Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Paradigma sehat menjadi orientasi baru di Indonesia dimana upaya penanggulangan


masalah kesehatan lebih ditonjolkan pada aspek peningkatan dan pencegahan serta
penekanan pada mutu pelayanan kesehatan. Paradigma baru ini berakibat pada tingginya
kompetisi di sektor kesehatan, baik pemerintah, swasta, dan asing akan semakin keras
untuk merebut pasar yang semakin terbuka bebas. Selain itu, masyarakat menuntut seluruh
kebutuhan pelayanan kesehatan dan pelayanan yang terkait dengan kebutuhan pasien harus
dapat dilayani secara mudah, cepat, akurat, bermutu dengan biaya terjangkau. Untuk
menciptakan pelayanan seperti itu maka diperlukanlah suatu sistem informasi manajemen
yang terintegrasi, komunikatif dan efisien. Sistem informasi manajemen keperawatan
menjadi bagian yang sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan yang berorientasi
pada konsumen tersebut.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus
mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian
sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem
pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya dilapangan, asuhan keperawatan
yang dilakukan masih bersifar manual dan konvensional, belum disertai dengan sistem
/perangkat tekhonolgi yang memadai, dan ini pun berdampak terhadap kepuasan kerja
perawat yang dirasakan baik oleh pengguna dalam hal ini pasien, oleh sesama rekan
sejawat, dan profesi lain.
Hal diatas juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lipincolt disebuah
Rumah sakit menunjukan bahwa ada 87 % perawat yang bekerja ekstra lebih dari 12 jam
karena merka harus menyelesaikan pendokumentasian secara konvensional. Berkaitan
dengan ini maka dibentuk sebuah sub komite teknologi untuk menentukan apakah
teknologi dapat meningkatkan mutu pelayanan, efesienfi kerja, kepuasan untuk pengguna
jasa keperawatan (Hakin, 2005).
Isu-isu yang berkaitan dengan teknologi dalam keperawatan adalah berkaitan
dengan jenis teknologi yang dilakukan perawat dalam melakukan pendokumentasian
keperawatan, pembatasan pengguanaan teknologi untuk keselamatan pasien, sikap perawat
sendiri terhadap teknologi, ketersediaan dan penggunaan teknologi di pelayanan tidak
didistribusikan secara merata. Berkaitan dengan hal diatas akan dibahas lebih mendalam
lagi pada artikel ini yang akan menggambarkan perkembangan teknologi keperawatan
didunia dan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

