OLEH
KELOMPOK 1
Ade Syamsuryadi Azis R014172029
Kasma Yuliani R0141720
Swastika Fadia Amalina R0141720
Rachmatin Ni’mat R0141720
Novita Nipa R0141720
Ruminggi R0141720
Ilham Adi Pitra R0141720
Fadhilatul Mar’ah R0141720
Wiwik Sulastri R0141720
A. Latar Belakang
Saat ini Indonesia banyak menghadapi perubahan dan tantangan
dalam persaingan dunia era globalisasi. Persaingan terjadi di berbagai
bidang,termasuk bidang layanan kesehatan. Berlakunya Asean Economic
Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015
menimbulkan kompetisi yang makin terbuka dan dapat menjadi tantangan
pengelola layanan kesehatan di Indonesia (Priyadi, 2015). Layanan
kesehatan yang terus menerus mengalami perubahan secara
berkesinambungan dan menyeluruh adalah rumah sakit. Sebagai salah satu
unit tempat pelayanan kesehatan, rumah sakit bertanggungjawab dalam
memberikan pelayanan sesuai standar agar menjadi rumah sakit yang
bermutu.
Kualitas pelayanan rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan
produk teknologi jasa kesehatan tentunya bergantung pada kualitas
pelayanan medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien
(Nursalam, 2015). Salah satu profesi yang memegang peranan penting
dalam mutu pelayanan di rumah sakit adalah keperawatan. Hal ini
dikarenakan perawat merupakan tenaga kesehatan yang memiliki interaksi
paling lama terhadap pasien dan keberadaan perawat yang bertugas selama
24 jam melayani pasien (Hartati, Noor, & Maidin, 2013). Oleh Karena itu,
Swansburg & Russel C. (dikutip dalam Hartati dkk, 2013) menyatakan
bahwa dalam menunjang pelayanan rumah sakit harus memiliki perawat
yang berkinerja baik sehingga tercapai kepuasan pasien.
Berbicara mengenai pencapaian kinerja perawat, tentu tidak lepas
dari proses, peran dan fungsi dari manajemen itu sendiri (Nursalam, 2015).
Penerapan manajemen keperawatan dapat dilakukan di berbagai ruang
perawatan termasuk Instalasi Gawat Darurat.
2
Berdasarkan hal di atas Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar melakukan suatu program
praktik dengan lingkup manajemen keperawatan di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pada akhir profesi mahasiswa mampu mengidentifikasi dan
mengenal masalah-masalah kepemimpinan/manajemen keperawatan
dan mutu pelayanan keperawatan ditingkat ruang rawat, menerapkan
proses menajemen keperawatan serta menjadi role model dalam
pemberian pelayanan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya adalah :
Melakukan menyelesaikan praktek profesi manajemen, mahasiswa
mampu :
C. Manfaat Praktek
1. Bagi Rumah Sakit
Melalui praktek ini, mahasiswa dapat membantu Rumah Sakit untuk
mengidentifikasi masalah, memecahkan masalah yang bersifat teknis
operasional dari satu aspek manajemen pelayanan keperawatan tertentu,
yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara umum
yang akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2. Bagi Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan
UNHAS
Peningkatan kualitas proses pembelajaran yang melibatkan mahasiswa
secara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen Rumah Sakit.
3. Bagi Mahasiswa Praktik
Memperoleh pengalaman dan pengetahuan nyata dalam
mengintegrasikan ilmu-ilmu administrasi/manajemen keperwatan
langsung pada tatanan nyata Rumah Sakit, sehingga timbul rasa percaya
diri.
D. Ruang Lingkup Kegiatan
1. Pelaksanaan kegiatan praktek manajemen keperawatan.
2. Pengelolaan dan evaluasi proses manajemen dan mutu pelayanan
keperawatan, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
penawasan/pengontrolan.
3. Pengelolaan dan evaluasi mutu asuhan keperawatan.
4
E. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar
2. Waktu
Pelaksanaan praktik berlangsung selama 3 minggu dari tanggal 4 – 23
Februari 2019
F. Tahap Pelaksanaan
1. Tahap orientasi
a. Orientasi ruangan perawatan oleh Kepala Ruangan Instalasi Gawat
Darurat.
b. Diskusi dengan kepala ruangan dan staf.
c. Mengumpulkan data terhadap input, proses dan output dari aspek
manajemen keperawatan yang akan dikaji.
2. Tahap identifikasi permasalahan
a. Mengidentifikasi permasalahan yang didapatkan dari pengkajian.
b. Identifikasi masalah dilakukan dengan pembuatan dan penyebaran
kuesioner, perumusan masalah dan persentasi hasil quesioner.
3. Tahap pemecahan masalah dan implementasi
a. Melakukan analisa data
b. Penentuan prioritas masalah aspek kajian manajemen dari input
proses dan output yang telah disepakati bersama staff di ruangan,
yang dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan seleksi alternatif
pemecahan masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
mencakup apa, siapa, berapa lama, tujuan yang akan dicapai.
c. Pembuatan rencana kegiatan (plan of action) dengan
mempertimbangkan biaya, waktu, dan sarana dan kebijakan yang
tersedia di Rumah Sakit.
d. Persentasi dan sosialisasi kegiatan.
e. Tahap evaluasi.
4. Tahap pembuatan laporan dan persentasi hasil
a. Persentasi hasil awal dan akhir praktik
5
b. Penyerahan laporan pelaksanaan praktik pada Rumah Sakit dan
pembimbing PSIK-Unhas.
6
BAB II
TINJAUAN UMUM
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN
mempergunakan Rumah Sakit Umum Labuang Baji, Rumah Sakit Stella Maris,
sakit tersebut diatas, ditambah dengan Rumah Sakit Umum Islam Faisal
menjadi tempat praktek Mahasiswa yang akan menjadi dokter. Adapun Kelas
8
environmental friendly, energy saving serta mengembangkan teknologi
kesehatan yang dilayani di rumah sakit ini antara lain dekteksi dini penyakit
pusat-pusat layanan yang tidak dikembangkan oleh rumah sakit yang ada di
Sulawesi Selatan.
RSWS dalam hal penggunaan layanan yang belum dimiliki oleh RSUH seperti
kebutuhan masyarakat.
