PENDAHULUAN
pendidikan menjadi salah satu fokus dalam pembangunan nasional dewasa ini
karena pendidikan merupakan modal utama bagi pembangunan nasional. Hal ini
terlihat dari usaha pemerintah yang telah berupaya melaksanakan berbagai cara
secara terus menetus sampai pada Kurikulum 2013. Pada hakikatnya Kurikulum
memajukan daya pikir manusia (Lestari, 2015:115). Oleh karena itu dalam
pelajaran wajib yang diberikan kepada siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan
juga di perguruan tinggi dengan proporsi alokasi waktu yang lebih banyak dari
pada bidang studi lainnya. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar
1
2
dikuasai untuk dapat melatih siswa berpikir dengan logis, analisis, sistematis,
oleh Rosmaiyadi (Hartati, Hayati & Zanthy, 2019:37) bahwa mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar,
perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi
sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat
Hal yang senada juga diungkapkan Cornellius (Sirait & Siagian, 2017:37)
matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk
budaya.
mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thingking Skills
3
(HOTS) sejak dini. Berpikir kritis merupakan salah satu perwujudan dari HOTS.
Keterampilan berpikir kritis matematis sangat penting bagi siswa karena dengan
keterampilan ini siswa mampu bersikap rasional dan memilih alternatif pilihan
yang terbaik bagi dirinya (Jumaisyaroh, Napitupulu & Hasratuddin, 2014: 158).
Tanpa kemampuan berpikir kritis, seseorang tidak bisa menjadi kompetitor bagi
yang lain dan selalu tertinggal. Kemampuan berpikir kritis merupakan komponen
dicetuskan oleh para ahli. Menurut Ennis (Mahmuzah, 2015: 65) berpikir kritis
reflektif yang bertujuan untuk mengambil keputusan tentang apa yang diyakini
atau dilakukan. Spliter (Mahmuzah, 2015: 66) menyatakan bahwa siswa yang
tepat. Pendapat yang serupa juga diungkapkan oleh Facione (Mahmuzah, 2015:
4
sistematis, bijaksana mencari kebenaran, dan percaya diri terhadap proses berpikir
diberikan.
penulis pada salah satu satu guru matematika kelas X di MAN Labuhanbatu
diperoleh keterangan bahwa masalah yang dihadapi guru adalah masih kurangnya
penyebab hal tersebut adalah dalam belajar matematika peserta didik cendrung
menghafal rumus, meniru contoh soal yang diberikan oleh guru, dan kurangnya
siswa dalam memahami materi sehingga tiap kali diberikan soal matematika yang
siswa belajar matematika berdampak pada hasil belajar siswa yang diperoleh
kurang memuaskan.
saat peneliti melakukan riset dan observasi awal dikelas X-MIPA 3 MAN
Labuhanbatu yang berjumlah 37 orang siswa dengan memberikan soal yang open-
ended. Hanya 6 orang siswa (16,22%) yang dapat menjawab soal dengan benar,
sedangkan 31 orang siswa (83,78%) lagi masih belum dapat menyelesaikan soal
tersebut dengan benar. Kebanyakan siswa lupa akan konsep dasar materi, hal ini
terlihat ketika diberi soal cerita terkait konten tersebut, siswa tidak mampu
mana. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak menguasai konsep. Permasalahan
yang disajikan oleh peneliti pada tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa
Pada toko “Aroma” Annisa membeli 2 roti coklat, 3 roti kelapa dan 4 roti
abon ayam dengan harga Rp. 35400. Hafizh membeli membeli 3 roti coklat, 1 roti
kelapa dan 2 roti abon ayam dengan harga Rp. 32.600. Raysa membeli 4 roti
coklat dan 1 roti abon dengan harga Rp. 19.800. Jika Rayhan ingin membeli 5
roti coklat dan 3 roti abon ayam, berapa yang harus dibayar oleh Rayhan. (a)
susunlah informasi yang kamu ketahui dari masalah diatas; (b) Hubungkan
informasi yang kamu ketahui dala menyelesaikan masalah diatas; (c) Tuliskan
solusi dari masalah diatas; (d) berikan penjelasan berupa sebuah kesimpulan atas
hasil seorang siswa sebagai contoh) dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Proses jawaban tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa
Dari jawaban diatas terlihat bahwa siswa dalam mengerjakan soal berpikir
memeriksa kembali suatu pernyataan atau proses yang bisa membuktikan hasil
benar atau salah. Siswa juga mengalami kesulitan dalam mensintesis yaitu
Pembelajaran yang terjadi selama ini kurang melibatkan siswa, hal ini
mata pelajaran yang sulit dipahami, sehingga kurang diminati oleh sebagian
belajar siswa dalam proses belajar mengajar serta berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
Interaksi dalam pembelajaran hanya terjadi satu arah yaitu dari guru sebagai
sumber informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Siswa tidak diberikan
mengajar di kelas, dengan kata lain pembelajaran lebih berpusat pada guru, bukan
kepada hasil dan bukan kepada proses. Proses pembelajaran yang terjadi satu arah,
kritis.
8
dan menjadikan peserta didik lebih tertarik dalam mempelajari materi yang
memenuhi tujuan tersebut diperlukan suatu persiapan yang matang. Sebelum guru
pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa aktif belajar, mempelajari keadaan
yang dapat memungkinkan guru dan siswa melakukan proses pembelajaran sesuai
pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Guru, Buku Siswa, LAS dan tes
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu
dapat berupa RPP yang dikembangkan oleh guru sendiri. RPP yang disusun oleh
guru sendiri lebih efektif karena disusun berdasar sifat dan karakteristik peserta
didik.
belum menggunakan model dan media pembelajaran yang berbantuan ICT untuk
mengaktifkan siswa hal ini terlihat guru masih menggunakan media papan tulis
pada kegiatan rutin untuk semua materi seperti ceramah, tanya jawab, diskusi dan
penugasan. Selain itu proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam
kelas yang cenderung pada pencapaian target materi atau sesuai isi materi buku
yang digunakan sebagai buku wajib dengan berorientasi pada soal-soal rutin, guru
belum merancang LAS sendiri, tes hasil belajar hanya diambil dari buku pegangan
guru, perangkat pembelajaran yang dibuat guru belum dilakukan uji validasi,
Buku siswa dan buku guru adalah buku yang disediakan oleh pemerintah
sekolah-sekolah di berbagai penjuru nasional. Isi dari buku tersebut dibuat secara
umum untuk kondisi siswa di Indonesia, hal ini mengakibatkan isi buku tersebut
sekolah masing-masing.
