Anda di halaman 1dari 6

KINERJA ASPHALT CONCRETE WEARING COARSE (AC-

WC) DENGAN ABU GRANIT SEBAGAI FILLER

Tugas Life Cycle Cost Analisys

Oleh :
Dedy virnawan (161158003)

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


JURUSAN TEKNIK SIPIL - PROGRAM MAGISTER TERAPAN
PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR
Mei, 2018
RINGKASAN
Seiring dengan berkembangnya sektor pertambangan dan perkebunan di
Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat, mengakibatkan meningkatnya volume
kendaraan berat yang melewati jalan raya, sehingga menyebabkan kerusakan
pada lapis permukaan perkerasan berupa retak (fatique) dan jejak roda (rutting).

Aspahalt Concrete – Wearing Course adalah lapisan permukaan yang


langsung berhubungan dengan ban kendaraan, campuran beton aspal tersebut
terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal sebagai bahan
pengikatnya. Pada umumnya material yang digunakan sebagai filler pada
campuran beraspal adalah semen, dimana dengan harga mahal. Oleh sebab itu,
perlu ditemukan alternatif yang murah untuk menggantikan filler memanfaatkan
potensi sumber alam daerah setempat antara lain memanfaatkan limbah
pertambangan produksi batu granit, berupa abu granit.

Penelitian ini merupakan studi eksperimen untuk mengetahui kinerja dari


struktur perkerasan lentur beton aspal dengan menggunakan abu granit sebagai
filler. Variabel penelitian adalah kadar abu granit dalam campuran beton aspal,
sehingga didapat komposisi campuran beton aspal optimum. Sebagai pembanding,
juga dilakukan pengujian terhadap semen sebagai filler yang sering digunakan ada
campuran beton aspal. Penelitian diawali dengan pembuatan benda uji campuran
beton aspal dengan kadar aspal optimum, dan dilakukan pengujian dengan metode
Marshall sehingga dapat ditentukan beton aspal pada kadar filler optimum.
Selanjutnya dilakukan pengujian dengan alat UMATTA untuk mendapatkan nilai
modulus resilient, yang akan dipergunkan untuk perhitungan struktur perkerasan.
Struktur perkerasan dimodelkan dengan softwear KENPAVE dan dianalisis
sehingga didapatkan nilai regangan tarik horizontal dan regangan tekan vertikal,
dari nilai tersebut digunakan untuk memprediksi kinerja dan sisa umur layanan
dari struktur perkerasan.

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan


limbah produksi granit yang merupakan potensi sumber alam setempat, yaitu di
Kabupaten Ketapang. Selain itu, dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
wilayah tersebut, yang disebabkan karena meningkatkan ketahanan infrastruktur
terhadap kerusakan perkerasan jalan akibat fatique dan rutting.

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Aspahalt concrete – wearing course (ACWC) adalah lapisan permukaan
perkerasan jalan beton aspal yang langsung berhubungan dengan ban kendaraan;
dimana, campuran beton aspal tersebut terdiri dari agregat kasar, agregat halus,
agregat pengisi (filler) dan aspal sebagai bahan pengikatnya. Pada umumnya,
material yang digunakan sebagai filler pada campuran ACWC adalah semen, abu
batu kapur, abu dolomite, abu terbang dan lain-lain. Adapun fungsi dari filler pada
campuran beton aspal adalah sebagai pengisi di antara agregat yang lebih kasar
sehingga rongga udara (void) menjadi kecil, dan dapat menghasilkan tahanan
gesek serta penguncian antara butiran (bonding) yang lebih tinggi; oleh karena itu,
filler dapat meningkatkan stabilitas beton aspal. Harga semen sebagai filler cukup
mahal, terutama di Indonesia bagian Timur, sehingga perlu ditemukan alternatif
yang lebih murah untuk menggantikan semen tersebut. Salah satu alternatifnya,
yaitu dengan menggunakan limbah batu granit yang berbentuk abu, yang
merupakan limbah saat proses pembuatan tile granite.

Kabupaten Ketapang di propinsi Kalimantan Barat, merupakan kabupaten


yang sedang berkembang pada sektor pertambangan dan perkebunan; oleh karena
itu, perlu didukung dengan infrastruktur jalan yang baik untuk meningkatkan
pendapatan nasional dan daerah. Dengan berkembangnya sektor pertambangan
dan perkebunan, mengakibatkan meningkatnya kendaraan – kendaraan berat yang
melewati jalan raya, sehingga menyebabkan kerusakan pada lapis permukaan
perkerasan berupa retak (fatique) dan jejak roda (rutting).

