. Pengertian
modal disini adalah semua modal yang tertanam di perusahaan,
termasuk di dalamnya saldo laba (laba ditahan).

Return On Equity = EAT

Equity

= Rp. 52.980.646 = 0,18 (2009)

Rp. 301.343.895

= Rp. 60.975.070 = 0,18 (2010)

Rp. 331.508.965

Dari perhitungan diatas, pada tahun 2009 diperoleh return on equity


sebesar 0,18 yang berarti 18 % dan pada tahun 2010 sama yaitu
sebesar 18 %. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan
tidak mengalami peningkatan atau penurunan dalam pengembalian
modal.

23 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
4. Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage Ratio)

Rasio pengelolaan hutang (Leverage Ratio) adalah rasio untuk


mengetahui seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio ini
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka panjangnya. Rasio leverage merupakan proporsi total hutang
terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham. Dengan kata lain, rasio
leverage mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh
pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditur perusahaan.

a. Debt To Total Assets Ratio merupakan rasio yang menghitung berapa


bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibiayai dengan
hutang. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi resiko keuangan
perusahaan. Dalam batas tertentu bank akan sulit untuk mengabulkan
permohonan kredit. Hanya saja setiap bank batasnya berbeda.

Debt To Total Assets Ratio = Total Liabilities

Total Assets

= Rp. 115.335.252 = 0,28 (2009)

Rp.
416.679.147

= Rp.
= 0,32 (2010)
152.743.590

Rp.
484.252.555

Dari hasil perhitungan diatas pada tahun 2009 diperoleh debt ratio
sebesar 0,28 yang artinya adalah prosentasi aktiva didanai dari
hutang sebesar 28%, sedangakn untuk tahun 2010 diperoleh debt
ratio sebesar 0,32 yang artinya adalah prosentasi aktiva yang didanai
dari hutang sebesar 32%. Terjadinya kenaikan debt ratio
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin menurun dengan
semakin bertambahnya hutang dalam pendanaan akitiva. Ini akan
membahayakan perusahaan dan akan lebih mahal bagi perusahaan
untuk meminjam tambahan dana tanpa terlebih dahulu meningkatkan
modal ekuitas. Kreditur enggan meminjamkan dana tambahan tanpa

24 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
kepada perusahaan dan manajemen bisa saja menghadapi resiko
kebangkrutan jika perusahaan meningkatkan rasio hutangnya dengan
meminjam tambahan dana.

b. Time Interest Earned Ratio merupakan rasio yang mengukur


seberapa besar keuntungan dapat berkurang (turun) tanpa
mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena perusahaan tidak
mampu membayar bunga.

Time Interest Earned Ratio = Earning Before Interest And Tax (EBIT)

Interest Expense

= Rp. 71.677.981 = 14,39 x (2009)

Rp. 4.980.268

= Rp. 84.567.363 = 19,26 x (2010)

Rp. 4.390.307

Pada tahun 2010 time interest earned ratio mengalami kenaikan


sebanyak 4,87 x dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ini
menandakan bahwa perusahaan mampu membayar bunga
perusahaan. Kenaikan rasio ini bisa saja disebabkan oleh keuntungan
yang didapat oleh perusahaan yang menyebabkan EBIT perusahaan
naik dan bernilai positif.

25 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu


perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan berfungsi
untuk menyediakan informasi yang menyangkut kinerja serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Analisa laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan


kecendrungan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan
tingkat kesehatan suatu perusahaan. Berfungsi sebagai data
perbandingan untuk dua periode atau lebih untuk dianalisa lebih lanjut juga
berfungsi sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.

Analisis rasio laporan keuangan PT. Sepatu Bata, Tbk.

No Keterangan
. DESKRIPSI 2009 2010
1 Rasio Likuiditas
a Current Ratio 2,35 X 2,08 X Turun (Kurang Baik)
b Quick Ratio 0,86 X 0,74 X Turun (Kurang Baik)
2 Rasio Aktivitas
a Receivable Turn Over 34,42 X 31,84 X Turun (Kurang Baik)
Average Colection Naik (Memburuk)
b Period 10,46 X 12,90 X
c Inventory Turn Over 2,10 X 1,96 X Turun (Kurang Baik)
Average Days In Naik (Memburuk)
d Inventory 171 Hari 184 Hari
e Total Assets Turn Over 1,44 X 1,33 X Turun (Kurang Baik)
3 Rasio Liabilitas
Debt To Total Assets Naik (Memburuk)
a Ratio 28 % 32 %
Time Interest Earned Naik (Membaik)
b Ratio 14,39 X 19,26 X
4 Rasio Profitabilitas
a Gross Profit Margin 46 % 48 % Naik (Membaik)