Hal ini menunjukkan perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru belum
dapat membuat peserta didik mencapai tujuan belajarnya, siswa menjadi pasif
merupakan bagian yang penting bagi guru sebelum memberikan pelajaran dikelas
learning tools must be arranged based on the right learning model as well. The
11
use of learning models that are not in accordance with the development of
yang tepat juga. Penggunaan model pembelajaranm yang tidak sesuai dengan
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat digunakan untuk
memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar adalah model Problem Based
Learning.
adalah suatu pendekatan yang berpusat pada peserta didik dan melibatkan
keterampilan proses ilmiah dalam mengonstruksi konsep atau prinsip dan dapat
model Problem Based Learning. Model Problem Based Learning sesuai dengan
kondisi siswa dengan kehidupan sehari-hari dan Kurikulum 2013 yang sedang
a view to construct their own knowledge, develop inquiry and higher level
thinking skills, and develop independence and confidence”. Hal yang senada juga
diungkapkan oleh Eggen & Kaucack yang menyatakan bahwa Problem Based
sebagai fokus bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
dipilih karena (1) menyediakan masalah yang dekat dengan kehidupan nyata dan
mungkin terjadi dalam kehidupan nyata, (2) mendorong siswa terlibat dalam
memberi kesempatan siswa membuat pemilihan bagaimana dan apa yang akan
terhadap masalah dalam dunia nyata; 2) Fase Engangement, yakni siswa terlibat
masalah; dan 4) Debriefing, yakni siswa melakukan tanya jawab dan diskusi
13
2017:43).
mengubah peranan siswa yang mulanya hanya sebagai penerima informasi serta
pasif menjadi siswa yang aktif terlibat dalam pembelajarannya sendiri (Putri,
2016:26)
14
Guru diharapkan tidak asing dan anti dalam kemajuan teknologi, sehingga
peserta didik mengerti dan memahami akan kegunaan dan fungsi teknologi dalam
teknologi diharapkan mampu menjadi lebih menarik dan terjadi interaksi yang
lebih baik (interaksi dua arah antara guru dengan peserta didik), sehingga peserta
didik dapat tumbuh menjadi pribadi yang kritis, aktif dan dinamis melalui proses
pembelajaran tersebut.
Suatu model pembelajaran tentu akan lebih inovatif jika menerapkan media
dalam proses pelaksanaannya (Herawati, 2017:40). Agar siswa lebih tertarik untuk
matematis siswa, agar tujuan ini tercapai maka sangat baik apabila menerapkan
model Problem Based Learning degan menggunakan media atau software, dalam
hal ini software yang digunakan adalah Geogebra. Geogebra dikembangkan oleh
sebagai subjek belajar, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima materi
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal tetapi juga mereka berperan untuk
software geogebra adalah sebagai berikut: (1) Orientasi peserta didik kepada
masalah. Guru memberikan masalah yang tertera pada bahan ajar kemudian
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar. Pada tahap ini peserta didik
berdiskusi tentang masalah yang sedang dihadapi. Peserta didik bersama guru
Peserta Didik yang berisi masalah untuk dicari solusinya kemudian memeriksa
karya nama kelompok ditulis pada secarik kertas kemudian dikocok untuk
16
tanggapan. (5) Guru mereview dan mengevaluasi hasil diskusi peserta didik
2015:57).
Labuhanbatu”.
sebagai berikut:
siswa.
atas maka yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
(RPP), Buku Guru (BG), Buku Siswa (BS), dan Lembar Aktivitas Siswa
Labuhanbatu.
berbantuan Geogebra.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang berarti bagi
siswa, guru, sekolah dan peneliti. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan
1. Bagi siswa, memberi pengalaman baru dan mendorong siswa untuk terlibat
2. Untuk guru, sebagai salah satu alternatif perangkat pembelajaran yang dapat
Geogebra.
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
terutama saat sedang menghadapi suatu masalah. Johnson (Mahmuzah, 2015: 64)
membuat keputusan yang tepat sesuai dengan yang diinginkannya. Krulik dan
tersebut menjadi dua kemampuan berpikir, yaitu kemampuan berpikir dasar dan
pada hal-hal rutin dan bersifat mekanis seperti menghafal dan mengulang
lainnya sehingga perlu dipupuk sejak dini. Menurut Anderson (dalam Nahdi,
mencari kebenaran, berpikir divergen (terbuka dan toleran terhadap ide-ide baru),
dapat menganalisis masalah dengan baik, berpikir secara sistematis, penuh rasa
21
ingin tahu, dewasa dalam berpikir, dan dapat berpikir secara mandiri. Dalam
mengenai sesuatu (Noordyana, 2016: 123). Melalui berpikir kritis manusia dapat
Scriven & Paul (Karim, 2014: 190) mengungkapkan bahwa berpikir kritis
hamper sama juga diungkapkan oleh Baron dan Sternberg (Mahmuzah, Ikhsan &
Yusrizal, 2014: 44) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu pikiran
yang difokuskan untuk memutuskan apa yang diyakini untuk dilakukan. Sejalan
dengan itu, Ennis (Husnidar, Ikhsan & Rizal, 2014: 73) juga mendefenisikan
berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang bertujuan untuk membuat
keputusan yang rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini atau
melakukan sesuatu.
satu kesamaan mengenai pengertian berpikir kritis, yaitu aktivitas mental yang
evaluasi dan memutuskan sesuatu yang akan diyakini atau sesuatu yang akan
kritis adalah proses berpikir yang sistematis yang memungkinkan siswa untuk
keputusan mengenai apa yang akan diyakini dan apa yang akan dilakukan
yang dihadapi.
dan metode penalaran apa yang dipakai. Seorang siswa dapat dikatakan berpikir
justifikasi. Agar siswa menjadi pemikir kritis maka harus dikembangkan sikap-
2016: 124).
Ennis (Mahmuzah, 2015: 65) juga mengungkapkan bahwa ada enam unsur
dasar berpikir kritis yang harus dikembangkan dalam pembelajaran yaitu; fokus,
sehingga kesimpulan dapat diterima atau dengan kata lain alasan yang diberikan
harus dan sesuai dengan kesimpulan. Jika alasan yang dikemukakan sudah tepat,
maka harus ditunjukkan seberapa kuatkah alasan itu dapat mendukung kesimpulan
yang dibuat. Situasi juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam
berpikir kritis karena aktifitas berpikir juga dipengaruhi oleh lingkungan atau
situasi yang ada disekitar sehingga kesimpulan juga harus disesuaikan dengan
situasi yang sebenarnya. Selain itu, istilah-istilah yang dipakai dalam suatu
argumen harus jelas sehingga kesimpulan dapat dibuat dengan tepat dan hal
penting terakhir yang harus dilakukan adalah memeriksa secara menyeluruh apa
cara reflektif. Pendapat yang hampir serupa juga diungkapkan Krulik dan Rudnick
(Mahmuzah, 2014: 66), yang menyatakan bahwa yang termasuk berpikir kritis
ataupun situasi tertentu. Hal yang sama juga diungkapkan Lestari (2014:40)
melakukan evaluasi dan memutuskan sesuatu yang akan diyakini atau sesuatu
yang akan dilakukan, serta meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi. Dari
definisi berpikir kritis di atas, maka berpikir kritis matematis adalah aktivitas
sebagai berikut :
7. Melakukan evaluasi
8. Mengambil keputusan
Seseorang yang berpikir kritis akan selalu peka terhadap informasi atau
situasi yang sedang dihadapinya, dan cenderung bereaksi terhadap situasi atau
informasi tersebut. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran
mencari kebenaran dan alasan yang jelas. Sehingga siswa dalam membuat
kritis ke dalam lima besar aktivitas berikut, yang dalam prakteknya dapat bersatu
saja.
asumsi.
e. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan
formula baru yaitu sebuah simpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri,
dapat menempuh dua cara, yaitu: deduksi dan induksi. Jadi, menyusun
pengetahuan baru.
