Anda di halaman 1dari 6

Dasar Teori

Tetal benang
Teteal benang merupakan istilah untuk menyatakan jumlah benang lusi dan pakan setiap
inch atau cm. untuk kain rajut bianya tetal benang dinyatakan dengan istilah wales per
inch dan course per inch.

Ada beberapa cara/alat yang dapat dipakai untuk menetukan atau untuk menghitung
jumlah benang lusi dan pakan perinch/cm. berikut ini adalah cara

1. Kaca pembesar
2. Kaca penghitung yang bergeser
3. Cara ural (raveled) benang
4. Proyektor
5. Parallel line grating
6. Taper line grating

Cara pertama hampir sama saja dengan yang kedua, yaitu sama-sama menggunakan
kaca pembesar untuk melihat dan mengitung jumlah benang. Hanya pada cara yang
kedua kaca pembesar dipasangkan pada traverse suatu alat, dimana terdapat pula jarum
petunjuk sejajar dan dibawah poros traverse tersebut terdapat skala inch. Jika selembar
kain diletakkan dibawah alat ini, maka dapat dilihat dan dihitung jumlah benang melalui
kaca pembesar tersebut.

Dengan cara urai dilakukan apabila benang pada kain sukar dilihat oleh mata,
seperti misalnya benang yang terlalu rapat, kain handuk,kain rangkap,beludru dan
sebagainya.

Untuk membantu agar mata tidak Lelah dalam melihat dan menghitung jumlah
benang, dipakai lampu proyektor. Kain diproyeksikan kelayar kemudian jumlah benang
per inch dapat dihitung dengan mudah.

Parallel line grating merupakan cara optis yang dapat menentukan tetal benang
secara cepat. Alat yang digunakan adalah sebuah kaca atau bahan transparan lainnya yang
mempunyai garis-garis atau grating. Sebagai contoh, jika sebuah kaca dengan grating 10
garis per inch diletakkan diatas kain yang jumlah benangnya juga 10 helai perinch, maka
tidak akan menghasilkan bayangan garis lain. Tetapi apabila tetal benang 9 helai per inch,
bayangan garis lain akan timbul pada grating ke 9 atau garis itu akan terbentuk setiap 9/10
inch dan apabila tetal benang 11 helai per inch , garis akan terbentuk pada grating ke 11
atau 1 1/10 inch. Lokasi garis ini akan menunjukkan jumlah benang pada kain tersebut per
inch.

Taper line grating merupakan alat perbaikan dari paralellel line grating, seperti
tampak pada gambar dibawah ini

Tanpa melihat cara mana yang dipakai,semua pemeriksaan tetal benang pada kain, jangan
dilakukan pada bagian yang dekat dengan tepi (bagian tepi selebar 1/10 lebar kain).

Kain harus diletakkan perlahan pada permukaan yang datar. Jika tetal benang yang lebih
dari 25 helai perinch , pemeriksaan per inch dilakukan pada 5 tempat yang berbeda.
Jangan memeriksa pada dua tempat yang sama lusi atau pakannya.

Apabila tetal benang kurang dari 25 helai perinch, jumlah beang yang dihitung
harus tiap tiga inch. Juga dilakukan pada lima tempat yang berbeda.

Tetal benang perinch adalah rata-rata dari kelima hasil pengamatan itu. Apabila
lebar kain tiga inch atau kurang maka semua benang harus dihitung. Tetal benang
dinyatakan rata-rata perinch.

Dimensi kain
Yang dimaksud dengan dimensi meliputi Panjang, lebar dan tebal kain. Untuk
mengukur dimensi kain tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara berikut :

a. Tebal

Alat-alat : alat pengukur tebal kain (gauge)

Gambar

Alat tersebut terdiri dari alas kaki penekan yang digubungakan dengan jarum
penunjuk skala (dial) , dimana tebal kain dapat dibaca. Kain contoh diletakkan
diatas landasa, kemudian kaki penekan diturunkan perlahan-lahan.
Beberapa hal yang dapa mempengaruhi hasil pengukuran , dan karena itu harus
distandarisasi antara lain :

- Ukuran kaki penekan : makin besar luas kaki penekan , makin kurang bisa
menekan pada kain dan cenderung menghasilkan ukuran yang lebih besar.
- Bentuk kaki penekan
- Berat kaki penekan : makin berat, makin dalam kaki dapat menekan kain , dan
cenderung untuk menghasilkan ukurang yang kurang tebal.
- Kecepatan kaki penekan : makin cepat menjatuhkan kaki penekan pada kain,
makin dalam pula menekannya kaki penekan pada kain . karenanya harus
dilakukan perlahan-lahan.
- Lama waktu penekanan : kaki penekan tidak akan segera mencapai kesekian
bagian. Karena itu harus dibiarkan beberapa detik (5 detik) baru dial dibaca.
- Kestabilan alat, getaran dapat mempengaruhi dalamnya penekanan dari kaki
penekan. Karena itu penyangga alat harus kokoh
- Keadaan contoh kain pada waktu diukur : tidak boleh terlipat atau terlalu
tegang.

