MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Kesehatan Masyarakat
yang dibina oleh Bapak Hasan Aroni, SKM, MPH
Oleh
kelompok 2 :
Merinda Whisny S P17110173056
Dian Lestari P17110173060
Jelita Nur Khasanah P17110173064
Afida Ahya Staniya Z. P17110173068
Triana Agustina Dewi P17110174074
Shinta Juwita P17110174075
Afifah Fairuz K P17110174087
Audra Heranisa P17110174090
1
Kata Pengantar
Puja dan puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanallahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik, dan Hidayah. Sehingga kita dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “pengertian dan upaya penyelidikan wabah/kejadian luar biasa” dengan baik tanpa
ada halangan yang berarti.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca maupun yang menyusunnya.
Adapun kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini dari para pembaca.
Penyusun
2
Daftar isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 : PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................... 3
Rumusan Masalah ................................................................................. 4
Tujuan ................................................................................................... 4
BAB 2 : PEMBAHASAN
Pengertian wabah atau Kejadian Luar Biasa ........................................ 5
Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) .................................................... 7
Sumber dan Jenis Pangan Penyebab Keracunan .................................. 8
Penanganan Keracunan Makanan ........................................................ 14
Upaya Penanggulangan Wabah ........................................................... 24
Menetapkan Berakhirnya Keadaan Wabah ......................................... 28
BAB 3 : PENUTUP
Kesimpulan .......................................................................................... 31
Saran .................................................................................................... 32
Daftar Pustaka .................................................................................................... 33
3
BAB 1
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia karena di dalamnya mengandung zat gizi
yang diperlukan antara lain untuk pertumbuhan badan, memelihara jaringan tubuh yang rusak,
diperlukan untuk berkembang biak dan untuk proses yang terjadi di dalam tubuh, dan
menghasilkan energI untuk dapat melakukan aktivitas.
Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang disebabkan mengonsumsi makanan yang
berbahaya atau terkontaminasi. Terjadinya penyakit karena makanan erat kaitannya dengan
lingkungan yang digambarkan WHO sebagai diagram V, yaitu penularan penyakit melalui flay
(lalat), fingers (tangan), fild (tanah), dan food (makanan).
Keracunan pangan atau istilah lainnya yaitu intoksikasi makanan termasuk dalam
penyakit akibat makanan, adalah penyakit yang didapat karena mengonsumsi makanan yang
tercemar. (WHO,2000) Penyakit ini amat beragam gejala klinisnya dan masa inkubasinya,
tergantung jenis makanan penyebabnya. Salah satu gejala klinis yang sering timbul berupa diare.
4
II. RumusanMasalah
1. Apa yang pengertian KLB Pangan?
2. Bagaimana wabah /KLB Pangan ?
3. Apa saja sumber dan jenis penyebab kercunan pangan ?
4. Bagaimana masalah utama penanganan keracunan pangan ?
5. Bagaimana upaya penyeledikan wabah kejadian luar biasa ?
III. Tujuan
Adapun tujuan menulis makalah ini adalah :
1. Untuk dapat memahami pengertian KLB pangan
2. Untuk dapat memahami wabah/KLB Pangan
3. Untuk dapat memahami sumber dn jenis penyebab keracunan pangan
4. Unuk dapat memahami masalah utama dalam penanganan keracunan pangan
5. Untuk dapat memahami upaya penyelidikan wabah/KLB
5
BAB II
Menurut Mac Mahon and Pugh, 1970; Last, 1983, Benenson, 1990
Kejadian Luar Biasa adalah Kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada
satu/sekelompok masyarakat tertentu.
6
Menurut UU No 4 Tahun 1984
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa wabah atau KLB pangan adalah
timbulnya suatu kejadian kesakitan /kematian yang meluas secara cepat baik dalam jumlah
kasus maupun luas daerah penyakit, yang disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi. Jika
makanan yang dikonsumsi tidak baik atau mengandung zat-zat yang membahayakan, maka
orang yang mengonsumsi akan mengalami kejadian atau kesakitan yang jika dibiarkan akan
berujung pada kematian.
Adapun penyebab yang mendukung terjadinya Kejadian Luar Biasa pangan yakni:
Hal ini dapat ditandai dengan terjadinya keracunan dan adanya penyakit yang meyerang.