9
berdampingan dengan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo milik
Darah Provinsi, Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, Rumah Sakit Gigi
Posisi gedung yang strategis dan tepat berada di jalur utama kota
Hasanuddin.
Sakit, Trauma Center, One Day Care, Home Care, dan Polikliknik Spesialis
(Oncologi)
10
c. Visi, Misi, dan Motto RS
1. Visi RS
2. Misi RS
internasional.
3. Motto RS
“Tulus Melayani”
d. Organisasi RS
dibawah asuhan Prof. Dr. Dwi Aries Tina Pulubuhu,MA, sebagai Rektor
UNHAS.
11
Dr. dr. Andi Fachruddin Benyamin, Sp.PD, KHOM, sebagai Direktur
c. Instalasi UGD
d. Instalasi OK
g. Rekam Medik
yaitu
12
1) Medik
2) Keperawatan
3) Kesehatan Masyarakat
4) Farmasi
5) Non Medik
a. Instalasi Farmasi
b. Instalasi Laboratorium
c. Instalasi Radiologi
d. Instalasi Gizi
f. Instalasi IPSRS
g. Instalasi Ambulance
bidang yaitu:
lain :
1) Tata Usaha
2) SDM
13
4) Logistik
1) Akuntansi, Verifikasi
2) Keuangan Bendahara
3) Punchassing.
terdiri dari enam gedung yaitu dari gedung A sampai Gedung F. Ada sepuluh
1. Trauma Center
4. Diagnostic Center
7. Research Center
14
Sedangkan untuk Pelayanan Rawat Inap saat ini baru melayani sekitar
empat layanan unggulan yaitu meliputi kasus Bedah, kasus Anak, kasus
Interna, dan Kasus Neurologi, dari lima belas item pelayanan unggulan yang
direncanakan. Lima belas item tersebut antara lain tujuh sarana Instalasi poli
yaitu Instalasi Poli Obgyn, Instalasi Poli Anak, Instalasi Poli Saraf, Instalasi
Poli Fisotherapi, Instalasi Poli Interna, Instalasi Poli Bedah, Instalasi Poli
Bedah 2, Instalasi Poli THT, Instalasi Poli Mata; Sepuluh Instalasi Penunjang
Radiologi; Terdapat juga satu Ruangan ntuk gudang ALKES; Serta Ruang
Perawatan Super VIP, VIP di Lantai tiga dan Ruang Perawatan Kelas I, II serta
Ruang pelayanan IGD RS Unhas berada di gedung B-C yang terdiri atas
ruang observasi 8 tempat tidur, ruang tindakan 6 tempat tidur, ruang rindakan
non bedah 6 tempat tidur dan ruang resusitas 3 tempat tidur. Adapun bentuk
Pertolongan gawat darurat medic dan bedah serta resusitasi dalam 24 jam,
meliputi :
1. Penyakit dalam
2. Penyakit jantung
3. Penyakit paru
4. Penyakit kulit dan kelamin
5. Bedah umum, orthopedic, bedah palstik, beda saraf, dan urologi
6. Kebidanan dan kandungan
7. Penyakit mata
8. Penyakit THT (telinga Hdung dan tenggorokan)
9. Anestesi
15
10. Kesehatan anak
Selain itu IGD RS Unhas Terdapat pula Ruang Transisi, Kamar Operasi
Emergency dengan pelayanan 24 jam, Apotik Depo Farmasi 24 jam, yang
melayani pasien umum, Asuransi kesehatan dan Pelayanan Ambulance.
Ruang Pelayanan IGD RS Unhas yang berada di lantai 1 Gedung B-C terdiri
dari 2 sayap, dimana sayap kiri terdiri dari Bed 1-6 dan di sayap kanan terdiri
dari Bed 7-12, namun pada keadaan tertentu dalam dalam satu tempat dapat
terdiri dari 2 bed misalnya 1A dan 1B. diantara sayap kanan dan kiri terdapat
ners station. Dibelakang sayap kanan antara bed 1-6 terdapat apotek 24 jam
ruang perawat, dan kamar Coas. Kamar mandi khusus petugas berjumlah 2
yaitu toilet laki-laki dan toilet perempuan, dan 1 toilet khusus pasien. terdapat
pula ruang spoel hock (tempat pembuangan urine dan pencucian pispot) dan
juga terdapat musholla dilengkapi dengan tempat wudhu.
Dalam sistem pelayanan IGD RS Unhas juga memiliki struktur organisasi,
adapun struktur organisasi IGD RS Unhas adalah :
Struktur Organisasi Instalasi Gawat Darurat RS Unhas
Sedangkan sarana fasilitas yang dimiliki IGD RS Unhas cukup lengkap, terlihat
16
Tabel. 1
Alkes Ruang Perawatan Kelas 2&3 (Katinting)
1 Ners station 1
2 Nebulizer Tersedia
3 Triage 1
4 Ruang Resusitasi Neonatus 1
5 Inkubator Bayi 2
6 Bed Bayi 2
7 Monitor 4
8 Sungkup Neonatus 7
9 Selang Neo Puff 3
10 Neo Puff 1
11 Bulb Pump 1
12 Ruang Isolasi 2 Bed
13 Ruang Resusitasi 2 Bed
14 Tempat Tidur Pasien 18 Bed
15 Trolly Emergency 1
16 Timbangan Bayi 1
17 Timbangan Dewasa 3
18 Spignomanometer Dewasa 4
19 Spignomanometer Anak 1
20 Stetoskop Dewassa 2
21 Stetoskop Anak 1
22 Nasal Kanul Dewasa 2
23 Nasal Kanul Bayi/Anak 4
24 Simpel Mask Anak 6
25 Simpel Mask Bayi 5
26 Simpel Mask Dewasa 2
27 Rebreathing Mask 5
28 Non-Rebreathing Mask Dewasa 1
29 Non-Rebreathing Mask Anak 2
30 Kasa Gulung 3
31 Plester Gips 2
32 Tong Spatel Kayu Tersedia
17
33 Flow meter 7
34 O2 Transfer 3
35 APAR 4
36 Termometer 5
35 Pen Light 1
36 Trolly Alat 10
37 NGT Dewasa 4
38 Urine Bag 3
39 Transfusi Set 1
40 Spoit Tersedia
41 IV Cath Tersedia
42 Threee Way Tersedia
43 Suction Tersedia
44 Tabung Vacutainer Tersedia
45 Tempat Sampah Medis Tersedia
46 Tempat Sampah Non Medis Tersedia
47 Tempat Sampah Umum Tersedia
48 Tempat Sampah Botol Tersedia
49 Kursi Roda 4
50 EKG 1
51 Tandu Sekop 1
52 Hand Drup 20
53 Westafel 5
54 Spool Hook 3
55 Long Spine Board 1
56 Brangkar 4
57 Nierbekken Besar 1
58 Trolly Mandi 2
59 Pispot 1
60 Tiang Infus 20
61 Set GV 6
62 Ambu Bag Anak 1
63 Ambu Bag Dewasa 1
64 Ruang Logistik 1
65 Operating Theathre 1
66 Ruang Tindakan 1
18
67 Ruang Tindakan Gigi Mulut 1
68 Kamar Perawat 1
19
BAB III
A. Pengumpulan Data
Praktik Manajemen Keperawatan di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)
RSPTN Universitas Hasanuddin Makassar oleh mahasiswa Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Unhas 2018 bertujuan untuk melakukan pengkajian
tentang struktur manajemen keperawatan yang berfokus pada fungsi-fungsi
manajemen, meliputi: Perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
koordinasi (actuating) dan pengawasan (controlling) dan Struktur organisasi
yang meliputi: ketenagaan, sarana dan prasarana, model praktek pelayanan
profesional, timbang terima, sentralisasi obat, penerimaan pasien baru,
pendokumentasian keperawatan. Metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menilai fungsi dan struktur manajemen keperawatan di ruang IGD
RSPTN Universitas Hasanuddin Makassar yaitu melalui pembagian kuesioner,
wawancara, diskusi, observasi, kajian literatur serta tinjauan dokumen, dengan
melibatkan kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.
