Anda di halaman 1dari 10

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-1

BAB III
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III.1.Hasil Perhitungan
Tabel III.1.1 Hasil Perhitungan Koefisien Mass Transfer oksigen dan Efisiensi untuk Laju
Udara 8 L/m dan Jenis Stirrer Proppeler dengan Laju 100 rpm

Aliran Udara(L/m) : 8
Diffuser: 1 buah
Rpm Stirrer: 100
Jenis Stirrer: Proppeler
t DO T Cs
ln((Cs-Co)/(Cs-Cl))
(menit) (mg/L) (oC) (mg/L)
0 0,63 31 7,51 0
2 0,92 31,8 7,438 0,043530811
4 0,96 31,5 7,465 0,049485358
6 0,96 31,3 7,483 0,04935212
8 0,98 31,3 7,483 0,052422904
10 1,02 31,3 7,483 0,058592906
12 1,05 32,2 7,392 0,064124528
14 1,1 32,2 7,392 0,072039719
16 1,15 31,6 7,456 0,079237289
18 1,15 31,6 7,456 0,079237289
20 1,15 31,6 7,456 0,079237289
KLA 0,003
Efisiensi (%) 8,246114811

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-2

Tabel III.1.2 Hasil Perhitungan Koefisien Mass Transfer oksigen dan Efisiensi untuk Laju
Udara 8 L/m dan Jenis Stirrer Proppeler dengan Laju 200 rpm

Aliran Udara(L/m) : 8
Diffuser: 1 buah
Rpm Stirrer: 200
Jenis Stirrer: Proppeler
t DO T Cs
ln((Cs-Co)/(Cs-Cl))
(menit) (mg/L) (oC) (mg/L)
0 0,7 31 7,51 0
2 0,84 31,8 7,438 0,020996572
4 0,84 31,7 7,447 0,020968269
6 0,86 31,7 7,447 0,023999952
8 0,88 31,8 7,438 0,027077467
10 0,9 31,9 7,429 0,030172752
12 1,1 31,9 7,429 0,061284298
14 1,19 31,9 7,429 0,075606631
16 1,19 31,9 7,429 0,075606631
18 1,19 31,9 7,429 0,075606631
20 1,19 31,9 7,429 0,075606631
KLA 0,004
Efisiensi (%) 7,853822728

Tabel III.1.3 Hasil Perhitungan Koefisien Mass Transfer oksigen dan Efisiensi untuk Laju
Udara 9 L/m dan Jenis Stirrer Proppeler dengan Laju 200 rpm

Aliran Udara(L/m) : 9
Diffuser: 1 buah
Rpm Stirrer: 200
Jenis Stirrer: Proppeler
t DO T Cs
ln((Cs-Co)/(Cs-Cl))
(menit) (mg/L) (oC) (mg/L)
0 0,46 31,5 7,465 0
2 0,55 31,5 7,465 0,012931215

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-3

4 0,68 31 7,51 0,031702943


6 0,79 31 7,51 0,047939462
8 0,85 31,3 7,483 0,057133287
10 0,93 31,5 7,465 0,069451833
12 1,22 31,7 7,447 0,115156604
14 1,22 31,7 7,447 0,115156604
16 1,23 31,7 7,447 0,116763804
18 1,23 31,8 7,438 0,11692356
20 1,23 31,8 7,438 0,11692356
KLA 0,006
Efisiensi (%) 12,40335052

Tabel III.1.4 Hasil Perhitungan Koefisien Mass Transfer oksigen dan Efisiensi untuk Laju
Udara 8 L/m dan Jenis Stirrer Wide Impeller dengan Laju 200 rpm

Aliran Udara(L/m) : 9
Diffuser: 1 buah
Rpm Stirrer: 200
Jenis Stirrer: Wide Impeller
t DO T Cs
ln((Cs-Co)/(Cs-Cl))
(menit) (mg/L) (oC) (mg/L)
0 0,42 32,2 7,392 0
2 0,48 31,9 7,429 0,008597273
4 0,58 31,9 7,429 0,023092381
6 0,61 31,9 7,429 0,027482204
8 0,63 32 7,42 0,030459207
10 0,91 31,7 7,447 0,072281528
12 0,97 31,7 7,447 0,081502432
14 1,14 31,2 7,492 0,107373601
16 1,14 31,2 7,492 0,107373601
18 1,14 31,2 7,492 0,107373601
20 1,14 31,2 7,492 0,107373601
KLA 0,006