7
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam,
hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun
sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan
perbulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluhpersen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih disbanding satu periode sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama.
Menurut hasil analisis data yang dilakukan oleh The Washington-based Centers for
Science dari tahun 1990 sampai tahun 2006 mengenai berbagai jenis makanan yang paling sering
menyebabkan terjadinya keracunan makanan dalam kurun waktu tersebut adalah sebagai berikut:
8
1. Sayuran Berdaun Hijau
Berdasarkan analisis data dari tahun 1990-2006, sayuran berdaun hijau telah menyebabkan
sekitar 363 kasus keracunan makanan. Hal ini dikarenakan sayuran berdaun hijau
mengandung berbagai jenis kuman seperti bakteri E.coli, norovirus, dan salmonella.
Berbagai jenis kuman ini biasanya mengkontaminasi sayuran pada waktu sayuran tersebut
dipanen atau saat dicuci sebelum dikemas.
2. Telur
Berdasarkan analisis data dari tahun 1990-2006, telur telah menyebabkan sekitar 325 kasus
keracunan makanan. Sebagian besar kasus keracunan makanan akibat telur disebabkan oleh
adanya salmonella di dalamnya karena proses memasak yang tidak tepat. Kejadian ini paling
9
sering terjadi di restoran, misalnya saat mereka menyajikan telur yang terlalu mentah atau
terlalu lama membiarkannya di dalam tempat terbuka, misalnya di tempat makan buffet.
3. Ikan Tuna
Berdasarkan analisis data dari tahun 1990-2006, ikan tuna telah menyebabkan sekitar 268
kasus keracunan makanan. Penyebab utamanya adalah karena keracunan scombroid, sejenis
racun yang dilepaskan saat ikan segar disimpan di dalam tempat bersuhu kurang dari 15.5
derajat Celcius. Gejala yang biasa ditemukan adalah nyeri kepala, kram perut, mual, diare,
berdebar-debar, dan gangguan penglihatan.
4. Tiram
Berdasarkan analisis data dari tahun 1990-2006, tiram telah menyebabkan sekitar 132 kasus
10
keracunan makanan. Penyebab utamanya adalah adanya norovirus di dalam tiram dan
biasanya berasal dari air tempatnya berasal. Selain norovirus, sejenis bakteri yang bernama
Vibrio juga dapat ditemukan di dalam tiram dan dapat masuk ke dalam aliran darah dan
mengancam nyawa seseorang.
5. Kentang
Berdasarkan analisis data dari tahun 1990-2006, kentang telah menyebabkan sekitar 108
kasus keracunan makanan. Keracunan ini biasanya berasal dari kentang yang telah
terkontaminasi atau karena kentang salad yang tidak dimasukkan ke dalam lemari
pendingin. Bakteri yang paling sering menjadi penyebab keracunan makanan akibat
kentang adalah E. coli dan salmonella.
6. Keju
Berdasarkan analisis data dari tahun 1990-2006, keju telah menyebabkan sekitar 83 kasus
keracunan makanan. Penyebab tersering adalah adanya bakteri salmonella. Selain itu,
dianjurkan agar para ibu hamil tidak mengkonsumsi berbagai jenis keju lunak seperti Brie
atau Camembert karena keduanya sering mengandung Listeria, yang dapat menyebabkan
terjadinya keguguran.
7. Es Krim
11
Berdasarkan analisis data dari tahun 1990-2006, es krim telah menyebabkan sekitar 75 kasus
keracunan makanan. Sebagian besar kasus terjadi akibat adanya bakteri salmonella dan
staphylococcus yang seringkali berasal dari telur mentah di dalam es krim rumahan.
8. Tomat
Berdasarkan analisis data dari tahun 1990-2006, tomat telah menyebabkan sekitar 31 kasus
keracunan makanan. Sebagian besar kasus terjadi akibat adanya bakteri salmonella di
dalam tomat. Kasus keracunan makanan akibat tomat sebagian besar terjadi di restoran,
yaitu sekitar 70%.
