Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN GAWATDARURAT

“STROKE HEMORAGIK”

Disusun
Oleh Kelompok 1:
1. Sesar Andriono 11. Goodhari C
2. Ranita Sari 12. Apririn Dwi A
3. Sindi Ayu A 13. Irfani M
4. Aprilia R 14. Irfan saifur R
5. Shelvia R 15. Intan Wahyuli
6. Maritul Q 16. Asfinah M
7. Nizar Z.H 17. Ana Mas’amah
8. Rosa Istiqomah 18. Eli Kusnaul A
9. Dwi putri Y 19. Anisa Kamila
10. Fenny Mellike

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada kira besarnya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Pasien
Stroke Hemoragik ” ini.
Dalam pembuatan makalah ini, kami memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak.Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
pembuatan makalah ini.
Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami
buat kurang tepat atau menyiggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami persembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih
dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.

Lawang,19 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ i


Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ..........................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ...................................................................................................3
2.2 Manifestasi Klinik ........................................................................................3
2.3 Etiologi ........................................................................................................5
2.4 Patofisiologi ................................................................................................6
2.5 Penatalaksanaan medis ................................................................................9
2.6 Komplikasi ..................................................................................................9
2.7 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................10
2.8 Asuhan Keperawatan ..................................................................................10
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................15
3.2 Saran ..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak
pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke
hemoragik antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu
jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga
darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak
mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Dari Stroke Hemoragik?
2. Apa Saja Manifestasi Klinik Stroke Hemoragik?
3. Apa Etiologi Stroke Hemoragik ?
4. Bagaimana Penjelasan Patofisiologi Stroke Hemoragik ?
5. Apa Saja Penatalaksanaan Medis Dari Stroke Hemoragik ?
6. Apa Saja Komplikasi Dari Stroke Hemoragik ?

1
7. Apa Pemeriksaan Penunjang Dari Penyakit Stroke Hemoragik
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Hemoragik ?

1.3 Tujuan Penulisan

I. TUJUAN UMUM
Sebagai panduan/acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit stroke hemoragik yang
berkualitas sesuai standar yang berlaku di rumah sakit.

II. TUJUAN KHUSUS


Agar seluruh petugas kesehatan memiliki pengetahuan tentang
sitostatika karena penting untuk memahami potensial karsinogenik dan
bahaya yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Antara lain pengetahuan
tentang :
1. Pengertian
2. Manifestasi Klinik
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Penatalaksanaan Medis
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Hemoragik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakitserebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer and Bare,
2002).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi
cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam
atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan
oleh gangguan peredarana darah otak non traumatik. (Arif Mansjoer, 2000)
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh terhentinya suplay darah kebagian otak, sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Brunner and
Suddarth).
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun
global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah
otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah
di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan
menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan
kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala
stroke (Junaidi, 2011).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
2.2 Manifestasi Klinik
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan
dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa
peringatan, dan sering selama aktivitas.

3
Manifestasi klinis stroke menurut Smeltzer & Bare (2002), antara lain:
defisit lapang pandang, defisit motorik, defisit sensorik, defisit verbal, defisit
kognitif dan defisit emosional.
1. Defisit Lapang Pandangan
a. Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan penglihatan
b. Kesulitan menilai jarak
c. Diplopia
2. Defisit Motorik
a. Hemiparesis (kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama).
b. Hemiplegi (Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama).
c. Ataksia (Berjalan tidak mantap, dan tidak mampu menyatukan kaki.
d. Disartria (Kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab
untuk menghasilkan bicara.
e. Disfagia (Kesulitan dalam menelan)
3. Defisit Sensorik : kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
4. Defisit Verbal
a. Afasia ekspresif (Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami)
b. Afasia reseptif (Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan)
c. Afasia global (kombinal baik afasia reseptif dan ekspresif)
5. Defisit Kognitif
a. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
b. Penurunan lapang perhatian
c. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
d. Perubahan penilaian
6. Defisit Emosional
a. Kehilangan kontrol diri
b. Labilitas emosional
c. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres
d. Depresi