28
matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada.
merupakan tahap berpikir kognitif yang paling tinggi. Pada tahap ini siswa
berpikir kritis matematis siswa adalah suatu kecakapan berpikir siswa secara
penalaran, atau komunikasi dengan tujuan mengambil keputusan yang masuk akal
tentang apa yang diyakini terhadap masalah matematis yang diberikan. Dalam
penelitian ini kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat diukur melalui
empat tahapan indikator, yaitu : (1) analisis yaitu memisahkan informasi kedalam
kritis, mengambil pokok pikiran masalah dan mampu membuat pola dari suatu
sesuatu yang dapat menungkinkan guru dan siswa melakukan proses pembelajaran
yang memungkinkan guru dan siswa melakukan pembelajaran. Pada penelitian ini
perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu RPP, buku guru, buku siswa,
LAS dan tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan pembelajaran
panduan yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran
Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
30
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
c. kelas/semester;
d. materi pokok;
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
dicapai;
31
k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program
b. Buku Guru
Buku Guru merupakan buku panduan yang dijadikan sebagai pegangan guru
materi ajar, teknik penilaian, penggunaan buku siswa, serta panduan dalam
ilmiah dan asesmen otentik . Berikut penjelasan tentang fungsi buku guru.
karakteristik tertentu.
c. Buku Siswa
menambahkan buku siswa berisi kegiatan pembelajaran yang harus dilalui peserta
Kurikulum 2013. Buku siswa ini dimaksudkan sebagai buku pegangan siswa
didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Muklis & Setyaningsih, 2015:
374). Sebagai suatu sumber belajar, buku siswa dirancang agar mereka dapat
memperoleh bahan dan sekaligus arahan dan motivasi yang membuat mereka
dapat mengalami proses matematisasi secara terbimbing oleh guru. Buku yang
kompetensi akhir yang harus dicapai (tujuan pembelajaran) serta terfokus untuk
dan penilaian autentik, maka buku siswa pun diharapkan disusun sesuai dengan
2015:374). Buku siswa dapat menjadi sumber belajar yang bermakna bagi siswa,
(BSNP) menjelaskan validitas buku ajar dapat dilihat dari empat dimensi
kelayakan buku yaitu: (1) kelayakan isi; (2) kelayakan penyajian; (3) kelayakan
Kelayakan isi bermakna bahwa buku siswa yang baik seharusnya berisi
Indikator dari kelayakan isi meliputi: (1) keluasan materi; (2) kedalaman materi;
bermakna bahwa penyajian buku dapat dinilai dari beberapa sub komponen atau
siswayang ditulis dengan kaidah dan peristilahan yang benar, jelas dan sesuai
kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar; (2) mengikuti aturan yang
bahasan; (4) adanya penjelasan untuk peristilahan yang sulit atau tidak umum; (5)
36
bahasa yang digunakan sederhana, lugas, dan mudah dipahami siswa; dan (6)
bahwa buku siswa dapat dilihat dari aspek ukuran buku, desain kulit buku dan
dengan bantuan bahan ajar cetak, yaitu lembar aktivitas siswa (LAS). Lembar
aktivitas siswa (LAS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan
kelas adalah dengan cara mengemas materi pelajaran dalam bentuk Lembar
Aktivitas Siswa (LAS) yang memiliki ciri mengetengahkan terlebih dahulu suatu
fenomena yang bersifat konkret, sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang
(LAS) dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun
yang telah ada untuk menyelesaikan suatu masalah. Dengan kata lain, Lembar
(LAS) yang akan akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah LAS yang
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tes Kemampuan belajar adalah butir tes
yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan
kemampuan belajar adalah sebagai berikut: (1) TKB harus dapat mengukur apa
yang dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan intruksional yang
tercantum dalam kurikulum yang berlaku; (2) TKB disusun sehingga benar-benar
mewakili bahan yang telah dipelajari; (3) Pertanyaan TKB hendaknya disesuaikan
dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan; (4) TKB hendaknya disusun
38
dengan tujuan penggunaan tes itu sendiri, karena dapat disusun untuk berbagai
apakah mengacu pada kelompok (norm reference, standard relative) atau mengacu
pertanyaan atau tugas yang diberikan pada siswa untuk memperoleh jawaban yang
clear the type of value judgment that the evaluation needs to result in. In this
respect, we distinguish four quality criteria that are applicable to a wide array of
intervention should suffice of all these criteria”. Pendapat di atas memiliki arti
bahwa perlu penilaian sebuah intervensi yang jelas berdasarkan empat kriteria
untuk kualitas intervensi yang seharusnya dipenuhi. Dalam hal ini, kita
pendidikan. Keempat kriteria tersebut antara lain; (1) Relevance (content validity),
Criterion
Relevance (also referred to There is a need for the intervention and its design
as content validity) is based on state-of the-art (scientific) knowledge.
dua hal, yaitu: (1) apakah material yang dikembangkan didasarkan pada rasional
teoritik yang kuat, (2) apakah didapat konsistensi secara internal di antara
hal, yaitu: (1) apakah para ahli dan praktisi menyatakan material yang
dikembangkan dapat diterapkan, dan (2) secara nyata di lapangan, material yang
yang dikembangkan efektif dikaitkan dengan dua hal, yaitu: (1) ahli dan praktisi
yang diharapkan.
40
perangkat pembelajaran ditentukan oleh kriteria valid, praktis dan efektif. Ketiga
1. Validitas
perangkat tersebut. Akker (1999: 10) menyatakan “Validity refers to the extent
validity') and that the various components of the intervention are consistently
bahwa validitas mengacu pada sejauh mana desain dari perangkat didasarkan pada
keadaan terbaru dari teknologi, seni dan ilmu (‘validasi isi’) dan berbagai variasi
komponen dari perangkat secara konsisten berkaitan satu sama lain (‘validitas
konstruk’).
didasarkan pada kurikulum dan didukung oleh teori-teori yang cukup luas dan
antar teori yang digunakan saling mendukung menjadi satu kesatuan mencapai
41
berjalan.
baik, apabila terdapat kondisi keterikatan setiap komponen material yang disusun.
validasi yang dikemukakan oleh Oemara (Akker, 1999: 10) kriteria validasi
1) Format
Format meliputi: (1) seluruh bagian dapat didefinisikan dengan jelas; (2)
halaman dan latihan diberi nomor; (3) ada kesinambungan antara teks dan
ilustrasi; (4) menggunakan huruf dan ukuran huruf yang tepat; (5) memiliki tata
letak yang baik; dan (6) memiliki ukuran yang tepat untuk ukuran fisik siswa.