Teknologi secara dramatis mengubah cara di mana perawat mendiagnosa, mengobati,


merawat dan mengelola pasien. Teknologi dalam praktek keperawatan berdasarkan
beberapa hasil riset dapat dijadikan salah satu solusi untuk memberikan asuhan kepada
klien dan juga dapat meningkatkan komunikasi keperawatan dan pendokumentasi secara
efisiensi.
Kepemimpinan Perawatan di Klinik Cleveland berpendapat bahwa kualitas asuhan
keperawatan yang baik tergantung individu, dalam hal ini adalah perawat, proses dan
teknologi. Perawat memainkan peran penting dalam menentukan dan melaksanakan strategi
untuk sistem teknologi yang inovatif dan proses yang akan menghasilkan mutu pelayanan
asuhan keperawatan yang baik serta dalam prakteknya. Selain itu perawat pun diharapkan
dapat berpartisipasi dalam perencanaan strategis multidisiplin untuk menentukan solusi
sistem yang mendukung perawatan pasien, menetapkan standar untuk aplikasi klinis, sesuai
dengan standar yang berlaku (ANAI, 2010).
Hal diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas asuhan dengan menerapkan sebuah
system berhubungan juga dengan organisasi dan manusia pengolahnya. Oleh karena itu ada
beberapa konsep yang harus dipahami dalam menyelenggarakan sistem ini diantaranya
adalah (Davis, 1999):
1. Informasi
Informasi menambahkan sesuatu pada penyajian. Yaitu berhubungan dengan waktu dan
mutu.
2. Manusia pengolah informasi
Kemampuan manusia pengolah informasi akan menentukan keterbatasan dalam sistem
informasi dan memberikan gambaran dasar-dasar rancangan mereka.
3. Konsep sistem
Konsep sistem perlu dipahami dan merancang pengembangan sistem informasi yang
ada karena sistem informasi manajemen itu sendiri adalah sebuah sistem.
4. Konsep organisasi dan manajemen
Sistem informasi dirancang untuk mendukung fungsi manajemen. Informasi merupakan
hal penting dalam penentuan keputusan organisasi.
5. Konsep pengambilan keputusan
Rancangan SIM bukan hanya harus mencerminkan rancangan rasional terhadap
optimasi, tetapi jugateori pengambilan keputusan dalam perilaku organisasi.
6. Nilai informasi
Informasi akan mengubah keputusan. Perubahan nilai-nilai hasil akan menentukan nilai
informasi.
Saat ini berbagai sistem teknologi untuk merawat pasien dilapangan mulai
berkembang, dan perawat mulsi memikirkan bagaimana teknologi dapat mempengaruhi
praktek keperawatan, meningkatkan praktek keperawatan serta mutu asuhan
keperawatan.Dalam hal ini perawat mampu sebagai pendidik, analis sistem, seorang analis
web, koordinator keamanan dan administrator sistem yang fokus adalah untuk
meningkatkan praktek keperawatan melalui penggunaan kreatif teknologi, memaksimalkan
produktivitas perawatan, perbaikan infrastruktur dan lingkungan kerja lebih mendukung
dunia kelas Clinic keunggulan dalam perawatan pasien.Perawat diharapkan dapat member
inovasi bersama untuk memperbaiki cara perawat berkomunikasi dengan satu sama lain,
dengan profesi lain dan dengan pasien.perawat harus melihat teknologi sebagai alat untuk
mendukung, bukan menghambat, serta memberi dampak positif bagi praktek keperawatan
di masa depan (Briggs,2006).
Berkaitan dengan penguasaan teknologi oleh perawat dilakukan Analis Klinis di
Departemen Informatika Keperawatan Cleveland klinik Amerika bahwa Perawat memiliki
peluang untuk melakukan teknologi inovatif dalam rangka meningkatkan praktek klinis
dengan terlebih dahulu menganalisis alur kerja praktek klinis pada saat ini. Berdasarkan
pengamatan ini, mereka memfasilitasi desain dan pengembangan, pengujian, implementasi,
pelatihan dan evaluasi sistem klinis otomatis. Informatika klinis analis memfasilitasi
kelompok kerja dari staf perawat untuk memvalidasi desain aplikasi dan untuk mempelajari
dan mengukur dampak teknologi pada peningkatan praktek keperawatan tertentu dan proses
(Boodman, 2005).
Pendekatan kolaboratif Keperawatan, Kualitas Pendidikan dan Penelitian Instruktur
Klinis di Departemen Keperawatan Informatika juga perawat menyediakan pelatihan
aplikasi terpusat untuk tenaga perawat untuk mendukung aplikasi klinis baru atau revisi
diimplementasikan pada unit keperawatan. Bekerja bersama-sama dengan para manajer
perawat, staf keperawatan, dan Departemen Pendidikan Keperawatan & Professional
Development - NI Klinis Instruktur memberikan dukungan instruksi dan pengguna untuk
mempermudah pengenalan teknologi baru ke dalam keperawatan (Bluementhal,2006).
Selain itu banyak juga penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan teknolodi
dalam keperawatan yang berkaitan dengan semakin mudahnya mengumpulkan
informasi,keselamatan pasien,kepuasan pasien,kepuasan kerja,kemajuan karir perawat dan
sebagainya.Beberapa hasil penelitan yang berkaitan dengan hal diatas adalah sebagai
berikut (Ane, 2010) :
1. Kebanyakan perawat mengindikasikan bahwa mereka akan tertarik ke pengaturan kerja
yang menggunakan teknologi, termasuk 100% dari perawat bekerja kurang dari dua
tahun, 69,2% dari mereka yang bekerja 2 sampai 5 tahun, dan 79,5% dari mereka
digunakan 5 sampai 10 tahun. Pengawas dan administrator juga telah sangat
menarik (79%) untuk pengaturan kerja yang menggunakan teknologi.
2. Dari perawat menggunakan teknologi di tempat kerja, mayoritas setuju bahwa
teknologi meningkatkan efisiensi perawat dan memberikan kontribusi untuk
meningkatkan kualitas perawatan pasien. Persentase dari semua responden setuju
perawat bahwa penggunaan jenis tertentu teknologi peningkatan efisiensi berkisar
dari 63,7% menjadi 86,4%; mereka setuju bahwa penggunaannya berdampak positif
kualitas berkisar dari 59,4% menjadi 85,4% .
3. Jenis-jenis, antara lain internet yang setuju memiliki dampak terbesar pada peningkatan
efisiensi perawat, adalah: sistem bisnis dukungan manajemen dan diagnostik,
terapeutik, dan sistem pemantauan klinis (Barbara,2006);
a. non-akut sistem informasi perawatan khusus yang banyak interkoneksi fungsi
dalam satu departemen (contoh: perilaku kesehatan, pra-rumah sakit,
rehabilitasi perawatan, jangka panjang, rawat jalan, rumah sakit, kesehatan
rumah atau penelitian);
b. Sistem informasi perawatan akut khusus yang interkoneksi fungsi
ruang operasi, area perawatan peri-operasi dan kritis atau
kebidanan, departemen peri-natal dan darurat, dan
c. sistem informasi kesehatan .