20
1. Ketenagaan (Man/M1)
Jumlah ketenagaan di Ruang Instalasi Gawar Darurat (IGD) RS.
Universitas Hasanuddin Makassar berjumlah 23 orang perawat yaitu :
Tabel. 2
Ketenagaan ruang Rawat IGD
Ummi Sari, S.Kep.,Ns Kepala Ruangan
21
Syahrul, S.Kep.,Ns Perawat Pelaksana
a. Struktur Organisasi
Diagram 1.1
Distribusi frekuensi Strutur organisasi yang berjalan di ruangan (n= 14)
Struktur Organisasi
Baik/ sering
(42,9%)
22
b. Pembagian tugas sesuai dengan struktur organisasi
Diagram 1.2
Pembagian tugas sesuai dengan struktur organisasi (n=14)
Baik/ sering
42,9%
Baik/ Sering
(64,3%)
23
Berdasarkan diagram 1.3, sebanyak 9 orang perawat (64.3%)
mengatakan bahwa kinerja ketua tim di ruangan sudah baik berdasarkan
kompetensi di bidangnya masing-masing. Sementara itu, 3 orang perawat
(21.4%) mengatakan bahwa ketua tim sudah cukup baik dalam pelaksanaan
tugas-tugasnya sedangkan 2 orang perawat lainnya (14.3%) mengaku
bahwa kinerja ketua tim sudah sangat sesuai dengan kualifikasi di
bidangnya masing-masing. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara salah
satu responden yang mengatakan bahwa ketua tim dipilih berdasrakan
kriteria yang telah di tetapkan dan semua perawat di ruangan tersebut
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi ketua tim.
d. Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui
pelatihan/ pendidikan tambahan
Diagram 1.4
Kebutuhan pelatihan (n=14)
Kebutuhan pelatihan
Baik/Sering
(35,7%)
Sangat
Baik/Selalu
(64,3%)
24
e. Kebijaksanaan rumah sakit mengenai beasiswa/ pelatihan
Diagram 1.4
Kebijakan Rumah Sakit Mengenai Beasiswa (n=14)
Sangat
Kurang/Tidak
Pernah (21,4%)
Cukup/Kadang-
Kadang
Baik/ Sering (7,1%)
(71,4%)
25
f. Kesesuaian jumlah pendapatan yang di terima dengan latar belakang
pendidikan
Diagram 1.6
Kesesuaian jumlah pendapatan yang di terima dengan latar belakang pendidikan
(n=14)
Sangat
Baik/Selalu
(21.4%) Cukup/Kadang-
Kadang (35.7%)
Baik/Sering
(42.9%)
Tidak
berpengaruh
berpengaruh 21%
36%
cukup/
kadang-
kadang
43%
26
Berdasarkan diagram 1.7 sebanyak 6 orang perawat (43%) mengatakan
bahwa kadang-kadang tingkat ketergantungan pasien mempengaruhi beban
kerja perawat, 5 orang (36%) mengatakan bahwa tingkat ketergantungan
pasien mempengaruhi beban kerja perawat dan 3 orang perawat (21%)
mengatakan bahwa tingkat ketergantungan pasien tidak mempengaruhi
beban kerja perawat.
Tidak sesuai
(35,7%)
Kadang-
kadang sesuai
(57,1%)
27
Tabel. 3
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait ketenagaan
Permasalahan:
Analisa:
Cukup/Kada
ng-Kadang
78.6%
29
b. Kelengkapan Fasilitas Ruangan
Diagram 2.2
Distribusi Frekuensi Kelengkapan Fasilitas Ruangan
n=14
Cukup/
Kadang-
Kadang
71.4%
Cukup/
Kadang-
Kadang
35.7%
Cukup/
Kadang-
Kadang
42.9%
31
e. Perawat Mengerti Cara Menggunakan Alat
Diagram 2.5
Distribusi Frekuensi Perawat Mengerti Cara Penggunaan Alat
n=14%
Penggunaan Alat
Baik/Sering Cukup/
50.0% Kadang-
Kadang
50.0%
Cukup/
Kadang-
Kadang
71.4%
32
Berdasarkan diagram 2.6 didapatkan sebanyak 10 responden (71.4%)
mengatakan bahwa cukup consumable (alat habis pakai) yang
dibutuhkan pasien di ruang IGD RSPTN universitas Hasanuddin. Dan
terdapat 3 responden (21,3%) mengatakan bahwa baik consumable (alat
habis pakai) yang ada di ruangan IGD RSPTN Unhas. Sedangkan 1
responden (7,1%) mengatakan bahwa consumable (alat habis pakai)
sangat kurang yang dibutuhkan pasien di ruang IGD RSPTN universitas
Hasanuddin.