9. Kecambah
Berdasarkan analisis data dari tahun 1990-2006, kecambah telah menyebabkan sekitar 31
kasus keracunan makanan. Hal ini dikarenakan biji kecambah telah terkontaminasi oleh
salmonella atau E.coli saat disimpan. Oleh karena itu, BPOM Amerika menganjurkan agar
12
orang yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah, orang lanjut usia, dan anak-anak tidak
mengkonsumsi kecambah mentah.
Berdasarkan analisis data dari tahun 1990-2006, buah beri telah menyebabkan sekitar 25
kasus keracunan makanan. Buah beri seringkali terkontaminasi oleh virus hepatitis A atau
cyclospora. Kontaminasi kemungkinan terjadi saat panen atau proses pengemasan.
11. Susu
Memang segar rasanya mengonsumsi susu yang baru saja diperah, tapi risikonya juga tinggi.
Meskipun susu salah satu pertolongan pertama saat keracunan makanan, tapi susu segar
yang tidak dipanaskan bisa menjadi tempat bakteri salmonella, E.Coli, atau listeria
(Autralian Institute of Food Safety).Sebaiknya susu dipasteurisasi untuk membunuh bakteri
yang ada dan terhindar dari kemungkinan keracunan makanan.
13
D. PENANGANAN KERACUNAN MAKANAN
Keracunan makanan adalah penyakit yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau air
yang terkontaminasi dengan bakteri, parasit, virus, atau bahan kimia. Gejala, bervariasi dalam
derajat dan kombinasi, termasuk sakit perut, muntah, diare, dan sakit kepala; kasus yang lebih
serius dapat mengakibatkan mengancam jiwa neurologis, hati, ginjal dan sindrom yang
mengarah ke cacat permanen atau kematian. Sebagian besar penyakit adalah ringan dan
meningkatkan tanpa pengobatan khusus. Beberapa pasien memiliki penyakit parah dan
memerlukan rawat inap, hidrasi agresif, dan pengobatan antibiotik
Keracunan makanan adalah suatu keadaan peradangan akut pada selaput lendir lambung
atau usus kecil. Keracunan makanan sangat umum terjadi dan terkadang menimbulkan masalah
serius hingga mengancam hidup penderitanya. Banyak sekali penyebab keracunan makanan,
yang paling umum adalah karena infeksi bakteri seperti Campylobacter, Salmonella, Shigella,
Escherichia coli (E. coli), Listeria, dan Botulisme. Onset gejala dan tingkat keparahan tergantung
pada waktu yang infeksi penyebabnya. Ada lebih dari 250 penyakit yang bertalian dengan
makanan.
CDC memperkirakan bahwa 68% dari kasus-kasus keracunan makanan yang disebabkan
karena organisme tidak terdeteksi atau tidak diketahui. Hal ini karena kebanyakan kasus
menyelesaikan sendiri dan tidak memerlukan rawat inap. Penyebab adalah terutama dua-
organisme menular dan racun. Keracunan makanan dapat diklasifikasikan menurut tingkat
keparahannya.
14
Keracunan makanan juga bisa disebabkan karena mengonsumsi alkohol secara
berlebihan, virus seperti norovirus bisa menyebabkan peradangan pada usus. Alergi terhadap
suatu bahan makanan tertentu yang mungkin menyehatkan bagi orang lain namun tidak bagi
dirinya, dan racun atau bahan kimia tertentu. Sebagian racun dapat menyebabkan keracunan
dalam waktu yang jauh lebih singkat. Dalam kasus ini, muntah menjadi gejala utama.
Bakteri yang menyebabkan kasus penderita sering dirawat paling sering berturut-turut
adalah Salmonella, Norovirus, Campylobacter species, Toxoplasma gondii, E coli . Kuman
patogen yang paling berbahaya penyebab kematian bertutut -turut adalah Salmonella, T gondii,
Listeria monocytogenes, Norovirus, Campylobacter.