Hasil penelitian Chandra et al. (2014) terkait penggunaan filler granit pada
campuran perkerasan jalan, membuktikan bahwa campuran beton aspal dengan
abu granit sebagai filler memiliki ketahanan terhadap rutting lebih baik jika
dibandingkan dengan abu batu konvensional. Disisi lain, salah satu produksi dari
sektor pertambangan di Kabupaten Ketapang di propinsi Kalimantan Barat
merupakan pertambangan granit. Berdasarkan data dari Badan Geologi Subdit

3
mineral dan logam, sebaran batu granit di Kabupaten Ketapang berada pada lima
lokasi, yang rata-rata mempunyai luas 100 Ha dengan deposit 100 juta ton.
Dengan demikian, limbah hasil produksi granit yang berlimpah tersebut dapat
dimanfaatkan menjadi filler pada campuran beton aspal.

Kadar filler pada campuran beton aspal akan memengaruhi proses


pencampuran, penghamparan dan pemadatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian untuk mendapatkan komposisi campuran beton aspal dengan abu batu
granit ini sebagai filler yang optimum, sehingga diharapkan untuk memperoleh
nilai kinerja perkerasan beton aspal. Dalam menilai kinerja perkerasan, salah satu
metode yang digunakan adalah metode mekanistik yaitu dengan mengasumsikan
perkerasan jalan menjadi satu struktur dimana material perkerasan akan
memberikan respon berupa tegangan (stress), regangan (strain). Hal ini berkaitan
erat dalam rangka memprediksi kinerja struktur perkerasan dan sisa umur layanan.

Indikator penilaian kinerja struktur perkerasan yang digunakan pada


penelitian ini adalah jumlah nilai repetisi beban yang diijinkan untuk mengontrol
terjadinya fatigue dan deformasi permanen (rutting), Sehingga bisa didapatkan
nilai sisa umur layanan yang diakibatkan oleh fatique dan rutting. Perhitungan
respon tegangan (stress) dan regangan (strain) pada setiap struktur lapis
perkerasan dilakukan dengan alat bantu berupa perangkat lunak KENPAVE yang
dikembangkan oleh Yang H. Huang P.E

1.2. Rumusan Masalah


Spesifikasi agregat pengisi (filler) mempengaruhi perilaku mekanik beton
aspal. Spesifikasi abu batu granit dari limbah pertambangan Kabupaten Ketapang
belum diketahui, apakah dapat memenuhi spesifikasi yang tertera pada
persyaratan Binamarga. Kinerja dari beton aspal dengan menggunakan abu granit
belum di ketahui, apakah dapat memenuhi umur rencana sesuai dengan
perencanaan.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat memprediksi kinerja struktur
perkerasan dari beton aspal dengan menggunakan abu granit sebagai filler pada
campuran AC-WC.

4
1.4. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan fasilitas pada laboratorium
Bahan dan Transportasi Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung, dan
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Jalan Dan Jembatan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah :
a. Pengujian sifat-sifat fisik agregat, aspal, dan filler material.
b. Perancangan campuran beton aspal mengacu kepada spesifikasi teknis
Binamarga tahun 2010 revisi III, divisi VI. Perancangan campuran beton
aspal dilakukan terhadap abu granit dan semen, sebagai filler.
c. Penentuan kadar aspal optimum campuran beton aspal dilakukan dengan
pengujian metode Marshall.
d. Filler granit yang digunakan berasal dari Kabupaten Ketapang Propinsi
Kalimantan Barat. Sedangkan, sebagai pembanding digunakan Portland
semen sebagai filler.
e. Aspal yang digunakan adalah aspal Pertamina dengan penetrasi 60/70.
Sedangkan, agregat yang digunakan berasal dari sumber material yang
ada di sekitar Kabupaten Bandung
f. Pengujian Modulus Resilient dilakukan dengan menggunakan alat
Universal Material Testing Apparatus (UMATTA)
g. Perhitungan tebal perkerasan dengan metode AASHTO 1993
h. Perhitungan nilai tegangan dan regangan pada struktur perkerasan
dengan menggunakan softwear KENPAVE

1.6. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat hasil penelitian ini adalah:
a. Memanfaatkan limbah produksi batu granit menjadi filler pada campuran
beton aspal.
b. Meningkatkan kualitas infrastruktur di wilayah Kabupaten Ketapang,
sehingga dapat meningkatkan perekonomian bagi masyarakat setempat.

5
c. Mengurangi ketergantungan terhadap semen sebagai filler pada
campuran beton aspal, sehingga dapat menurunkan biaya pembangunan
infrastruktur.
d. Menyempurnakan peraturan Binamarga terkait campuran beton aspal.

Anda mungkin juga menyukai