Anda di halaman 1dari 103

Profesi Keperawatan Manajemen

LAPORAN SEMINAR AWAL


MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
RSPTN UNIVERSITAS HASANUDDIN

OLEH
KELOMPOK 1
Ade Syamsuryadi Azis R014172029
Kasma Yuliani R0141720
Swastika Fadia Amalina R0141720
Rachmatin Ni’mat R0141720
Novita Nipa R0141720
Ruminggi R0141720
Ilham Adi Pitra R0141720
Fadhilatul Mar’ah R0141720
Wiwik Sulastri R0141720

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MANAJEMEN


PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini Indonesia banyak menghadapi perubahan dan tantangan
dalam persaingan dunia era globalisasi. Persaingan terjadi di berbagai
bidang,termasuk bidang layanan kesehatan. Berlakunya Asean Economic
Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015
menimbulkan kompetisi yang makin terbuka dan dapat menjadi tantangan
pengelola layanan kesehatan di Indonesia (Priyadi, 2015). Layanan
kesehatan yang terus menerus mengalami perubahan secara
berkesinambungan dan menyeluruh adalah rumah sakit. Sebagai salah satu
unit tempat pelayanan kesehatan, rumah sakit bertanggungjawab dalam
memberikan pelayanan sesuai standar agar menjadi rumah sakit yang
bermutu.
Kualitas pelayanan rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan
produk teknologi jasa kesehatan tentunya bergantung pada kualitas
pelayanan medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien
(Nursalam, 2015). Salah satu profesi yang memegang peranan penting
dalam mutu pelayanan di rumah sakit adalah keperawatan. Hal ini
dikarenakan perawat merupakan tenaga kesehatan yang memiliki interaksi
paling lama terhadap pasien dan keberadaan perawat yang bertugas selama
24 jam melayani pasien (Hartati, Noor, & Maidin, 2013). Oleh Karena itu,
Swansburg & Russel C. (dikutip dalam Hartati dkk, 2013) menyatakan
bahwa dalam menunjang pelayanan rumah sakit harus memiliki perawat
yang berkinerja baik sehingga tercapai kepuasan pasien.
Berbicara mengenai pencapaian kinerja perawat, tentu tidak lepas
dari proses, peran dan fungsi dari manajemen itu sendiri (Nursalam, 2015).
Penerapan manajemen keperawatan dapat dilakukan di berbagai ruang
perawatan termasuk Instalasi Gawat Darurat.
2
Berdasarkan hal di atas Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar melakukan suatu program
praktik dengan lingkup manajemen keperawatan di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pada akhir profesi mahasiswa mampu mengidentifikasi dan
mengenal masalah-masalah kepemimpinan/manajemen keperawatan
dan mutu pelayanan keperawatan ditingkat ruang rawat, menerapkan
proses menajemen keperawatan serta menjadi role model dalam
pemberian pelayanan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya adalah :
Melakukan menyelesaikan praktek profesi manajemen, mahasiswa
mampu :

a. Melakukan kajian terhadap penerapan fungsi manajemen


(perencanaan, pengorganisasoan, pengarahan, dan pengendalian)
oleh Kepala Ruanganm Clinical Care Manager, Perawat
Primer/Ketua Tim, dan Perawat Asosiet.
b. Melakukan kajian situasi layanan pelayanan keperawatan (man,
material, method) dan mutu pelayanan/asuhan keperawatan
ditingkat ruang rawat dengan menggunakan survey.
c. Melakukan analisa Strength, Weaknees, Opportunity and Threat
(SWOT) berdasarkan hasil survey.
d. Mengidentifikasi masalah yang terkait pelayanan dengan asuhan
keperawatan ditingkat ruangan berdasarkan hasil survey.
e. Menyusun rencana penyelesaian masalah (plan of action/POA)
atau rekomendasi berdasarkan prioritas masalah yang telah
dirumuskan dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
sumber daya yang ada diruang rawat. Penyusunan rekomendasi ini
dilakukan bersama-sama dengan penanggung jawab ruang rawat
3
f. Mengimplementasikan perencanaan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang telah disusun bersama dan menerapakan model
praktek keperawatan professional (MPKP) ditingkat ruang rawat.
Dalam penerapan MPKP, mahasiswa akan bermain peran (Role
Playing) sebagai kepala ruangan, perawat primer, dan perawat
pelaksana secara bergantian.
g. Mengevaluasi implementasi manajemen pelayanan dan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan ditingkat ruang rawat.

C. Manfaat Praktek
1. Bagi Rumah Sakit
Melalui praktek ini, mahasiswa dapat membantu Rumah Sakit untuk
mengidentifikasi masalah, memecahkan masalah yang bersifat teknis
operasional dari satu aspek manajemen pelayanan keperawatan tertentu,
yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara umum
yang akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2. Bagi Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan
UNHAS
Peningkatan kualitas proses pembelajaran yang melibatkan mahasiswa
secara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen Rumah Sakit.
3. Bagi Mahasiswa Praktik
Memperoleh pengalaman dan pengetahuan nyata dalam
mengintegrasikan ilmu-ilmu administrasi/manajemen keperwatan
langsung pada tatanan nyata Rumah Sakit, sehingga timbul rasa percaya
diri.
D. Ruang Lingkup Kegiatan
1. Pelaksanaan kegiatan praktek manajemen keperawatan.
2. Pengelolaan dan evaluasi proses manajemen dan mutu pelayanan
keperawatan, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
penawasan/pengontrolan.
3. Pengelolaan dan evaluasi mutu asuhan keperawatan.

4
E. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar
2. Waktu
Pelaksanaan praktik berlangsung selama 3 minggu dari tanggal 4 – 23
Februari 2019
F. Tahap Pelaksanaan
1. Tahap orientasi
a. Orientasi ruangan perawatan oleh Kepala Ruangan Instalasi Gawat
Darurat.
b. Diskusi dengan kepala ruangan dan staf.
c. Mengumpulkan data terhadap input, proses dan output dari aspek
manajemen keperawatan yang akan dikaji.
2. Tahap identifikasi permasalahan
a. Mengidentifikasi permasalahan yang didapatkan dari pengkajian.
b. Identifikasi masalah dilakukan dengan pembuatan dan penyebaran
kuesioner, perumusan masalah dan persentasi hasil quesioner.
3. Tahap pemecahan masalah dan implementasi
a. Melakukan analisa data
b. Penentuan prioritas masalah aspek kajian manajemen dari input
proses dan output yang telah disepakati bersama staff di ruangan,
yang dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan seleksi alternatif
pemecahan masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
mencakup apa, siapa, berapa lama, tujuan yang akan dicapai.
c. Pembuatan rencana kegiatan (plan of action) dengan
mempertimbangkan biaya, waktu, dan sarana dan kebijakan yang
tersedia di Rumah Sakit.
d. Persentasi dan sosialisasi kegiatan.
e. Tahap evaluasi.
4. Tahap pembuatan laporan dan persentasi hasil
a. Persentasi hasil awal dan akhir praktik
5
b. Penyerahan laporan pelaksanaan praktik pada Rumah Sakit dan
pembimbing PSIK-Unhas.

6
BAB II
TINJAUAN UMUM
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

a. Sejarah dan perkembangan

Sejak awal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

mempergunakan Rumah Sakit Umum Labuang Baji, Rumah Sakit Stella Maris,

Rumah Sakit Pelamonia, Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawsi

Selatan dan menyusul Rumah Sakit Akademis sebagai tempat praktek

Mahasiswa Kedokteran Universitas Hasanuddin untuk mencapai gelar Dokter.

Sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan waktu, Rumah Sakit

Jiwa DADI di bangun di Kampus Universitas Hasanuddin yang baru yang

bernama Rumah Sakit Umum Dokter Wahidin Sudirohusodo, dimana Rumah

Sakit Umum Dokter Wahidin Sudirohusodo juga berfungsi sebagai pusat

rujukan di Kawasan Timur Indonesia. Sampai sekarang ini, kesemua rumah

sakit tersebut diatas, ditambah dengan Rumah Sakit Umum Islam Faisal

menjadi tempat praktek Mahasiswa yang akan menjadi dokter. Adapun Kelas

dan Kepemilikan rumah sakit tersebut berbeda-beda.

Berhubung dengan kepemilikan dan kelas yang berbeda-beda, maka

kebijakan pelayanan pendidikan dan penelitian dalam rumah sakit tersebut

bervariasi satu sama lainnya dan seringkali menimbulkan konflik atau

ketidakserasian antara pelayanan, pendidikan dan penelitian. Kondisi ini

tentunya menghambat proses pelayanan maupun proses pendidikan yang

berakibat ketidakpuasan pasien dan keterlambatan kelulusan bagi mahasiswa

Keperawatan. Sehubungan dengan hal tersebut, dibutuhkan suatu rumah sakit


7
khusus pendidikan yang dapat menjadi rujukan teknologi medis pendidikan

dan penelitian bagi mahasiswa Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Sehingga dianggap perlu untuk mengembangkan RS Pendidikan yang

bisa dijadikan sebagai laboratorium pendidikan tidak hanya untuk fakultas

Kedokteran Unhas namun juga untuk fakultas ilmu-ilmu kesehatan di Unhas

seperti Fakultas Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Fakultas Keperawatan yang

sesuai standar, oleh karena itu dibangunlah RS Pendidikan Universitas

Hasanuddin. Hal ini dapat tergambar pada struktur organisasi pengelola RS

UNHAS, dimana pengelolanya berasal dari berbagai fakultas di UNHAS

sesuai kompetensi yang dibutuhkan untuk mengelola RS Pendidikan.

Rumah Sakit Universitas Hasanuddin atau Hasanuddin University

Hospital (HUH) ini , berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Kampus

Tamalanrea Makassar dan diresmikan pada tanggal 15 Februari 2010 di

Makassar oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof.Dr.M.Nuh. Rumah

Sakit ini terletak berdampingan dengan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

bertujuan untuk efisiensi penggunaan sarana dan efisiensi pemanfaatan

sumber daya manusia (SDM) sehingga dapat dikembangkan konsep saling

menguatkan dalam mengintegrasikan program pendidikan, penelitian dan

pemeliharaan kesehatan dengan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (RSWS).

Selain diatas, lokasi yang berdekatan ini juga dalam rangka

perkembangan wilayah kampus UNHAS Tamalanrea akan dikembangkan

menjadi Academic health Centre di Indonesia bagian Timur. Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin akan dikembangkan sebagai rumah sakit yang

8
environmental friendly, energy saving serta mengembangkan teknologi

informasi yang canggih dalam menjalankan pelayananannya. Pelayanan

kesehatan yang dilayani di rumah sakit ini antara lain dekteksi dini penyakit

melalui penggunaan teknologi canggih (Hi-Tech) seperti penggunaan

Biomolekuler serta pengembangan teknologi modern dan pengembangan

pusat-pusat layanan yang tidak dikembangkan oleh rumah sakit yang ada di

Sulawesi Selatan.

RS Universitas Hasanuddin mengembangkan pelayanan unggulan

sesuai dengan Memorandum of Understanding (MOU) RS Dr Wahidin

Sudirohusodo (RSWS) yaitu Eye Center, Trauma Center, Cancer Centre,

Fertility Endocrine Center dan Neurointervention Center. Dalam menjalankan

operasionalisasinya, RS Universitas Hasanuddin banyak bekerja sama dengan

RSWS dalam hal penggunaan layanan yang belum dimiliki oleh RSUH seperti

Instalasi Gizi dan Laundri, Layanan Laboratorium serta sebagai tempat

magang beberapa tenaga professional.

Sebagai Rumah Sakit Umum Pendidikan, Rumah sakit Universitas

Hasanuddin berkomitmen untuk mengintegrasikan Pendidikan, Penelitian dan

Pelayanan kesehatan yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan

kebutuhan masyarakat.

b. Gambaran Umum RSPTN Universitas Hasanuddin

Rumah sakit Universitas Hasanuddin merupakan Rumah Sakit Umum

Pendidikan milik DIKNAS yang terletak di jalan Perintis Kemerdekaan Km.11

Tamalanrea tepat di Pintu II Kampus Universitas Hasanuddin yang

9
berdampingan dengan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo milik

DEPKES. Dengan mempertimbangkan efisiensi dari penggunaan sarana,

efisiensi pemamfaatan SDM, dan rencana Pengembangan AKADEMIC

HEALTH AREA di wilayah kampus UNHAS.

Akademic Health Area terdiri atas Dinas Kesehatan Provinsi, Balai

Laboratorium Kesehatan , Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Unit Transfusi

Darah Provinsi, Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, Rumah Sakit Gigi

Dan Mulut Halimah Daeng Sikati, Fakultas Keperawatan (Prodi Keperawatan,

Fisioterapi, Psikologi, Keperawatan Hewan) Fakultas Keperawatan Gigi,

Fakultas Kesehatan Masyarakat Dan Fakultas Farmasi.

Posisi gedung yang strategis dan tepat berada di jalur utama kota

makassar sehingga memudahkan akses bagi seluruh masyarakat untuk

memanfaatkan semaksimal mungkin pelayanan kesehatan di RS. Universitas

Hasanuddin.

Rumah sakit Universitas Hasanuddin terdiri atas 6 gedung yang terpisah

dimana peruntukan masing masing meliputi :

1. Gedung A (14.813.04m2) : Sebagai pusat pendidikan, Manajemen Rumah

Sakit, Trauma Center, One Day Care, Home Care, dan Polikliknik Spesialis

2. Gedung B (18.560.16m2) : Sebagai Pusat ICU, COT dan Keperawatan

3. Gedung C (13.441.48m2): Sebagai Pusat Akademik

4. Gedung E serta F (28.000.00m2) Sebagai Pusat Pelayanan Cancer Center

(Oncologi)

10
c. Visi, Misi, dan Motto RS

1. Visi RS

“Menjadi pelopor terpercaya dalam memadukan Pendidikan, Penelitian

dan Pemeliharaan Kesehatan yang bertaraf internasional”

2. Misi RS

a. Menciptakan tenaga profesional yang berstandar international dalam

pendidikan, penelitian dan pemeliharaan kesehatan.

b. Menciptakan lingkungan akademik yang optimal untuk mendukung

pendidikan, penelitian dan pemeliharaan kesehatan.

c. Mempelopori inovasi pemeliharaan kesehatan melalui penelitian yang

unggul dan perbaikan mutu pelayanan berkesinambungan.

d. Memberikan pemeliharaan kesehatan secara terpadu dengan

pendidikan, penelitian yang berstandard international tanpa

melupakan fungsi sosial.

e. Mengembangkan jejaring dengan institusi lain baik regional maupun

internasional.