Makanan sangat rentan terhadap kontaminasi jika tidak ditangani, disimpan atau dimasak
dengan baik. Makanan yang dimasak dan disiapkan secara massal rentan sekali terkontaminasi
oleh zat-zat beracun dan bakteri. Makanan yang paling sering menyebabkan keracunan (karena
pengolahan yang tidak benar atau terkontaminasi) adalah daging, ikan, susu, telur dan berbagai
penganan atau sajian setelah makan. Makanan yang terkontaminasi oleh bahan atau bakteri
tertentu paling sering terjadi akibat ketidakbersihan lingkungan memasak, bahan makanan atau
tempat makan tidak dicuci dengan bersih, proses pengolahan makanan yang salah, dan juga
karena orang yang mengolahnya sedang dalam kondisi penyakit tertentu, seperti infeksi pada
kulit atau batuk-batuk.
CDC melaporkan data di Amerika antara tahun 1998 dan 2008, perkiraan penyakit yang
bertalian dengan makanan tahunan, rawat inap, dan kematian akibat masing-masing 17 kategori
makanan. Di antara temuan tersebut sayuran berdaun hijau yang penyebab paling umum dari
keracunan makanan (22%), terutama karena spesies Norovirus, diikuti oleh E coli O157. Unggas
adalah penyebab kematian paling umum dari keracunan makanan (19%), dengan Listeria dan
Salmonella spesies menjadi organisme menular utama dan produk susu [adalah penyebab paling
sering kedua penyakit bawaan makanan (14%) dan kematian (10%), dengan faktor utama yang
menjadi kontaminasi oleh Norovirus dari makanan dan pasteurisasi yang tidak tepat
mengakibatkan kontaminasi dengan spesies Campylobacter.
15
Diare pada Keracunan Makanan
Diare inflamasi disebabkan oleh aksi cytotoxin pada mukosa, yang menyebabkan invasi
dan kehancuran. Kolon atau usus kecil distal sering terlibat. Diare biasanya berdarah; berlendir
dan leukosit yang hadir. Pasien biasanya demam dan mungkin muncul beracun. Dehidrasi kurang
mungkin dibandingkan dengan diare karena infeksi dengan volume tinja yang lebih kecil.
Leukosit tinja atau tes tinja laktoferin positif menunjukkan proses inflamasi, dan peningkatan
leukosit dalam feses menunjukkan kolitis.
Organisme menembus mukosa dan berkembang biak dalam jaringan limfatik lokal,
diikuti oleh penyebaran sistemik. Contohnya termasuk Campylobacter jejuni, Vibrio
16
parahaemolyticus, enterohemorrhagic dan enteroinvasif E coli, Yersinia enterocolitica,
Clostridium difficile, Entamoeba histolytica, dan Salmonella dan Shigella spesies.
Keluhan menyajikan, manifestasi khas dan patogenesis berbagai agen penyebab, dan
diagnosis dan pengobatan informasi.
Riwayat termasuk durasi penyakit, karakteristik dan frekuensi buang air besar, dan perut
berhubungan dan gejala sistemik, dapat memberikan petunjuk untuk penyebab yang
mendasari. Adanya sumber yang sama, jenis makanan tertentu, sejarah, dan penggunaan
antibiotik selalu harus diteliti lebih cermat
Dalam dua sampai empat jam setelah memakan makanan yang sudah terkontaminasi
bakteri, penderita akan merasakan kejang perut yang hebat, diikuti perasaan mual,
muntah-muntah, dan diare, sering juga terjadi kelemahan dan syok yang hebat. Meskipun
begitu, pada umumnya serangan ini akan berakhir dalam beberapa jam diikuti dengan
kesembuhan sempurna.
Setelah itu diikuti dengan muntah-muntah, diare, dan perasaan lemah. Mungkin juga
muncul perasaan terbakar pada anus, dan tinja yang dikeluarkan mengandung darah atau
17
semacam lendir. Bila sudah dalam kondisi seperti ini, si penderita akan kekurangan
cairan dan akhirnya syok, hingga asidosis (terlalu banyak asam pada cairan tubuh).
Keracunan makanan biasanya dimulai dengan perasan mual, kejang dan nyeri di perut
secara tiba-tiba, perut kembung terutama di bagian bawah
Diare akut pada keracunan makanan biasanya berlangsung kurang dari 2 minggu. Diare
berlangsung 2-4 minggu diklasifikasikan sebagai gigih. Diare kronis didefinisikan oleh
durasi lebih dari 4 minggu.
Adanya demam menunjukkan penyakit invasif. Namun, terkadang demam dan diare
dapat menyebabkan infeksi di luar saluran pencernaan, seperti pada malaria.