Daya serap Kain


Beberapa kain harus mempunyai kemampuan untuk menyerap air atau cairan
secara cepat atau mudah dibasahi. Misalnya kain handuk, kain pembalut, kapas pembalut,
dan sebagainya.

Dalam hal membasahi kain biasanya menyangkut soal lamanya kain dapat
terbasahi atau lamanya waktu pembasahan. Peristiwa pembasahan kain dan bagaimana
kain dapat terbasahi merupakan masalah sebelum dibicarakan beberapa cara pengujian
daya serat air, perlu ditinjau factor-faktor yang mempengaruhi pembasahan kain. Apabila
setetes air dijatuhkan pada permukaan dari 3 jenis benda pada yang rata , maka tetesan
air tersebut mungkin bebentuk bulat, pipih atau antara bulat dan pipih .

Sudut A adalah sudut kontak yang terbentuk antara permukaan benda padat dengan garis
singgung pada lengkungan permukaan air yang menyentuh benda padat , dan merupakan
sudut yang terbentuk didalam air. Karena sifat air sama, maka perbedaan kondisi tekanan
air pada ketiga permukaan benda padat disebabkan leh perbedaan sifat gabungan antara
air dan permukaan benda padat.

Permukaan benda padat dimana tetesan air akan membentuk bola,menunjukkan


sudut kontak yang tinggi, dan akan cenderung untuk menggelinding meninggalkan
permukaan benda padat dalam keadaan kering. Semakin kecil sudut kontak, semakin
mudah tetesan air menyebar keseluruh permukaan benda padat dan membasahi benda
padat tersebut. Perbedaan permukaan disebabkan oleh energi permukaan dan tegangan
permukaan pada antar muka dari dua fase , yaitu pada-cair, cair-udara, dan padat-udara.

Percobaan oleh Baxser dan Cassle menunjukkan bahwa bahan yang tahan air akan
memberikan sudut kontak yang tinggi. Sudut kontak yang makin tinggi terjadi pada cairan
diatar permukaan yang kering, sedang sudut kontak makin mengecil. Apabila ciran makin
berkurnag karena permukaan menjadi basah.

a. Cara pengujian waktu pembasahan kain (The wetting time test)

Pengujian ini diciptakan oleh Baxser dan Cassle dalam rangka pengujian daya
tolak air kain. Pengujian dilakukan dengan jalan memasukkan kain yang dipotong
memanjang kedalam piala berisi air, kemudian menarik kain perlahan-lahan dari
permukaan air. Air yang dipakai adalah air suling pada suhu 20oC dengan kecepatan
penarikan kain sebersar 8mm/menit. Pada awal penarikan terlihat sudut kontak yang
makin besar dan setelah beberapa waktu mengecil menjadi 90o (gambar 123). Waktu
mengecilnya sudut kontak menjadi 90o dicatat dengan stopwatch dan dinyatakan
sebagai waktu pembasahan.

Cara ini baik digunakan untuk kain wool, sedangkan untuk kain kapas selain
pengujian waktu pembasahan perlu dilakukan pula pengujian daya penetrasi air dan
daya tahan air terhadap curah hujan cara Bundesmann. Ketiga hasil pengujian
menunjukan daya basah yang sesuai.

b. Cara pengujian daya serap bahan tekstil (wet ability test)

Daya serap adalah salah satu faktior yang menentukna kegunaan kain untuk
tujuan tertentu misalnya kain pembalut,handuk dan kain-kain yang akan dicelup
karena kerataan hasil pencelupan bergantung pada daya serap kain.

Prinsip dari pengujian ini ,ialah mengamati setetes air yang dijatuhkan
dari ketinggian tertentu pada permukaan contoh uji yang ditegangkan. Waktu
menghilangnya pantulan langsung dari tetesan air diatas contoh uji, diukur dan
dicatat sebagai waktu pembasahan.