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-4

Efisiensi (%) 11,33501259

III.2 Pembahasan
Percobaan Aerasi ini bermula untuk menyelesaikan problem statement yaitu
diminta kapasitas aerasi 100 m3 per hari, untuk itu dilakukan percobaan dalam skala
laboratorium dengan tujuan yang pertama untuk mendapatkan data desain parameter aerasi
(koefisien absorbsi dan efisiensi), kedua untuk mengevaluasi apakah peralatan yang tersedia
di laboratorium dapat menghasilkan data desain yang dibutuhkan, ketiga untuk mengetahui
kapasitas maksimum peralatan yang tersedia di laboratorium dan mengevaluasi apakah
peralatan tersebut dapat memenuhi kapasitas 100m3 air limbah per hari, keempat untuk
menghitung biaya yang dibutuhkan untuk aerasi air per m 3, dan yang terakhir untuk
mendesain sistem aerasi yang dibutuhkan untuk kapastas aerasi 100m3 air limbah per hari.
Pada percobaan ini variabel manipulasi yang digunakan untuk mendapatkan data
desain parameter adalah laju gas yang masuk melalui Diffuser yaitu 8 L/menit dan 9 L/menit,
laju putaran Stirrer yaitu 100 rpm dan 200 rpm, serta jenis Stirrer yaitu Proppeler dan Wide
Impeller. Sedangkan variabel kontrolnya adalah jumlah baffle 2 buah, volume air 5 liter, dan
jumlah Diffuser 1 buah.
Percobaan ini dilakukan dengan membuat larutan kobalt klorida 1% sebanyak 100 mL
menggunakan 0,24 gram kobalt klorida padat. Kemudian membuat larutan natrium tiosulfat
10% sebanyak 100 mL. Larutan natrium tiosulfat ini ini bertujuan untuk menurunkan
konsentrasi dissolved oksigen di air dengan cara bereaksi dengan oksigen sehingga
konsentrasi oksigen tidak jenuh. Apabila tidak diberi larutan natrium tiosulfat, maka
konsentrasi dissolved oksigen di air hampir jenuh dan efek aerasi tidak terlihat. Reaksi
natrium tiosulfat dengan oksigen sebagai berikut:
Na2S2O3 + O2  Na2S2O4
Sedangkan larutan kobalt klorida berfungsi sebagai katalis pada reaksi antara natrium tiosulfat
dan oksigen.
Langkah selanjutnya mengisi tangki dengan air kran dimana volume air 80% volume
tangki yaitu 5 liter. Tangki tidak diisi penuh atau 100% agar pada saat pengadukan, air yang
ada di tangki tidak tumpah keluar karena efek turbulensi dan adanya vorteks. Meletakkan batu
Diffuser di dasar tangki yang berfungsi untuk mengalirkan oksigen ke dalam air dan
memasang 2 buah baffle serta impeller. Pemasangan baffle bertujuan untuk meningkatkan
proses pengadukan yang diakibatkan oleh impeller serta menghilangkan vorteks, selain itu
adanya baffle membuat pola aliran menjadi aksial mengakibatkan pencampuran berlangsung

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-5

lebih cepat. Memasukkan larutan natrium tiosulfat 1,5 mL dan kobalt klorida 0,5 mL.
Mengalirkan aliran udara sebesar 8 L/menit dan mengatur kecepatan pengadukan sebesar 100
rpm. Mencatat pembacaan DO tiap 2 menit selama 20 menit untuk masing-masing variabel.
Berdasarkan hasil percobaan dapat diperoleh grafik sebagai berikut,

Gambar III.2.1 Grafik Nilai KLa untuk Laju Udara 8 L/m dan Jenis Stirrer Proppeler
dengan Laju 100 rpm

Gambar III.2.2 Grafik Nilai KLa untuk Laju Udara 8 L/m dan Jenis Stirrer Proppeler
dengan Laju 200 rpm

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-6

Gambar III.2.3 Grafik Nilai KLa untuk Laju Udara 9 L/m dan Jenis Stirrer Proppeler
dengan Laju 200 rpm

Gambar III.2.4 Grafik Nilai KLa untuk Laju Udara 8 L/m dan Jenis Stirrer Wide Impeller
dengan Laju 200 rpm