3. Motto RS

“Tulus Melayani”

d. Organisasi RS

Rumah Sakit Umum Pendidikan Universitas Hasanuddin dipimpin oleh

seorang direktur utama dibawah bimbingan dewan pengawas dan tetap

dibawah asuhan Prof. Dr. Dwi Aries Tina Pulubuhu,MA, sebagai Rektor

UNHAS.

11
Dr. dr. Andi Fachruddin Benyamin, Sp.PD, KHOM, sebagai Direktur

Utama membawahi tiga komite yaitu 1. Komite medik, 2. Komite penjaminan

mutu & pengembangan organisasi, Komite Keperawatan, dan Satuan

pemeriksaan internal. Selain membawahi dua komite dan satu Satuan

pemeriksaan internal, Direktur Utama juga membawahi empat Direktorat yaitu

1. Direktorat Pelayanan Medik dan Keperawatan, dengan dua kepala bidang

yaitu Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Kepala Bidang Pelayanan

Keperawatan. Dua kepala bidang ini saling bersinergis membawahi sekitar

sembilan instalasi antara lain :

a. Instalasi Rawat jalan

b. Instalasi Rawat Inap

c. Instalasi UGD

d. Instalasi OK

e. Instalasi Rehab Medik

f. Instalasi Home Care

g. Rekam Medik

h. Instalasi Pemulasan Jenazah

2. Direktorat Pendidikan, Pelatihan, dan Penelitian, dengan dua kepala bidang

yaitu

a. Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan

b. Kepala Bidang Penelitian.

Dua kepala bidang ini saling bersinergis membawahi sekitar lima

bidang akademik antara lain :

12
1) Medik

2) Keperawatan

3) Kesehatan Masyarakat

4) Farmasi

5) Non Medik

3. Direktorat Pelayanan Penunjang Sarana Medik dan Kerjasama, dengan dua

kepala bidang yaitu: Kepala Bidang Pelayanan Penunjang Sarana Medik,

yang membawahi sekitar tujuh instalasi terkait antara lain :

a. Instalasi Farmasi

b. Instalasi Laboratorium

c. Instalasi Radiologi

d. Instalasi Gizi

e. Instalasi CSSD dan Laundry

f. Instalasi IPSRS

g. Instalasi Ambulance

h. Kepala Bidang Pemasaran dan Kerjasama.

4. Direktorat Administrasi umum, SDM dan Keuangan, dengan tiga kepala

bidang yaitu:

a. Kepala Bidang Administrasi umum dan SDM, yaitu membawahi antara

lain :

1) Tata Usaha

2) SDM

3) Hukum dan Organisasi

13
4) Logistik

5) Instalasi sanitarian (PAL & Inoinerator)

b. Kepala Bidang Perencanaan dan Evaluasi, yaitu membawahi antara lain

: Perencanaan dan Evaluasi, dan SIM

c. Kepala Bidang Keuangan, yaitu membawahi antara lain :

1) Akuntansi, Verifikasi

2) Keuangan Bendahara

3) Punchassing.

e. Sarana dan prasarana RS

Rencana pembangunan gedung Rumah sakit Universitas Hasanuddin,

terdiri dari enam gedung yaitu dari gedung A sampai Gedung F. Ada sepuluh

pelayanan unggulan yang telah dijalankan di RSUH ini yaitu :

1. Trauma Center

2. Cancer Center (Onkologi)

3. Eye Center (Ophthalmologi)

4. Diagnostic Center

5. Cerebral and vaskular intervention Center

6. Endocrine, Fertility and Reproduction Center

7. Research Center

8. Assesment Alternatif Medicine Center

9. Telemedicine and Education Center, dan

10. Fisioterapi dan Rehabilitation Center,

14
Sedangkan untuk Pelayanan Rawat Inap saat ini baru melayani sekitar

empat layanan unggulan yaitu meliputi kasus Bedah, kasus Anak, kasus

Interna, dan Kasus Neurologi, dari lima belas item pelayanan unggulan yang

direncanakan. Lima belas item tersebut antara lain tujuh sarana Instalasi poli

yaitu Instalasi Poli Obgyn, Instalasi Poli Anak, Instalasi Poli Saraf, Instalasi

Poli Fisotherapi, Instalasi Poli Interna, Instalasi Poli Bedah, Instalasi Poli

Bedah 2, Instalasi Poli THT, Instalasi Poli Mata; Sepuluh Instalasi Penunjang

Yaitu , Instalasi HCU, Instalasi RR, Instalasi Kemoterapi, Instalasi Apotek,

Instalasi CSSD, Instalasi IRD, Instalasi OK 1, Instalasi OK2, dan Instalasi

Radiologi; Terdapat juga satu Ruangan ntuk gudang ALKES; Serta Ruang

Perawatan Super VIP, VIP di Lantai tiga dan Ruang Perawatan Kelas I, II serta

III di Lantai empat.

f. Gambaran Umum Instalasi Gawat Darurat

Ruang pelayanan IGD RS Unhas berada di gedung B-C yang terdiri atas
ruang observasi 8 tempat tidur, ruang tindakan 6 tempat tidur, ruang rindakan
non bedah 6 tempat tidur dan ruang resusitas 3 tempat tidur. Adapun bentuk
Pertolongan gawat darurat medic dan bedah serta resusitasi dalam 24 jam,
meliputi :
1. Penyakit dalam
2. Penyakit jantung
3. Penyakit paru
4. Penyakit kulit dan kelamin
5. Bedah umum, orthopedic, bedah palstik, beda saraf, dan urologi
6. Kebidanan dan kandungan
7. Penyakit mata
8. Penyakit THT (telinga Hdung dan tenggorokan)
9. Anestesi
15
10. Kesehatan anak
Selain itu IGD RS Unhas Terdapat pula Ruang Transisi, Kamar Operasi
Emergency dengan pelayanan 24 jam, Apotik Depo Farmasi 24 jam, yang
melayani pasien umum, Asuransi kesehatan dan Pelayanan Ambulance.
Ruang Pelayanan IGD RS Unhas yang berada di lantai 1 Gedung B-C terdiri
dari 2 sayap, dimana sayap kiri terdiri dari Bed 1-6 dan di sayap kanan terdiri
dari Bed 7-12, namun pada keadaan tertentu dalam dalam satu tempat dapat
terdiri dari 2 bed misalnya 1A dan 1B. diantara sayap kanan dan kiri terdapat
ners station. Dibelakang sayap kanan antara bed 1-6 terdapat apotek 24 jam
ruang perawat, dan kamar Coas. Kamar mandi khusus petugas berjumlah 2
yaitu toilet laki-laki dan toilet perempuan, dan 1 toilet khusus pasien. terdapat
pula ruang spoel hock (tempat pembuangan urine dan pencucian pispot) dan
juga terdapat musholla dilengkapi dengan tempat wudhu.
Dalam sistem pelayanan IGD RS Unhas juga memiliki struktur organisasi,
adapun struktur organisasi IGD RS Unhas adalah :
Struktur Organisasi Instalasi Gawat Darurat RS Unhas

Sedangkan sarana fasilitas yang dimiliki IGD RS Unhas cukup lengkap, terlihat

pada tabel berikut :

16
Tabel. 1
Alkes Ruang Perawatan Kelas 2&3 (Katinting)

No Fasilitas dan Alat Kesehatan Ketersediaan

1 Ners station 1
2 Nebulizer Tersedia
3 Triage 1
4 Ruang Resusitasi Neonatus 1
5 Inkubator Bayi 2
6 Bed Bayi 2
7 Monitor 4
8 Sungkup Neonatus 7
9 Selang Neo Puff 3
10 Neo Puff 1
11 Bulb Pump 1
12 Ruang Isolasi 2 Bed
13 Ruang Resusitasi 2 Bed
14 Tempat Tidur Pasien 18 Bed
15 Trolly Emergency 1
16 Timbangan Bayi 1
17 Timbangan Dewasa 3
18 Spignomanometer Dewasa 4
19 Spignomanometer Anak 1
20 Stetoskop Dewassa 2
21 Stetoskop Anak 1
22 Nasal Kanul Dewasa 2
23 Nasal Kanul Bayi/Anak 4
24 Simpel Mask Anak 6
25 Simpel Mask Bayi 5
26 Simpel Mask Dewasa 2
27 Rebreathing Mask 5
28 Non-Rebreathing Mask Dewasa 1
29 Non-Rebreathing Mask Anak 2
30 Kasa Gulung 3
31 Plester Gips 2
32 Tong Spatel Kayu Tersedia

17
33 Flow meter 7
34 O2 Transfer 3
35 APAR 4
36 Termometer 5
35 Pen Light 1
36 Trolly Alat 10
37 NGT Dewasa 4
38 Urine Bag 3
39 Transfusi Set 1
40 Spoit Tersedia
41 IV Cath Tersedia
42 Threee Way Tersedia
43 Suction Tersedia
44 Tabung Vacutainer Tersedia
45 Tempat Sampah Medis Tersedia
46 Tempat Sampah Non Medis Tersedia
47 Tempat Sampah Umum Tersedia
48 Tempat Sampah Botol Tersedia
49 Kursi Roda 4
50 EKG 1
51 Tandu Sekop 1
52 Hand Drup 20
53 Westafel 5
54 Spool Hook 3
55 Long Spine Board 1
56 Brangkar 4
57 Nierbekken Besar 1
58 Trolly Mandi 2
59 Pispot 1
60 Tiang Infus 20
61 Set GV 6
62 Ambu Bag Anak 1
63 Ambu Bag Dewasa 1
64 Ruang Logistik 1
65 Operating Theathre 1
66 Ruang Tindakan 1

18
67 Ruang Tindakan Gigi Mulut 1
68 Kamar Perawat 1

19
BAB III

PENDEKATAN PENGKAJIAN TERHADAP ASPEK MANAJEMEN

RUMAH SAKIT (PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN)

A. Pengumpulan Data
Praktik Manajemen Keperawatan di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)
RSPTN Universitas Hasanuddin Makassar oleh mahasiswa Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Unhas 2018 bertujuan untuk melakukan pengkajian
tentang struktur manajemen keperawatan yang berfokus pada fungsi-fungsi
manajemen, meliputi: Perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
koordinasi (actuating) dan pengawasan (controlling) dan Struktur organisasi
yang meliputi: ketenagaan, sarana dan prasarana, model praktek pelayanan
profesional, timbang terima, sentralisasi obat, penerimaan pasien baru,
pendokumentasian keperawatan. Metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menilai fungsi dan struktur manajemen keperawatan di ruang IGD
RSPTN Universitas Hasanuddin Makassar yaitu melalui pembagian kuesioner,
wawancara, diskusi, observasi, kajian literatur serta tinjauan dokumen, dengan
melibatkan kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.

B. Hasil pengumpulan data dan Analisa data


Analisa dilaksanakan dengan metode distribusi frekuensi mengacu pada
data primer (tinjauan dokumen), hasil pengumpulan data (dari kuesioner yang
telah dibagikan kepada 14 perawat), observasi langsung serta wawancara
dengan kepala ruangan/staf di ruang IGD RSPTN Universitas Hasanuddin
Makassar.

20
1. Ketenagaan (Man/M1)
Jumlah ketenagaan di Ruang Instalasi Gawar Darurat (IGD) RS.
Universitas Hasanuddin Makassar berjumlah 23 orang perawat yaitu :

Tabel. 2
Ketenagaan ruang Rawat IGD
Ummi Sari, S.Kep.,Ns Kepala Ruangan

Misbahuddin, A.md.Kep Perawat Pelaksana

Husni, AMK Ketua Tim

Syamsudduha, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Fatmayati, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Rif’atunnisa, S.Kep., Ns., M.Kep Perawat Pelaksana

Darmiah Dalle S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Elmin Bora, S.Kep., Ns Perawat Pelaksana

Musrifah Arifin, S.Kep., Ns Perawat Pelaksana

Nurfitri, S.Kep.,Ns., M.Kep Perawat Pelaksana

Fadiah Izzati Salim, S.Kep., Ns Perawat Pelaksana

Risnawati B, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Dederianti, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Erma Dewi Amriyati, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Susanti, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Imran, AMK Perawat Pelaksana

Sulfadly Fachri, S.Kep., Ns Perawat Pelaksana

Nurhaidah, S.Kep., Ns Perawat Pelaksana

Ruslan, S.Kep Perawat Pelaksana

21
Syahrul, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Halimah Ayu Wandina, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Eva Yustilawati, S.Kep.,Ns., M.Kep Perawat Pelaksana

Wahida, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana

Data primer: 2019

a. Struktur Organisasi
Diagram 1.1
Distribusi frekuensi Strutur organisasi yang berjalan di ruangan (n= 14)

Struktur Organisasi

Sangat baik/ Cukup/


selalu (28,6%) Kadang-
kadang
(28,6%)

Baik/ sering
(42,9%)

Cukup/Kadang-Kadang Baik/Sering Sangat Baik/Selalu

Sumber: Data Primer, 2019


Berdasarkan diagram 1.1, sebanyak 6 perawat (42.90%) mengatakan
bahwa struktur organisasi yang dijalankan di ruangan sudah baik seperti
seharusnya. Sementara itu, 4 orang perawat (28.6%) mengatakan bahwa
struktur organisasi di ruangan sudah cukup baik serta 4 orang perawat
(28.6%) mengatakan bahwa struktur organisasi di ruangan baik. Hal ini
menandakan bahwa struktur organisasi di ruangan IGD sudah berjalan
sesuai kempampuan perawat dibidangnya. Hal ini diperkuat dengan hasil
wawancara dengan beberapa orang perawat di ruang IGD yang mengatakan
bahwa struktur organisasi di ruangan telah berjalan sesuai dengan
kemampuan perawat dibidangnya masing-masing.