4
e. Menarik diri
f. Rasa takut, bermusuhan dan marah
g. Perasaan isolasi

2.3 Etiologi
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau
pecahnya pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau
menutupi ruang - ruang jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau
menutupi ruang - ruang jaringan sel otak akan menyebabkan kerusakan jaringan
sel otak dan menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa
terjadi pada otak sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral hemorage)
atau dapat juga genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak (subarachnoid
hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan sampai pada
kematian. Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia, karena
penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang sudah rapuh
(aneurisma). Pembuluh darah yang sudah rapuh ini, disebabkan karena faktor
usia (degeneratif), akan tetapi bisa juga disebabkan karena faktor keturunan
(genetik). Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan karena mengerasnya
dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau arteriosklerosis akan lebih
parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan darah tinggi.
Stroke hemoragik dapat terjadi apabila lesi vaskular intraseberum
mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau
langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat
menyebabkan perdarahan subaraknoid (PSA) adalah aneurisma sakular (Berry)
dan malformasi arteriovena (MAV). Selain lesi vaskular anatomik, penyebab
stroke hemoragik adalah hipertensi, gangguan perdarahan, pemberian
antikoagulan yang terlalu agresif (terutama pada klien berusia lanjut), dan
pemakaian anfetamin dan kokain intranasal karena zat-zat ini dapat
menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan intraserebrum atau subaraknoid.
(Price & Wilson, 2006; 1119)

5
Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah :
1. Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan
arteriovenosa.
2. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti
payudara, kulit, dan tiroid.
3. Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam
dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih
besar.
4. Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).

2.4 Patofisiologi
Tahapan patofisologi terjadinya stroke adalah kerusakan pembuluh darah
otak, pembuluh darah tidak mampu mengalirkan darah atau pembuluh darah
pecah dan bagian otak yang memperoleh darah dari pembuluh yang rusak tadi
fungsinya menjadi terganggu hingga timbul gejala-gejala stroke.
Tahapan tersebut tidak terjadi dalam waktu singkat.Pada tahap pertama
dimana dinding pembuluh darah yang mengalirkan darah ke otak mula-mula
terkena berupa aterosklerosis pada pembuluh-pembuluh yang kecil. Penebalan
dinding pembuluh darah ini terjadi berangsung-angsur dan diakibatkan oleh
hipertensi, DM, peninggian kadar asam urat atau lemak dalam darah, perokok
berat dll.
Proses penebalan timbul berangsur-angsur dalam waktu beberapa tahun
atau akhirnya suatu saat terjadi sumbatan dimana aliran darah yang terjadi cukup
ditolerir oleh otak. Akhirnya karena sempitnya lumen pembuluh darah tersebut
tidak cukup lagi memberi darah pada pembuluh darah otak ini menyebabkan
kerapuhan dan pembuluh darah menjadi pecah dan timbul perdarahan. Pada saat
dimana pembuluh darah tersebut pecah atau tersumbat hingga aliran darah tidak
cukup lagi memberi darah lalu timbul gejala-gejala neurologik berupa
kelumpuhan, tidak bisa bicara atau pingsan, diplopia secara mendadak. Sumbatan
pembuluh darah otak dapat juga terjadi akibat adanya bekuan-bekuan darah dari

6
luar otak (jantung atau pembuluh besar tubuh) atau dari pembuluh darah leher
(karotis) yang terlepas dari dinding pembuluh tersebut dan terbawa ke otak lalu
menyumbat. Karena fungsi otak bermacam-macam, maka gejala stroke juga
timbul tergantung pada daerah mana otak yang terganggu. Penyumbatan atau
pecahnya pembuluh darah secara mendadak dapat menimbulkan gejala dan
tanda-tanda neurologik yang memiliki sifat, mendadak, tidak ada gejala-gejala
dini atau gejala peningkatan dan timbulnya iskemi atau kerusakan otak,gejala
neurologik yang timbul selalau terjadi pada satu sisi badan, gejala-gejala klinik
yang timbul mencapai maksimum beberapa jam setelah serangan . Umumnya
kurang dari 24 jam, jadi misalnya pagi hari serangan stroke timbul berupa
kelemahan pada badan sebelah kanan kemudian berangsur-angsur menjadi
lumpuh sama sekali.
Perdarahan pada stroke hemoragik biasanya terjadi pada intraserebral dan
subarachnoid. Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya
mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Pecahnya
pembuluh darah otak terutama karena hipertensi ini mengakibatkan darah masuk
ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan
otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi
dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi
otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub
kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis
mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa
lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar
permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang
subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya
aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous malformation (AVM).

7
Pathway Stroke hemoragik:

Peningkatan
tekanan sistemik
Gangguan
perfusi jaringan
serebral
Aneurisma /
APM Vasospasme
Arteri serebral
Perdarahan
Arakhnoid/ventrik Iskemik/infark
el otak

Deficit neurologi
Hematoma
serebral
Hemisfer Kanan Hemisfer Kiri
Peningkatan
TIK/herniasis
serebral Hemiparase/plegi Hemiparase/plegi
kiri kanan
Penurunan
Kesadaran
Penekanan saluran
pernafasan Deficit Hambatan
perawatan diri Mobilitas fisik

Bersihan jalan
Risiko Risiko
nafas tidak
gangguan ketidakseimbanga
efektif
integritas kulit n nutrisi
Area Gocca Kerusakan
kontrol syaraf
motorik
Kerusakan fungsi
N VII dan N XII Kontrol spingter
ani menhilang

Hambatan
Inkontinensia
komunikasi
urine/retensi
verbal
urine

Gangguan
Risiko jatuh Eliminasi Urine

8
2.5 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan
otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan,
tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area
iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan
mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3. Pengobatan
a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada
fase akut.
b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
4. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita
beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang
luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran
pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.

2.6 Komplikasi
Komplikasi stroke hemoragik meliputi ( Smeltzer & Bare,2001) :
1. Hipoksia Serebral.
2. Penurunan Darah Serebral.
3. Luasnya Area Cedera.

9
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.
2. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial.
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara
pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi
dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.

2.8 Asuhan Keperawatan Pada Stroke Hemoragik

Konsep Proses Keperawatan Gawat Darurat Stroke Hemoragik


I. Pengkajian
 Identitas Klien: meliputi nama, umur ( kebanyakan terjadi pada usia tua)
jenis kelamin, alamat, agama, tanggal pengkajian, jam, No. RM.

10
 Identitas penanggung jawab: meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, hubungan dengan klien.
 Keadaan Umum: lemah/ berat
1. Pengkajian Primer

 A (Airway): untuk mengakaji sumbatan total atau sebagian dan gangguan


servikal, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, distress pernafasan, ada secret
atau tidak.
 B (Breathing): kaji henti nafas dan adekuatnya pernafasan, frekuensinafas
dan pergerakan dinding dada, suara pernafasan melalui hidung atau mulut,
udara yang dikeluarkan dari jalan nafas.
 C (Circulation): kaji ada tidaknya denyut nadi, kemungkinan syok, dan
adanya perdarahan eksternal, denyut nadi, kekuatan dan kecepatan, nadi
karotis untuk dewassa, nadi brakialis untuk anak, warna kulit dan
kelembaban, tanda- tanda perdarahan eksternal, tanda- tanda jejas atu trauma.
 D ( Disabiliti): kaji kondisi neuromuscular pasien, keadaan status kesadaran
lebih dalam (GCS), keadaan ekstrimitas, kemampuan motorik dan sensorik.
 E ( Exposure): kontrol lingkungan, penderita harus dibuka seluruh
pakaiannya.

2. Pengkajian Skunder:

1. Riwayat penyakit
a. Keluhan Utama
b. Riwayat penyakit sekarang dengan metode:
 S ( sign & symtoms ): tanda dan gejala yang diobsevasi dan dirasakan klien.
 A ( allergen ): alergi yang dipunyai klien.
 M ( Medication ): tanyakan obat yang telah diminum klien untuk mengatasi
masalah.

11
 P ( pertinent past medical history ): riwayat penyakit yang diderita klien.
 L ( last oral intake solid or liquid ): makan/ minum terakhir, jenis
makanan,adanya penurunan atau peningkatan kualitas makan.
 E ( even leading to injuri or illness): pencetus/ kejadian penyebab keluhan.

Untuk mengkaji nyeri


P: pencetus, tanyakan hal yang menimbulkan.
Q: kwalitas, keluhan klien ( subyektif ).
R: arah perjalanan nyeri.
S: kwantitas, skala nyeri 1-10 ( 1 tidak nyeri, 10 sangat nyeri ).
T: lamanya nyeri dirasakan.

2. Tanda- tanda vital


 Tekanan darah: systole 100- 140 mmHg, diastole 60- 90 mmHg ( pada kasus
stroke hemoragik terjadi peningkatan ).
 Nadi: 60- 100 kali/ menit.
 Suhu: 36- 37,5 C.
 Pernafasan: 16- 20 kali/ menit.

3. Pengkajian Head to toe terfokus


a. Pengkajian kepala, leher & wajah.
b. Pengkajian dada.
c. Abdomen dan pelvis.
d. Extremitas.
e. Tulang belakang.
f. Psikososial

4. Pemeriksaan penunjang
1. Radiologi dan Scaning.
2. Laboratoriuum: AGD, darah tepi, elektrolit, urinalisa, glukosa,

12
3. EKG.
4. Teraphy

II. Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif b/d Penekanan pusat nafas.
2. Gangguan ferfusi jaringan serebral b/d Iskemia
3. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d Adanya sumbatan jalan nafas.

III. Intervensi

DX I: . Pola nafas tidak efektif b/d Penekanan pusat nafas.


Tujuan: Pola nafas efektif
KH: - Frekuensi nafas dalam batas normal(16-20 x/menit)
- Tidak ada tarikan dinding dada, otot bantu pernafasan (-)
- Irama nafas teratur, optimal
Intervensi :
1. Observasi frekuensi, irama, kedalaman suara nafas.
 Rasional: Takipneu, irama yang tidak teratur dan bernafas dangkal
menunjukkan pola nafas yang tidak efektif.
2. Observasi penggunaan otot bantu pernafasan
 Rasional: Pengguanaan otot bantu pernafasan menunjukkan pola nafas
yang tidak efektif.
3. Berikan posisi semi fowler jika tidak ada kontraindikasi
 Rasional: Posisi semi fowler akan menurunkan diafragma sehingga
memberikan pengembangan pada orang paru.
4. Perhatikan pengembangan dinding dada.
 Rasional: Menunjukkan ekspansi paru.
5. Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontraindikasi
 Rasional: Strategi untuk bernafas efektif

13
6. Kolaborasi pemberian O2.
 Rasional: Pernafasan dapat efektif
DX II: Gangguan ferfusi jaringan serebral b/d Iskemia
Tujuan; Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perfusi jaringan
serebral tercapai maksimal.
KH: Klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual (-), muntah (-) kejang
(-), GCS: E4V5M6, kesadaran: cm, pupil isokor, reflek cahaya (-), TTV dalam
batas normal TD: systole: 100-140 mmHg, dystole 60- 90 mmHg, Nadi 60- 100
x/menit, suhu: 36- 37,5 C, RR: 16- 20 x/menit.
Intervensi:
1. Ukur tanda-tannda vital
 R/ Mengetahui intervensi selanjutnya.
2. Kaji karakteristik nyeri
 R/ Untuk mengetahui seberapa berat nyeri dirasakan.
3. Observasi perubahan tingkat kesadaran
 R/ Mengetahui tingkat kesadaran klien lebih dini dapat menentukan
intervensi selanjutnnya.
4. Tinggikan kepala 15- 30° jika tidak ada kontraindikasi.
 R/ Menguranggi tekanan arteri yang meningkatkan drainage vena &
memperbaiki sirkulasi serebral.
5. Observasi kecukupan cairan
 R/ cairan yang cukup mencegah dehidrasi.
6. Kolaborrasi dalam pemberian O2, pemasangan infus
 R/ Pemberian terapi dapat diberikan dengan tepat.
7. Berikan terapi sesuai dengan indikasi.
 R/ terapi yang tapat memberikan kesembuhan pada klien.