4. Perawat yang bekerja di lembaga-lembaga perawatan kesehatan di rumah melaporkan


tingkat tertinggi (84,0%) dengan pernyataan: sistem dokumentasi klinis
meningkatkan efisiensi perawat, perawat yang bekerja di rumah sakit melaporkan
kedua terendah (55,2%) dan mereka dalam perawatan jangka panjang
fasilitas terendah
5. Perawat bekerja di perguruan tinggi dan universitas atau di rumah perawatan kesehatan
(70,0% dan 68,0%, masing-masing), melaporkan tingkat tertinggi
kesepakatan bahwa penggunaan sistem dokumentasi klinis meningkatkan
kualitas pelayanan; perawat bekerja di rumah sakit melaporkan tingkat terendah
(51,8%)
6. Perawat bekerja di fasilitas hidup dibantu dan praktek dokter (100% dan 93,7%,
masing-masing) melaporkan tingkat tertinggi perjanjian dengan pernyataan:
pengobatan, laboratorium dan sistem manajemen guna meningkatkan
perawat efisiensi; perawat bekerja di rumah sakit melaporkan kedua terendah
tingkat perjanjian (72,2%) dan orang-orang di lembaga perawatan rumah kesehatan,
terendah (71,4%)
7. Perawat bekerja di praktek dokter atau di perguruan tinggi dan universitas
(93,7% dan 80%, masing-masing), melaporkan tingkat tertinggi perjanjian
bahwa penggunaan obat, laboratorium dan sistem manajemen pesanan
meningkatkan kualitas pelayanan, perawat yang bekerja di rumah sakit dan kesehatan
rumah lembaga perawatan ((72,5% dan 71,4%, masing-masing) melaporkan tingkat tere
`ndah
perjanjian
8. Yang paling banyak dilaporkan teknologi yang digunakan oleh perawat dalam praktek
itu, dalam rangka frekuensi, internet, intranet, dan informasi rumah sakit
system