22
b. Pembagian tugas sesuai dengan struktur organisasi
Diagram 1.2
Pembagian tugas sesuai dengan struktur organisasi (n=14)

Pembagian Tugas Cukup/


Kadang-
kadang
Sangat Baik/ (21,4%)
Selalu
35,7%

Baik/ sering
42,9%

Cukup/Kadang-Kadang Baik/Sering Sangat Baik/Selalu

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan diagram 1.2, sebanyak 6 perawat (42.90%) mengatakan


bahwa pembagian tugas perawat di ruangan sudah sesuai dengan struktur
organisasi yang ada. Sementara itu, 5 orang perawat (35.7%) mengatakan
bahwa pembagian tugas dengan struktur organisasi sudah sangat baik dan 3
orang perawat (21.4%) lainnya mengaku bahwa pembagian tugas perawat
cukup baik.
c. Kinerja ketua tim sesuai dengan tugas-tugasnya
Diagram 1. 3
Kinerja ketua tim sesuai dengan tugas-tugasnya (n=14)
Kinerja Katim Cukup/
Sangat Baik/
Kadang-
Selalu
kadang
(14,3%)
(21,4%)

Baik/ Sering
(64,3%)

Cukup/Kadang-Kadang Baik/Sering Sangat Baik/Selalu

Sumber: Data Primer, 2019

23
Berdasarkan diagram 1.3, sebanyak 9 orang perawat (64.3%)
mengatakan bahwa kinerja ketua tim di ruangan sudah baik berdasarkan
kompetensi di bidangnya masing-masing. Sementara itu, 3 orang perawat
(21.4%) mengatakan bahwa ketua tim sudah cukup baik dalam pelaksanaan
tugas-tugasnya sedangkan 2 orang perawat lainnya (14.3%) mengaku
bahwa kinerja ketua tim sudah sangat sesuai dengan kualifikasi di
bidangnya masing-masing. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara salah
satu responden yang mengatakan bahwa ketua tim dipilih berdasrakan
kriteria yang telah di tetapkan dan semua perawat di ruangan tersebut
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi ketua tim.
d. Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui
pelatihan/ pendidikan tambahan
Diagram 1.4
Kebutuhan pelatihan (n=14)

Kebutuhan pelatihan

Baik/Sering
(35,7%)

Sangat
Baik/Selalu
(64,3%)

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan diagram 1.4, sebanyak 9 perawat (64.3%) mengatakan


butuh pelatihan/ pendidikan untuk meningkatkan kemampuan kerja
perawat.

24
e. Kebijaksanaan rumah sakit mengenai beasiswa/ pelatihan
Diagram 1.4
Kebijakan Rumah Sakit Mengenai Beasiswa (n=14)

Kebijakan Rumah Sakit Mengenai Beasiswa

Sangat
Kurang/Tidak
Pernah (21,4%)

Cukup/Kadang-
Kadang
Baik/ Sering (7,1%)
(71,4%)

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan diagram 1.5, sebanyak 10 orang perawat (71.4%)


mengatakan bahwa merasa puas dengan kebijakan rumah sakit dengan
adanya pemberian mahasiswa, dan 3 orang perawat (21.4%) mengatakan
bahwa sangat kurang puas dengan kebijakan pemberian beasiswa dari
rumah sakit. Serta 1 orang perawat (7.1%) mengatakan cukup puas dengan
kebijakan beasiswa dari rumah sakit. Hal ini didukung dengan hasil
wawancara dari beberapa orang perawat yang mengatakan bahwa
pendelegasian perawat yang didelegasikan untuk mengikuti pelatihan/
beasiswa dinilai dari sifat pendelegasinnya. Jika pendelegasian tersebut
dinilai penting untuk meningkatkan sumber daya rumah sakit maka perawat
tersebut didelegasikan. Selain itu beberapa responden juga mengatakan
bahwa pendelegasian biasanya dilakukan oleh kepala ruangan dengan
beberapa pertimbangan dari kepala ruangan. Dan 1 orang responden
mengatakan masih sulit mendapatkan beasiswa yang dibiayai oleh rumah
sakit, haya mendapatkan izin tugas belajar.

25
f. Kesesuaian jumlah pendapatan yang di terima dengan latar belakang
pendidikan
Diagram 1.6
Kesesuaian jumlah pendapatan yang di terima dengan latar belakang pendidikan
(n=14)

Jumlah Pendapatan Yang Diterima

Sangat
Baik/Selalu
(21.4%) Cukup/Kadang-
Kadang (35.7%)

Baik/Sering
(42.9%)

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan diagram 1.6, sebanyak 6 orang perawat (42.9%)


mengatakan bahwa jumlah pendapatan yang diterima oleh perawat sudah
sesuai dengan latar belakang pendidikannya masing-masing.
g. Beban kerja perawat
Diagram 1.7
Beban kerja perawat

Beban Kerja Perawat

Tidak
berpengaruh
berpengaruh 21%
36%

cukup/
kadang-
kadang
43%

26
Berdasarkan diagram 1.7 sebanyak 6 orang perawat (43%) mengatakan
bahwa kadang-kadang tingkat ketergantungan pasien mempengaruhi beban
kerja perawat, 5 orang (36%) mengatakan bahwa tingkat ketergantungan
pasien mempengaruhi beban kerja perawat dan 3 orang perawat (21%)
mengatakan bahwa tingkat ketergantungan pasien tidak mempengaruhi
beban kerja perawat.

h. Kesesuaian jumlah perawat dengan pasien


Diagram 1.8
Kesesuaian jumlah perawat dengan pasien (n=14)

Kesesuaian Jumlah Perawat


Sesuai
(7,1%)

Tidak sesuai
(35,7%)

Kadang-
kadang sesuai
(57,1%)

Sangat Kurang/Tidak Pernah Cukup/Kadang-Kadang Baik/Sering

Berdasarkan diagram 1.8, sebanyak 8 perawat (57.1%) mengatakan bahwa


kadang-kadang jumlah perawat sesuai dengan jumlah pasien sesuai dan 1
perawat lainnya (7.1%) mengatakan bahwa jumlah perawat sesuai dengan
jumlah pasien di ruangan setiap kali shift. Sementara itu, 5 perawat (35.7%)
mengatakan bahwa jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah pasien. hal
ini didukung dengan hasil wawancara dengan beberapa perawat yang
mengatakan bahwa saat ini jumlah perawat tidak seimbang dengan jumlah
pasien yang datang di instalasi gawat darurat. Hal ini dikarenakan beberapa
perawat resign dan cuti dengan alasan tertentu.

27
Tabel. 3
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait ketenagaan

Teori Temuan Kesenjangan

a. Penerimaan a. Berdasarkan a. Sebaiknya


pasien baru, hasil observasi sistem
maka di ruang IGD penerimaaan
disampaikan didapatkan pasien baru di
beberapa hal bahwa ruang IGD juga
mengenai penerimaan mengorientasi
terkait dengan pasien di ruang pasien terkait
orientasi ruang, IGD dilakukan dengan keadaan
pengenalan dengan tempat ruangan dan tata
ketenagaan tidur yang tertib di ruangan
ners-medis, dan tersedia telah agar tidak timbul
tata tertib disiapkan kebingungan
ruang, serta dalam keadaan pada pasien.
penyakit bersih lalu
Prosedur yang mengkaji
perlu keadaan pasien,
diperhatikan dan melakukan
untuk pengukuran
dipersiapkan vital sign
sebelum tahap pasien.
pelaksanaan
pasien baru,
yaitu: a)Tempat
tidur dalam
keadaan bersih
dan siap pakai,
b) Fasilitas
yang bersedia
dalam kondisi
baik, c) Meja
dan kursi pasien
dalam keadaan
bersih, d)
Berkas rekam
medis, g)
Peralatan untuk
pemeriksaan
dalam yang
terdiri dari
termometer,
28
tensimeter,
timbangan berat
badan bila perlu

Permasalahan:

Pelaksanaan penerimaan pasien baru di ruangan tidak menjelaskan terkait


keadaan ruangan dan tata tertib ruangan

Analisa:

Dari 14 responden dan observasi, didapatkan hasil bahwa pelaksanaan


penerimaan pasien baru tidak menjelaskan terkait dengan keadaan ruangan dan
tata tertib ruangan.

2. Sarana dan prasarana (Material)


a. Tata Letak Gedung Ruangan
Diagram 2.1
Distribusi Frekuensi Tata letak gedung ruangan
n=14

Tata Letak Gedung


Baik/Sering
21.4%

Cukup/Kada
ng-Kadang
78.6%

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan diagram 2.1 sebanyak 11 responden (78.6%) mengatakan


bahwa tata letak gedung sudah cukup sesuai dan sebanyak 3 orang
responden (21.4%) mengatakan bahwa tata letak gedung yang ada di IGD
RS Universitas Hasanuddin sudah baik dan sesuai.

29
b. Kelengkapan Fasilitas Ruangan
Diagram 2.2
Distribusi Frekuensi Kelengkapan Fasilitas Ruangan
n=14

Fasilitas Ruangan Sangat


Baik/Sering Kurang/
14.3% Tidak
Pernah
14.3%

Cukup/
Kadang-
Kadang
71.4%

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan diagram 2.2 sebanyak 10 orang resoponden (71.4%)


mengatakan bahwa kelengkapan fasilitas yang ada di ruangan IGD
RSPTN Universitas Hasanuddin sudah cukup baik memenuhi standar.
Sedangkan 2 orang responden (14,3%) mengatakan kelengkapan
fasilitas yang ada diruangan baik. Dan sebanyak 2 orang responden
(14,3%) mengatakan bahwa kelengkapan fasilitas yang diruangan
sangat kurang.
c. Kelengkapan Peralatan di Ruangan
Diagram 2.3
Distribusi Frekuensi Kelengkapan Peralatan Ruangan
n=14

Peralatan Kesehatan Sangat


Kurang/
Tidak
Pernah
14.3%
Baik/Sering
50.0%

Cukup/
Kadang-
Kadang
35.7%

Sumber: Data Primer, 2019


30
Berdasarkan diagram 2.3 didapatkan 7 orang responden (50%)
mengatakan bahwa kelengkapan peralatan kesehatan yang di ruangan
IGD RS Universitas Hasanuddin sudah baik. Dan sebanyak 5
responden (35,7%) yang mengatakan kelengkapan pereralatan
kesehatan yang ada di ruangan IGD cukup. Sedangkan 2 responden
(14,3%) yang mengatakan bahwa kelengkapan peralatan kesehatan
yang ada di IGD RSPTN Unhas sangat kurang.

d. Alat yang Tersedia Sesuai dengan Ratio Pasien


Diagram 2.4
Distribusi Frekuensi Jumlah Alat yang Tersedia di Ruangan
n=14

Jumlah Alat Sangat


Kurang/
Tidak Pernah
14.3%
Sangat
Baik/Selalu
42.9%

Cukup/
Kadang-
Kadang
42.9%

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan diagram 2.4 terdapat 6 responden (42,9%) mengatakan


bahwa Alat yang tersedia di ruang IGD RS Universitas Hasanuddin
mengatakan sudah sangat baik. Dan 6 responden (42.9%) mengatakan
alat yang tersedia di ruangan IGD RS Unhas cukup. Sedangkan 2
responden (14,3%) mengatakan bahwa sangat kurang alat yang tersedia
di ruangan IGD RSPTN Universitas Hasanuddin

31
e. Perawat Mengerti Cara Menggunakan Alat
Diagram 2.5
Distribusi Frekuensi Perawat Mengerti Cara Penggunaan Alat
n=14%

Penggunaan Alat

Baik/Sering Cukup/
50.0% Kadang-
Kadang
50.0%

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan diagram 2.5 sebanyak 7 responden (50%) mengatakan


bahwa baik mengerti cara menggunakan alat kesehatan sedangkan 7
responden (50%) mengatakan cukup mengetahui cara menggunakan
alat kesehatan yang ada di ruang IGD RS Universitas Hasanuddin.

f. Tersedianya Consumable ( Alat Habis Pakai)


Diagram 2.6
Distribusi Frekuensi Tersedianya Consumable/ Alat Habis Pakai
n=14%

Persediaan Alat Habis Pakai


Sangat
Kurang/
Baik/Sering Tidak Pernah
21.4% 7.1%

Cukup/
Kadang-
Kadang
71.4%

Sumber: Data Primer, 2019

32
Berdasarkan diagram 2.6 didapatkan sebanyak 10 responden (71.4%)
mengatakan bahwa cukup consumable (alat habis pakai) yang
dibutuhkan pasien di ruang IGD RSPTN universitas Hasanuddin. Dan
terdapat 3 responden (21,3%) mengatakan bahwa baik consumable (alat
habis pakai) yang ada di ruangan IGD RSPTN Unhas. Sedangkan 1
responden (7,1%) mengatakan bahwa consumable (alat habis pakai)
sangat kurang yang dibutuhkan pasien di ruang IGD RSPTN universitas
Hasanuddin.

g. Administrasi Penunjang
Diagram 2.7
Distribusi Frekuensi Administrasi Penunjang
n=14%

Administrasi Penunjang Sangat


Sangat Baik/ Kurang/
Selalu Tidak Pernah
7.1% 21.4%

Cukup/
Kadang-
Baik/Sering Kadang
57.1% 14.3%

Sumber: Data Primer, 2019


Berdasarkan diagram 2.7 sebanyak 8 responden (57.1%) perawat
mengatakan administrasi penunjang yang ada di ruang IGD RSPTN
Universitas Hasanuddin sudah tersedia dengan baik. Dan terdapat 3
responden (21,3%) mengatakan sangat kurang administrasi penunjang
yang ada di ruang IGD RSPTN Universitas Hasanuddin. Dan 2
responden (14,3%) mengatakan cukup baik administrasi penunjang yang
ada di ruang IGD RSPTN Universitas Hasanuddin. Sedangkan terdapat
1 responden (7,1%) mengatakan bahwa sangat baik administrasi
penunjang yang ada di ruang IGD RSPTN Universitas Hasanuddin

33
Tabel. 4
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait struktur sarana dan prasarana
Teori Temuan Kesenjangan

a. Bangunan ruang a. Secara keseluruhan a. Ada beberapa


gawat darurat terletak sarana dan prasarana kesenjangan yang
dilantai dasar dengan yang ada di ruangan terdapat di IGD salah
akses masuk yang IGD di RS unhas belum satunya yaitu penanda
mudah dicapai memadai fasilitas yang untuk ruang emergency
terutama untuk pasien ada karena lokasi IGD sangat kecil
datang dengan yang terletak di gedung
b. Lokasi ruang rawat
menggunakan B-C. Pintu masuk IGD
darurat tidak mudah
ambulance masih sama dengan
dikenal dari jalan raya
pintu masuk ke ruang
b. Pintu masuk karena kurangnya
poliklinik.
bangunan ruang rawat pencahayaan dan
darurat harus terpisah b. Lokasi bangunan penanda serta posisi
dengan pintu utama ruang rawat darurat IGD yang tidak terletak
dengan masuk rumah tidak mudah dikenal pada pintu masuk area
sakit atau dengan pintu dari jalan raya karena rumah sakit.
masuk untuk pasien kurangnya cahaya
c. Bangunan IGD belum
rawat jalan/ poli klinik lampu dan penanda
memiliki Triage
ruang emergency.
c. Lokasi bangunan sehingga pasien
ruang rawat darurat c. Pintu masuk area ditempatkan dalam satu
harus dapat dengan IGD tidak terletak pada ruangan yang dan
mudah dikenal dari pintu masuk pertama bercampur pasien gawat
jalan raya dengan kali ditemui oleh darurat dan tidak.
menggunakan pengguna kendaraan
d. selain itu mengenai
pencahayaan lampu untuk masuk ke area
kelengkapan fasilitas di
atau tanda arah lainnya rumah sakit.
ruangan yang kurang
memadai dan ada

34
d. Pintu masuk ke area d. bangunan IGD beberapa peralatan yang
IGD disarankan disarankan terletak sudah rusak dan
terletak pada pada berdekatan dengan peralatan misalnya
pintu masuk pertama bagian penerimaan syringepump dan
kali ditemui oleh pendaftaran monitor yang terbatas
pengguna kendaraan (admission) bagian sehingga kelengkapan
untuk masuk ke area keungan dan bagian peralatan tidak sesuai
rumah sakit. rekan medik, atau dengan rasio pasien.
memiliki bagian-
e. bangunan IGD e. Administrasi
bagian tersebut secara
disarankan terletak penunjang juga masih
terpisah. Pada malam
berdekatan dengan terhitung kurang seperti
hari, bangunan ruangan
bagian penerimaan komputer sehingga
gawat darurat akan
pendaftaran kadang perawat dan
merupakan pintu
(admission) bagian tenaga kesehatan lain
masuk utama ke rumah
keungan dan bagian harus mengantri untuk
sakit bagi masyarakat
rekan medik, atau menggunakannya.
yang memerlukan
memiliki bagian-
pelayanan kesehatan.
bagian tersebut secara
terpisah. Pada malam e. bangunan IGD
hari, bangunan ruangan belum memiliki Triage.
gawat darurat akan
f. Ruangan untuk
merupakan pintu
pasien anak dan
masuk utama ke rumah
dewasa tidak dipisah
sakit bagi masyarakat
serta ruangan untuk
yang memerlukan
penyakit bedah dan non
pelayanan kesehatan.
bedah tidak memiliki
f. bangunan ruangan ruang khusus. Hanya
gawat darurat ruang isolasi yang
memiliki ruang khusus.