26 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
b Operating Profit Margin 12 % 13 % Naik (Membaik)
c Net Profit Margin 9% 9% Stabil
d Return On Assets 13 % 13 % Stabil
e Return On Equity 18 % 18 % Stabil

Setelah melakukan perhitungan rasio laporan keuangan pada


perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk. serta berdasarkan maksud dari penulisan
ini adalah menilai kinerja keuangan dengan laporan keuangan sebagai
sumber data, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Liquidity Ratios (Rasio Likuiditas)

Dilihat dari rasio likuiditas, kinerja keuangan mengalami penurunan


sehingga kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek semakin menurun.

2. Profitability Ratios (Rasio Profitabilitas)

Dilihat dari rasio profitabiltas, kinerja keuangan mengalami


peningkatan dan cenderung stabil dari tahun sebelumnya. Dengan kata
lain perusahaan mampu menghasilkan keuntungan yang dapat
mengembalikan modal serta pengembalian atas total akitva.

3. Activity Ratios (Rasio Pengelolaan Aktiva)

Dilihat dari rasio pengelolaan aktiva, kinerja keuangan masih tidak


mampu menghasilkan tingkat penjualan yang cukup untuk tahun
berikutnya karena dari tahun sebelumnya mengalami penurunan nilai
rasio.

4. Leverage Ratios (Rasio Pengelolaan Hutang)

Dilihat dari rasio pengelolaan hutang, kinerja keuangan kurang baik


karena pendanaan aktiva di perusahaan banyak dibiayai dari hutang.
Sehingga hutang semakin meningkat maka besar kemungkinan
perusahaan tersebut tidak akan mampu menutupi hutang dan
perusahaan tersebut tidak akan dapat menjalan kegiatan operasional
perusahaan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dilakukan, maka terdapat


beberapa saran yang perlu diperhatikan sebagai masukan untuk kemajuan
perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk. diperiode berikutnya, sebagai berikut :

27 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
1. Meningkatkan nilai likuiditas perusahaan yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya, tetapi jangan
sampai ada aktiva yang menganggur.

2. Perusahaan harus meningkatkan efisiensi pemanfaatan aktiva yang dimilki


dalam kegiatan operasionalnya untuk meningkatkan pendapatan atau
meningkatkan laba bersih.

3. Perusahaan harus mengurangi jumlah hutang dalam pendanaan aktiva agar


keuangan perusahaan dalam kondisi sehat.

28 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a
DAFTAR PUSTAKA

1. S. Munawir, Drs. 2004. Analisa Laporan Keuangan. YOGYAKARTA:


LIBERTY.

2. Brigham, Eugene F. Houston, Joel F. Suharto, Dodo. Wibowo, Herman.


Sumiharti, Yati. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
3. Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori &
Praktik. Surakarta: Penerbit Erlangga.
4. Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi
Keempat, Cetakan Kedua. Yogyakarta : BPFE-YOGYAKARTA

5. Tristanti, Leony Lovancy. 2012. “Analisis Pengaruh Karakteristik


Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Sukarela”. Skripsi.
Semarang: Fakultas Ekonomika Dan Bisnis , Universitas Diponegoro.

6. Vini Sausan Tungky. Profil Perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk. 2010
(online), (http://vinisausantungky.blogspot.com/2010/05/profil-
perusahaan-pt-sepatu-bata-tbk.html diakses terakhir 22 Mei 2010)

7. Andri Apriyono. 2008. “Laporan Rugi Laba” (online),


(http://ilmumanajemen.wordpress.com/2008/03/24/laporan-rugi-laba/ ,
diakses tanggal 24 March 2008)

8. Universitas Gunadarma. 2009. (online),


(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/analisis-rasio-laporan-
keuangan-pada-perusahaan-cv-laksana-jaya/)

9. http://id.wikipedia.org/wiki/Bata_(perusahaan)
10. www.valuasi-investindo.com/LaporanKeu/BATA.pdf

29 | M a n a j e m e n K e u a n g a n - Y o n a P e m e l a

Anda mungkin juga menyukai