Diare dengan darah atau lendir menunjukkan invasi mukosa usus atau kolon.
Gejala muntah yang dominan biasanya dicurigai Staphylococcus aureus, B cereus, atau
Norovirus
Arthritis reaktif dapat dilihat dengan Salmonella, Shigella, Campylobacter, dan infeksi
Yersinia.
Diare yang sering dan berlebihan dengan feses seperti air cucian beras air berlimpah
menunjukkan kolera atau proses yang serupa.
Nyeri perut yang paling parah dalam proses inflamasi. Menyakitkan kram otot perut
menunjukkan hilangnya elektrolit yang mendasari, seperti dalam kolera yang berat.
Riwayat kembung harus dicurigai infeksi giardiasis.
Yersinia enterocolitis dapat mirip gejala usus buntu.
Sindrom proktitis, terlihat dengan shigellosis, ditandai dengan buang air besar yang
menyakitkan sering mengandung darah, nanah, dan lendir. Tenesmus dan
ketidaknyamanan dubur adalah manifestasi yang menonjol.
Konsumsi daging tidak matang atau unggas mencurigakan untuk Salmonella,
Campylobacter, toksin Shiga E coli, dan C perfringens.
Konsumsi makanan laut mentah yang mencurigakan untuk virus Norwalk seperti, Vibrio
organisme, atau hepatitis A.
Konsumsi makanan kaleng buatan sendiri dikaitkan dengan C botulinum.
18
Konsumsi keju lunak yang tidak dipasteurisasi dikaitkan dengan Listeria, Salmonella,
Campylobacter, toksin Shiga E coli, dan Yersinia.
Konsumsi daging deli terkenal bertanggung jawab untuk listeriosis.
Konsumsi susu yang tidak dipasteurisasi atau jus mencurigakan untuk Campylobacter,
Salmonella, toksin Shiga E coli, dan Yersinia.
Salmonella telah dikaitkan dengan konsumsi telur mentah.
Komplikasi
Komplikasi yang sangat jarang terjadi di host sehat, kecuali dalam kasus-kasus botulisme
atau keracunan jamur. Bayi, orang tua, dan immunocompromised host lebih rentan terhadap
komplikasi. Komplikasi lain adalah sebagai berikut:
Antidiare
19
dengan demam, toksisitas sistemik, diare berdarah, atau pada pasien yang kondisinya
baik tidak menunjukkan perbaikan atau memburuk.
b. Atapulgit (Kaopectate, Diasorb) Adsorben dan pelindung yang mengontrol diare.
c. Aluminium hidroksida (Amphojel, Dialume, ALternaGEL) Umumnya digunakan
sebagai antasida. Adsorben dan pelindung yang mengontrol diare.
d. Bismuth subsalicylate (Pepto-Bismol) Agen antisekresi yang juga mungkin memiliki
efek antimikroba dan anti–inflamasi.
e. Difenoksilat dan atropin (Lomotil, Lonox) Kombinasi obat yang terdiri dari
diphenoxylate, yang merupakan meperidine congener sembelit, dan atropin untuk
mencegah penyalahgunaan. Menghambat propulsi GI yang berlebihan dan motilitas.
Tersedia dalam tab (2,5 mg difenoksilat) dan cair (2,5 mg difenoksilat / 5 ml).
f. Loperamide (Imodium) Bekerja pada otot usus untuk menghambat peristaltik dan
memperlambat motilitas usus. Memperpanjang pergerakan elektrolit dan cairan
melalui usus dan meningkatkan viskositas dan hilangnya cairan dan elektrolit.
Tersedia dalam kapsul 2–mg dan cair (1 mg / 5 ml).
g. Terapi antibiotika
Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua patogen
kemungkinan dalam konteks pengaturan klinis. Seleksi antibiotik harus dipandu oleh kepekaan
kultur darah.
