Anda di halaman 1dari 16

A.

Definisi
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme-bakteri, virus, jamur, parasit (Djojodibroto, 2007). Dengan
gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen
infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspiri substansi
asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsilidasi dan
dapat dilihat melalui gambaran radiologis (NANDA NIC-NOC, 2015)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. (Dahlan, Zuh 2006).
Berdasarkan tempat terjadinya pneumonia dibagi menjadi :
 CAP (community-acquired pneumonia), pneumonia yang didapat di
masyarakat.
 HAP (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia), pneumonia
yang didapat di rumah sakit.

B. Etiologi
Jika diketahui dengan seksama, penyebab pneumonia ini berbagai
macam, konon ada sekitar 30 macam sumber penyebabnya. Ia bisa
disebabkan bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia,
maupun partikel. Namun bakteri dianggap sebagai penyebab utama, suatu
bakteri streptococcus pneumonia dapat disebut sebagai infeksi akut pada
jaringan paru-paru. Dalam kondisi ini paru-paru yang terkena menyerap
oksigen mengalami peradangan dan berisi cairan. Proses ini biasanya
bersamaan dengan infeksi akut pada bronkhitis.
Penyakit pneumonia ini terjadi bila saluran udara pada paru-paru ikut
terserang infeksi. Infeksi ini banyak masalahnya, bisa saja muncul dengan
masuknya kuman ke tenggorokkan ke bagian atas, kemudian ia terus ke
paru-paru. Meskipun kuman itu sampai ke tenggorokan, mereka akan
memasuki kantong-kantong udara. Cairan akan cepat menumpuk disana,
dan butir-butir udara lebih putih akan bercampur dengan cairan tadi
(Saydam, 2011).
C. J
D. Klasifikasi
Menurut buku Pneumonia Community, pedoman diagnosis dan
penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan dokter
Paru Indonesia (PDPI) 2003, menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia.
1. Berdasarkan Klinis dan epidemiologis :
a. Pneumonia komunitas, meliputi infeksi saluran pernapasan
bawah yang terjadi dalam 48 jam setelah dirawat di rumah sakit
pada pasien yang belum pernah dirawat di rumah sakit selama >14
hari. Organisme yang paling sering diidentifikasi adalah
Streptococcus pneumoniae (20-75%), Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia pneumoniae, dan Legionella spp, patogen bakteri
“atipikal” (2-25%) dan infeksi virus (8-12%) adalah penyebab yang
relatif sering.
b. Pneumonia nosokomial, setiap infeksi saluran pernapasan bawah
yang berkembang >2 hari setelah dirawat di rumah sakit.
c. Pneumonia aspirasi, infeksi oleh bakteri dan organisme anaerob
lain setelah aspirasi.
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakteri/tipikal
Pneumonia ini dapat menyerang semua usia dan dapat
menyerang siapa saja. Pada saat pertahanan tubuh menurun
misalnya karena penyakit, usia lanjut, malnutrisi, bakteri pneumonia
dapat dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika
terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun
seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru
menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri
Pneumococcus adalah kuman yang paling umum sebagai
penyebab pneumonia tersebut.
b. Pneumonia akibat virus
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza.
Gejala awal dari pneumonia virus sama seperti gejala influenza
yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan.
Dalam 12-36 jam penderita dapat menjadi sesak, batuk lebih parah
dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya
bibir.
c. Pneumonia jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah. Gejala pneumonia jenis ini
biasanya didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu
minggu sebelumnya.
3. Berdasarkan Predileksi
a. Pneumonia Lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus
(percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
b. Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-
bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun
kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi
maupun orangtua.

E. Faktor Resiko
Faktor resiko pada penyakit pneumonia dapat digolongkan menjadi 2
golongan besar yaitu faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak
dapat dimodifikasi.
1. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
a. Terkait pejamu
- Nutrisi (misalnya pemberian makan secara enteral)
- Kontrol nyeri, fisioterapi
- Membatasi terapi immunosupresif
- Postur, tempat tidur kinetik
- Berhenti merokok sebelum operasi
b. Terkait terapi
- Posisi setengah-telentang (kepala naik 30º)
- Pencabutan dini jalur IV, selang ET, dan NG
- Minimalisasi penggunaan sedatif
- Hindari overdistensi lambung
- Hindari intubasi + re-intubasi
- Pertahankan tekanan manset ET >20 cm H2O
- Aspirasi subglotik selama intubasi
- Ubah simbol + drain sirkuit ventilator
c. Kontrol infeksi
- Mencuci tangan, teknik steril
- Isolasi pasien
- Survellans mikrobiologis
2. Faktor Resiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Terkait Pejamu
- Malnutrisi
- Usia diatas 65, dibawah 5 tahun
- Penyakit kronik (misalnya ginjal)
- Diabetes
- Supresi imun
- Ketergantungan alkohol
- Aspirasi (misalnya epilepsi)
- Penyakit virus yang baru terjadi
- Obesitas
- Merokok
b. Terkait Terapi
- Ventilasi mekanis
- Pascaoperasi
c. Faktor epidemiologis
- Lingkungan
- Pekerjaan
- Bepergian keluar negeri
- Pendingin ruangan

F. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda klinis pneumonia bervariasi tergantung kuan penyebab,
usia, status imunologis dan beratnya penyakit. Manifestasi klinis beratt
yaitu sesak dan sianosis. Gejala dan tanda pneumonia dibedakan gejala
non spesifik, pulmonal, pleural dan ekstrapulmonal.
A. Gejala spesifik
a. Demam
b. Menggigil
c. Sfalgia
d. Gelisah
e. Gangguan Gastrointestinal seperti muntah, kembung, diare atau
sakit perut
B. Gejala pulmonal
a. Nafas cuping hidung
b. Takipnea, dispnea dan apnea
c. Menggunakan otot interkostal dan abdominal
d. Batuk
e. Wheezing
C. Gejala pleura
Nyeri dada yang disebabkan oleh Streptococus pneumoniae dan
Staphylococus aureus
D. Gejala ekstrapulmonal
a. Abses kulit atau jaringan lunak pada kasus pneumonia karena
Staphylococus aureus
b. Otitis media, konjuntivitis, sinusitis dapat ditemukan pada kasus
infeksi karena Streptococus pneumoniae atau H. Influenza

G. Komplikasi
 Efusi pleura
 Empiema
 Pneumotoraks
 Piopneumotoraks
 Pneumatosel
 Abses Paru
 Sepsis
 Gagal nafas
 Ileus paralitik fungsional

H. Penatalaksanaan
Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan
klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati
di rumah. Juga diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan
yang dapat meningkatkan risiko infeksi dengan mikroorganisme patogen
yang spesifik misalnya S. pneumoniae yang resisten penisilin. Menurut ATS
(2001), yang termasuk dalam faktor modifikasis adalah:
Penatalaksanaan CAP dibagi menjadi:
a. Penderita rawat jalan
 Pengobatan suportif / simptomatik
- istirahat di tempat tidur
- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
- Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
- Pemberian antiblotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8
jam
b. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa
 Pengobatan suportif / simptomatik
- Pemberian terapi oksigen
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik
Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8
jam
c. Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif
 Pengobatan suportif / simptomatik
- Pemberian terapi oksigen.
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik.
 Pengobatan antibiotik (sesuai bagan.) kurang dari 8 jam.
 Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik.

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran Radiologis
Foto thorax (PA/Lateral) yang merupakan pemeriksaan penunjang utama
untuk menegakkan diagnosis
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari 10.000/ul kadang sampai 30.000/ul, dan pada
hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi
peningkatan LED. Untuk pemeriksaan diagnosis etiologi dibutuhkan
pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif
pada 20-25 persen penderita yang tidak diobati. Analisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi
asidosis respiratorik (PDPI, 2003).

J. Pengkajian Fokus
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien:
o Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
o Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
o Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes
mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia (malnutrisi)
o Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
o Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,
artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
o Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
- sputum: merah muda, berkarat
- perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
- premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
- Bunyi nafas menurun
- Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
o Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan
steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
o Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari Rencana
pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan
rumah

K. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan
nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
Gangguan pertukaran gas
c. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipnea,
demam
d. Gangguan rasa nyaman nyeri
e. Hipertermi
f. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory
g. Defisiensi pengetahuan
L. Rencana Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC label
bersihan jalan nafas tindakan keperawatan Respiratory Monitoring
b.d inflamasi dan selama ..x .. jam
obstruksi jalan nafas diharapkan jalan nafas 1. Monitor vital sign (suhu,
pasien bersih RR, Nadi)
NOC 2. Monitor respirasi dan
 Respiratory status: oksigenasi
ventilation 3. Auskultasi bunyi napas
 Respiratory status: 4. Anjurkan keluarga pasien
airway patency memberikan minuman
Kriteria hasil: hangat atau susu hangat
 Mendomonstrasika 5. Kolaborasi dalam
n batuk efektif dan pemberian terapi nebulizer
suara nafas bersih, sesuai indikasi
tidak ada sianosis 6. Berikan O2 dengan
dan dyspneu menggunakan nasal
 Menunjukkan jalan 7. Penghisapan (suction)
nafas yang paten sesuai indikasi.