2) Bahasa
Bahasa meliputi: (1) menggunakan model penulisan yang tepat; (2) tepat
untuk tahap perkembangan siswa; (3) menarik untuk dibaca; (4) teknik
pendefinisian jelas; (5) menggunakan struktur kosa kata yang sederhana dan jelas;
(6) memiliki tata letak yang baik; (7) memberikan penjelasan secara langsung; (8)
3) Ilustrasi
ransangan secara visual; (4) memiliki arti yang sangat jelas; (5) mudah dipahami;
(6) dapat difotocopy; (7) cocok untuk konteks lokal; dan (8) ada keseimbangan
4) Konsep (isi)
bagian-bagian yang logis; (3) topik-topik sesuai Kurikulum 2013; (4) mencakup
dan dalam satu rangkaian; (6) menggunakan sumber-sumber yang tersedia dan
sudah diperoleh siswa; (7) memotivasi siswa untuk belajar; (8) menumbuhkan
dengan keadaan setempat; dan (10) menghindari streo tipre (gender, etnik, religi
5) Tujuan pembelajaran
dengan tingkat perkembangan siswa; (3) dapat dicapai (dilaksanakan) siswa; (4)
dikaitkan dengan tujuan pembelajaran pada topic sebelumnya; dan (5) seimbang
2. Kepraktisan
expected to be usable in the setting for which it has been designed. Actual: The
intervention is usable in the setting for which it has been designed”. Pernyataan
tersebut menjelaskan bawa aspek kepraktisan dipenuhi jika: (1) ahli dan praktisi
43
diterapkan.
the extent that users (and other experts) consider the intervention as clear, usable
haus memenuhi batasan-batasan berikut: (1) ahli praktisi menilai bahwa apa yang
dikembangkan dapat diterapkan; dan (2) pengguna produk merasa mudah dalam
dikatakan praktis jika memenuhi kriteria : (1) penilaian ahli dan praktisi bahwa
perangkat tersebut dapat digunakan dengan sedikit revisi atau tanpa revisi; (2)
3. Keefektifan
2018:237). Menurut Akker (2013:60) “Effectiveness refers to the extent that the
experiences and outcomes with the intervention are congruent with the intended
yang diharapkan.
44
dapat didasarkan pada pencapaian ketuntasan belajar (apabila memiliki daya serap
minimal 65%, sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila 85% siswa telah
pembelajaran yang dirumuskan dapat dicapai oleh minimal 65% siswa), waktu
efektif jika memenuhi indikator: (1) pencapaian ketuntasan belajar siswa secara
klasikal apabila 85% siswa yang mengikuti tes kemampuan berpikir kritis
oleh minimal 65% siswa); (3) waktu yang digunakan dalam pembelajaran efisien
atau tidak melebihi pembelajaran biasa; (4) respon siswa terhadap pembelajaran
adalah positif.
juga dikenal dengan “Four-D Model”atau model 4-D. Model pengembangan 4-D
ini terdiri atas empat tahap pengembangan, yaitu: Define (pendefinisian), Design
berikut.
pelajaran yang dilakukan dengan menganalisis tujuan dan batasan meteri yang
pembelajaran, yaitu teori belajar, tantangan dan tuntutan masa depan (Trianto,
2010: 191)
yang dimiliki siswa untuk mencapai tujuan akhir yaitu tujuan yang tercantum
dalam kurikulum. Kesenjangan antara hal-hal yang sudah diketahui siswa dengan
apa yang seharusnya dicapai siswa memerlukan telaah kebutuhan (needs) akan
kritis matematis siswa dan pengalaman belajar siswa baik secara kelompok
maupun individu.
analisis awal-akhir.
pembelajaran khusus berdasarkan hasil analisis tugas dan analisis konsep yang
instrumen pembelajarannya.
tujuan pembelajaran khusus. Kegiatan pada tahap ini adalah merancang solusi dari
48
masalah yang telah didefinikan dalam analisis awal-akhir. Hasil dari perancangan
adalah dokumen desain. Rancangan ini juga diikuti dengan kegiatan penyusunan
menghubungkan tahap define dan tahap design. Tes disusun berdasarkan hasil
perumusan tujuan pembelajaran khusus. Tes ini merupakan suatu alat mengukur
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah kegiatan belajar
mengajar.
Dalam merancang tes hasil belajar siswa dibuat pedoman dan acuan
penskoran, Penskoran yang akan digunakan pada penyusunan tes adalah Penilaian
Acuan Patokan (PAP) karena PAP berorientasi pada tingkat kemampuan siswa
pada materi yang akan diteskan sehingga skor yang diperoleh mencerminkan
presentasi kemampuan.
konsep dan analisis tugas serta karakteristik siswa. Pemanfaatan media harus
perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, buku guru, buku siswa, LAS, dan
pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan masukan para ahli dan data yang
diperoleh dari uji coba lapangan. Kegiatan pada tahap ini adalah penilaian para
Penilaian para ahli meliputi validitas isi (content validity) yang meliputi
Hasil validasi para ahli digunakan sebagai dasar melakukan revisi perangkat
2) Bahasa
Indonesia yang baik dan benar serta tidak menimbulkan penafsiran ganda.
Pada tahap uji validasi perangkat digunakan pada kondisi replikbel. Pada
tahap ini materi digunakan pada kondisi tiruan, untuk mendemonstrasikan: siapa
yang belajar, apa yang diperalajari, pada kondisi yang bagaimana dan berapa
banyak waktu yang digunakan. Pada langkah ini materi juga dibawakan pada
kecukupan relevansinya.
b. Pengemasan (Packaging)
Pada tahap ini dipilih prosedur dan distributor yang akan mengemas
and adopting)
telah dikembangkan menjadi skala yang lebih luas, misalnya: dikelas lain, sekolah
lain, guru lain pada forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Tujuan dari tahap
keterbatasan peneliti.
didik berfikir, bersikap, serta berkarya dengan menggunakan kaidah dan langkah
peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun
kelasnya akan dapat disebut ilmiah bila proses pembelajaran tersebut memenuhi
52
berdasarkan fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau
semata; (b) Penjelasan tenaga pendidik, respon peserta didik, dan interaksi
edukatif tenaga pendidik-peserta didik harus terbebas dari prasangka yang serta-
merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir
logis; (c) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau
objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran; (f) Berbasis pada
konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-jawabkan; (g) Tujuan
penyajiannya.
diajarkan, siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari guru saja tetapi
guru harus memotivasi dan mengarahkan siswa agar aktif dalam seluruh
pembelajaran dengan model Problem Based Leaning dilandasi oleh teori belajar
Fase Deskripsi
Orientation Orientasi siswa terhadap masalah. Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
perangkat yang dibutuhkan, memotivasi siswa, dan
memajukan masalah sebagai langkah awal
pembelajaran. Masalah awal yang diajukan
biasanya masalah dalam dunia nyata.