35
disarankan untuk c. Secara keseluruhan
memiliki triage. sarana dan prasarana
yang ada di ruang IGD
g. Tata letak ruang
telah cukup memadai,
dalam bangunan IGD
alat-alat yang ada telah
tidak boleh
dimengerti
memungkinkan
penggunaannya oleh
terjadinya infeksi
perawat.
silang (cross infection)

Permasalahan:

Terdapat kurangnya fasilitas yang ada di IGD

Analisa data:

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan terdapat banyak kekurangan


fasilitas yang terdapat di ruangan IGD RSPTN Unhas salah satunya pembagian
triage bedah dan non bedah, anak dan luka bakar, dan sebaiknya ruangan yang
berada di Igd seharusnya digunakan contohnya ruangan resusitasi dan
pemeliharaan alat-alat yang ada di ruangan tersebut.

3. Model Praktek Pelayanan Profesional (Method)


a. Model asuhan keperawatan yang digunakan
Model asuhan keperawatan yang digunakan adalah Model praktek
pelayanan keperawatan profesional yang digunakan yaitu model
keperawatan MPKP modifikasi (TIM Primer).

36
b. Pemahaman model asuhan keperawatan
Diagram 3.1
Distribusi pemahaman model asuhan keperawatan (n=14)

Pemahaman Model Askep


Tidak
7.1%

Ya
92.9%

Sumber : data primer, 2019

Berdasarkan diagram 3.1, sebanyak 92,9% (13 responden)


mengatakan mengerti/memahami model asuhan keperawatan yang
diterapkan di ruangan dan terdapat 7,1% (1 responden) yang belum
memahami mengenai model asuhan keperawatan yang diterapkan.
c. Kecocokan model keperawatan
Diagram 3.2
Distribusi kecocokan model asuhan keperawatan (n=14)

Kecocokan Model Askep


Tidak
7.1%

Ya
92.9%

Sumber : data primer, 2019


Berdasarkan diagram 3.2 diperoleh hasil sebanyak 92,9% (13
responden) yang mengatakan bahwa model keperawatan MPKP
modifikasi (tim primer) yang diterapkan saat ini telah sesuai (cocok)

37
diterapkan di IGD RSPTN dan ada sebanyak 7,1% (1 orang)
mengatakan model tersebut tidak cocok diterapkan.
d. Kesesuaian model keperawtaan dnegan visi dan misi
Diagram 3.1
Distribusi kesesuaian model keperawatan dengan
visi misi rumah sakit (n = 14)

Kesesuaian Model Askep dengan


Visi Misi
Rumah Sakit
Tidak
21.4%

Ya
78.6%

Sumber : data primer, 2019


Berdasarkan diagram 3.1, diperoleh hasil sebanyak 78,6 % (11
responden) yang mengatakan bahwa model asuhan keperawatan
yang digunakan sesuai dengan visi dan misi ruangan dan sebanyak
21,4% (3 responden) yang mengatakan model asuhan keperawatan
yang digunakan tidak sesuai dengan visi misi ruangan.
e. Efektifitas dan efisiensi model keperawatan
1) Penggunaan model keperawatan saat ini dapat mengurangi lama
rawat inap dan rerata hari rawat inap

38
f. Peningkatan kepercayaan pasien terhadap ruangan
Diagram 3.2
Distribusi peningkatan kepercayaan pasien terhadap ruangan (n=14)

Peningkatan Kepercayaan Pasien

Ya
100.0%

Sumber : data primer, 2019


Berdasarkan diagram 3.2 diperoleh hasil sebanyak 100% (14
responden) yang mengatakan bahwa dengan penerapan model
keperawatan MPKP modifikasi (Tim Primer) kepercayaan pasien
terhadap ruangan sangat tinggi.
g. Model yang digunakan saat ini tidak menyulitkan dan memberikan
beban berat kerja bagi perawat
Diagram 3.3
Distribusi model keperawatan yang digunakan dengan
beban berat kerja bagi perawat (n=14)

Model Menyulitkan atau Tidak


Tidak
14.3%

Ya
85.7%

Sumber : data primer, 2019


Berdasarkan diagram 3.3 diperoleh hasil sebanyak 85,7% (12
responden) mengatakan bahwa model keperawatan yang digunakan
39
tidak menyulitkan dan memberikan beban berat kerja bagi perawat.
Sedangkan sebanyak 14,3% (2 responden) yang mengatakan bahwa
model keperawatan yang digunakan cukup menyulitkan dan
memberikan beban berat kerja bagi perawat.
h. Model keperawatan saat ini yang memberatkan pembiayaan
Diagram 3.4
Distribusi model yang memberatkan pembiayaan (n=14)

Model Yang Memberatkan Pembiayaan

Ya
100%

Sumber : data primer, 2019


Berdasarkan diagram 3.4 diperoleh hasil sebanyak 100% (14
responden) mengatakan bahwa model keperawatan saat ini
memberatkan pembiayaan di rumah sakit.
i. Model yang digunakan mendapat banyak kritikan dari pasien pada
ruangan
Diagram 3.4
Distribusi kritikan model keperawatan (n=14)

Kritikan Model Keperawatan


Ya
7.1%

Tidak
92.9%

40
Sumber : data primer, 2019
Berdasarkan diagram 3.4 sebanyak 7,1% (1 responden) yang
mengatakan bahwa model keperawatan yang diguanakan saat ini
memperoleh banyak kritikan dari pasien kepada ruangan dan
sebanyak 92,9% (13 responden) mengatakan model keperawatan
yang diguanakan saat ini tidak memperoleh banyak kritikan dari
pasien kepada ruangan
j. Pelaksanaan komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lain
Diagram 3.5
Distribusi pelaksanaan komunikasi yang adekuat (n=14)

Pelaksanaan Komunikasi Yang Adekuat

Ya
100%

Sumber : data primer, 2019


Berdasarkan diagram 3.5 diperoleh hasil sebanyak 100% (14
responden) yang mengatakan bahwa telah terjalin komunikasi yang
baik dan efektif antara perawat dan tim kesehatan yang lain.

41
k. Kontinuitas pelaksanaan rencana keperawatan
Diagram 3.6
Distribusi kontinuitas pelaksanaan rencana keperawatan (n=14)

Terlaksananya Kontinuitas Renpra


Tidak
14.3%

Ya
85.7%

Sumber : data primer, 2019


Berdasarkan diagram 3.6 sebanyak 85,7% (12 responden) yang
mengatakan bahwa rencana keperawatan telah dilaksakan secara
terus-menerus dan sebanyak 14,3% (2 responden) mengatakan
bahwa rencana keperawatan belum dilaksakan secara terus-
menerus.
l. Pelaksanaan kegiatan sesuai tupoksi
Diagram 3.7
Distribusi pelaksanaan kegiatan sesuai tupoksi (n=14)

Kesesuaian Kegiatan dengan Tupoksi

Ya
100%

Sumber : data primer, 2019


Berdasarkan diagram 3.7 sebanyak 100% (14 responden) yang
mengatakan bahwa mereka telah menjalankan kegiatan sesuai
tupoksi masing-masing.
42
m. Kejelasan job description
Diagram 3.6
Distribusi kejelasan job description (n=14)

Kejelasan Job Description

Ya
100%

Sumber : data primer, 2019


Berdasarkan diagram 3.6 sebanyak 100% (14 responden) yang
mengatakan bahwa job description yang ada di ruangan telah
dipahami dengan baik.
n. Pengetahuan mengenai kondisi pasien dan menilai derajat
ketergantungan pasien
Diagram 3.7
Pengetahuan mengenai kondisi pasien dan menilai
derajat ketergantungan pasien (n=14)

Pengetahuan Mengenai Kondisi


pasien dan derajat Ketergantungan

Ya
100%

Sumber : data primer, 2019

43
Berdasarkan diagram 3.7 sebanyak 100% (14 responden) telah mengenal
dan mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai derajat ketergantungan
pasien.
Tabel. 5
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait MPKP
Teori Temuan Kesenjangan

Model praktik Model asuhan Masih ada perawat


keperawatan keperawatan yang yang belum
profesional digunakan adalah mengetahui dan
menggunakan TIM. model keperawatan memahami model
Adapun mekanisme MPKP modifikasi keperawatan MPKP
pelaksanaan: (Tim primer). modifikasi (tim
1.Berdasarkan pada Sebagian besar primer) yang
kelompok filosofi perawat telah digunakan di ruangan
keperawatan. mengetahui mengenai IGD RSPTN UNHAS
2.Enam sampai tujuh model keperawatan
perawat profesional MPKP modifikasi.
dan perawat pelaksana Namun demikian,
bekerja sebagai satu masih ada perawat
tim, disupervisi oleh yang tidak mengetahui
ketua tim dan memahami
3.Metode ini tentang model
menggunakan tim keperawatan tersebut.
yang terdiri atas
anggota yang berbeda-
beda dalam
memberikan asuhan
keperawatan terhadap
sekelompok pasien.
Perawat ruangan

44
dibagi menjadi 2-3
tim/grup yang terdiri
atas tenaga
profesional, teknikal,
dan pembantu dalam
satu kelompok kecil
yang saling membantu

Permasalahan :

Masih ada perawat yang belum mengetahui dan memahami model


keperawatan MPKP modifikasi (tim primer) yang digunakan di ruangan
IGD RSPTN Unhas

Analisis :

Ruangan IGD RSPTN Unhas menggunakan model MPKP modifikasi


(Tim+Primer), dari 14 responden yang di wawancarai hanya 1 orang yang
tidak mengetahui model MPKP tersebut. Hal ini dikarenakan karna salah
satu perawat merupakan perawat yang baru bergabung di Ruangan IGD
RSPTN Unhas.

4. Timbang Terima
Kegiatan timbang terima di ruang perawatan dilakukan 3 kali setiap
pergantian shift yaitu shift malam ke shift pagi, shift pagi ke shift sore, dan
shift sore ke shift malam. Kegiatan timbang terima dipimpin oleh Perawat
Primer dan dihadiri oleh perawat yang berkepentingan (perawat associate).
Adapun persiapan sebelum timbang terima yaitu status pasien dan hal yang
harus disampaikan dalam pelaporan timbang terima yaitu keadaan pasien dan
keluhan pasien serta rencana intervensi, kegiatan dan pemeriksaan yang akan
dilakukan selanjutnya. Kemudian seluruh perawat dan kepala ruangan bersama-
sama melihat bed pasien kemudian melihat kondisi pasien dan melaporkan hal-
45
hal yang harus dilaporkan. Pelaksanaan kegiatan timbang terima dilaksanakan
sekitar 3-5 menit.
a. Waktu pelaksanaan timbang terima
Diagram 4.1
Distribusi frekuensi ketetapan waktu
pelaksanaan timbang terima (n= 14)

Ketepatan Waktu Pelaksanaan Timbang


Terima

50 %
50 %
tidak
ya

Berdasarkan hasil pengolahan data diatas didapatkan hasil yang imbang


bahwa terdapat 7 orang perawat (50,0 %) yang mengatakan tepat waktu dan
7 orang perawat (50,0%) yang mengatakan tidak tepat waktu. Adapun
alasan perawat yang mengatakan tepat waktu yaitu ketika pasien tidak
terlalu banyak yang masuk IGD dan pemberian intervensi telah dilakukan
tapat waktu maka ketetapan pelaksanaan timbang terima dapat dilaksanakan
dengan tepat waktu. Sedangkan untuk yang memilih alasan tidak tepat
waktu yaitu kebanyakan pasien yang masuk pada jam sebelum timbang
terima dan menyebabkan pemberian intervensi memakan waktu sehingga
menyebabkan ketidak tepatan waktu pemberian timbang terima.

b. Kehadiran perawat dalam timbang terima

46
Diagram 4.2
Distribusi frekuensi kehadiran perawat dalam
timbang terima (n= 14)

Kehadiran Perawat Dalam Timbang


Terima

100 %
ya

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat dilihat pada bagan diatas, bahwa
semua perawat atau 14 (100 %) orang perawat mengikuti kegiatan timbang
terima. Baik perawat yang bertugas pada sift sebelum dan sift yang sesudah.
c. Buku khusus pencatatan timbang terima
Diagram 4.3
Distribusi frekuensi pengadaan buku khusus pencatatan
timbang terima (n= 14)

Pengadaan Buku khusus Pencatatan


Timbang Terima

100 %
ya

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan dapat dilihat pada bagan diatas
bahwa pada pertanyaan mengenai pengadaan buku khusus pencatatan
timbang terima semua perawat 14 (100%) perawat mengatakan bahwa
menggunakan pengadaan buku timbang terima.