 Mampu
mengidentifikasi
dan mencegah
faktor yang dapat
menghambat jalan
nafas

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC


pola nafas tindakan keperawatan
1. Buka jalan nafas
selama ..x .. jam
2. Pastikan posisi untuk
diharapkan pola nafas
memaksimalkan ventilasi
pasien normal
3. Auskultasi suara nafas,
NOC:
catat adanya suara
 Respiratory tambahan
status: ventilasi 4. Monitor vital sign
 Respiratory (pernafasan) dan status O2
status: airway 5. Keluarkan secret dengan
patency batuk atau suction
 Vital sign status

Kriteria hasil:

 Mendemonstras
ikan batuk
efektif, suara
nafas yang
bersih, tidak ada
cyanosis,
dyspneu
 Menunjukkan
jalan nafas yang
paten (irama
nafas, tidak
tercekik, tidak
ada nsuara
nafas abnormal)
 Tanda-tanda
vital dalam
rentang normal

3. Kekurangan Setelah dilakukan NIC


volume cairan b.d tindakan keperawatan 1. Monitoring status hidrasi
intake oral tidak selama ..x.. jam (kelembaban membrane
adekuat, takipnea, diharapkan kebutuhan mukosa, nadi yang adekuat)
demam volume cairan pasien secara tepat
terpenuhi. 2. Atur catatan intake dan
NOC output cairan secara akurat
 Fluid balance
 Hydration 3. Beri cairan yang sesuai
 Nutritional
status: food and Fluid monitoring:
fluid intake 4. Identifikasi factor risiko
Kriteria hasil: ketidakseimbangan cairan
 Mempertahanka (hipertermi, infeksi, muntah dan
n urine output diare)
sesuai dengan 5. Monitoring tekanan darah,
usia, dn BB, BJ, nadi dan RR
urien normal,
HT normal
 Tekanan darah,
nadi, suhu
tubuh dalam
batas normal
 Tidak ada
tanda-tanda
dehidrasi,
elestisitas turgor
kulit baik,
membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa
haus yang IV teraphy:

berlebihan 6. Lakukan 5 benar pemberian


terapi infuse (benar obat, dosis,
pasien, rute, frekuensi)
7. Monitoring tetesan dan
tempat IV selama pemberian

4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan NIC Activity Therapy


b.d isolasi tindakan keperawatan 1. Kaloborasikan dengan tenaga
respiratory selama ..x.. jam rehabilitasi medik dalam
diharapkan energi merencanakan program terapi
psikologis maupun yang tepat
fisiologi pasien 2. Bantu pasien
terpenuhi mengidentifikasikan aktivitas
NOC yang mampu dilakukan
 Energy 3. Bantu untuk mendapatkan alat
conervation bantuan aktivitas seperti kursi
 Activity roda
tolerrance 4. Bantu pasien dan keluarga
 Self care: Adls untuk mengidentifikasi
Kriteria hasil: kekurangan dalam aktivitas
 Berpartisipasi 5. Bantu pasien
dalam aktifitas mengembangkan motivasi dan
fisik tanpa peguatan
disertai 6. Monitor respon fisik, emosi,
peningkatan sosial, dan spiritual
tekanan darah,
nadi, RR
 Mempu
melakukan
aktivitas sehari-
hari secara
mandiri
 Tanda tanda
vital normal
 Energy
psikomotor
 Level
kelemahan
 Mampu
berpindah:
dengan atau
tanpa bantuan
 Status
kardiopulmonari
adekuat
 Sirkulasi status
baik
 Status respirasi:
pertukaran gas
dan ventilasi
adekuat
5. Defisiensi Setelah dilakukan 1. Berikan penilaian tentang
pengetahuan b.d tindakan keperawatan tingkat pengetahuan pasien
perawatan anak selama ..x.. jam tentang proses penyakit
pulang diharapkan yang spesifik
pengetahuan keluarga 2. Gambarkan tanda dan
pasien bertambah. gejala yang biasa muncul
NIC pada penyakit, dengan cara
yang tepat
 Knowlwdge:
3. Identifikasi kemungkinan
disease process
penyebab dengan cara
 Knowledge:
yang tepat
health Behavior
4. Diskusikan pilihan terapi
Kriteria Hasil: atau penanganan

 Keluarga pasien
menyatakan
paham tentang
penyakit,
kondisi,
prognosis, dan
program
pengobatan
 Keluarga pasien
mampu
melakukan
prosedur yang
dijelaskan
secara benar
 Keluarga pasien
mampu
menjelaskan
kembali apa
yang dijelaskan
perawat/tim
kesehatan
lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Retno. dkk. 2006. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI
Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak Kuliah Pneumonia.

Corwin, J. Buku Saku Patofisiologi, Ed.3. 2008. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Djojodibroto, D. Respirologi (Respiratory Medicine). 2007. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

PPDI. 2003. Pneumonia Komuniti Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner


&Suddarth volume 1.Jakarta:EGC

Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic Noc Jakarta: penerbit buku kedokteran
EGC

Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification


(NIC).Missouri : Mosby

Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri :


Mosb

Dahlan, Zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit
FKUI

Anda mungkin juga menyukai