Engagement Siswa terlibat dalam aktivitas penyelesaian masalah
Inquiry and Investigation Siswa melakukan penyelidikan dan investigasi
dalam rangka menyelesaikan masalah
Debriefing Siswa melakukan Tanya jawab dan diskusi terkait
kegiatan penyelesaian masalah yang telah dilakukan
solusi nyata untuk masalah nyata. Peserta didik harus menganalisis dan
bentuk karya nyata atau peragaan yang dapat mewakili penyelesaian masalah
nyata, kemudian proses tersebut dijalakan secara mandiri oleh siswa dengan
kemampuan berpikir, dan pemecahan masalah yang peserta didik temui dalam
bahwa PBL selain melengkapi siswa dengan pengetahuan, PBL juga bisa
Sumarmo (dalam Surya, E., Syahputra, E., dan Juniati, N., 2018: 25)
learning, participate in group work skills, and problem solving ability”. Hal
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
bahwa dalam model Problem Based Learning peran tenaga pendidik dan peserta
utama yang dimulai guru dengan memperkenalkan siswa terhadap masalah yang
diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis kerja siswa. Kelima tahapan tersebut
kekurangan dalam proses pembelajaran. Trianto (dalam Astriani, Surya, E., dan
kelebihan model Problem Based Learning adalah sebagai berikut: (1) Realistis
dengan kehidupan siswa; (2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; (3)
Memupuk sifat inquiri siswa; (4) Retensi konsep menjadi kuat; dan (5)
yang kompleks; (2) Sulitnya mencari problem yang relevan; (3) Sering terjadi
nyata sebagai fokus bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
menghubungkan antara ide matematika yang abstrak dengan ide matematika yang
kongkit (Nopiyani, Turmudi & Prabawanto, 2016: 47). Hal yang sama juga
matematika. Komputer
oleh Sugiarto (2017: 43) yang menyatakan bahwa software yang dimanis ini dapat
matematika seperti aritmatika, geometri, aljabar dan kalkulus. Senada dengan hal
itu Hohenwater, Markus dan Judith H. (Herawati, 2017: 41) juga mengungkapkan
dan kalkulus.
dengan menggabungkan geometri dan aljabar (Fatimah, Amam dan Effendi, 2017:
geometri, aljabar, tabel, grafik, statistik dan kalkulus dalam satu paket yang
mudah dan bisa digunakan untuk semua jenjang pendidikan. Dinamis berarti
GeoGebra.
Jendela Aljabar
Jendela Geometri/
Papan Gabar
Undo/Red
o
Baris Input
Data
mengkontruksikan titik, vektor, ruas garis, garis, irisan kerucut, bahkan fungsi dan
dan siswa merespon dengan cara melakukan praktek. GeoGebra dapat membantu
dengan bantuan GeoGebra adalah trigonometri. Konsep ini dianggap rumit oleh
yang lainnya dan banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab
dengan menggunakan pensil, penggaris, atau jangka. (2) Adanya fasilitas animasi
memberikan pengalaman visual yang lebih jelas kepada siswa dalam memahami
memastikan bahwa lukisan yang telah dibuat benar. (4) Mempermudah guru/siswa
untuk menyelidiki atau menunjukkan sifat-sifat yang berlaku pada suatu objek
geometri.
berikut; (1) GeoGebra untuk media demontrasi dan visualisasi. (2) GeoGebra
sebagai alat bantu kontruksi. (3) GeoGebra sebagai alat bantu penemuan konsep
tanpa aplikasi lain) atau dapat juga dikombinasikan dengan aplikasi yang lain.
fitur yang disediakan oleh GeoGebra sudah lengkap tinggal bagaimana guru dapat
didik belajar. Berdasarkan teori belajar, guru dapat merancang dan merencanakan
proses pembelajarannya. Teori belajar juga dapat menjadi panduan guru untuk
sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai. Teori belajar yang mendasari
Jhon Dewey tentang pentingnya orientasi masalah, teori belajar Jean Piaget dan
Dewey, teori belajar Vygotsky dan teori belajar dari Jerome Bruner dengan
lingkungan siswa serta dapat diselidiki oleh siswa pada masalah yang autentik.
pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang, dan
(Tyas, 2017: 45) bahwa pengetahuan akan dibangun melalui pengalaman dan
intelektual yang dilalui anak terlepas dari konteks sosial atau kulturalnya.
2017:190) yang menyatakan bahwa perlu adanya interaksi sosial dalam proses
dalam belajar. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain
Tingkat perkembangan aktual menentukan fungsi intelektual individu saat ini dan
sebagai tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai individu dengan bantuan
orang lain, misalnya guru, orangtua, atau teman sebayanya yang lebih maju. Zona
Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Hal ini sejalan dengan teori belajar
siswa memahami struktur atau ide-ide pokok disiplin ilmu, kebutuhan untuk
kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar benar baru. Bruner
aktif oleh manusia, dengan sendirinyamemberikan hasil yang lebih baik, berusaha
(Dahar dalam Rusman, 2010). konsep lain yang dicetuskan oleh Bruner terkait
bantuan (scaffolding) guru, teman atau orang yang lebih menguasai itu.
nyata untuk masalah nyata. Hal ini sejalan dengan teori belajar Bruner. Suparno
dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar.
mengaitkan informasi baru itu dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh
siswa.
menuntut peserta didik untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya
nyata atau peragaan yang dapat mewakili penyelesaian masalah yang mereka
pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas
kolaborasi, peserta didik yang saling bekerja sama, paling sering membentuk
hajidin, 2016: 42) matematika tidak diterima secara pasif, matematika dibentuk
dan ditemukan oleh siswa secara aktif. Teori Piaget juga beranggapan bahwa
proses pembelajaran adalah proses aktif karena pengetahuan terbentuk dari dalam
interaksi di antara subjek belajar (Sumarli, Nugroho & Yulianti, 2018: 68).