g. Administrasi Penunjang
Diagram 2.7
Distribusi Frekuensi Administrasi Penunjang
n=14%
Cukup/
Kadang-
Baik/Sering Kadang
57.1% 14.3%
33
Tabel. 4
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait struktur sarana dan prasarana
Teori Temuan Kesenjangan
34
d. Pintu masuk ke area d. bangunan IGD beberapa peralatan yang
IGD disarankan disarankan terletak sudah rusak dan
terletak pada pada berdekatan dengan peralatan misalnya
pintu masuk pertama bagian penerimaan syringepump dan
kali ditemui oleh pendaftaran monitor yang terbatas
pengguna kendaraan (admission) bagian sehingga kelengkapan
untuk masuk ke area keungan dan bagian peralatan tidak sesuai
rumah sakit. rekan medik, atau dengan rasio pasien.
memiliki bagian-
e. bangunan IGD e. Administrasi
bagian tersebut secara
disarankan terletak penunjang juga masih
terpisah. Pada malam
berdekatan dengan terhitung kurang seperti
hari, bangunan ruangan
bagian penerimaan komputer sehingga
gawat darurat akan
pendaftaran kadang perawat dan
merupakan pintu
(admission) bagian tenaga kesehatan lain
masuk utama ke rumah
keungan dan bagian harus mengantri untuk
sakit bagi masyarakat
rekan medik, atau menggunakannya.
yang memerlukan
memiliki bagian-
pelayanan kesehatan.
bagian tersebut secara
terpisah. Pada malam e. bangunan IGD
hari, bangunan ruangan belum memiliki Triage.
gawat darurat akan
f. Ruangan untuk
merupakan pintu
pasien anak dan
masuk utama ke rumah
dewasa tidak dipisah
sakit bagi masyarakat
serta ruangan untuk
yang memerlukan
penyakit bedah dan non
pelayanan kesehatan.
bedah tidak memiliki
f. bangunan ruangan ruang khusus. Hanya
gawat darurat ruang isolasi yang
memiliki ruang khusus.
35
disarankan untuk c. Secara keseluruhan
memiliki triage. sarana dan prasarana
yang ada di ruang IGD
g. Tata letak ruang
telah cukup memadai,
dalam bangunan IGD
alat-alat yang ada telah
tidak boleh
dimengerti
memungkinkan
penggunaannya oleh
terjadinya infeksi
perawat.
silang (cross infection)
Permasalahan:
Analisa data:
36
b. Pemahaman model asuhan keperawatan
Diagram 3.1
Distribusi pemahaman model asuhan keperawatan (n=14)
Ya
92.9%
Ya
92.9%
37
diterapkan di IGD RSPTN dan ada sebanyak 7,1% (1 orang)
mengatakan model tersebut tidak cocok diterapkan.
d. Kesesuaian model keperawtaan dnegan visi dan misi
Diagram 3.1
Distribusi kesesuaian model keperawatan dengan
visi misi rumah sakit (n = 14)
Ya
78.6%
38
f. Peningkatan kepercayaan pasien terhadap ruangan
Diagram 3.2
Distribusi peningkatan kepercayaan pasien terhadap ruangan (n=14)
Ya
100.0%
Ya
85.7%
Ya
100%
Tidak
92.9%
40
Sumber : data primer, 2019
Berdasarkan diagram 3.4 sebanyak 7,1% (1 responden) yang
mengatakan bahwa model keperawatan yang diguanakan saat ini
memperoleh banyak kritikan dari pasien kepada ruangan dan
sebanyak 92,9% (13 responden) mengatakan model keperawatan
yang diguanakan saat ini tidak memperoleh banyak kritikan dari
pasien kepada ruangan
j. Pelaksanaan komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lain
Diagram 3.5
Distribusi pelaksanaan komunikasi yang adekuat (n=14)
Ya
100%
41
k. Kontinuitas pelaksanaan rencana keperawatan
Diagram 3.6
Distribusi kontinuitas pelaksanaan rencana keperawatan (n=14)
Ya
85.7%
Ya
100%
Ya
100%
Ya
100%
43
Berdasarkan diagram 3.7 sebanyak 100% (14 responden) telah mengenal
dan mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai derajat ketergantungan
pasien.
Tabel. 5
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait MPKP
Teori Temuan Kesenjangan
44
dibagi menjadi 2-3
tim/grup yang terdiri
atas tenaga
profesional, teknikal,
dan pembantu dalam
satu kelompok kecil
yang saling membantu
Permasalahan :
Analisis :
4. Timbang Terima
Kegiatan timbang terima di ruang perawatan dilakukan 3 kali setiap
pergantian shift yaitu shift malam ke shift pagi, shift pagi ke shift sore, dan
shift sore ke shift malam. Kegiatan timbang terima dipimpin oleh Perawat
Primer dan dihadiri oleh perawat yang berkepentingan (perawat associate).
Adapun persiapan sebelum timbang terima yaitu status pasien dan hal yang
harus disampaikan dalam pelaporan timbang terima yaitu keadaan pasien dan
keluhan pasien serta rencana intervensi, kegiatan dan pemeriksaan yang akan
dilakukan selanjutnya. Kemudian seluruh perawat dan kepala ruangan bersama-
sama melihat bed pasien kemudian melihat kondisi pasien dan melaporkan hal-
45
hal yang harus dilaporkan. Pelaksanaan kegiatan timbang terima dilaksanakan
sekitar 3-5 menit.
a. Waktu pelaksanaan timbang terima
Diagram 4.1
Distribusi frekuensi ketetapan waktu
pelaksanaan timbang terima (n= 14)
50 %
50 %
tidak
ya
46
Diagram 4.2
Distribusi frekuensi kehadiran perawat dalam
timbang terima (n= 14)
100 %
ya
Berdasarkan hasil pengolahan data dapat dilihat pada bagan diatas, bahwa
semua perawat atau 14 (100 %) orang perawat mengikuti kegiatan timbang
terima. Baik perawat yang bertugas pada sift sebelum dan sift yang sesudah.
c. Buku khusus pencatatan timbang terima
Diagram 4.3
Distribusi frekuensi pengadaan buku khusus pencatatan
timbang terima (n= 14)
100 %
ya
Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan dapat dilihat pada bagan diatas
bahwa pada pertanyaan mengenai pengadaan buku khusus pencatatan
timbang terima semua perawat 14 (100%) perawat mengatakan bahwa
menggunakan pengadaan buku timbang terima.