47
d. Pendokumentasian laporan timbang terima
Diagram 4.4
Distribusi frekuensi pendokumentasian laporan
timbang terima (n= 14)

Kesulitan Pendokumentasian Laporan


Timbang Terima
7,1 % ya

92,9 %
tidak

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada pertanyaan mengenai


kesulitan dalam mendokumentasikan laporan timbang terima, 1 orang
perawat (7,1%) mengatakan bahwa mengalami kesulitan dalam
mendokumentasikan laporan hasil timbang terima dengan alasan kadang
lupa karena kebanyakan pekerjaan yang dilakukan, dan 13 orang perawat
(92,9%) mengatakan bahwa tidak mengalami kesulitan dalam
mendokumentasikan laporan timbang terima, dengan alasan memudahkan
untuk melanjutkan intervensi.
e. Interaksi dengan pasien saat timbang terima sedang berlangsung
Diagram 4.5
Distribusi frekuensi interaksi pasien saat
timbang terima (n= 14)

Interaksi Pasien Saat Timbang Terima

42,9%

57,1%

48
Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada pertanyaan mengenai
interaksi dengan pasien saat kegiatan timbang terima sedang berlangsung,
yaitu 8 orang perawat (57,1%) mengatakan bahwa ada interaksi antara
pasien dan perawat saat kegiatan timbang terima sedang berlangsung dan 6
orang perawat (42,9%) mengatakan bahwa tidak ada interaksi antara pasien
dan perawat ketika kegiatan timbang terima sedang berlangsung.

f. Penanda tanganan laporan timbang terima oleh kedua kepala tim (PP)
Diagram 4.6
Distribusi frekuensi Strutur organisasi yang
berjalan di ruangan (n= 14)

Penandatanganan Laporan Timbang


Oleh Kedua PP
14,3 %
ya

85,7%
tidak

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada pertanyaan mengenai


penandatanganan laporan kegiatan timbang terima oleh PP, sebanyak 2
orang perawat (14,3%) mengatakan bahwa laporan hasil kegiatan timbang
terima ditandatangani oleh PP sedangkan 12 orang perawat (85,7%)
mengatakan bahwa laporan hasil kegiatan timbang terima tidak
ditandatangani oleh PP.

49
g. Evaluasi kesiapan tim Shift
Diagram 4.7
Distribusi frekuensi evaluasi kesiapan tim sift (n= 14)

Evaluasi Kesiapan Tim Shift


28,6%
ya

71,4%
tidak

Berdasarkan hasil wanwancara dan kuesioner yang didapatkan pada


pertanyaan mengenai evaluasi kegiatan timbang terima oleh kepala ruangan,
didapatkan bahwa sebanyak 4 orang perawat (28,6%) mengatakan bahwa
kepala ruangan mengevaluasi kesiapan tim shift pengganti. Sedangkan 10
orang perawat (71,4%) mengatakan bahwa kepala ruangan tidak
mengevaluasi kesiapa tim shift pengganti.

Tabel. 6
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait timbang terima
Teori Temuan Kesenjangan

Timbang terima terdiri dari Berdasarkan hasil Terkait masalah


: observasi yang telah kesulitan
1. Pra dilakukan di ruang IGD pendokumentasian
- Dilaksanakan ditemukan bahwa laporan setelah kegiatan
setiap pergantian Perawat mengalami timbang terima
shift atau
kesulitan pada saat dikarenakan adanya
pergantian dinas
- Semua pasien baru pendokumentasian pekerjaan yang lebih
dan permasalahan laporan setelah kegiatan mendesak dan halangan
yang belum timbang terima yang dilakukan oleh
teratasi dikarenakan adanya ketua tim seperti
2. Pelaksanaan kegiatan ketua tim yang terlambat datang dan
- Dilakukan di nurse menghambat untuk kadang terdapat kegiatan
station dan di bed
melakukan yang menghambat
pasien (untuk
memvalidasi pendokumentasian. sehingga perawat
keadaan pasien) Selain daripada itu pelaksana yang kadang
jarangnya evaluasi yang memngambil alih atau

50
- Dihadiri oleh 2 dilakukan oleh kepala merangkap pekerjaan
kelompok shift ruangan untuk kesiapan walau sementara. Serta
3. Pasca tim sift pengganti. untuk evalusasi yang
- Diskusi bersama
jarang dilakukan oleh
kepala ruangan
diakhir dinas dan kepala ruangan untuk
mengumpulkan mengevaluasi kesiapan
laporan tim sift pengganti.

Permasalahan :

a. Terdapat kesulitan perawat dalam melakukan pendokumentasian serta


kesulitan ketua tim untuk mendadatangani laporan pendokumentasian pada
timbang terima.
b. Jarangnya diskusi bersama kepala ruangan atau evaluasi yang dilakukan
kepala ruangan untuk kesiapan tim shift pengganti.

Analisis :

Perawat yang mengalami kesulitan dalam mendokumentasikan setelah kegiatan


laporan timbang terima dikarenakan terdapatnya hambantan atau terdapat
kegiatan yang lebih urgent sehingga menyebabkan kesulitan dalam melkaukan
pendokumentasian. Selain itu ketua tim kadang memiliki kendala untuk
melakukan pendokumentasian dikarenakan terdapat kendala yang menghambat
pendokumentasian. Dari factor-faktor khusus yang menyebebkan
penghambatan kegiatan pendokumentasian laporan timbang terima tersebut.
Terkait masalah jarangnya evaluasia dari kepala ruangan untuk tim sift
pengganti dikarenakan terdapat kendala khusus sehingga menyebabkan jarang
mengevaluasi tim shift pengganti atua diskusi diakhir dinas.

51
5. Sentralisasi Obat
a. Pengadaan sentralisasi obat
Diagram 5.1
Distribusi sentralisasi obat (n=14)

Sentralisasi Obat

Ya
100.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram 5.1 sebagai hasil wawancara, sebanyak 100% (14


responden) mengatakan bahwa sudah ada sentralisasi obat di ruang IGD
RSPTN UNHAS. Sentralisasi obat tersebut sepenuhnya diserahkan ke
bagian farmasi sebagai penanggung jawab depo obat.

b. Keoptimalan sentralisasi obat


Diagram 5.2
Distribusi keoptimalan sentralisasi obat (n=14)

Keoptimalan Sentralisasi Obat

Ya
100.0%

Sumber: data primer, 2019

52
Berdasarkan diagram 5.2 sebagai hasil wawancara, didapatkan hasil bahwa
sebanyak 100 % (14 responden) mengatakan bahwa sentralisasi obat yang
ada sudah dilaksanakan secara optimal sesuai dengan prosedur.

c. Perlunya pengadaan sentralisasi obat


Diagram 5.3
Distribusi perlunya pengadaan sentralisasi obat (n=14)

Perlu Pengadaan Sentralisasi Obat

Ya
100.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram 5.3 sebagai hasil wawancara, didapatkan hasil bahwa


sebanyak 100 % (14 responden) mengatakan bahwa perlu dilakukan
pengadaan sentralisasi obat ydi setiap ruangan agar memudahkan distribusi
obat kepada pasien. Selain itu, keberadaan sentralisasi obat memudahkan
perawat IGD dalam memberikan tindakan farmakologi dengan cepat.
Mengingat jarak IGD dengan apotek membutuhkan waktu sementara
terdapat pasien yang memerlukan penanganan cepat (urgent).

53
d. Pemberian wewenang dalam urusan sentralisasi obat
Diagram 5.4
Distribusi pemberian wewenang dalam
urusan sentralisasi obat (n=14)

Pemberian Wewenang Sentralisasi Obat

Ya
100.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram 5.4 sebagai hasil wawancara, didapatkan hasil bahwa


sebanyak 100 % (14 responden) mengatakan bahwa mereka diberikan
wewenang dalam hal sentralisasi obat.

e. Format daftar pengadaan tiap-tiap macam obat


Diagram 5.5
Format Daftar Pengadaan Obat
n=14

Format Daftar Pengadaan Obat

Ya
100.0%

Sumber: data primer, 2019

54
Berdasarkan diagram 5.5 sebagai hasil wawancara, didapatkan hasil bahwa
sebanyak 100 % (14 responden) mengatakan bahwa setiap jenis obat
memiliki format daftar pengadaan yang sudah di tentukan.

f. Format persetujuan sentralisasi obat dari pasien/keluarga pasien


kepada perawat
Diagram 5.6
Distribusi format persetujuan sentralisasi obat dari
pasien/keluarga pasien kepada perawat (n=14)

Format Persetujuan Sentralisasi Obat

Ya
100.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram 5.6 sebagai hasil wawancara, didapatkan hasil bahwa


sebanyak 100 % (14 responden) mengatakan bahwa di ruang IGD sudah ada
format persetujuan sentralisasi obat dari setiap pasien dan keluarga kepada
perawat yang ada di ruangan.

55
g. Ruangan khusus sentralisasi obat

Diagram 5.7
Distribusi ruangan khusus sentralisasi obat (n=14)

Ruangan Khusus Sentralisasi Obat

Tidak
100.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram 5.7 sebagai hasil wawancara, didapatkan hasil bahwa


sebanyak 100 % (14 responden) mengatakan bahwa belum ada ruangan
khusus untuk sentralisasi obat di IGD RSPTN.

h. Pemisahan kepemilikan obat pasien


Diagram 5.8
Distribusi pemisahan kepemilikan obat pasien (n=14)

Pemisahan Kepemilikan Obat

Tidak
100.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram 5.8 sebagai hasil wawancara, didapatkan hasil bahwa


sebanyak 100 % (14 responden) mengatakan bahwa selama ini belum
dilakukan pemisahaan obat untuk setiap pasien yang dirawat di IGD
RSPTN.

56
i. Pemberian label identitas obat pasien

Diagram 5.9
Distribusi pemberian label identitas obat pasien (n=14)

Pemberian Label Identitas Obat

Tidak
100.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram 5.9 sebagai hasil wawancara, didapatkan hasil bahwa


sebanyak 100 % (14 responden) mengatakan bahwa tidak ada pemberian
label identitas obat untuk setiap pasien sel di IGD RSPTN. Ruang IGD tidak
menyediakan obat secara terus-menerus ruang IGD hanya menyediakan
obat untuk persediaan jika ada pasien yang membutuhkan penanganan
segera (urgent).

j. Informasi kepemilikan obat pasien sebelum memberikan obat pada


pasien dan obat yang telah digunakan
Diagram 5.10
Distribusi informasi kepemilikan obat pasien
yang telah digunakan (n=14)

Informasi Kepemilikan Obat


Yang Telah Digunakan

Ya
100.0%

Sumber: data primer, 2019

57
Berdasarkan diagram 5.10 sebagai hasil wawancara, didapatkan
hasil bahwa sebanyak 100 % (14 responden) mengatakan bahwa
telah memberikan informasi kepada pasien mengenai jumlah
kepemilikan obat sebelum digunakan dan menginformasikan
kembali jumlah obat yang masih tersisa sebelum pasien pulang
atau dipindahkan ke ruangan lain.

k. Pengadaan format tiap jenis obat sebelum memberikan obat ke pasien


Diagram 5.11
Distribusi pengadaan format tiap jenis obat sebelum memberikan
obat ke pasien (n=14)

Pengadaan Format Jenis Obat

Ya
100.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram 5.11 sebagai hasil wawancara, didapatkan hasil bahwa


sebanyak 100 % (14 responden) mengatakan bahwa setiap pasien
mendapatkan format untuk setiap jenis obat sebelum pasien diberikan.

Tabel. 7
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait Sentralisasi Obat
Teori Temuan Kesenjangan

Teknik Pengelohan Berdasarkan hasil Ruangan IGD RSPTN


Obat (Sentralisasi) observasi dan Unhas belum
1.Pengeluaran dan wawancara di mengikuti teknik dan
pembagian pbat dapatkan bahwa di alur pengolahan
Ruang IGD RSPTN

58
sepenuhnya dilakukan Unhas belum tersedia obat/sentralisasi sesuai
oleh perawat sarana penyediaan dengan teori.
2.Penanggung jawab sentralisasi obat yang
pengolahan obat sesuai dengan teori.
adalah Kepala Selain itu pada saat
Ruangan yang secara wawancara dan
operasional dapat observasi ke pasien
didelegasikan kepada ditemukan bahwa
staf yang ditunjuk sebagian perawat
3.Perawat menerima tidak memberikan
obat dari depo farmasi informasi megenai
setiap hari untuk dosis penggunaan obat yang
(OOD) dalam di dapatkaan
kemasan 1 kali
pemberian (UUD)
4. Perawat menuliskan
nama pasien,
registrasi, jenis obat,
dan jumlah (sediaan)
dalam format
pemberian obat dan
meminta tanda tangan
petugas farmasi
5. Obat yang ttelah
diterima dari farmasi
selanjutna disimpan
oleh perawat dalam
kotak obat
6.Keluarga/ klien
selanjutnya
mendapatkan
59
informasi bila mana
obat tersebut akan
habis
7.Obat yang telah
diterima untuk
selanjutnya disalin
dalam buku daftar
pemberian obat
8.Obat yang telah
disimpan untuk
selanjutnya di berikan
oleh perawat
memerhatikan alur
yang tercantum dalam
buku daftar
penerimaan obat
dengan terlebih
dahulu dicocokan
dengan terapi yang
diinstruksikan dokter
dan kartu obat yang
ada pada pasien

Permasalahan :

Ruangan IGD RSPTN Unhas belum mengikuti teknik dan alur


pengolahan obat/sentralisasi sesuai dengan teori

Analisis :

Ada beberapa alur dan teknik pengolahan obat/sentralisasi obat yang tidak
diikuti oleh Ruangan IGD RSPTN Unhas. Secara teori bahwa sentralisasi

60
obat sepenuhnya diberikan oleh perawat yang sudah didelegasikan oleh
Kepala Ruangan. Namun, sebagian dari perawat tidak memberikan
informasi kepada pasien tentang penggunaan obat sebelum pasien
mengonsumsi obat tersebut.

6. Penerimaan pasien baru


a. Melakukan penjelasan saat penerimaan pasien baru
Berdasarkan hasil olah data mengenai mengenai hal-hal yang dijelaskan saat
menerima pasien baru,didapatkan hasil bahwa keselurahan perawat
menjelaskan saat menerima pasien baru. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan perawat yang mengatakan bahwa sebagai bentuk persiapan
penerimaan pasien baru adalah dengan melakukan pengkajian awal ke
pasien dan mengukur vital sign.
b. Cara yang dilakukan saat melakukan penerimaan pasien baru
Berdasarkan hasil olah data mengenai cara yang dilakukan untuk
memberikan orientasi dilakukan dengan baik secara lisan, tulisan, ataupun
keduanya,didapatkan hasil bahwa keselurahan perawat melakukan secara
lisan dan tulisan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami
pasien.
c. Kesediaan melakukan PPB
Diagram 6.1
Kesediaan melakukan penerimaan pasien baru

Kesediaan Melakukan PPB

Ya
100.0%

Sumber : data primer, 2019.