Makna yang luas dari ungkapan itu mencoba segala sesuatu untuk mencari tahu
akibat dari interaksi secara aktif dengan lingkungannya melalui proses assimilasi
baru diterimanya). Dengan demikian, teori Piaget erat kaitannya dengan model
Problem Based Learning. Jika dilihat dari hubungan antara proses assimilasi
dengan model ini, siswa pertama-tama dihadapkan kepada suatu masalah yang
melakukan proses akomodasi yaitu anak dituntut untuk dapat menyusun informasi
SMA Negeri 3 Langsa. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa: (1) Perangkat
baik; (2) adanya peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada uji
coba I sebesar 75,18 meningkat menjadi 80,66 pada uji coba II; dan (3) adanya
peningkatan kemandirian belajar siswa dari uji coba I ke uji coba II.
model Problem Based Learning dinyatakan valid, praktis dan efektif untuk
Berpikir Kritis Siswa SMA Se-Kuala Nagan Aceh. Dari hasil penelitian
Lembar Aktivitas Siswa (LKS), dan Tes Kemampuan Berpikir Kritis (TKBK);
siswa dari uji coba I ke uji coba II adalah 0,32 poin dengan peningkatan
0.000); (2) tidak terdapat interaksi signifikan antara model pembelajaran dan
0.313); (3) Terdapat perbedaan signifikan terhadap self efficacy antara siswa
antara model pembelajaran dan gender terhadap self efficacy siswa (signifikan
71
Binaan Provinsi Sumatera Utara T.A 2016/2017. Hasil dari penelitian tersebut
learning efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis, tetapi tidak
efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematis dan self esteem; (2)
mampu membantu siswa dalam proses belajar sehingga diperoleh hasil yang
perangkat pembelajaran yang praktis dan efektif. Oleh sebab itu, memungkinkan
berbantuan Geogebra antara lain RPP, Buku Guru, Buku Siswa, LAS, dan TKBK.
Perangkat ini sebagai sarana untuk memudahkan guru dalam melakukan tugas
penelitian, dan kajian teoritis. Berikut akan diuraikan kerangka konseptual dalam
penelitian ini.
produk tersebut harus konsisten satu sama lain (validitas konstruk). Untuk
dinyatakan dapat digunakan dengan sedikit revisi atau tanpa revisi; (2) hasil dari
memberikan hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh pengembang.
pencapaian ketuntasan belajar apabila 85% siswa yang mengikuti tes kemampuan
berpikir kritis matematis telah memperoleh nilai minimal 75; (2) pencapaian
dirumuskan dapat dicapai oleh minimal 65% siswa); (3) waktu yang digunakan
dalam pembelajaran efisien atau tidak melebihi pembelajaran biasa; (4) respon
peserta didik, maka peserta didik diharapkan dan dituntut untuk aktif dalam proses
Maka dari itu pada penelitian ini peneliti ingin melihat efektivitas penggunaan
siswa, salah satunya adalah dengan menerapkan sebuah model pembelajaran yang
mengedepankan memecahkan masalah yang berpusat pada siswa dan guru sebagai
media teknologi dalam hal ini adalah Geogebra sangat penting sebagai salah satu
cara pemberian pengalaman belajar siswa dalam pencapaian tujuan belajar yang
untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini
digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran
yang dimaksud.
tingkat tinggi yang perlu dikembangkan. Berpikir kritis adalah suatu proses
aktif, terus menerus dan teliti terhadap sebuah pengetahuan yang diterima
pemecahan masalah dengan berpikir kritis matematis oleh peserta didik yang
mencari berbagai cara alternatif untuk mendapatkan solusi, dan menentukan cara
masalah matematis.
membatasi tujuan penelitian dan menjadi acuan utama dalam membaca suatu
kerangka berpikir dan kajian penelitian yang relevan, maka perlu dikaji
BAB III
METODE PENELITIAN
dan Semmel, yaitu model 4-D (define, design, develop, dan disseminate).
Pembelajaran (RPP), Buku Guru (BG), Buku Siswa (BS), Lembar Aktivitas Siswa
(LAS) dan instrument penelitian yang terdiri dari tes kemampuan berpikir kritis
matematis siswa.
MIPA-3 dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang dan X MIPA-4 dengan jumlah
siswa sebanyak 36 orang, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah perangkat
berupa RPP, Buku Guru, Buku Siswa, LAS, dan tes kemampuan berpikir kritis
matematis siswa.
80
dan pedoman yang akan digunakan guru dan siswa dalam proses
Guru, Buku Siswa, LAS dan tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
tantangan kepada siswa untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata
Learning adalah (1) orientasi pada masalah, (2) mengorganisasi siswa untuk
4. Software Geogebra.
yang diberikan.
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (ii) validitas Buku Guru (BG); (iii) validitas
Buku Siswa (BS); (iv) validitas Lembar Aktivitas Siswa (LAS) dan (v) validitas
instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Tahap kedua adalah
MAN Labunanbatu.
(Thiagarajan, Semmel, 1974: 3-6) yang juga dikenal dengan “Four-D Model”atau
model 4-D. Model pengembangan 4-D ini terdiri atas empat tahap pengembangan,
ANALISIS SISWA
Define
ANALISIS TUGAS ANALISIS KONSEP
Draft II REVISI I
UJI COBA I
ANALISIS
Develop
UJI COBA II
ANALISIS DATA
PERANGKAT FINAL
FORUM MGMP
SEKOLAH UJI COBA LAPANGAN
Diseminate
DRAF FINAL
Keterangan:
sebagai berikut:
pokok, yaitu: analisis awal akhir, analisis siswa, analisis konsep, analisis tugas
relevan. Pada tahap ini dilakukan telaah terhadap kurikulum matematika yang
b. Analisis siswa
84
Pada tahap ini ditelaah karakteristik siswa sesuai dengan rancangan dan
c. Analisis Konsep
berkaitan dengan analisis materi siswa. Analisis konsep dilaksanakan agar materi
yang disajikan dalam penelitian tidak ada yang terlewatkan dan terlihat sistematis.
Hasil analisis ini membentuk peta konsep Trigonometri yang mengacu pada
d. Analisis tugas
utama yang akan dikaji oleh peneliti dan menganalisanya kedalam himpunan
yang menyeluruh tentang tugas dalam materi pembelajaran. Rincian analisis yang
kurikulum 2013. Dalam Kurikulum 2013 yang dianalisis berupa Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai siswa untuk materi
Trigonometri.
Tahap ini bertujuan untuk merangkum hasil dari analisis konsep dan
Hasil pada tahap perancangan (design) ini disebut Draf I. Perangkat pembelajaran
Guru, Buku Siswa, Lembar Aktivitas Siswa (LAS) dan tes kemampuan berpikir
kritis matematis. Kegiatan pada tahap ini meliputi penyusunan tes, pemilihan
a. Penyusunan Tes
Dasar dari penyusunan tes adalah analisis tugas dan konsep yang
dijabarkan dalam spesifikasi tujuan pembelajaran. Tes ini merupakan suatu alat
yang digunakan untuk mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
berpikir kritis matematis siswa pada materi Trigonometri. Untuk merancang tes
b. Pemilihan Media
c. Pemilihan Format
diterapkan.
d. Rancangan Awal
Rancangan awal yang dimaksud dalam tulisan ini adalah rancangan yang
dilakukan selama uji coba dilaksanakan yaitu berupa rancangan awal perangkat
Guru (BG), Buku Siswa (BS), Lembar Aktivitas Siswa (LAS) dan tes kemampuan
berpikir kritis matematis siswa. Rancangan awal ini disebut Draf I. Draf I yang
telah ada pada tahap design akan divalidasi kepada ahli dan diuji coba kelapangan.