47
d. Pendokumentasian laporan timbang terima
Diagram 4.4
Distribusi frekuensi pendokumentasian laporan
timbang terima (n= 14)
92,9 %
tidak
42,9%
57,1%
48
Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan pada pertanyaan mengenai
interaksi dengan pasien saat kegiatan timbang terima sedang berlangsung,
yaitu 8 orang perawat (57,1%) mengatakan bahwa ada interaksi antara
pasien dan perawat saat kegiatan timbang terima sedang berlangsung dan 6
orang perawat (42,9%) mengatakan bahwa tidak ada interaksi antara pasien
dan perawat ketika kegiatan timbang terima sedang berlangsung.
f. Penanda tanganan laporan timbang terima oleh kedua kepala tim (PP)
Diagram 4.6
Distribusi frekuensi Strutur organisasi yang
berjalan di ruangan (n= 14)
85,7%
tidak
49
g. Evaluasi kesiapan tim Shift
Diagram 4.7
Distribusi frekuensi evaluasi kesiapan tim sift (n= 14)
71,4%
tidak
Tabel. 6
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait timbang terima
Teori Temuan Kesenjangan
50
- Dihadiri oleh 2 dilakukan oleh kepala merangkap pekerjaan
kelompok shift ruangan untuk kesiapan walau sementara. Serta
3. Pasca tim sift pengganti. untuk evalusasi yang
- Diskusi bersama
jarang dilakukan oleh
kepala ruangan
diakhir dinas dan kepala ruangan untuk
mengumpulkan mengevaluasi kesiapan
laporan tim sift pengganti.
Permasalahan :
Analisis :
51
5. Sentralisasi Obat
a. Pengadaan sentralisasi obat
Diagram 5.1
Distribusi sentralisasi obat (n=14)
Sentralisasi Obat
Ya
100.0%
Ya
100.0%
52
Berdasarkan diagram 5.2 sebagai hasil wawancara, didapatkan hasil bahwa
sebanyak 100 % (14 responden) mengatakan bahwa sentralisasi obat yang
ada sudah dilaksanakan secara optimal sesuai dengan prosedur.
Ya
100.0%
53
d. Pemberian wewenang dalam urusan sentralisasi obat
Diagram 5.4
Distribusi pemberian wewenang dalam
urusan sentralisasi obat (n=14)
Ya
100.0%
Ya
100.0%
54
Berdasarkan diagram 5.5 sebagai hasil wawancara, didapatkan hasil bahwa
sebanyak 100 % (14 responden) mengatakan bahwa setiap jenis obat
memiliki format daftar pengadaan yang sudah di tentukan.
Ya
100.0%
55
g. Ruangan khusus sentralisasi obat
Diagram 5.7
Distribusi ruangan khusus sentralisasi obat (n=14)
Tidak
100.0%
Tidak
100.0%
56
i. Pemberian label identitas obat pasien
Diagram 5.9
Distribusi pemberian label identitas obat pasien (n=14)
Tidak
100.0%
Ya
100.0%
57
Berdasarkan diagram 5.10 sebagai hasil wawancara, didapatkan
hasil bahwa sebanyak 100 % (14 responden) mengatakan bahwa
telah memberikan informasi kepada pasien mengenai jumlah
kepemilikan obat sebelum digunakan dan menginformasikan
kembali jumlah obat yang masih tersisa sebelum pasien pulang
atau dipindahkan ke ruangan lain.
Ya
100.0%
Tabel. 7
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait Sentralisasi Obat
Teori Temuan Kesenjangan
58
sepenuhnya dilakukan Unhas belum tersedia obat/sentralisasi sesuai
oleh perawat sarana penyediaan dengan teori.
2.Penanggung jawab sentralisasi obat yang
pengolahan obat sesuai dengan teori.
adalah Kepala Selain itu pada saat
Ruangan yang secara wawancara dan
operasional dapat observasi ke pasien
didelegasikan kepada ditemukan bahwa
staf yang ditunjuk sebagian perawat
3.Perawat menerima tidak memberikan
obat dari depo farmasi informasi megenai
setiap hari untuk dosis penggunaan obat yang
(OOD) dalam di dapatkaan
kemasan 1 kali
pemberian (UUD)
4. Perawat menuliskan
nama pasien,
registrasi, jenis obat,
dan jumlah (sediaan)
dalam format
pemberian obat dan
meminta tanda tangan
petugas farmasi
5. Obat yang ttelah
diterima dari farmasi
selanjutna disimpan
oleh perawat dalam
kotak obat
6.Keluarga/ klien
selanjutnya
mendapatkan
59
informasi bila mana
obat tersebut akan
habis
7.Obat yang telah
diterima untuk
selanjutnya disalin
dalam buku daftar
pemberian obat
8.Obat yang telah
disimpan untuk
selanjutnya di berikan
oleh perawat
memerhatikan alur
yang tercantum dalam
buku daftar
penerimaan obat
dengan terlebih
dahulu dicocokan
dengan terapi yang
diinstruksikan dokter
dan kartu obat yang
ada pada pasien
Permasalahan :
Analisis :
Ada beberapa alur dan teknik pengolahan obat/sentralisasi obat yang tidak
diikuti oleh Ruangan IGD RSPTN Unhas. Secara teori bahwa sentralisasi
60
obat sepenuhnya diberikan oleh perawat yang sudah didelegasikan oleh
Kepala Ruangan. Namun, sebagian dari perawat tidak memberikan
informasi kepada pasien tentang penggunaan obat sebelum pasien
mengonsumsi obat tersebut.
Ya
100.0%
61
Berdasarkan diagram diatas terkait dengan kesediaan perawat melakukan
Penerimaan Pasien Baru (PPB), didapatkan hasil bahwa 14 perawat (100%)
bersedia melakukan Penerimaan Pasien Baru. Hal ini diperkuat dengan
beberapa orang perawat di ruang IGD mengatakan bahwa semua perawat di
ruang IGD bertanggung jawab dalam menerima pasien baru
Tidak
35.7%
Ya
64.3%
62
penerimaan pasien baru berdasarkan atas inisiatif perawat di ruangan
sendiri.
Ya
35.7%
Tidak
64.3%
63
f. Melakukan pendokumentasian PPB
Diagram 6.4
Melakukan pendokumentasian penerimaan pasien baru
Pendokumentasian PPB
Ya
100.0%
Tabel. 8
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait ketenagaan
Permasalahan:
Analisa:
Diagram 7.1
Format pendokumentasian yang baku di ruang IGD
Ya
100.0%
66
c. Pemahaman perawat dalam mengisi format pendokumentasian
Diagram 7.2
Pemahaman cara pengisian format dokumentasi
di ruang IGD
Ya
100.0%
keperawatan.
67
d. Kemudahan perawat menggunakan format pendokumentasian
Diagram 7.3
Kemudahan Perawat Menggunakan Format
Pendokumentasi dalam melakukan pengkajian di ruang IGD
Ya
100.0%
pengkajian.
68
e. Ketepatan waktu pendokumentasian
Diagram 7.4
Ketepatan Waktu Pendokumentasian di ruang IGD
Tidak
42.9%
Ya
57.1%
69
mengatakan bahwa pendokumentasian tidak dilakukan tepat waktu
tertentu.
Tidak Ya
50.0% 50.0%
Diagram 7.6
Model Dokumentasi Menyita Banyak Waktu
Perawat di ruang IGD
Ya
100.0%
71
lagi dengan adanya pengisian pendokumentasian akan menambah
Tabel. 9
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait ketenagaan
Permasalahan:
Analisa:
73
8. Supervisi
a. Pemahaman tentang supervisi ruangan
Diagram 8.1
Pemahaman Tentang Supervisi ruangan
Ya
100.0%
Sumber : Data primer, 2019
74
b. Pelaksanaan supervisi diruangan
Diagram 8.2
Supervisi ruangan
Ya
21.4%
Tidak
78.6%
75
c. Format baku supervisi
Diagram 8.3
Format baku supervisi
Ya
21.4%
Tidak
78.6%
76
d. Format supervisi sesuai standar
Diagram 8.4
Format supervisi sesuai standar
Tidak
78.6%
77
e. Instrumen supervisi
Diagram 8.5
Instrumen supervisi
Tidak
78.6%
f. Hasil supervisi
Diagram 8.6
Hasil supervisi
Tidak
78.6%
d. Feedback supervisi
Diagram 8.7
Feedback supervisi
Feedback Supervisior
Ya
21.4%
Tidak
78.6%
79
Tabel. 10
Kesenjangan antara teori dan temuan terkait ketenagaan
Permasalahan:
a. Pelaksanaan supervisi keperawatan yang jarang dilaksanakan di ruangan
b. Perawat diruangan beberapa belum mendapatkan supervisi keperawatan
dikarenakan beberapa perawat merupakan perawat pindahan dari ruangan
lain dan perawat baru
Analisa:
81
9. Fungsi Manajemen
a. Perencanaan
Diagram 9.1, 9.2, 9.3
Perencanaan
Penyusunan Rencana
Harian Pemahaman Visi
Misi
Tidak
14, 3 %
Ya Ya
85.7 100%
%
Tidak
78.6%
82
Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan beberapa orang perawat
yang mengatakan bahwa untuk rencana harian semua perawat menyusun
rencana harian dan untuk penyusunan rencana bulanan dibuat oleh kepala
ruangan dan ketua tim, sedangkan untuk penyusunan rencana tahunan
dibuat oleh kepala ruangan. Walaupun penyusunan rencana bulanan dan
tahunan hanya dibuat oleh kepala ruangan dan ketua tim. Tetapi bentuk
koordinasi dengan perawat lainnya, karu tetap melakukan diskusi dengan
semua perawat.
b. Pengorganisasian
Diagram 9.4, 9.5, 9.6
Pengorganisasian
Tidak
21.4%
Ya
100% 78.6%
Tidak
Ya 21.4%
28.6%
Tidak
71.4% Ya
78.6%
100%
100%
84
perawat seperti pendelegasian bagi perawat yang memiliki kinerja yang
baik. Pendelegasian dilakukan tidak secara berkala, hanya dilakukan jika
ada permintaan untuk diikutsertakan dalam pelatihan/ pendidikan.
Dalam hal manajemen konflik dalam ruangan itu terjadi secara
natural, hal itu dkatakan partisipan sebagai hal yang wajar dalam kolaborasi
untuk pemberian intervensi ke pasien. Partisipan juga mengungkapkan
bahwa jarang memanggil staf secara periodic, kecuali ada beberapa masalah
yang terjadi di dalam ruangan. Dan partisipan juga mengatakan melakukan
pengecekan terhadap kedisiplinan perawat dengan melihat kinerja perawat
secara langsung dan meminta pendapat dari sesama perawat lainnya di
ruang IGD.
Partisipan juga mengatakan bahwa untuk pre-post conference
selama ini belum dilakukan di IGD karena saat timbang terima semua hal
telah dioperkan. Selain itu untuk supervise terakhir dilaksankan beberapa
bulan yang lalu. Beberapa orang perawat mengatakan pernah mendapatkan
supervisi dari kepala ruangan dan ada juga beberapa perawat yang baru
dipindahkan ke IGD belum mendapatkan supervise. Setelah dikonfirmasi
ke kepala ruagan (karu) mengatakan pernah melakukan supervise
pendokumentasian. Supervisi ini senfiri telah dikoordinasikan dengan
bagian direksi rumah sakit dan telah memiliki format baku untuk supervisi
itu sendiri. Setelah supervisi diadaka, karu akan memberikan feedback ke
perawat sebagai bentuk pembelajaran untuk perbaikan selajutnya kepada
perawat.
d. Pengendalian
Berdasarkan hasil wawancara dnegan salah satu perawat di ruang
IGD untuk fungsi manajemen bagian pengendalian, partisipan mengatakan
bahwa IGD mempunyai perbedaan untuk perhitungan BOR, ALOS dan TOI
seperti ruang perawatan lainnya. Di IGD sendiri hanya dilakukan
perhitungan seperti jumlah kejadian pasien meninggal dunia, kunjungan
pasien dengan masalah interna, pasien bedah. Tapi selama ini untuk
85
perhitungan tersebut biasanya dilakukan bagian komite/ manajemen
keperawatan.