Pengujian dilakukan dalam atmosfer standar. Kain dipasang pada


lingkaran penyulam, sehingga permukaannya tegang, kemudiaan dipasang lingkaran
penyulam , sehingga permukaannya tegang , kemudian pasang 1 cm dibawah ujung
tetesan buret dan setetes air dijatuhkan pada contoh uji. Buret yang berisi air suling
diatur sedemikian sehingga kira-kira setiap 5 detik menjatuhkan setetes ari pada suhu
27 ± 3oC. waktu menghilangnya pantulan langsung dari tetesan air diukur dengan
stopwatch. Waktu tersebut ditentukan dengan kedudukan lingkaran penylan terletak
diantara pengamat dan sumber cahaya (misalnya didepan jendela) dengan sudut
sedemikian , sehingga pantulan langsung cahaya dari permukaan tetesa air yang
menjadi rata dapat jelas terlihat. Pada saat tetesa air tersebut terserap sedikit demi
sedeikit, daerah yang berkilauan menghilang dan akhirnya lenyap sama sekali
menginggalkan bekas yang basah. Tepat pada saat stopwatch ditentukan.

Waktu pembasahan yang kurang dari 5 detik menyatakan bahwa daya seratp kain
tersebut baik. Percobaan waktuk pembasahan dilakukan 10 kali dan hasilnya dirata-
ratakan.

c. Cara pengujian pembasahan kain dengan cara penyerapan kapiler (Wetting test
by wicking)

Kemampuan kain untuk menyerap air dengan cara penyerapan kapiler, dapat
diukur dengan menghitung kecepatan penetrasi air yang mengarah keatas pada
sepotong kain memanjang yang dipasang secara vertical dengan ujung bawah kain
dicelupkan kedalam air.

Kain yang dipakai berukuran lebar 5 cm dan Panjang 15 cm. Bagian kain ujung
bawah yang berukuran 5 cm x 5 cm dicelupkan dalam air pada suhu 20oC selama 20
detik, diambil dan ditimbang. Banyaknya air yang terserap kain dihitung dari berat
kain sesudah dan sebelum pengujian dan dinyatakan dalam persen. Kain handuk yang
bagus harus menyerap air sebanyak 100% dari berat handuk.

d. Cara pengujian pembasahan kain dengan uji penenggelaman (sinking test)

Cara yang sederhana untuk mengukur daya basah kain adalah dengan
menggunakan sepotong contoh uji ukuran 2,5 cm x 2,5 cm dan dijatuhkan pdaa
permukaan air yang beada dalam gelas piala. Waktu antara jatuhnya contoh uji
menyinggung air sampai contoh uji tenggelam dibawah permukaan air dicatat sebagai
waktu pembasahan. Makin cepat tenggelam, daya basah kain makin baik.

Anti Keret
Kain yang tidak mengalami perubahan dimensi setalah pemakaian sehari-hari, termasuk
kain yang mutu pakainya baik. Penyebab utama dari perubahan dimensi kain adalah
mengkeretnya setelah pencucian.
Kadang-kadang orang membeli baju dengan ukuran sedikit lebih longgar, dengan harapan
apabila dicuci akan mengkeret dan ukurannya sesuai untuk dipakai. Ada 2 jenis
mengkeret,yaitu mengkerat karena tegangan mekanis pada waktu proses pertenunan
dan penyempurnaan,menyebabkan kain tertarik untuk sementara dan waktu pencucian
akan bersantai (relaxation) kembali kebentuk semula. Jenis mengkeret lainnya , karena
adanya kemampuan serat untuk menggumpal (felting) dalam pencucian. Misalnya serat
wool yang cenderung untuk mengkeret dan menggumpal dalam keadaan basah.

Pengujian mengkeret kain dilakukan dengan mencuci kain yang sudah dikkondisikan
dalam atmosfer standar dengan kondisi pencucian disesuaikan dengan jenis kain dan
komposisi seratnya. Setelah selesai dicuci kain diperas dan dikeringkan dengan jalan
menyetrika kain tanpa terjadi terikan. Bahan yang terlah kering dikondisikan lagi dalam
atmosfer standar dalam waktu yang sama dengan pengondisian semula, kemudian kain
yang sudah ditandai diukur kembali. Mengkeret kain dihitung dari hasil rata-rata dari 3
pengukuran untuk arah pakan dan lusi.
100 (𝐿0 − 𝐿1)
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡−→ 𝑆 =
𝐿𝑜
Dimana :

L0 = adalah jarak antara tanda sebelum pencucian

L1 = adalah jarak antara tanda yang sama sesudah pencucian.

Derajat Putih

Sumber :

Moerdoko,wibowo dkk.1973.”Evaluasi Tekstil Bagian Fisika”. ITT: Bandung

Anda mungkin juga menyukai