87
divalidasi kepada para ahli, selanjutnya instrument tes kemampuan berpikir kritis
matematis siswa diujicobakan pada kelas diluar sampel. Kemudian dilakukan uji
pengembangan, yaitu:
a. Validasi ahli
divalidasi oleh ahli dalam bidangnya yang disebut dengan draft I. Ahli yang
dimaksud dalam hal ini adalah para validator yang berkompeten yang meliputi
mencakup:
memperjelas konsep.
88
yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia dan apakah kalimat pada
4. Isi dari perangkat pembelajaran: apakah isi dari perangkat pembelajaran cocok
Penilaian terdiri dari 5 kategori, yaitu: tidak valid (nilai 1), kurang valid (nilai 2),
cukup valid (nilai 3), valid (nilai 4), dan sangat valid (nilai 5). Selain itu validator
juga menuliskan saran dan komentarnya. Dari hasil penilaian para ahli untuk
penelitian terlebih dahulu diujicobakan pada kelas di luar sampel. Selanjutnya uji
validasi dan reliabilitas. Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan instrumen
Adapun rancangan uji coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah the
penelitian the one-shot case study design ini dipresentasikan sebagai berikut:
Perlakuan Tes
X O
Keterangan:
telah dikembangkan
Selanjutnya data hasil uji coba lapangan ini dianalisis dan kemudian
valid, praktis dan efektif. Pada penelitian ini tahap penyebaran dilakukan secara
terbatas. Hal ini karena keterbatasan waktu, dana dan juga tenaga peneliti
sehingga tahap keempat ini tidak dijelaskan secara mendalam. Setelah diperoleh
MAN Labuhanbatu, hasil dari tahapan ini adalah merekomendasikan kepada guru
90
DEFINE
Analisis materi pokok yang akan dikembangkan Analisis tugas
Spesifikasi Indikator
dan Tujuan Pembelajaran yang akan diukur dan dicapai
DESIGN
Memilih Format Perangkat Pembelajaran yang sesuai
DEVELOP
Efektif dan Praktis
PERANGKAT FINAL
E
DISSEMINATE
FORUM MGMP
SEKOLAH UJI COBA LAPANGAN
DRAF FINAL
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Guru (BG), Buku Siswa (BS),
Lembar Aktivitas Siswa (LAS) dan tes kemampuan berpikir kritis matematis
When it comes to the concept of quality, we distinguish four quality criteria that
tinggi untuk masalah yang kompleks pada praktek pendidikan di lapangan. Kami
berikut:
Beberapa lembar validasi yang digunakan antara lain: lembar validasi untuk
lembar validasi Buku Siswa (BS), lembar validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS).
pembagian materi; (2) penomoran; (3) daya tarik; (4) kesesuaian antara teks dan
ilustrasi; (5) jenis dan ukuran huruf; (6) pengaturan ruang; (7) kesesuaian ukuran
3) Bahasa
kalimat dengan tingkat perkembangan siswa; (3) mendorong minat untuk bekerja;
(4) kalimat tidak mengandung makna ganda; (5) kesederhanaan struktur kalimat;
2013; (4) merupakan materi yang esensial; (5) pemilihan pendekatan, model,
metode dan sarana pembelajaan yang tepat; (6) keoperasionalan kegiatan guru dan
94
berbantuan Geogeba; (8) kesesuaian urutan materi; (9) kesesuaian alokasi waktu;
yang sesuai dengan memberi tanda ceklist (√) pada baris dan kolom yang sesuai.
Validator juga diminta memberikan kesimpulan secara umum tentang RPP, BG,
BS dan LAS dengan kategori tidak baik, kurang baik, cukup baik, baik, dan
sangat baik. Selanjutnya data tentang penilaian para ahli tersebut dianalisis dan
memenuhi standar terkait dengan format, isi dan bahasa yang digunakan. Lembar
ini juga bertujuan untuk melihat apakah komponen RPP sudah mengikuti langkah-
langkah model Problem Based Learning berbantuan Geogebra. Lembar ini terdiri
dari lima skala penilaian yaitu 1 berarti tidak baik, 2 berarti kurang baik, 3 berarti
yang dikembangkan perlu direvisi atau tidak. Jika RPP sudah dinyatakan valid
maka selanjutnya dapat digunakan pada tahap ujicoba untuk melihat apakah RPP
95
melihat apakah buku guru yang dirancang sudah memenuhi standar terkait dengan
format, isi dan bahasa yang digunakan. Lembar ini juga bertujuan untuk melihat
apakah komponen buku guru sudah mengikuti prinsip dan langkah-langkah model
Problem Based Learning berbantuan Geogebra. Lembar ini terdiri dari lima skala
penilaian yaitu 1 berarti tidak baik, 2 berarti kurang baik, 3 berarti cukup baik, 4
guru yang dikembangkan perlu direvisi atau tidak. Jika sudah dinyatakan valid
maka selanjutnya dapat digunakan pada tahap ujicoba untuk melihat respon guru
terhadap buku guru dan untuk melihat apakah buku yang dikembangkan dengan
melihat apakah buku guru yang dirancang sudah memenuhi standar terkait dengan
format, isi dan bahasa yang digunakan. Lembar ini juga bertujuan untuk melihat
Problem Based Learning berbantuan Geogebra. Lembar ini terdiri dari lima skala
96
penilaian yaitu 1 berarti tidak baik, 2 berarti kurang baik, 3 berarti cukup baik, 4
siswa yang dikembangkan perlu direvisi atau tidak. Jika sudah dinyatakan valid
maka selanjutnya dapat digunakan pada tahap ujicoba untuk melihat respon siswa
terhadap buku siswa dan untuk melihat apakah buku yang dikembangkan dengan
melihat apakah Lembar Aktivitas Siswa (LAS) yang dirancang sudah memenuhi
standar terkait dengan format, isi dan bahasa yang digunakan. Lembar ini juga
bertujuan untuk melihat apakah komponen LAS sudah mengikuti prinsip dan
ini terdiri dari lima skala penilaian yaitu 1 berarti tidak baik, 2 berarti kurang baik,
yang dikembangkan perlu direvisi atau tidak. Jika sudah dinyatakan valid maka
selanjutnya dapat digunakan pada tahap ujicoba untuk melihat apakah LAS yang
telah efektif.