Fenomena diatas merupakan gambaran perkembangan teknologi dalam keperawatan


serta pentingnya teknologi kepeawatan di internasional, sedangkan Isu yang berkembang di
Indonesia saat ini, terutama di area pelayanan kesehatan rumah sakit adalah apabila Sistem
teknologi dalam keperawatan kan menyebabkan biaya yang dikeluarkan menjadi lebih
besar atau berkurang, apakah membantu mencapai tujuan yang diharapkan, apakah jumlah
SDM keperawatan dapat dikurangi serta apakah akan berkesinambungan dan secara terus-
menerus akan dipergunakan. Secara rinci Uli Agustine (2008) dalam artikelnya menuliskan
bahwa kecenderungan issue yang berkembang adalah sebagai berikut :
1. Semakin tingginya beban kerja perawat di rumah sakit menuntut adanya suatu
sistem teknologi informasi yang mampu mengatasinya. Tuntutan adanya
dokumentasi keperawatan yang lengkap dengan hanya menggunakan cara manual
tulisan tangan selama ini hanya menambah beban kerja perawat dan semakin
mengurangi jumlah waktu perawat bersama pasien
2. Sistem informasi keperawatan di luar negeri sudah modern dan canggih dengan
memanfaatkan sistem teknologi informatika, sehingga perawat di luar negeri
mampu bekerja secara efisien dan dan berkualitas tinggi. Kondisi tersebut
diharapkan mampu diikuti oleh perawat di Indonesia.
3. Perlunya keperawatan di Indonesia memiliki sistem informasi manajemen
keperawatan dalam melakukan pelayanan kepada pasien di rumah sakit, sehingga
perawat bisa bekerja lebih efektif dan efisien.
4. Pelaksanaan proses asuhan keperawatan akan lebih cepat, efektif dan efisien dengan
menggunakan teknologi
5. Diharapkan hari rawat pasien lebih cepat karena interaksi pasien-perawat lebih
banyak sehingga tujuan asuhan keperawatan lebih cepat tercapai
6. Profesionalisme perawat akan sem
7. akin meningkat dan pengakuan kesetaraan antara profesi perawat dengan medis
akan lebih baik.
8. Citra perawat di masyarakat dan diantara profesi lain akan semakin baik.
9. Penggunaan SIM keperawatan akan meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit
10. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) mulai tahun 2001 telah
mengembangkan suatu sistem asuhan keperawatan yang berbasis dengan komputer.
Sampai saat ini sistem ini baru digunakan untuk proses akademik pembelajaran
komputer keperawatan. Sistem informasi asuhan keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan masih dalam tahap awal dan masih memerlukan penyempurnaan
(Haryati, 2001). Diharapkan sistem informasi asuhan keperawatan FIK-UI di masa
datang dapat mempercepat perkembangan sistem informasi yang dapat
diaplikasikan di rumah sakit maupun pelayanan keperawatan yang lain.

BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teknologi dalam keperawatan keperawatan memegang peranan penting dalam menjawab


tantangan era globalisasi dan perubahan paradigma kesehatan yang ada saat ini, menjadi
asset penting suatu organisasi karena sebagai dasar untuk perkembangan suatu organisasi.
Hal diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas asuhan dengan menerapkan sebuah
system berhubungan juga dengan organisasi dan manusia pengolahnya. Oleh karena itu ada
beberapa konsep yang harus dipahami dalam menyelenggarakan sistem ini diantaranya:
informasi , manusia sebagai pengolah data, konsep sistem, konsep organisasi dan
manajemen, konsep pengambilan keputusan dan nilai informasi, dan berdasarkan hasil
penelitian yang direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Informasi tentang teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi perawat dan
kualitas perawatan pasien harus dibagi dengan perawat berlatih, eksekutif
kepemimpinan tim dalam organisasi perawatan kesehatan, dan vendor.
2. Kesehatan pengusaha harus mempertimbangkan meningkatkan penggunaan teknologi
melaporkan bahwa perawat meningkatkan efisiensi kerja mereka dan meningkatkan
pasien keselamatan dan kualitas pelayanan.
3. perawat perawatan langsung harus terus-menerus dan input yang konsisten ke
desain, pengadaan dan penerapan teknologi, dan diperlukan staf dalam pengaturan kerja
dimana teknologi yang digunakan oleh perawat untuk mendukung pengiriman asuhan
keperawatan.
4. Teknologi pelatihan yang terkait untuk staf perawatan langsung harus dicapai
menggunakan berbagai metode, dengan memperhatikan gaya belajar banyak,
umur, dan pengalaman sebelumnya menggunakan teknologi.
5. program pendidikan Keperawatan harus memfasilitasi perawat perawat perawatan
langsung ',praktisi dan administrator 'adopsi teknologi dengan memasukkan
tepi yang sesuai teknologi saat ini atau memotong seluruh keperawatan
kurikulum.
6. Kepala petugas keperawatan harus memiliki pengetahuan tentang pentingnya
mempromosikan integrasi informasi dan klinis teknologi yang mendukung praktek
efisiensi dan perawatan pasien kualitas ke tempat kerja.
7. Informasi dalam studi ini harus disebarluaskan kepada anggota DPRD dan
dipublikasikan secara luas dalam rangka mempromosikan dukungan
untukmengamankan teknologi yang meningkatkan kualitas pelayanan dan
meningkatkan efisiensi perawat.
8. Grant pendanaan harus diperoleh untuk mendukung studi penelitian dan evaluasi
tentang sistem teknologi yang efektif meningkatkan kualitas pasien
perawatan dan, meningkatkan efisiensi perawat.
9. organisasi kesehatan pemberian perawatan harus membeli teknologi yang telah
telah terbukti untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien dan / atau efisiensi kerja
perawat.
10. Teknologi yang dipilih harus menjadi bagian dari sistem yang terintegrasi dan bukan
entitas yang berdiri sendiri.
Rekomendasi yang dapat diberikan untuk dilakukan sebuah riset di Indonesia yang
berkaitan dengan :
1. Menentukan mengapa perawat tidak merekomendasikan penggunaan teknologi yang
dipilih di tempat kerja.
2. Tentukan apakah penggunaan teknologi yang paling sering direkomendasikan oleh
perawat benar-benar meningkatkan efisiensi perawat dan kualitas pelayanan.
3. Menentukan mengapa perawat tua yang tidak tertarik pada teknologi tetap ada pada
sebuah organisasi yang menggunakan teknologi canggih.