Dari grafik III.2.1-III.2.4 dapat dilihat bahwa nilai KLa merupakan slope dari grafik ln((Cs-
Co)/(Cs-Cl) terhadap waktu. Cs merupakan konsentrasi jenuh oksigen di air pada suhu
tertentu yang didapat dari App A-2 buku Mackenzie. Suhu didapat dari setiap pembacaan DO
meter tiap 2 menit. Co merupakan konsentrasi oksigen di air mula-mula saat t=0. Cl adalah
konsentrasi dissolved oksigen pada waktu tertentu.
Untuk laju udara 8 L/m dan jenis Stirrer Proppeler dengan laju 100 rpm didapat KLa
sebesar 0,003 dan efisiensi 8,24%. Untuk laju udara 8 l/m dan jenis Stirrer Proppeler dengan
laju 200 rpm didapat KLa sebesar 0,004 dan efisiensi 7,85% . Untuk laju udara 9 l/m dan jenis
Stirrer Proppeler dengan laju 200 rpm didapat KLa sebesar 0,006 dan efisiensi 12,4% dan
untuk laju udara 8 l/m dan jenis Stirrer Wide Impeller dengan laju 200 rpm didapat KLa
sebesar 0,006 dan efisiensi 11,33%..

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-7

Nilai KLa menunjukkan koefisien mass transfer oksigen. Dari grafik III.2.1 dan III.2.2
dapat dilihat bahwa semakin besar laju putaran Proppeler maka koefisien mass transfer
oksigen semakin besar. Hal ini disebabkan karena pengadukan memperluas permukaan
kontak antara oksigen dengan air sehingga lebih banyak oksigen yang ditransfer ke dalam air
dan DO air meningkat. Nilai DO yang meningkat akan berakibat pada nilai KLa yang
meningkat pula. Dari grafik III.2.2 dan III.2.3 dapat dilihat bahwa semakin besar aliran udara
maka koefisien mass transfer oksigen semakin besar. Hal ini disebabkan karena lebih banyak
oksigen yang ditransfer ke dalam air sehingga DO air meningkat. Nilai DO yang meningkat
akan berakibat pada nilai KLa yang meningkat pula. Yang terakhir, dari grafik III.2.3 dan
III.2.4 dapat dilihat bahwa perbedaan jenis Stirrer tidak berpengaruh pada nilai KLa, nilai
KLa dengan Proppeler maupun Wide Impeller sama 0,006. Namun dapat kita lihat bahwa
nilai R2 nya berbeda, nilai R2 Proppeler lebih besar dari Wide Impeller sehingga dapat
disimpulkan bahwa Proppeler lebih baik dari Wide Impeller.
Efisiensi aerasi merupakan jumlah oksigen yang ditransfer ke dalam air pada waktu
tertentu dibandingkan dengan jumlah oksigen jenuh yang ditransfer ke dalam air. Nilai
efisiensi yang tidak 100% disebabkan beberapa kendala antara lain terbatasnya waktu
pengamatan sehingga sebenarnya masih terjadi transfer oksigen pada air dan konsentrasi
oksigen di air belum jenuh, Pembacaan DO meter sangat susah dan lama karena angka pada
DO meter terus bergerak. Laju udara yang sudah diatur bisa naik atau turun dengan sendirinya
sehingga harus selalu dijaga agar tidak bergerak dari variabel yang telah ditetapkan. Selang
Diffuser dapat terlilit pada impeller sehingga harus terus dipegang agar tidak terlilit. Impeller
lama kelamaan bisa jatuh karena tempat dudukannya kendur.

III.3 Problem Statement


III.3.1 Problem
III.3.1.1 Permasalahan
a) Tim engineering diberi tugas untuk merancang sebuah unit aerasi secara kontinyu
dengan kapasitas100 m3air limbah perhari.
b) Tidak ada data desain parameter yang diperlukan untuk desain. Percobaan diperlukan
untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.
c) Sebuah peralatan aerasi (tipe batch) tersedia di laboratorium dengan spesifikasi
sebagai berikut :
Ukuran bejana : 5 liter (80% kapasitas)
Peralatan pendukung : pengaduk, baffle, sparger
III.3.1.2 Tugas

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-8

a) Mencari prosedur operasi untuk mencapai target dengan menggunakan peralatan


laboratorium
b) Mengevaluasi apakah peralatan tersebut dapat menghasilkan data desain parameter
yang diinginkan
c) Mengetahui berapa kapasitas maksimum peralatan dan faktor apakah yang menjadi
step pengontrol. Mengetahui dapatkah alat aerator di laboratorium mendapatkan data
yang dibutuhkan.
d) Menghitung harga operasi aerasi (harga power) per m3 air limbah.
e) Mendesain sistem aerasi yang dibutuhkan, dengan rincian sebagai berikut :
 Prinsip dasar yang digunakan
 Data atau paramaeter yang digunakan
 Pengaturan dimensi
 dll