Partisipan juga mengungkapkan bahwa untuk penilaian terhadap
kejadian tidak diharapkan/ kejadian nyaris cedera biasanya dilaporkan oleh
perawat di ruangan IGD sendiri kepada kepala ruangan atau kejadian yang
didapati oleh karu sehingga bisa di masukkan kedalam SIM KTD/ KNC.
Selain itu untuk survey kepuasan pasien dilakukan oleh bagian customer
care dan untuk survey kinerja perawat dilakukan oleh bagian SDM setiap
satubulan sekali/ enam bulan sekali.
C. Identifikasi Masalah
Hasil pendataan dilakukan identifikasi guna penyelesaian masalah melalui
alternatif pemecahan masalah sesuai dengan permasalahan, sebagai berikut:
Tabel. 11
Identifikasi Masalah
D. Analisis SWOT
Hasil pendataan kemudian dilakukan analisa, sebagai berikut :
Tabel. 12
Analisa SWOT
1. Ketenagaan Strength
(M1) 1. Terdapatnya struktur 3 0,4 1,2
organisasi yang
berjalan sesuai
fungsinya
3 0,3 0,9
2. Jenis ketenagaan:
a. Tenaga
Keperawatan :
24 orang
b. Ners
: 19 orang
c. S1 perawat
: 1 orang
d. DIII Perawat
Umum : 4 orang
3. Adanya pelatihan 4 0,3 1,2
perawat. Total:3,1
Weakness
1. Kurangnya kebijakan 3 0,3 0,9
RS dalam
memberikan
87
beasiswa atau
pelatihan pendidikan
keperawatan 2 0,4 0,8
2. Ketidaksesuain
jumlah perawat
dengan jumlah pasien Total: 1,7
S-W: 1,4
Opportunity
1. Adanya kesempatan
melanjutkan 2 0.2 0.4
pendidikan ke
jenjang yang lebih
tinggi
2. Adanya program
3 0.3 0.9
akreditasi RS dari
pemerintah di mana
MPKP merupakan
salah satu penilaian.
3. Adanya kerjasama 3 0.3 0.9
yang baik antar
mahasiswa fakultas
keperawatan dengan
perawat klinik
4. Adanya kebijakan
pemererintah tentang 2 0.2 0.4
profesionalisasi
perawat
Total:2,6
Threatened
1. Adanya tuntutan 2 0,2 0,4
tinggi dari
masyarakat untuk
pelayanan yang lebih
professional
2. Makin tingginya 3 0,2 0,6
kesadaran
masyarakat akan
hukum
3. Makin tingginya
kesadaran
masyarakat akan 2 0,3 0,6
pentingnya kesehatan
4. Persaingan RS yang
semakin kuat.
1 0,3 0,3
88
Total:1,9
O-T: 0,7
Opportunity
1. Adanya proses 4 0,6 2,4
perbaikan sarana
prasarana yang rusak
dari bagian pengadaan
barang
2. Adanya catatan 3 0,4 1,2
timbang terima yang Total:3,6
dimodifiksi perawat
Treathened
90
keperawatan yang
diterapkan
4. Model 4 0,15 0,6
keperawatan saat
ini tidak
memberatkan
pembiayaan
5. Terlaksananya 4 0,15 0,6
komunikasi yang
adekuat antara
perawat dan tim
kesehatana
lainnya.
6. Perawat 4 0,15 0,6
memahami
mengenai model
yang diterapkan
diruangan
7. Telah ada 4 0,15 0,6
tanggung jawab
dan pembagian
tugas berdasarkan
model
keperawatan Total:
3,75
Weakness
1. Pelaksanaan 1 1 1
model MPKP
sudah
dilaksanakan
dengan maksimal
dan masih
memerlukan Total: 1
sosialisasi kepada S-W: 2,75
semua tim masih
kurang
Eksternal Faktor
Opportunity
1. Adanya mahasiswa
S1 keperawatan 4 0,33 1,32
yang melakukan
91
praktik manajemen
keperawatan
2. Ada kebijakan
pemerintah tentang
4 0,34 1,36
profesionalisme
perawat
3. Adanya kebijakan
RS tentang
pelaksanaan MPKP 4 0,33 1,32
Treathened
Total:4
1. Persaingan dengan
rumah sakit swasta
yang semakin
ketat 1 0,33 1,32
2. Adanya tuntutan
masyarakat yang
semakin tinggi
terhadap 1 0,34 1,36
peningkatan
pelayanan
keperawatan yang
lebih professional.
3. Bebasnya pers
yang dapat
langsung
menyebarkan 1 0,33 1,32
informasi dengan Total: 4
cepat O-T: 0
S-W: -0,6
Eksternal factor
Opportunity
1. adanya mahasiswa
Profesi Ners yang
sedang mengikuti 2 0,5 1
praktek
manajemen
keperawatan
3 0,5 1,5
2. adanya kebijakan
rumah sakit Total: 2,5
tentang timbang
terima
Threat
O-T: -0,5
Total: 2,1
Weekness
1. Pelaksanaan
sentralisasi obat belum 4 0,3 1,2
optimal (sarana dan
prasarana belum
memadai dan ruangan
yang sentralisasi yang
sempit)
2. Obat yang tersedia 4 0,1 0,4
jumlahnya masih
terbatas, yang
terkadang membuat
pasien/keluarga pasien
harus mencari sendiri
di tempat lain.
3. Tidak ada format 3 0,4 1,2
persetujuan
sentralisasi obat untuk Total: 2, 8
pasien
S-W: -0,7
Eksternal factor
Opportunity
1. Keamanan obat
terjamin dan
94
pemberian obat 4 0,4 1,6
kepada pasien sudah
sesuai dengan prinsip
7B
Treathened Total:1,6
1. Banyaknya tuntutan
dari pasien / keluarga
pasien untuk 4 1 4
mendapatkan
pelayanan yang
professional
2. Persaingan antara
rumah sakit untuk
memberikan
pelayanan yang lebih
3. baik. 3 0,5 1,5
Total:5,5
O-T: 3, 9
Weakness
1. Perawat dalam
melakukan PPB 4 1 4
masih kurang
dalam penjelasan
tentang
pengenalan tenaga
95
kesehatan,
peraturan Rumah
Sakit,penyakit,
termasuk
sentralisasi obat.