B. SARAN

Dengan perkembangan ilmu keperawatan Kompetensi, kualifikasi dan keterampilan yang


harus dimiliki perawat dalam praktek telenursing adalah kompetensi klinis, keterampilan
penilaian dalam area praktek keperawatan. Selain itu perawat juga harus memiliki
karakteristik pribadi yang akan memfasilitasi keterlibatan mereka dalam telenusring,
misalnya : sikap positif, membuka pikiran terhadap teknologi, memiliki pengetahuan &
kemampuan untuk menavigasi sistem teknologi dan lingkungan misalnya pengetahuan dan
keterampilan untu mengoperasikan teknologi, memiliki pemahaman tentang keterbatasan
teknologi yang digunakan, misalnya dapat menentukan jika tanda-tanda vital sedang
dimonitor secara akurat dengan peralatan tertentu, memiliki pengetahuan dan penerapan
protokol operasional telehealth, memiliki keterampilan berkomunikasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Davis, G.B.(1999) alih bahasa Adiwardana, A.Kerangka Dasar Sistem Informasi


Manajemen, Bag.1. Edisi kesebelas. Jakarta : Ikrarmandiriabadi
Uly, A. _______. Sistem informasi manajemen keperawatan di Indonesia. Diakses pada
23 Oktober 2010.
ANIA, 2010, Nursing Informatics, diakses tanggal 24 Oktober 2010
Barbara,C (2006). The Use of Technology to Assist Nurses In Caring for Patients, A
Report of the Maryland Nursing Workforce Commission,diakses di oktober 2010
Anne Dabraw (2010), Product Innovation through User Research at Wolters Kluwer
Health. Authors: Anne Dabrow Woods, MSN, RN, CRNP, ANP-BC, Nick Scheponik,
BA, Mark Barragry, MA. diakses tanggal 24 oktober 2010
Bony a,(2009), The Impact of Informatics on Nursing Education:A Review of the
Literaturehttp://www.acteonline.org/uploadedFiles/About_CTE/files/The%20Impact
%20of%20Informatics%20on%20Nursing%20Education.pdf, diakses pada tanggal 24
oktober 2010
Blumenthal, D., DesRoches, C., Donelan,K., Ferris, T.,Jha, A.,Kaushal, R., Rao,S.,
Rosenbaum, S., and Shield, A. ( 2006). Health information technology in theUnited
States: The information base for progress. Executive Summary. RobertWood Johnson
Foundation, Princeton, NJ. Available at
Boodman, S. (2005). Not quite fail-safe: computerizing isn’t a panacea fordangerous
drug errors, study shows. Washington Post, March 22. Availableonline at: Briggs, B.
(2006). Nursing I.T.: From stations to beside. Health DataManagement, 7 (1), 28-37.
Available online at:
Hakim,M. (2005). Wireless, web-based technologies critical for improving OR patient
care, service. HHNMOSTWIRED at hospitalconnect.com, retrieved 3/21/2005.
Availableat

Anda mungkin juga menyukai