III.3.2 Hasil Analisa


Langkah penyelesaian :
 Melakukan percobaan untuk mencari nilai koefisien transfer oksigen dalam air,
menentukan waktu yang dibutuhkan untuk mengolah unit aerasi hingga mencapai
DO jenuh dan mencari kapasitas maksimal yang dapat diperoleh pada unit
laboratorium
 Melakukan perhitungan untuk mencari nilai KLa dengan cara membuat grafik

antara t vs , dimana DO adalah kandungan oksigen jenuh pada suhu

tertentu dengan rumus


DOs= (475-2,65 x DOt) / (33,5 + T oC)
Atau menggunakan tabel DO jenuh
 Melakukan scale up jika peralatan aerasi di dalam lab tidak memenuhi permintaan
engineering.
Percobaan diperlukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk merancang
sebuah unit aerasi secara kontinyu dengan kapasitas100 m3 air limbah perhari. Dari
percobaan dan perhitungan diperoleh :
1. Koefisien absorbsi, dimana koefisien absorbsi ini nilainya harus tetap ketika kita
melakukan scale up alat.
2. Efisiensi Aerasi
3. Waktu tinggal (residence time)
4. Temperatur
Bila diminta kapasitas aerasi sebanyak 100 m 3 atau 100.000 liter dalam satu hari
sedangkan kapasitas tangki pada laboratorium hanya 5 liter, maka harus dilakukan 20.000
kali proses aerasi batch dalam satu hari di laboratorium. Artinya satu kali proses aerasi

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-9

(sampai DO jenuh) diharuskan selesai dalam 4,32 detik. Sedangkan dari hasil percobaan
yang kami lakukan dalam 20 menit DO belum mencapai DO jenuh. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa aerasi dengan kapasitas 100.000 liter tidak dapat dilakukan dengan
menggunakan peralatan yang ada di lab.
Dari nilai KLa yang terbesar dari percobaan yang kami lakukan yaitu 0,006 dapat
dilakukan perhitungan bahwa untuk mencapai DO jenuh untuk laju udara 9 L/m dan jenis
Stirrer Proppeler dengan laju 200 rpm dibutuhkan waktu 18 jam, jadi dalam sehari
kapasitas yang dapat dihasilkan dengan volume 80% tangki sebanyak 5 liter hanya
menghasilkan 10 liter per hari. Sedangkan pada problem statement, volume yang
diinginkan sebanyak 100.000 liter / hari. Oleh karena itu dilakukan scale up untuk
mendapatkan volume yang di inginkan tersebut.
Walaupun peralatan di laboratorium tidak dapat memenuhi kapasitas 100.000 liter
per hari, tapi peralatan tersebut dapat menghasilkan data desain parameter yang diinginkan
yaitu koefisien absorbsi atau KLa.
Untuk biaya oprasional (biaya power) yang diperlukan untuk aerasi dengan
kapasitas kompresor 225 watt dan power impeller untuk 200 rpm adalah 370 wat, maka
dibutuhkan 14,28 kWh dalam sehari. Bila harga listrik saat ini Rp 1496 per kWh, maka
biaya oprasionalnya adalah sebesar Rp 21.400 dalam satu hari.

III.3.3 Rekomendasi
Dipilih nilai KLa yang paling besar yaitu 0.006 dengan kecepatan impeller 200
rpm, 1 buah Diffuser dengan flow rate udara 9 liter/menit, 2 buah baffle didapatkan waktu
tinggal untuk 1 liter air adalah 3,6 jam. Dari hasil perhitungan didapatkan scale up tangki
kontinyu agar kapasitas mencapai 100.000 liter per hari sebagai berikut:
Desain tangki aerasi :
Diameter : 4 meter
Tinggi air dalam tangki : 2,9 meter
Volume air limbah : 28,772 m3
Jika tangki terisi 80%, V total : 100/80 x 28,772 = 35,965 m3
Tinggi ruang kosong : Tinggi tangki – tinggi air dalamtangki
(2,9 – 2,23) = 0,67 meter
Tebal dinding>1/10 jari-jari tangki= 20 cm
Waktu tinggal = 5,364 jam
Laju air masuk tangki = 1,49 L/detik
Setelah 5,364 jam atau 28772 liter air berada dalam tangki, valve air keluar tangki dibuka
dengan rate yang sama 1,49 liter/detik
Gambar desain tangki kontinyu

Rpm Proppeler =
Laju air masuk tangki = 1,49
200 rpm
L/detik
Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS
BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-10

h=2,9 meter
Laju udara masuk
tangki = 9 L/menit
Laju air keluar tangki = 1,49
D= 4 meter L/detik setelah 5,364 jam

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai