Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK DENGAN

ATTENTION DEFICITAND HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)

POLIKLINIK MOTHER AND CHILD

RUMAH SAKIT DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO

OLEH :

Ika Julianty. A

ADE SYAMSURYADI AZIS

R014172029

Mengetahui :

Preseptor Klinik Preceptor Institusi

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASADDUNIN
MAKASSAR
2018
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Definisi

Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak yang ditandai
dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya
atau impulsif.
Gangguan hiperaktivitas atau kurang konsentrasi adalah perilaku yang ditandai dengan
kurang konsentrasi, sifat impulsif dan hiperaktivitas.Gangguan hiperaktivitas diistilahkan
sebagai gangguan kekurangan perhatian yang menandakan gangguan-gangguan sentral yang
terdapat pada anak-anak yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperkinesis,
kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficitand hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini
juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain
dysfunction syndrome. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada
masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu
memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi
dan dapat berlanjut hingga dewasa. Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem
Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah: Hiperaktif
menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini
ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak
hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya
berbeda-beda.
.

B. Etiologi

Berikut ini adalah factor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :

1) Faktor neurologic
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-
masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distresfetal, persalinan dengan cara
ekstraksi forcep, toksimiagravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan
persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat
badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga
meninggikan insiden hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor
etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya
disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin
merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada
anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik
otak, khususnya sisi sebelah kanan
2) Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi
untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead)
dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol,
terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
3) Faktor genetic
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak
hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya
hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
4) Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua
dengan anaknya.

C. Patofisiologi

Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi,

sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan tentang sesuatu

mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria yang hiperaktif, yang

berusia antara 6 – 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan

tanggapan yang baik terhadap pengobatan–pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat

perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka,
sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan

mempergunakan elektroensefalografi, potensial–potensial yang diakibatkan secara auditorik

serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan,

mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta

impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angka–angka laboratorik

menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka

memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.

D. Tanda Dan Gejala

1. Seringkali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya menggeliat-geliat.

2. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan.


3. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing.
4. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatu permainan atau keadaan
didalam suatu kelompok.
5. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang belum selesai disampaikan.
6. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orangtua.
7. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas-
aktivitas bermain.
8. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan lainnya.
9. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang.
10. Senang berbicara dengan berlebihan.
11. Sering menyela atau mengganggu orang lain.
12. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan kepadanya.
13. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau kegiatan-
kegiatan di sekolah atau dirumah.
14. Sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan akibatnya (mis, berlari-lari di jalan
raya tanpa melihat-lihat).
E. Pemeriksaan diagnostic/penunjang

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan

kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan

jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram

mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang

progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang

dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang

ketidakmampuan belajar pada anak itu.

F. Komplikasi

1. Diagnosis sekunder sampai gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.

2. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan mengejakan


aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi)
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan kata-kata
yang diungkapkan)
G. Penatalaksanaan/pengobatan

1. Keperawatan

a. Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang mengalami

gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan

ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan

psikososial anak yang bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai

keadaan anak tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada

anak itu sendiri.


b. Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur menurut

jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya

selalu diberikan kata-kata pujian.

c. Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah

dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah

bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras

d. Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara

menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-permainan yang

keras dan jungkir balik.

e. Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa, barang-

barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.

f. Teknik-teknik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan

memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga

mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka.

2. Medis

a. Terapi farmakologi :

Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami gangguan

hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat,

magnesium pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh

sampingan yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan

mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan fundamental pada rentang

perhatian, konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan mereka berikan

terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan sebelumnya, maka biasanya diperlukan


suatu masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu dengan

pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah akan terdapat pengaruh

obat itu atau tidak.

b. Dosis:

Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar hanya memberikan

pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan tidur penderita.

1) Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia

masing-masing anak akan tetapi berat badan tidak berpengaruh terhadap

dosis.pada awalnya mereka diberikan 5 mg pada saat makan pagi serta pada

waktu makan siang. Jika tidak ada respon yang diberikan maka dosis di

naikan dengan 2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang

berusia 8-9 tahun dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu

anak yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan dosis sampai 40 mg/jam.

Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari. Biasanya anak akan

bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian obat ini sudah berlangsung

lama dan dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan

mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi yang diharapkan.

2) Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan

(showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg

dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita hanya membutuhkan

satu dosis saja setiap hari, pada waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah kira

sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar antara 10-20 mg/jam.


3) Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar

18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah tablet/minggu. Akan

dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk menetapkan keefektifan obat

tersebut. Efek samping dari obat tersebut adalah berpengaruh terhadap

fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot yang meningkat.

4) Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang

bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta distonia.

Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas adalah

anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta sukar tidur, anak

akan mudah menangis serta peka terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung

yang meningkat serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka

pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan obat-obatan perlu dihentikan.


BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pengkajian

Riwayat Keperwatan

Pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau usia anak antara lain :

1) Neonatus (0-28 hari)

Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?

Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ?

Bagaimana kemampuan menghisap ?

Kapan mulai mengangkat kepala ?

Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk mengikuti

garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau tangan) ?

Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap su`ra atau bel)

Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai

menatap muka untuk mengenali seseorang ?

2) Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun)

a) Bayi usia 1-4 bulan.

Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala saat

tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala

tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, komtrol

kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari


terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk

merangkan) ?

Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu objek,

mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda dan

memaksukkan dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan

dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menagan benda di tangan

walaupun hanya sebentar)?

Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara dan tersenyum, dapat

berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa

dan berteriak, mengoceh spontan atau berekasi dengan mengoceh) ?

Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : mengamati tangannya,

tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya

dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah

manusia, walaupun tidur dalams ehari lebih sedikit dari waktu terhaga, membentuk

siklus tidur bangun, menangis menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-

wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah-wajah yang

dikenalnya, diam saja apabila ada orang asing) ?

b) Bayi Umur 4-8 bulan

Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup pada alas

dan sudah mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua

tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan

ke kiri , sudah mulai mampu duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik

badan, bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dan dada terangkat
dan menumpu pada lengan, berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari

terlentang ke tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat) ?

Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah mulai mengamati

benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang,

mengeksplorasi benda yangs edang dipegang, mengambil objek dengan tangan

tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan,

menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, memindahkan obajek dari satu

tangan ke tangan yang lain) ?

Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya : menirukan bunyi atau kata-

kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber bunyi, tertawa, menjerit,

menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua

suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?

Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa jika ada

orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing,

mudah frustasi dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?

c) Bayi Umur 8-12 bulan

Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa pegangan,

berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri) ?

Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih benda

kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan


mampu memegang dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dan mampy menaruh

benda atau kubus ketempatnya)?

Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai mengatakan papa

mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat

mengucapkan 1-2 kata)?

Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya kemampuan

bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir,

menirukan kegiatan orang lain, main-main bola atau lainnya dengan orang) ?

d) Masa Toddler

Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah dan

berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu

berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai melompat)?

Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba menyusun atau

membuat menara pada kubus)?

Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki sepuluh

perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif terhadap

orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar, mampu

mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan)

?
Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu

kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba

memakai baju) ?

B. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari system keluarga

dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anak

3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

4. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut

terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak

yang tidak memuaskan

5. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif

7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan

balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri

8. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan,

marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga mengenai perilaku anak,

kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam jengka waktu

lama

9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi

berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi
Perencanaan

1. Diagnosa Kep. I : Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku

impulsive

Tujuan : Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dengen kriteria hasil:

a. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan

agresi

b. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya

c. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari

perilaku maladaptif diri sendiri

Rencana Tindakan

a. Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari-hari dan

interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan

R / Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran memerlukan

pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan yang membahayakan bagi diri

sendiri atau orang lain

b. Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan bunuh diri

R / Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan bunuh diri, " atau "Tak lama ibu

saya tidak perlu lagi menyusahkan diri karena saxa" atau perilaku-perilaku non verbal

seperti memnbagi-bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah.

Kebanyakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah menyampaikan maksudnya,

baik secara verbal atau nonverbal.


c. Tentukan maksud dan alat-alat yang memungkinkan untuk bunuh diri. Tanyakan "

Apakah anda mempunyai rencana untuk bunuh diri?" dan "Bagaimana rencana anda

untuk melakukannya

R / Pertanyaan-pertanyaan yang langsung, menyeluruh dan mendekati adalah cocok

untuk hal seperti ini. Anak yang mempunyai rencana yang dapat digunakan adalah

berisiko lebih tinggi dari pada yang tidak

d. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang menyatakan persetujuannya

untuk tidak mencelakaka diri sendiri dan menyetujui untuk mencari staf pada keadaan

dimana pemikiran kearah tersebut timbul

R / Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan seseorang yang

dipercaya memberikan suatu derajat perasaan lega pada anak. Suatu perjanjian

membuat permasalahan menjadi terbuka dan menempatkan beberapa tanggung jawab

bagi keselamatan dengan anak. Suatu sikap menerima anak sebagai seseorang yang

patut diperhatikan telah disampaikan.

e. Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk menerima perasaan-

perasaan tersebut sebagai miliknya sendiri. Apakah anak telah menyimpan suatu :

buku catatan kemarahan" dimana catatan yang dialami dalam 24 jam disimpan

R / Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan, respon perilaku dan

persepsia nak terhadap situasi juga harus dicatat. Diskusikan asupan data dengan

anak, anjurkan juga respons-respons perilaku alternatif yang diidentifikasi sebagai

maladaptif.

f. Bertindak sebagai model peran untuk ekspresi yang sesuai dari percobaan

memastikan
g. R / Hal ini vital bahwa anak mengekspresikan perasaan-perasaan marah, karena

bunuh diri dan perilaku merusak diri sendiri lainnya seringkali terlihat sebagai suatu

akibat dari kemarahan diarahkan pada diri sendiri

h. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak

R / Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari keperawatan.

i. Coba untuk mengarahkan perilaku kekerasan fisik untuk ansietas anak (misalnya :

kantung pasien untuk latihan tinju, joging, bola voli)

R / Ansietas dan tegangan dapat diredakan dengan aman dan dengan adanya manfaat

bagi anak dengan cara ini.

j. Usahakan untuk bisa tetap bersama anak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai

meningkat

R / Hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan rasa aman

k. Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan pesanaan dokter atau dapatkan pesanaan

jika diperlukan. Pantau kefektifan obat-obatan dan efek –sfek samping yang

merugikan

R / Obat-obatan antiansietas (misalnya diazepam, klordiazepoksida, alprazolam)

memberikan perasaan terbebas dari efek-efek imobilisasi dari ansietas dan

memudahkan kerjasama anak dengan terapi.

2. Diagnosa Kep II : Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari

system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan

pengabaian anak
Tujuan : Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai

dengan umur dan dapat diterima sosial dengan kriteria hasil :

1. Anak mampu menundakan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa terpaksa untuk

menipulasi orang lain

2. Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara

sosial

3. Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping alternatif yang dapat

diterima secara sosial sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan untuk

menggunakannya sebagai respons terhadap rasa frustasi

Rencana Tindakan

1. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis

R / penting bagi anak untuk nmencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-

aktivitas di mana kemungkinan untuk sukses adalah mungkin. Sukses meningkatkan

harga diri

2. Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak

R / Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadapnya sebagai makhluk hidup yang

berguna dapat meningkatkan harga diri

3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada saty ke satu basis dan pada aktivitas-

aktivitas kelompok

R / Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga

bagi waktu anda


4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari dan dalam

mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang lihatnya sebagai

negative

R / identifikasi aspek-aspek positif anak dapat membantu mengembangkan aspek

positif sehingga mempunyai koping individu yang efektif

5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap

defensif. Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi masalah dan

pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif

R / Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan

penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh anak

6. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa takut

terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan

tugas-tugas baru. Beri pangakuan tentang kerja keras yang berhasil dan penguatan

positif bagi usaha-usaha yang dilakukan

R / Pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga diri

3. Diagnosa Kep. III : Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif

Tujuan : Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jamn

setiap malam dengan kriteria hasil:

a. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur

b. Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti oleh perawat

c. Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam

tanpa terbangun
Rencana Tindakan

1) Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu tidur

R / Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat diberikan

2) Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan dengan rasa

takut dan ansietas-ansietas tertentu

R / Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola tidur anak

sehingfga perlu diidentifikasi penyebabnya

3) Duduk dengan anak sampai dia tertidur

R / kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman

4) Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein dihilangkan

dari diet anak

R / Kafein adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu tidur

5) Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok punggung,

latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan mandi air hangat)

R / Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi dan membuat bisa tidur

6) Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal ini

R / Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus rutin dari

istirahat dan aktivitas

7) Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam hari dan

dalam keadaan ketakutan

R / Kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman

Anda mungkin juga menyukai