DX III: Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d Adanya sumbatan jalan nafas.

14
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam jalan nafas tetap
efektif.
KH: Klien tidak sesak nafas, tidak terdengar suara nafas tambahan, Rhonci(-),
Whezing(-), tidak ada retraksi otot bantu pernafasan, pernafasan teratur, frekuensi
16- 20 x/menit.
Intervensi:
1. Bersihkan jalan nafas.
 R/ Jalan nafas yang bersih memberikan nafas yang efektif.
2. Berikan posisi semi fawler.
 R/ Memberikan ekspansi paru sehingga klien dapat barnafas efektif.
3. Lakukan pangisapan lendir.
 R/ lender, sekret mempengaruhi jalan nafas, dan jalan nafas tetap bersih.
4. Pasang Oro/Naso faringeal airway
 R/ Klien dapat bernafas dengan baik.
5. Berikan posisi miring mantap jika pasien tidak sadar.
 R/ Lendir atau sekret tidak tertelan.
6. Lakukan jaw thrust, chin lift
 R/ membuka jalan nafas.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit stroke adalah penyakit pembuluh darah otak yang ditandai dengan
rusaknya jaringan otak. Ada 2 macam penyakit stroke, yaitu kerusakan jaringan otak
akibat penyumbatan / penyempitan (infark) dan akibat perdarahan pembuluh darah
otak (bleeding). Penyakit ini ditandai dengan adanya gejala gejala menurunnya fungsi
susunan saraf bisa dibagi 2 jenis yaitu stroke iskemik (infark) dan stroke hemoragik.
Stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak, begitu ada
perdarahan diluar akan menekan otak dan mempengaruhi system lainnya. Pada sroke
hemoragik terjadi ketika pasien selesai beraktifitas dan pasien akan tidak sadarkan
diri, mengalami mual, muntah. Jika pasien hanya mengalami penurunan kesadaran
maka pasien mengalami stroke iskemik (adannya sumbatan)

3.2 Saran
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita, maka dari itu
selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan penyakit. Dengan cara pola
hidup yang sehat dapat mencegah penyakit stroke tersebut dan hidup terasa lebih
nyaman dan indah dengan melakukan pencegahan terhadap penyakit stroke dari pada
kita sudah terkena dampaknya. Jika ada orang yang mengalami gejala stroke
hemoragik seperti tidak sadarkan diri, mual, muntah segera bawa ke rumah sakit
untuk memperkecil resiko atau masalah yang timbul.

16
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Adib,M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan
Stroke. Edisi ke-2.Yogyakarta : Dianloka Printika.
Misbach, Jusuf. 2011. Stroke : Aspek Diagnosis, patofisiologi, Manajemen. Jakarta :
Badan Penerbit FKUI
Tarwoto. (2013).Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta:
Sagung Seto.
Nursalam, 2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan:Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. (2008),Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Batticaca Fransisca, C. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Robinson,Joan.MdanLyndonSaputra.2014.BukuAjarVisualNursingJilidSatu.Tangera
ng Selatan: BinarupaAksaraPublisher.
Arum.(2015). STROKE, Kenali, Cegah dan Obati. Yogyakarta : Notebook
Junaidi, Iskandar, 2011.Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : ANDI.

17

Anda mungkin juga menyukai