97
kevalidan tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Lembar validasi tes
kemampuan berpikir kritis matematis siswa terdiri dari tiga komponen, yakni
petunjuk, aspek-aspek yang dinilai, dan hasil penilaian. Penilaian kevalidan tes
aspek, yaitu isi, konstruksi dan penggunaan bahasa. Hasil penilaian terhadap tes
Dalam taksonomi Blom berpikir kritis berada pada jenjang kognitif C6. Dalam
penelitian ini akan diberikan tes berbentuk uraian kepada siswa yang berjumlah 5
dan indikator yang telah ditentukan. Adapun kisi-kisi tes kemampuan berpikir
untuk mengoreksi bahasa, angka yang digunakan, dan kesesuaian dengan apa
yang akan diukur. Kemudian akan diuji coba ke lapangan untuk melihat validitas
dan reliabilitas sehingga dapat diketahui bahwa instrumen tersebut tepat dan layak
dijaring dengan lembar angket respon siswa dengan cara memberikan tanda
ceklist (√) pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan yang diajukan.
Angket ini digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat keterbacaan buku
siswa, Lembar Aktivitas Siswa (LAS) serta respon siswa. Adapun respon siswa
Aktivitas Siswa (LAS), suasana belajar di kelas, cara mengajar guru (senang
Aktivitas Siswa (LAS), suasana belajar di kelas, cara mengajar guru (baru atau
tidak).
d. Pendapat siswa tentang bahasa yang digunakan dalam buku siswa dan Lembar
e. Pendapat siswa tentang penampilan (tulisan, ilustrasi, gambar dan tata letak
gambar) yang terdapat pada buku siswa dan Lembar Aktivitas Siswa (menarik
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
keefektifan atau tidak. Data yang diperoleh dari ahli/ validator dianalisis dan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang akan dipakai, terlebih dahulu
yang telah divalidasi oleh 5 (lima) orang validator/ahli dalam bidang pendidikan
langkah-langkah berikut:
dalam tabel yang meliputi: aspek (Ai), indikator (Ii), dan nilai Vji untuk tiap-
tiap ahli.
101
b) Menentukan rata-rata nilai dari ahli untuk setiap indikator dengan rumus
V
j 1
ji
Keterangan:
I
j 1
ij
keterangan:
d) Menentukan nilai Va atau nilai rerata total dari rerata nilai untuk semua aspek
dengan rumus
n
A i
Va i 1
(Tanjung dan Nababan, 2018: 64)
n
keterangan :
n = banyaknya aspek
Selanjutnya nilai Va atau nilai rerata total ini dirujuk pada interval
Keterangan:
Geogebra
memiliki derajat validitas yang baik, jika minimal tingkat validitas yang dicapai
adalah tingkat valid. Jika tingkat pencapaian validitas di bawah valid, maka perlu
dilakukan validasi oleh ahli. Kemudian tes kemampuan berpikir kritis matematis
dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Jadi validitas
butir soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir
soal, dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir soal tersebut.
N XY X Y
rxy
N X 2
X
2
N Y 2
Y
2
Keterangan :
Y = Skor Total
Kemudian untuk mengetahui signifikasi korelasi yang didapat, diuji dengan uji t:
𝑁−2
𝑡 = 𝑟𝑥𝑦 √1− 𝑟 2
(Sudjana, 2002: 377)
𝑥𝑦
Keterangan:
N = jumlah subjek
Untuk menentukan valid atau tidaknya suatu butir tes maka thitung perlu
korelasi product moment dengan melihat df= N-2 dan taraf signifikan 5% atau
Suatu alat ukur memiliki reliabilitas yang baik apabila alat ukur itu
k h
2
r11 1
k 1 t2
Keterangan:
2
h
= Jumlah varians skor setiap soal
t2 = Varians total
( X ) 2
X 2
n
2
n (Arikunto, 2009:180)
Keterangan:
dengan sedikit revisi atau tanpa revisi. Serta jika hasil dari penelitian
106
Geogebra dikatakan praktis atau mudah diterapkan maka perlu adanya analisis
digunakan (valid) tanpa revisi atau dengan sedikit revisi. Analisis keterlaksanaan
dilaksanakan dilapangan. Hasil penelitian para ahli dan praktisi itu dapat dilihat
dari tingkat validitas perangkat tersebut apakah sudah memadai digunakan oleh
107
siswa/ pengguna dengan sedikit revisi atau tanpa revisi. Untuk penilaian ini
perangkat sebelumnya.
pembelajaran diamati oleh dua orang pengamat yang sudah dilatih sehingga dapat
secara benar. Keterlaksanaan dirancang dalam bentuk 2 (dua) pilihan yaitu ya atau
tidak. Jika memilih ya maka ada 5 (lima) pilihan yaitu: 1 artinya tidak baik, 2
artinya kurang baik, 3 artinya cukup baik, 4 artinya baik dan 5 artinya sangat baik.
Jika pilihannya tidak, maka nilainya 0 (nol). Selanjutnya skor yang diperoleh
108
X
k 100%
Xm
Keterangan:
k 90 Sangat baik
80 k 90 Baik
70 k 80 Cukup
60 k 70 Kurang
k 60 Sangat Kurang
(Sudjana, 2005: 118)
Keterangan:
tersebut kurang praktis, dan jika keterlaksanaannya berada pada kategori kurang
atau sangat kurang, maka dikatakan perangkat pembelajaran model problem based
klasikal apabila 85% siswa yang mengikuti tes kemampuan berpikir kritis
matematis telah memperoleh nilai minimal 75; (2) pencapaian ketuntasan tujuan
oleh minimal 65% siswa); (3) waktu yang digunakan dalam pembelajaran efisien
atau tidak melebihi pembelajaran biasa; (4) respon siswa terhadap pembelajaran
adalah positif.
setiap siswa. Berdasarkan Kurikulum 2013 seorang siswa dikatakan tuntas jika
dituangkan dalam bentuk angka dan huruf yakni 1-100 untuk angka yang
110
berikut:
s
KB = ×100
S
Keterangan :
tuntas secara individu. Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya jika PKK
n
PKK= ×100%
N
Keterangan :
kritis matematis apabila lebih atau sama dengan 85% siswa yang mengikuti
tes telah mencapai skor ≥ 71 atau berada pada kategori B. Apabila kriteria
di atas belum terpenuhi maka perlu diadakan peninjauan ulang proses dan
hasil pembelajaran yang telah dilakukan dan dilakukan uji coba ulang
T
X 100%
X m
Keterangan:
X m
= jumlah skor maksimum untuk butir ke-i
Kriterianya adalah:
dalam proses pembelajaran. Jika pencapaian waktu yang digunakan selama proses
dengan mempresentasekan respon positif dan negatif siswa dalam mengisi lembar
A
PRS = ×100% , (Trianto, 2011:243)
B
Dimana:
PRS = Persentase banyak siswa yang memberikan respon positif terhadap setiap
dari tinggi persentase siswa. Adapun kriteria respon siswa selengkapnya dapat
menjawab ya untuk setiap aspek lebih besar dari 70%. Jika salah satu aspek yang
kriteria valid, praktis dan efektif. Kriteria valid, praktis dan efektif terpenuhi
jika :
tanpa revisi.
mudah digunakan.
mudah digunakan.
baik.
115
pembelajaran biasa;