Anda di halaman 1dari 2

RESPONDEN 1

Saya mengalami salah satu bencana alam yaitu terjadinya gempa bumi di Jogja pada tanggal 27 Mei
2006.

Menurut saya gempa bumi sangat berbahaya karena dapat menimbulkan korban jiwa, harta benda dan
trauma yang mendalam

Gempa bumi terjadi pada hari Sabtu sebelum pukul 6 pagi.

Kami sekeluarga segera berlari keluar rumah dan berkumpul di lapangan bersama para tetangga.

Kami bersyukur bahwa kami masih hidup dan memuji kebesaran Allah.

Banyak pihak segera memberikan pertolongan seperti PMI Bantul, Tim SAR, dan semua masyarakat
saling membantu dengan apa saja yang kita punya.

Gempa bumi yang terjadi pada skala 5,9 R mengakibatkan hampir 5000 orang meninggal dunia, banyak
korban luka, rumah roboh, dan juga sarana umum rusak.

Sudah hampir 11 tahun peristiwa gempa bumi itu terjadi, namun kadang-kadang saya masih merasa
was-was jika terjadi hujan deras beserta angin disertai lampu padam. Karena hal itu mengingatkan saya
pada peristiwa malam hari pasca gempa, dimana kami tinggal di tenda-tenda darurat, disertai gempa
susulan, hujan, angin kencang, dan lampu padam, suasana yang membuat kami sangat takut.

===============================================

I'm having one of the natural disasters, namely the earthquake in Yogyakarta on May 27, 2006.
I think the earthquake is very dangerous because it can cause loss of life, property and the deep trauma
The earthquake occurred on Saturday before 6am.
Our family quickly ran out of the house and gathered in the field with the neighbors.
We are grateful that we are still alive and praised the greatness of God.
Many people immediately provide aid such as PMI Bantul, the SAR team and all communities together to help with
whatever we got.
The earthquake occurred on a scale of 5.9 R resulted in nearly 5,000 people dead, many injured, houses collapsed, as
well as public facilities damaged.
It has been almost 11 years of the earthquake that happened, but sometimes I still feel anxious in case of heavy rain
accompanied by wind along the lights went out. Because it reminds me of the events of the night after the
earthquake, where we lived in tents, accompanied by aftershocks, rain, high winds, and the lights went out, the
atmosphere that made us very scared.
RESPONDEN 2

Saya merasakan gempa bumi yang terjadi di Jogja pada tanggal 27 Mei 2006.
Gempa bumi yang terjadi saat itu tergolong cukup besar dengan kekuatan 5,9 R.
Saat gempa bumi terjadi, saya dalam perjalanan ke sekolah.
Tiba-tiba motor saya berubah arah dan tidak dapat dikendalikan.
Saya berhenti dan mencoba mengamati kondisi sekitar saya.
Banyak orang yang luka, banyak bangunan rusak, dan banyak orang berlarian ke luar rumah.
Saya menghubungi sekolah dan keluarga di rumah, alhamdulillah semua selamat.
Tetapi gempa susulan, hujan deras, angin kencang dan lampu padam membuat kami takut.
Banyak bantuan yang diberikan oleh para sukarelawan dan LSM dalam memberikan pendampingan baik secara
psikis maupun memberikan logistik yang kami butuhkan.
Walaupun gempa bumi sudah terjadi 11 tahun yang lalu, saya berdoa hal itu tidak akan terjadi lagi.

=====================================================================
I felt the earthquake in Yogyakarta on May 27, 2006.
The earthquake that occurred at that time was quite large with a strength of 5.9 R.
When the earthquake happened, I was on my way to school.
Suddenly my motorcycle changed direction and can not be controlled.
I stopped and tried to observe the conditions around me.
Many people were injured, many buildings were damaged, and many people running out of the house.
I contacted the school and the family at home, thank God all survived.
But aftershocks, heavy rains, strong winds and the lights went out scares us.
Many of the assistance provided by volunteers and NGOs in providing assistance both psychologically and provide
logistics we needed.
Although the earthquake had occurred 11 years ago, I pray it will not happen again.

Anda mungkin juga menyukai