61
Berdasarkan diagram diatas terkait dengan kesediaan perawat melakukan
Penerimaan Pasien Baru (PPB), didapatkan hasil bahwa 14 perawat (100%)
bersedia melakukan Penerimaan Pasien Baru. Hal ini diperkuat dengan
beberapa orang perawat di ruang IGD mengatakan bahwa semua perawat di
ruang IGD bertanggung jawab dalam menerima pasien baru

d. Pembagian tugas tentang PPB


Diagram 6.2
Pembagian tugas penerimaan pasien baru

Pembagian Tugas Tentang PPB

Tidak
35.7%

Ya
64.3%

Sumber : data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait dengan pembagian tugas dalam


penerimaan pasien baru, didapatkan hasil 9 perawat (64,3%) yang
menyatakan bahwa ada pembagian tugas dalam penerimaan pasien baru,
sedangkan 5 perawat (35,7%) menyatakan bahwa tidak ada pembagian
tugas terkait dengan penerimaan pasien baru. Sedangkan berdasarkan
pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan bahwa ada pembagian
tugas dalam penerimaan pasien baru, Hal ini diperkuat dengan pernyataan
perawat yang menyatakan bahwa dalam menerima pasien baru ditentukan
berdasarkan jumlah pasien kelolaan di ruangan, perawat dengan jumlah
pasien kelolaan yang sedikit akan menerima pasien baru, namun beberapa
perawat juga mengatakan bahwa tidak ada pembagian tugas dalam
menerima pasien baru dalam hal ini merawat mengatakan bahwa

62
penerimaan pasien baru berdasarkan atas inisiatif perawat di ruangan
sendiri.

e. Pemberian brosur/leaflet saat PPB


Diagram 6.3
Pemberian brosur/leaflet saat penerimaan pasien baru

Pemberian Brosur Saat PPB

Ya
35.7%

Tidak
64.3%

Sumber : data primer, 2019.

Berdasarkan diagram diatas terkait dengan pemberian brosur/leaflet saat


penerimaan pasien baru, ditemukan 9 perawat (64,3%) menyatakan
bahwa tidak ada pemberian brosur/leaflet saat penerimaan pasien baru
dan 5 perawat (35,7%) menyatakan bahwa tidak ada pemberian
brosur/leaflet saat PPB. Berdasarkan pernyataan perawat, beberapa
perawat mengatakan bahwa dalam penerimaan pasien baru tidak ada
pemberian brosur/leaflet hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat
yang mengatakan bahwa ketika pasien baru datang perawat hanya akan
melakukan pengkajian dan juga melakukan TTV, sedangkan beberapa
perawat juga mengatakan bahwa dalam penerimaan pasien baru ada
pemberian brosur/leaflet, hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat
yang mengatakan bahwa ketika pasien baru datang, dan jumlah pasien
agak kurang dan waktu perawat senggang perawat akan memberikan
brosur/leaflet.

63
f. Melakukan pendokumentasian PPB
Diagram 6.4
Melakukan pendokumentasian penerimaan pasien baru

Pendokumentasian PPB

Ya
100.0%

Sumber : data primer, 2019.

Berdasarkan diagram diatas terkait pendokumentasian perawat dalam


penerimaan pasien baru didapatkan hasil bahwa sebanyak 14 perawat
(100%) menyatakan melakukan pendokumentasian PPB. Hal ini diperkuat
dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa setelah melakukan
penerimaan pasien baru, perawat akan melakukan pendokumentasian di
lembar pendokumentasian yang ada

Tabel. 8
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait ketenagaan

Teori Temuan Kesenjangan

b. Penerimaan b. Berdasarkan h. Sebaiknya


pasien baru, hasil observasi sistem
maka di ruang IGD penerimaaan
disampaikan didapatkan pasien baru di
beberapa hal bahwa ruang IGD
mengenai penerimaan juga
terkait dengan pasien di mengorientasi
orientasi ruang IGD pasien terkait
ruang, dilakukan dengan
pengenalan dengan tempat keadaan
ketenagaan tidur yang ruangan dan
ners-medis, tersedia telah tata tertib di
dan tata tertib disiapkan ruangan agar
64
ruang, serta dalam keadaan tidak timbul
penyakit bersih lalu kebingungan
Prosedur yang mengkaji pada pasien.
perlu keadaan
diperhatikan pasien, dan
untuk melakukan
dipersiapkan pengukuran
sebelum tahap vital sign
pelaksanaan pasien.
pasien baru,
yaitu:
a)Tempat tidur
dalam keadaan
bersih dan siap
pakai, b)
Fasilitas yang
bersedia dalam
kondisi baik,
c) Meja dan
kursi pasien
dalam keadaan
bersih, d)
Berkas rekam
medis, g)
Peralatan
untuk
pemeriksaan
dalam yang
terdiri dari
termometer,
tensimeter,
timbangan
berat badan
bila perlu

Permasalahan:

Pelaksanaan penerimaan pasien baru di ruangan tidak menjelaskan terkait


keadaan ruangan dan tata tertib ruangan

Analisa:

Dari 14 responden dan observasi, didapatkan hasil bahwa pelaksanaan


penerimaan pasien baru tidak menjelaskan terkait dengan keadaan ruangan dan
tata tertib ruangan.
65
7. Dokumentasi
a. Model dokumentasi keperawatan apa yang digunakan di ruang
Bentuk pendokumentasian yang digunakan di ruang IGD adalah dengan
dengan menggunakan pendokumentasian SOAP setelah 4 jam pasien di
observasi.
b. Format pendokumentasian yang baku

Diagram 7.1
Format pendokumentasian yang baku di ruang IGD

Format Baku Dokumentasi Keperawatan

Ya
100.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait format pendokumentasian baku

yang ada di ruang IGD didapatkan hasil bahwa sebanyak 14 perawat

(100%) menyatakan bahwa terdapat format pendokumentasian yang

baku yang digunakan di ruang IGD. Hal ini diperkuat dengan

pernyataan perawat yang mengatakan bahwa untuk format

pendokumentasian di ruangan telah disediakan dan khusus

digunakan untuk ruangan IGD dan format tersebut telah direview

berbagai pihak direksi RSPTN Universitas Hasanuddin.

66
c. Pemahaman perawat dalam mengisi format pendokumentasian
Diagram 7.2
Pemahaman cara pengisian format dokumentasi
di ruang IGD

Pemahaman Pengisian Format


Dokumentasi Keperawatan

Ya
100.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait pemahaman cara pengisian format

dokumentasi di ruang IGD didapatkan hasil bahwa sebanyak 14 perawat

(100%) menyatakan bahwa perawat di ruang IGD telah mengerti cara

pengisian format dokumentasi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat

yang mengatakan bahwa perawat di ruangan sebelum masuk menjadi

perawat di RSPTN Universitas Hasanuddin telah melalui proses orientasi

ruangan dan telah melalui orientasi ruangan di IGD sehingga perawat di

ruangan telah mengerti terkait dengan pengisian format dokumentasi

keperawatan.

67
d. Kemudahan perawat menggunakan format pendokumentasian
Diagram 7.3
Kemudahan Perawat Menggunakan Format
Pendokumentasi dalam melakukan pengkajian di ruang IGD

Kemudahan Perawat Dalam Menggunakan


Format Pengkajian

Ya
100.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait kemudahan perawat

menggunakan format pendokumentasian di ruang IGD didapatkan

hasil bahwa sebanyak 14 perawat (100%) dengan adanya format

pendokumentasian memudahkan perawat dalam melakukan

pengkajian ke pasien. Hal ini diperkuat dengan pernyataan perawat

yang mengatakan bahwa dengan adanya format tersebut yang

dilengkapi dengan assesment pasien sangat membantu dan

meminimalisir waktu yang digunakan perawat dalam melakukan

pengkajian.

68
e. Ketepatan waktu pendokumentasian
Diagram 7.4
Ketepatan Waktu Pendokumentasian di ruang IGD

Ketepatan Waktu Pendokumentasian

Tidak
42.9%

Ya
57.1%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait ketepatan waktu

pendokumentasian di ruang IGD didapatkan hasil bahwa sebanyak

8 perawat (57,1%) telah melakukan pendokumentasian dengan tepat

waktu sedangkan 6 perawat (42,9%) menyatakan melakukan

pendokumentasian tidak tepat waktu. Sedangkan berdasarkan

pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan bahwa dalam

pendokumentasian dilakukan tepat waktu yang diperkuat dengan

pernyataan perawat yang mengatakan bahwa dalam pengisian

pendokumentasian dapat dilakukan dengan tepat waktu dikarenakan

dalam shift tertentu ketika jumlah pasien di ruangan tidak terlalu

banyak sehingga perawat memiliki banyak waktu kosong untuk

mengisi pendokumentasian, namun beberapa perawat juga

69
mengatakan bahwa pendokumentasian tidak dilakukan tepat waktu

dikarenakan adakalanya pasien datang dengan jumlah yang banyak,

sedangkan tenaga yang ada diruangan terbatas dikarenakan alasan

tertentu.

f. Model Dokumentasi Menambah Beban Perawat


Diagram 7.5
Model Dokumentasi Menambah Beban
Perawat di ruang IGD

Model Dokumentasi Menambah Beban


Perawat

Tidak Ya
50.0% 50.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait ketepatan waktu pendokumentasian di

ruang IGD didapatkan hasil bahwa sebanyak 7 perawat (50%) menyatakan

terbebani dengan model dokumentasi yang ada, dan 7 perawat (50%)

menyatakan tidak terbebani dengan model dokumentasi yang ada.

Sedangkan berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan

bahwa dalam pendokumentasian terasa membenbani dikarenakan waktu

yang kurang dan kesibukan di ruangan sehingga dalam melakukan

pendokumentasian kadang dilakukan ketika waktu dinas telah selesai

bahkan terkadang ada pendokumentasian yang tidak terselesaikan sehingga


70
mendapat komplain dari ruang rawat inap, namun beberapa perawat juga

mengatakan bahwa pendokumentasian tidak membebani perawat karena

menurutnya format telah direview dan terasa memudahkan.

g. Model Dokumentasi Menyita waktu perawat

Diagram 7.6
Model Dokumentasi Menyita Banyak Waktu
Perawat di ruang IGD

Model Dokumentasi Menyita Waktu


Perawat

Ya
100.0%

Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait model dokumentasi menyita

waktu perawat kemudahan perawat menggunakan format

pendokumentasian di ruang IGD didapatkan hasil bahwa sebanyak

14 perawat (100%) menyatakan bahwa dengan adanya

pendokumentasian sangat menyita waktu perawat di ruang IGD. Hal

ini diperkuat dengan pernyataan perawat yang mengatakan bahwa

dengan adanya pendokumentasian dan dengan kesibukan perawat di

ruang IGD cukup menyita waktu perawat dikarenakan hanya dengan

kesibukan ke pasien sudah menyita waktu yang banyak ditambah

71
lagi dengan adanya pengisian pendokumentasian akan menambah

waktu yang tersita oleh perawat.

Tabel. 9
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait ketenagaan

Teori Temuan Kesenjangan

a. Metode h. Berdasarka i. Sebaiknya


dokumentasi n hasil sistem
menekankan wawancara pendokumenta
fokus pada dan sian
pasien idealnya observasi di dilaksanakan
anggota ruang IGD dalam bentuk
kesehatan didapatkan penginputan
berkontribusi bahwa komputer agar
terhadap satu catatn memudahkan
daftar masalah perkemban perawat, dan
pasien, adapun gan pasien dokumen
format masih mudah
dokumentasi dalam didapatkan
terintegrasi harus bentuk
mencakup paper
formulir sehingga
pengkajian dan rentan
sumber data, hilang,
perencanaan, tercecer,
catatan memerluka
perkembangan n tempat
dan perawatan penyimpana
berkelanjutan. n yang luas,
Metode dan
dokumentasi menyulitka
sebaiknya n pada saat
menggunakan pencarian.
system
penginputan
computer untuk
memudahkan
dalam
pelaksanaannya.
Sedangkan
Kekurangan
dokumen
terintegrasi
72
berbasis paper
yaitu sering
terjadinya
rebutan rekam
medis untuk
mendokumentasi
kan dapat
menimbulkan
kebingungan
Karena setiap
informasi yang
masuk dicatat
dalam daftar
masalah sehingga
mungkin terjadi
duplikasi pada
perencanaan
tindakan
(Lasmani,
Gofhur, 2013)

Permasalahan:

Pelaksanaan supervisi menggunakan sistem paper

Analisa:

Dari 14 responden, didapatkan hasil bahwa pelaksanaan pendokumentasian


diruangan sebaiknya menggunakan sistem penginputan komputer untuk
memudahkan perawat dalam pendokumentasian ke pasien.

73
8. Supervisi
a. Pemahaman tentang supervisi ruangan
Diagram 8.1
Pemahaman Tentang Supervisi ruangan

Pemahaman Tentang Supervisi

Ya
100.0%
Sumber : Data primer, 2019

Sumber : Data primer, 2019


Berdasarkan diagram diatas terkait pemahaman perawat tentang supervisi

didapatkan hasil bahwa sebanyak 14 perawat (100%) menyatakan bahwa

semua perawat mengerti terkait supervisi. Hal ini diperkuat dengan

pernyataan perawat yang mengatakan bahwa sebelumnya telah dilakukan

supervisi sebelum masuk di ruang IGD karena sebagian perawat di ruang

IGD ditransfer dari ruangan perawatan.

74
b. Pelaksanaan supervisi diruangan

Diagram 8.2
Supervisi ruangan

Pelaksanaan Supervisi Di Ruangan

Ya
21.4%

Tidak
78.6%

Sumber : Data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait pelaksanaan supervisi ruangan


didapatkan hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%) menyatakan telah
dilakukan supervisi ruangan dan sebanyak 3 perawat (21,4%) menyatakan
tidak pernah dilakukan supervisi di ruangan. Sedangkan berdasarkan
pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan bahwa supervisi telah
dilakukan di ruangan yang diperkuat dengan pernyataan perawat yang
mengatakan sebelumnya telah dilakukan supervisi terkait
pendokumentasian di ruangan, namun beberapa perawat juga mengatakan
bahwa belum dilakukan di ruangan dikarenakan untuk supervisi baru akan
direncanakan dalam bulan februari ini namun belum ada kejelasan
kedepannya, dan beberapa perawat di ruangan tergolong perawat baru di
ruangan.