Total : 4
Eksternal factor S-W: -0,5
Opportunity
1. Adanya program
pelatihan melalui
FGD tentang tata 3 1 3
cara penerimaan
pasien baru.
Treathened Total : 3
1. Adanya tuntutan
yang lebih tinggi
dari masyarakat
untuk
mendapatkan 3 0,5 1,5
pelayanan yang
professional.
2. Persaingan anatara
rumah sakit
semakin kuat
dalam pemberian 3 0,5 1,5
pelayanan.
Total: 3
O-T: 0
96
9. Dokumentasi Internal factor
keperawatan
Strength
(M3-7) 1. Tersedianya sarana
dan prasarana
dokumentasi
(sarana 2 0,1 0,2
administrasi
penunjang).
2. Sistem
pendokumentasian
keperawatan 4 0,1 0,4
terintegrasi.
3. Kesadaran perawat
tentang tanggung
jawab dan
tanggung gugat.
4. Format 3 0,3 0,9
pendokumentasian
yang digunakan
memudahkan
pengkajian 3 0,2 0,6
5. Perawat melakukan
pendokumentasian
tepat waktu 3 0,3 0,9
Weakness
1. Perawat belum
memahami model Total:3
pendokumentasian
keperawatan
4 1 4
S-W: -1
Ekternal Faktor
Opportunity
1. Peluang perawat
untuk
meningkatkan 1 4
pendidikan
4
(pengembangan
SDM)
97
2. Adanya mahasiswa
profesi
keperawatan yang
praktek manajemen
untuk 4 1 4
mengembangkan
sistem dokumentasi
Treathened
Total:8
Tuntutan pasien dan
keluarga untuk
mendapatkan perawatan
yang professional 3 1 3
Total:3
O-T: 1
98
10 Supervisi Supervisi
(M3-8)
Internal factor
Strength
1. Kepala ruangan
mendukung untuk
4 0,75 3
pelaksaan
supervisi yang
rutin dan terjadwal
2. Perawat mengerti 3 0.25 0,75
memahami
supervisi
Total:3,75
Weakness
1. Supervisi belum
terstruktur dan 4 0,5 2
belum terjadwal
secara terstruktur
2. Belum ada
dokumentasi 3 0,25 0,75
supervisi yang
jelas
3. Tingginya beban 3 0,25 0.75
kerja perawat
menyebabkan
kegiatan supervise
sulit dijadwalkan
Total:3.5
Opportunity
1. Adanya
mahasiswa S1 3 0,15 0,45
keperawatan yang
praktek
manajemen untuk
mengembangkan
system
dokumentasi
2. Adanya reward
dalam bentuk
pelatihan, sekolah,
99
maupun jasa bagi 4 0,35 1,5
yang
melaksanakan
pekerjaan dengan
baik
3. Adanya teguran
dari kepala
ruangan bagi
perawat yang tidak
melaksanakan 3 0,2 0,6
pekerjaan dengan
baik
4. Hasil supervise
dapat dilakukan
sebagai pedoman
untuk daftar
penilaian prestasi
pegawai 4 0,3 1,2
Treathened
Total:3,75
1. Tingkat kesadaran
(pasien dan
keluarga) akan
tanggung jawab
dan tanggung
3 0,3 0,9
gugat
2. Tuntutan pasien
untuk
mendapatkan 4 0,5 2
pelayanan yang
prima dan
profesional
3. Persaingan rumah
sakit dalam
memberikan 3 0,2 0,6
pelayanan
keperawatan Total:3,5
O-T: 0,25
100
E. Perencanaan (Planning of Action)
Tabel. 13
Planning of Action (POA)
1 Sarana dan prasarana: Untuk memperbaiki Konsultasi dengan pihak yang Kepala bidang Senin, 11 Ilham Adi Pitra
4. Banyak alat yang sudah rusak sarana dan prasarana berwenang sesuai dengan sarana dan Februari 2019
Ruminggi
5. Tidak ada pemisahan antara IGD RSPTN UNHAS masalah yang ada prasarana RSPTN
pasien emergency dan non UNHAS
emergency
6. Penanda untuk lokasi IGD
belum optimal (masih kurang)
2 Timbang terima: Untuk memperbaiki Evaluasi proses timbang Kepala ruangan dan Selasa, 12 Wiwik Sulastri
1. Timbang terima seharusnya pelayanan dalam hal terima secara optimal perawat Februari 2019
Fadhilatul Mar’ah
dipimpan oleh ketua tim atau sistem timbang terima
perawat primer namun yang
terjadi di ruangan, terkadang
timbang terima dipimpin oleh
perawat associate
101
2. Di akhir shift seharusnya
dilakukan evaluasi kasus oleh
kepala ruangan namun di
ruangan jarang dihadiri oleh
kepala ruangan
3 Sentralisasi obat Untuk mengoptimalkan Memberikan saran untuk Kepala ruangan, Rabu, 13 Rachmatin Ni’mat
1. Tidak terdapat ruang khusus pengolahan obat menyediakan tempat perawat primer, dan Februari 2019
Novita Nipa
untuk pengolahan obat (sentralisasi dengan benar dan tepat pengolahan obat (sentralisasi) perawat pelaksana
obat) untuk meminimalkan kejadian
kesalahan dalam pemberian
obat
4 Penerimaan pasien baru: Untuk mendiskusikan Pengadaan leaflet penerimaan Ketua tim, Perawat Kamis, 14 Ade Syamsuriadi Azis
Kebanyakan perawat tidak alur penerimaan pasien Pasien Baru (PPB) Pelaksana Februari 2019
Kasma Yuliani
memberikan leaflet pada saat baru dan struktural
melakukan penerimaan pasien baru edukasi yang akan
(PPB). disampaikan kepada
pasien dan keluarga
102
5 Dokumentasi: Mampu melaksanakan e. Telaah dokumentasi yang Ketua tim dan Jumat, 15 Swastika Fadia
Keterlambatan pendokumentasian dokumentasi sudah dilakukan perawat pelaksana Februari 2019 Amalina
keperawatan sesuai f. Telaah lembar dokumentasi
Novita Nipa
format yang baik dan terintegrasi
pada waktu yang tepat g. Perbandingan macam-
macam pendokumentasian
h. Telaah tata cara pengisian
pendokumentasian
keperawatan
i. Telaah pengorganisasian
pembagian perawat
terhadap jumlah pasien
103