75
c. Format baku supervisi
Diagram 8.3
Format baku supervisi

Format Baku Supervisi

Ya
21.4%

Tidak
78.6%

Sumber : data primer. 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait pelaksanaan supervisi ruangan


didapatkan hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%) menyatakan telah ada
format supervisi yang baku di ruangan dan sebanyak 3 perawat (21,4%)
menyatakan tidak ada format baku supervisi di ruangan. Berdasarkan
pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan bahwa telah ada format
baku supervisi, dimana format supervisi telah disiapkan oleh pihak direksi
RSPTN Unhas. Sedangkan yang mengatakan tidak ada format baku
merupakan perawat yang baru masuk dan yang mengatakan belum pernah
dilakukan supervisi di ruangan sehingga kurang mengetahui terkait hal
tersebut.

76
d. Format supervisi sesuai standar
Diagram 8.4
Format supervisi sesuai standar

Kesesuaian Format Supervisi Dengan


Standar
Ya
21.4%

Tidak
78.6%

Sumber : Data primer, 2019


Berdasarkan diagram diatas terkait kesesuaian format supervisi dengan
standar didapatkan hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%) menyatakan
format supervisi sudah sesuai dengan standar yang baku di ruangan dan
sebanyak 3 perawat (21,4%) menyatakan format supervisi tidak sesuai
dengan standar. Berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat yang
mengatakan bahwa telah format supervisi telah sesuai standar dikarenakan
menurutnya format tersebut telah direview oleh pihak direksi RSPTN
Unhas. Sedangkan yang mengatakan tidak ada format baku merupakan
perawat yang baru masuk dan yang mengatakan belum pernah dilakukan
supervisi di ruangan sehingga kurang mengetahui terkait hal tersebut.

77
e. Instrumen supervisi
Diagram 8.5
Instrumen supervisi

Ketersediaan Alat Saat Supervisi


Ya
21.4%

Tidak
78.6%

Sumber : data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait ketersediaan alat saat supervisi


didapatkan hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%) menyatakan bahwa
alat tersedia dan sebanyak 3 perawat (21,4%) menyatakan tidak tersedia alat
saat supervisi. Berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat yang
mengatakan bahwa alat saat supervisi telah tersedia. Sedangkan yang
mengatakan tidak ada format baku merupakan perawat yang baru masuk
dan yang mengatakan belum pernah dilakukan supervisi di ruangan
sehingga kurang mengetahui terkait hal tersebut.

f. Hasil supervisi
Diagram 8.6
Hasil supervisi

Penyampaian Hasil Supervisi


Ya
21.4%

Tidak
78.6%

Sumber : Data primer, 2019


78
Berdasarkan diagram diatas terkait penyampaian hasil supervisi
didapatkan hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%) menyatakan
bahwa ada penyampaian hasil supervisi dan sebanyak 3 perawat
(21,4%) menyatakan tidak ada penyampaian hasil supervisi.
Berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan saat
selesai supervisi disampaikan hasil supervisi. Sedangkan yang
mengatakan tidak ada penyampaian hasil supervisi merupakan perawat
yang baru masuk dan yang mengatakan belum pernah dilakukan
supervisi di ruangan sehingga kurang mengetahui terkait hal tersebut.

d. Feedback supervisi
Diagram 8.7
Feedback supervisi

Feedback Supervisior
Ya
21.4%

Tidak
78.6%

Sumber : Data primer, 2019

Berdasarkan diagram diatas terkait feedback supervisi didapatkan


hasil bahwa sebanyak 11 perawat (78,6%) menyatakan bahwa ada feedback
supervisi dan sebanyak 3 perawat (21,4%) menyatakan tidak ada feedback
supervisi. Berdasarkan pernyataan perawat, beberapa perawat mengatakan
ada feedback supervisi disampaikan hasil supervisi sehingga perawat
mengetahui apa yang perlu ditingkatkan untuk pengembangan dirinya.
Sedangkan yang mengatakan tidak ada feedback merupakan perawat yang
baru masuk dan yang mengatakan belum pernah dilakukan supervisi di
ruangan sehingga kurang mengetahui terkait hal tersebut.

79
Tabel. 10
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait ketenagaan

Teori Temuan Kesenjangan

b. Supervisi g. Berdasarkan j. Pelaksanaan


merupakan hasil supervisi
suatu bentuk wawancara di keperawatan
dari kegiatan ruang IGD yang jarang
manajemen beberapa dilaksanakan
keperawatan perawat di ruangan
yang bertujuan mengatakan k. Perawat
pada bahwa diruangan
pemenuhan dan supervisi baru beberapa
peningkatan dilaksanakan 1 belum
pelayanan pada kali, dan mendapatkan
klien yang beberapa pula supervisi
berfokus pada mengatakan keperawatan
kebutuhan, belum pernah dikarenakan
keterampilan, diadakan beberapa
dan supervisi perawat
kemampuan keperawatan merupakan
perawat dalam sejak bekerja perawat
melaksanakan di ruangan pindahan dari
tugas. Supervisi tersebut. ruangan lain
yang berhasil dan perawat
guna dan baru
berdaya guna
tidak dapat
terjadi begitu
saja, tetapi
memerlukan
praktik dan
evaluasi
penampilan
agar dapat
dijalankan
dengan tepat.
Kegagalan
supervisi dapat
menimbulkan
kesenjangan
dalam
pelayanan
keperawatan
(Nursalam,
80
2015).
Frekuensi dari
sesi supervisi
sesuai dengan
kebutuhan
spesifik dari
kelompok.
Kelompok
supervisi harus
diadakan
setidaknya
sekali dalam
sebulan, dalam
kasus
pelayanan
berdasarkan
frekuensi harus
ditingkatkan
shift kerja
(Lynch et al,
2008)

Permasalahan:
a. Pelaksanaan supervisi keperawatan yang jarang dilaksanakan di ruangan
b. Perawat diruangan beberapa belum mendapatkan supervisi keperawatan
dikarenakan beberapa perawat merupakan perawat pindahan dari ruangan
lain dan perawat baru

Analisa:

Dari 14 responden, didapatkan hasil bahwa pelaksanaan supervisi keperawatan


di ruang Instalasi gawat darurat (IGD) masih belum sesuai dengan teori yang
ada. Berdasarkan teori pelaksanaan supervisi jarang dilaksanakan dan beberapa
perawat belum mendapatkan supervisi keperawatan.

81
9. Fungsi Manajemen
a. Perencanaan
Diagram 9.1, 9.2, 9.3
Perencanaan

Penyusunan Rencana
Harian Pemahaman Visi
Misi
Tidak
14, 3 %

Ya Ya
85.7 100%
%

pemahaman update kebijakan


rumah sakit
Ya
21.4%

Tidak
78.6%

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada fungsi manajemen di


perencanaan. Dari 14 responden, 12 perawat ( 85.7%) menyusun rencana
harian, 2 responden (14.3 %) yang menyusun rencana harian dan untuk
penyusunan rencana bulanan dan tahunan dibuat oleh kepala ruangan dan
diskusikan kembali dengan perawat lainnya di ruangan IGD. Sedangkan
seluruh responden (100%) mengatakan mengetahui visi, misi dan falsafah
rumah sakit serta 3 orang perawat (21.4%) tidak mengetahui kebijakan yang
terupdate di rumah sakit dan 11 orang perawat (78.6%) yang menegtahui
tentang kebijakan rumah sakit yang terupdate.

82
Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan beberapa orang perawat
yang mengatakan bahwa untuk rencana harian semua perawat menyusun
rencana harian dan untuk penyusunan rencana bulanan dibuat oleh kepala
ruangan dan ketua tim, sedangkan untuk penyusunan rencana tahunan
dibuat oleh kepala ruangan. Walaupun penyusunan rencana bulanan dan
tahunan hanya dibuat oleh kepala ruangan dan ketua tim. Tetapi bentuk
koordinasi dengan perawat lainnya, karu tetap melakukan diskusi dengan
semua perawat.
b. Pengorganisasian
Diagram 9.4, 9.5, 9.6
Pengorganisasian

Pembuatan daftar dinas Pembuatan daftar


bulanan dinas tahunan

Tidak
21.4%

Ya
100% 78.6%

Ketersediaan daftar nama pemahaman tentang


pasien struktur organisasi

Tidak
Ya 21.4%
28.6%
Tidak
71.4% Ya
78.6%

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada fungsi manajemen di


pengorganisasian. Dari 14 responden, 11 orang perawat ( 78.6%) didapatkan
bahwa responden mengatakan memahami struktur organisasi yang diterapkan
83
diruangan dan 3 orang perawat mengatakan tidak memahami struktur organisasi
di ruangan. 14 Responden ( 100 %) mengatakan daftar dinas dibuat secara
bulanan dan 11 orang perawat (78.6%) mengatakan daftar dinas dibuat secara
tahunan. Sedangkan untuk daftar nama pasien, 10 responden ( 71.4%)
mengatakan di ruangan IGD tidak memiliki daftar nama pasien. Berdasarkan
hasil wawancara, beberapa partisipan mengatakan bahwa daftar nama untuk
pasien belum tersedia di ruangan IGD dengan alasan bahwa pasien hanya butuh
di observasi dan beberapa pasien juga tidak membutuhkan waktu yang lama
untuk intervensi keperawatan
c. Pengarahan
Diagram 9.7, 9.8
Pengarahan

Keefektifan komunikasi di Doa bersama setiap


ruangan

100%
100%

Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada fungsi manajemen


pengarahan. Dari 14 perawat (100%) mengatakan perawat membaca doa
bersama sebelum melakukan dinas. Bukan hanya doa bersama, 14 orang
perawat (100%) mengatakan komunikasi yang berjalan sudah efektif.
Adapun beberapa fungsi manajemen yang hanya dilakukan oleh
kepala ruangan dan kami lakukan pengambilan data secara wawancara.
Partisipan mengungkapkan bahwa untuk pemberian motivasi kepada semua
perawat itu pasti diberikan baik ketika ada perawat yang merasa lelah
dengan beban kerja di IGD ataupun tidak sama sekali. Selain pemberian
motivasi, terkadang pemberian reinforcement juga diberikan kepada

84
perawat seperti pendelegasian bagi perawat yang memiliki kinerja yang
baik. Pendelegasian dilakukan tidak secara berkala, hanya dilakukan jika
ada permintaan untuk diikutsertakan dalam pelatihan/ pendidikan.
Dalam hal manajemen konflik dalam ruangan itu terjadi secara
natural, hal itu dkatakan partisipan sebagai hal yang wajar dalam kolaborasi
untuk pemberian intervensi ke pasien. Partisipan juga mengungkapkan
bahwa jarang memanggil staf secara periodic, kecuali ada beberapa masalah
yang terjadi di dalam ruangan. Dan partisipan juga mengatakan melakukan
pengecekan terhadap kedisiplinan perawat dengan melihat kinerja perawat
secara langsung dan meminta pendapat dari sesama perawat lainnya di
ruang IGD.
Partisipan juga mengatakan bahwa untuk pre-post conference
selama ini belum dilakukan di IGD karena saat timbang terima semua hal
telah dioperkan. Selain itu untuk supervise terakhir dilaksankan beberapa
bulan yang lalu. Beberapa orang perawat mengatakan pernah mendapatkan
supervisi dari kepala ruangan dan ada juga beberapa perawat yang baru
dipindahkan ke IGD belum mendapatkan supervise. Setelah dikonfirmasi
ke kepala ruagan (karu) mengatakan pernah melakukan supervise
pendokumentasian. Supervisi ini senfiri telah dikoordinasikan dengan
bagian direksi rumah sakit dan telah memiliki format baku untuk supervisi
itu sendiri. Setelah supervisi diadaka, karu akan memberikan feedback ke
perawat sebagai bentuk pembelajaran untuk perbaikan selajutnya kepada
perawat.
d. Pengendalian
Berdasarkan hasil wawancara dnegan salah satu perawat di ruang
IGD untuk fungsi manajemen bagian pengendalian, partisipan mengatakan
bahwa IGD mempunyai perbedaan untuk perhitungan BOR, ALOS dan TOI
seperti ruang perawatan lainnya. Di IGD sendiri hanya dilakukan
perhitungan seperti jumlah kejadian pasien meninggal dunia, kunjungan
pasien dengan masalah interna, pasien bedah. Tapi selama ini untuk

85
perhitungan tersebut biasanya dilakukan bagian komite/ manajemen
keperawatan.
Partisipan juga mengungkapkan bahwa untuk penilaian terhadap
kejadian tidak diharapkan/ kejadian nyaris cedera biasanya dilaporkan oleh
perawat di ruangan IGD sendiri kepada kepala ruangan atau kejadian yang
didapati oleh karu sehingga bisa di masukkan kedalam SIM KTD/ KNC.
Selain itu untuk survey kepuasan pasien dilakukan oleh bagian customer
care dan untuk survey kinerja perawat dilakukan oleh bagian SDM setiap
satubulan sekali/ enam bulan sekali.
C. Identifikasi Masalah
Hasil pendataan dilakukan identifikasi guna penyelesaian masalah melalui
alternatif pemecahan masalah sesuai dengan permasalahan, sebagai berikut:
Tabel. 11
Identifikasi Masalah

No Masalah Alternatif pemecahan masalah


1 Sarana dan prasarana: Melakukan konsultasi dengan pihak yang berwenang sesuai
1. Banyak alat yang sudah rusak dengan masalah yang ada
2. Tidak ada pemisahan antara pasien
emergency dan non emergency
3. Penanda untuk lokasi IGD belum
optimal (masih kurang)
2 Timbang terima:
1. Timbang terima seharusnya dipimpan Melakukan evaluasi proses timbang terima secara optimal
oleh ketua tim atau perawat primer
namun yang terjadi di ruangan,
terkadang timbang terima dipimpin
oleh perawat associate
2. Di akhir shift seharusnya dilakukan
evaluasi kasus oleh kepala ruangan
namun di ruangan jarang dihadiri oleh
kepala ruangan
3 Sentralisasi obat Memberikan saran untuk menyediakan tempat pengolahan
1. Tidak terdapat ruang khusus untuk obat (sentralisasi) untuk meminimalkan kejadian kesalahan
pengolahan obat (sentralisasi obat) dalam pemberian obat
86
4 Penerimaan pasien baru: Pengadaan leaflet penerimaan Pasien Baru (PPB)
Kebanyakan perawat tidak memberikan
leaflet pada saat melakukan penerimaan
pasien baru (PPB).
6 Dokumentasi: a. Telaah dokumentasi yang sudah dilakukan
Keterlambatan pendokumentasian b. Telaah lembar dokumentasi terintegrasi
c. Perbandingan macam-macam pendokumentasian
d. Telaah tata cara pengisian pendokumentasian
keperawatan
Telaah pengorganisasian pembagian perawat terhadap
jumlah pasien

D. Analisis SWOT
Hasil pendataan kemudian dilakukan analisa, sebagai berikut :
Tabel. 12
Analisa SWOT

NO. Indikator Analisis SWOT RATING BOBOT TOTAL

1. Ketenagaan Strength
(M1) 1. Terdapatnya struktur 3 0,4 1,2
organisasi yang
berjalan sesuai
fungsinya
3 0,3 0,9
2. Jenis ketenagaan:
a. Tenaga
Keperawatan :
24 orang
b. Ners
: 19 orang
c. S1 perawat
: 1 orang
d. DIII Perawat
Umum : 4 orang
3. Adanya pelatihan 4 0,3 1,2
perawat. Total:3,1

Weakness
1. Kurangnya kebijakan 3 0,3 0,9
RS dalam
memberikan
87
beasiswa atau
pelatihan pendidikan
keperawatan 2 0,4 0,8
2. Ketidaksesuain
jumlah perawat
dengan jumlah pasien Total: 1,7
S-W: 1,4
Opportunity
1. Adanya kesempatan
melanjutkan 2 0.2 0.4
pendidikan ke
jenjang yang lebih
tinggi
2. Adanya program
3 0.3 0.9
akreditasi RS dari
pemerintah di mana
MPKP merupakan
salah satu penilaian.
3. Adanya kerjasama 3 0.3 0.9
yang baik antar
mahasiswa fakultas
keperawatan dengan
perawat klinik
4. Adanya kebijakan
pemererintah tentang 2 0.2 0.4
profesionalisasi
perawat
Total:2,6
Threatened
1. Adanya tuntutan 2 0,2 0,4
tinggi dari
masyarakat untuk
pelayanan yang lebih
professional
2. Makin tingginya 3 0,2 0,6
kesadaran
masyarakat akan
hukum
3. Makin tingginya
kesadaran
masyarakat akan 2 0,3 0,6
pentingnya kesehatan
4. Persaingan RS yang
semakin kuat.
1 0,3 0,3

88
Total:1,9
O-T: 0,7

2. Sarana dan Internal factor


prasarana Strength
1. RSPTN sebagai rumah 4 0,2 0,8
sakit pendidikan dan
rujukan
2. Tersedianya nurse
3 0,2 0,6
station
3. Pemeliharaan dan
perawatan dari sarana 4 0,3 1,2
dan prasarana
penunjang kesehatan
sudah ada
4. Tersedianya buku 4 0,3 1,2
timbang terima

Weakness Total: 3,8


1. Sarana prasarana
(fasilitas dan peralatan 4 0,5 2
kesehatan ) masih
kurang Total: 4
S-W: -0,2

Opportunity
1. Adanya proses 4 0,6 2,4
perbaikan sarana
prasarana yang rusak
dari bagian pengadaan
barang
2. Adanya catatan 3 0,4 1,2
timbang terima yang Total:3,6
dimodifiksi perawat

Treathened

1. Ada tuntutan tinggi dari 2 0,5 1


masyarakat untuk
melengkapi sarana dan
prasarana.
2. Adanya kemungkinan
hilangnya catatan 3 0,5 1,5
(kertas) yang
89
digunakan oleh perawat
mencatat keadaan Total: 2,5
pasien.
O-T: 1,1

3 Metode Inernal factor


Pelaksanaan Strength
Keperawatan 1. RS memiliki visi, 4 0,15 0,6
Professional misi, dan motto
(M3-1) sebagai acuan
melaksanakan
kegiatan
pelayanan
2. Ruangan telah 3 0,10 0,30
menerapkan model
MPKP Tim
3. Terjadi
peningkatan 3 0,15 0,45
kepercayaan
pasien terhadap
ruangan dengan
model

90
keperawatan yang
diterapkan
4. Model 4 0,15 0,6
keperawatan saat
ini tidak
memberatkan
pembiayaan
5. Terlaksananya 4 0,15 0,6
komunikasi yang
adekuat antara
perawat dan tim
kesehatana
lainnya.
6. Perawat 4 0,15 0,6
memahami
mengenai model
yang diterapkan
diruangan
7. Telah ada 4 0,15 0,6
tanggung jawab
dan pembagian
tugas berdasarkan
model
keperawatan Total:
3,75

Weakness

1. Pelaksanaan 1 1 1
model MPKP
sudah
dilaksanakan
dengan maksimal
dan masih
memerlukan Total: 1
sosialisasi kepada S-W: 2,75
semua tim masih
kurang

Eksternal Faktor
Opportunity
1. Adanya mahasiswa
S1 keperawatan 4 0,33 1,32
yang melakukan
91
praktik manajemen
keperawatan
2. Ada kebijakan
pemerintah tentang
4 0,34 1,36
profesionalisme
perawat
3. Adanya kebijakan
RS tentang
pelaksanaan MPKP 4 0,33 1,32

Treathened
Total:4
1. Persaingan dengan
rumah sakit swasta
yang semakin
ketat 1 0,33 1,32
2. Adanya tuntutan
masyarakat yang
semakin tinggi
terhadap 1 0,34 1,36
peningkatan
pelayanan
keperawatan yang
lebih professional.
3. Bebasnya pers
yang dapat
langsung
menyebarkan 1 0,33 1,32
informasi dengan Total: 4
cepat O-T: 0

4 Timbang Internal factor


terima (M3- Strength
2) 1. timbang terima
dipimpin oleh
3 0,3 0,9
kepala ruangan
atau ketua tim dan
dihadiri oleh
perawat yang
berkepentingan
(perawat
associate).
2. timbang terima
dilaksanakan
setiap kali
92
pergantian shift 4 0,4 1,6
dengan tepat
waktu
3. kepala ruangan
melakukan 3 0,3 0,9
evaluasi kegiatan
timbang terima
Total: 3,4
Weakness

1. tidak adanya buku


laporan pencatatan
hasil kegiatan 4 0,5 2
timbang terima
2. kedua PP tidak
menandatangai
laporan hasil 4 0,5 2
pelaksanaan
kegiatan timbang
terima
Total: 4

S-W: -0,6

Eksternal factor

Opportunity

1. adanya mahasiswa
Profesi Ners yang
sedang mengikuti 2 0,5 1
praktek
manajemen
keperawatan
3 0,5 1,5
2. adanya kebijakan
rumah sakit Total: 2,5
tentang timbang
terima

Threat

adanya tuntutan yang


lebih tinggi dari
masyarakat untuk
mendapatkan
93
pelayanan 3 1 3
keperawatan yang
professional
Total:3

O-T: -0,5

6 Sentralisasi Sentralisasi Obat


obat Internal factor
Strength
(M3-4)
1. Semua perawat
mengemukakan 3 0,3 0,9
jawaban mengerti
tentang sentralisasi
2. Alur penerimaan obat
di ruangan sudah tepat 4 0,3 1,2

Total: 2,1
Weekness
1. Pelaksanaan
sentralisasi obat belum 4 0,3 1,2
optimal (sarana dan
prasarana belum
memadai dan ruangan
yang sentralisasi yang
sempit)
2. Obat yang tersedia 4 0,1 0,4
jumlahnya masih
terbatas, yang
terkadang membuat
pasien/keluarga pasien
harus mencari sendiri
di tempat lain.
3. Tidak ada format 3 0,4 1,2
persetujuan
sentralisasi obat untuk Total: 2, 8
pasien
S-W: -0,7

Eksternal factor
Opportunity
1. Keamanan obat
terjamin dan

94
pemberian obat 4 0,4 1,6
kepada pasien sudah
sesuai dengan prinsip
7B

Treathened Total:1,6
1. Banyaknya tuntutan
dari pasien / keluarga
pasien untuk 4 1 4
mendapatkan
pelayanan yang
professional
2. Persaingan antara
rumah sakit untuk
memberikan
pelayanan yang lebih
3. baik. 3 0,5 1,5

Total:5,5

O-T: 3, 9

7. Penerimaan Internal factor


pasien baru Strength
1. Perawat bersedia
(M3-5) melakukan PPB
3 0,3 0,9
2. Setiap melakukan
PPB perawat 4 0,5 2
melakukan
pendokumentasian
3. Sudah ada
pembagian tugas 3 0,2 0,6
tentang PPB
Total :3,5

Weakness
1. Perawat dalam
melakukan PPB 4 1 4
masih kurang
dalam penjelasan
tentang
pengenalan tenaga
95
kesehatan,
peraturan Rumah
Sakit,penyakit,
termasuk
sentralisasi obat.
Total : 4
Eksternal factor S-W: -0,5
Opportunity
1. Adanya program
pelatihan melalui
FGD tentang tata 3 1 3
cara penerimaan
pasien baru.

Treathened Total : 3
1. Adanya tuntutan
yang lebih tinggi
dari masyarakat
untuk
mendapatkan 3 0,5 1,5
pelayanan yang
professional.
2. Persaingan anatara
rumah sakit
semakin kuat
dalam pemberian 3 0,5 1,5
pelayanan.
Total: 3

O-T: 0

96
9. Dokumentasi Internal factor
keperawatan
Strength
(M3-7) 1. Tersedianya sarana
dan prasarana
dokumentasi
(sarana 2 0,1 0,2
administrasi
penunjang).
2. Sistem
pendokumentasian
keperawatan 4 0,1 0,4
terintegrasi.
3. Kesadaran perawat
tentang tanggung
jawab dan
tanggung gugat.
4. Format 3 0,3 0,9
pendokumentasian
yang digunakan
memudahkan
pengkajian 3 0,2 0,6
5. Perawat melakukan
pendokumentasian
tepat waktu 3 0,3 0,9
Weakness
1. Perawat belum
memahami model Total:3
pendokumentasian
keperawatan
4 1 4

S-W: -1

Ekternal Faktor

Opportunity
1. Peluang perawat
untuk
meningkatkan 1 4
pendidikan
4
(pengembangan
SDM)

97
2. Adanya mahasiswa
profesi
keperawatan yang
praktek manajemen
untuk 4 1 4
mengembangkan
sistem dokumentasi

Treathened
Total:8
Tuntutan pasien dan
keluarga untuk
mendapatkan perawatan
yang professional 3 1 3

Total:3

O-T: 1

98
10 Supervisi Supervisi
(M3-8)
Internal factor
Strength
1. Kepala ruangan
mendukung untuk
4 0,75 3
pelaksaan
supervisi yang
rutin dan terjadwal
2. Perawat mengerti 3 0.25 0,75
memahami
supervisi

Total:3,75
Weakness

1. Supervisi belum
terstruktur dan 4 0,5 2
belum terjadwal
secara terstruktur
2. Belum ada
dokumentasi 3 0,25 0,75
supervisi yang
jelas
3. Tingginya beban 3 0,25 0.75
kerja perawat
menyebabkan
kegiatan supervise
sulit dijadwalkan

Total:3.5

Eksternal Faktor S-W: 0,25

Opportunity
1. Adanya
mahasiswa S1 3 0,15 0,45
keperawatan yang
praktek
manajemen untuk
mengembangkan
system
dokumentasi
2. Adanya reward
dalam bentuk
pelatihan, sekolah,

99
maupun jasa bagi 4 0,35 1,5
yang
melaksanakan
pekerjaan dengan
baik
3. Adanya teguran
dari kepala
ruangan bagi
perawat yang tidak
melaksanakan 3 0,2 0,6
pekerjaan dengan
baik
4. Hasil supervise
dapat dilakukan
sebagai pedoman
untuk daftar
penilaian prestasi
pegawai 4 0,3 1,2

Treathened
Total:3,75
1. Tingkat kesadaran
(pasien dan
keluarga) akan
tanggung jawab
dan tanggung
3 0,3 0,9
gugat
2. Tuntutan pasien
untuk
mendapatkan 4 0,5 2
pelayanan yang
prima dan
profesional
3. Persaingan rumah
sakit dalam
memberikan 3 0,2 0,6
pelayanan
keperawatan Total:3,5

O-T: 0,25

100
E. Perencanaan (Planning of Action)
Tabel. 13
Planning of Action (POA)

NO MASALAH TUJUAN RENCANA TINDAKAN SASARAN WAKTU P. JAWAB

1 Sarana dan prasarana: Untuk memperbaiki Konsultasi dengan pihak yang Kepala bidang Senin, 11 Ilham Adi Pitra
4. Banyak alat yang sudah rusak sarana dan prasarana berwenang sesuai dengan sarana dan Februari 2019
Ruminggi
5. Tidak ada pemisahan antara IGD RSPTN UNHAS masalah yang ada prasarana RSPTN
pasien emergency dan non UNHAS
emergency
6. Penanda untuk lokasi IGD
belum optimal (masih kurang)
2 Timbang terima: Untuk memperbaiki Evaluasi proses timbang Kepala ruangan dan Selasa, 12 Wiwik Sulastri
1. Timbang terima seharusnya pelayanan dalam hal terima secara optimal perawat Februari 2019
Fadhilatul Mar’ah
dipimpan oleh ketua tim atau sistem timbang terima
perawat primer namun yang
terjadi di ruangan, terkadang
timbang terima dipimpin oleh
perawat associate

101
2. Di akhir shift seharusnya
dilakukan evaluasi kasus oleh
kepala ruangan namun di
ruangan jarang dihadiri oleh
kepala ruangan

3 Sentralisasi obat Untuk mengoptimalkan Memberikan saran untuk Kepala ruangan, Rabu, 13 Rachmatin Ni’mat
1. Tidak terdapat ruang khusus pengolahan obat menyediakan tempat perawat primer, dan Februari 2019
Novita Nipa
untuk pengolahan obat (sentralisasi dengan benar dan tepat pengolahan obat (sentralisasi) perawat pelaksana
obat) untuk meminimalkan kejadian
kesalahan dalam pemberian
obat

4 Penerimaan pasien baru: Untuk mendiskusikan Pengadaan leaflet penerimaan Ketua tim, Perawat Kamis, 14 Ade Syamsuriadi Azis
Kebanyakan perawat tidak alur penerimaan pasien Pasien Baru (PPB) Pelaksana Februari 2019
Kasma Yuliani
memberikan leaflet pada saat baru dan struktural
melakukan penerimaan pasien baru edukasi yang akan
(PPB). disampaikan kepada
pasien dan keluarga

102
5 Dokumentasi: Mampu melaksanakan e. Telaah dokumentasi yang Ketua tim dan Jumat, 15 Swastika Fadia
Keterlambatan pendokumentasian dokumentasi sudah dilakukan perawat pelaksana Februari 2019 Amalina
keperawatan sesuai f. Telaah lembar dokumentasi
Novita Nipa
format yang baik dan terintegrasi
pada waktu yang tepat g. Perbandingan macam-
macam pendokumentasian
h. Telaah tata cara pengisian
pendokumentasian
keperawatan
i. Telaah pengorganisasian
pembagian perawat
terhadap jumlah pasien

103

Anda mungkin juga menyukai