20
d. Doxycycline (Doryx, Vibramycin, Vibra–Tabs) Untuk V cholerae atau infeksi
parahaemolyticus V. Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri sehingga
dengan cara mengikat 30S dan 50S subunit ribosom mungkin bakteri rentan.
e. Rifaximin (Xifaxan, RedActiv, Flonorm) Nonabsorbed (<0,4%), spektrum luas antibiotik
khusus untuk patogen enterik dari saluran pencernaan (yaitu, gram–positif, gram negatif,
aerobik, anaerobik). Analog struktural rifampisin. Mengikat beta–subunit dari bakteri
DNA-dependent RNA polimerase, sehingga menghambat sintesis RNA. Diindikasikan
untuk E coli (enterotoksigenik dan strain enteroaggregative) terkait dengan diare
travellers.
22
Jika ingin menyemprot pestisida hindari anak anak dan binatang kesayangan. Lakukan
penyemprotan 1 jam sebelum ruangan dipakai
Jangan pernah meletakkan anti ngengat / kamper disembarang tempat. Letakkankamper
di tempat yang terkunci dan jauh dari jangkauan anak anak
Kenali lingkungan anda, apakah ada tanaman beracun atau binatang berbisa disekitar
lingkungan anda. Jauhkan tanaman beracun dari jangkauan anak anak.
Jangan pernah mengkonsumsi tanaman atau jenis ikan yang belum anda ketahuidengan
pasti keamanannya jika dikonsumsi
Simpanlah selalu nomor nomor telepon penting, seperti Sentra InformasiKeracunan,
Rumah sakit, Ambulans, Polisi dll.
23
Pendidikan, yaitu pendidikan kesehatan atau job training masalah penangananbahan
kimia beracun
Monitoring lingkungan kerja.
Pemeriksaan kesehatan awal, periodik, khusus dan screening serta monitoringbiologis (
darah, tinja, urine dan lainnya )
Sanitasi dan higiene dalam hal higiene perorangan, kamar mandi, pakaian,
fasilitaskesehatan, desinfektan dan sebagainya
Eleminasi, pemindahan sumber bahaya.
Menurut direktorat Surveilan dan penyuluhan keamanan pangan, Badan POM RI terdapat
beberapa tahapan untuk menanggulangi KLB keracunan pangan yaitu sebagai berikut :
24
benar-benar dipecahkan dan dicari solusinya. Setelah dipilih masalah yang akan
diselesaikan kemudian dikaji juga faktor yang berkontribusi memicu terjadinya masalah
tersebut.
2. Menetapkan tindakan penanggulangan yang akan dilakukan
Dalam menanggulangi KLB keracunan makanan ini diharapkan tindakan yang diambil
merupakan tindakan yang paling tepat yang memang diharapkan dapat menanggulangi
kasus tersebut.
3. Menentukan target group dari tindaklanjut
Target yang dituju harus jelas siapa yang akan ditanggulangi dan bagaimana tindak lanjut
kedepannya.
4. Mengindentifikasi instansi yang bertanggung jawab untuk melakukan penanggulangan
Penunjukan instansi yang bertanggung jawab melakukan penanggulangan biasanya
dilakukan berdasarkan tempat KLB keracunan makanan tersebut terjadi. Penanggulangan
dapat dilakukan di instansi kesehatan terdekat terlebih dahulu untuk kemudian diproses
lebih lanjut.
5. Monitoring dan review
6. Mengevaluasi penanggulangan secara menyeluruh
25
Adapun peraturan MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 2 Tahun 2013
tentang kejadian luar biasa keracunan pangan yang didalamnya juga terdapat bagaimana cara
penanggulangan KLB keracunan pangan yaitu antara lain :
BAB IV
Bagian Satu
Umum
Pasal 8
(1) Apabila suatu kejadian ditetapkan sebagai KLB keracunan pangan, maka pemerintah
kabupaten / kota atau kantor kesehatan pelabuhan wajib melakukan upaya
penanggulangan di wilayah kerjanya masing-masing.
(2) Apabila KLB keracunan pangan terjadi pada lintas kabupaten/kota atau adanya
pemerintah penanggulangan KLB keracunan pangan dari pemerintah kabupaten/kota,
maka pemerintah provinsi wajib melakukan upaya penanggulangan KLB keracunan
pangan.
26
(3) Apabila KLB keracunan pangan terjadi pada lintas provinsi, atau adanya permintaan
penanggulangan KLB keracunan pangan dari pemerintah provinsi maka pemerintah
wajib melakukan upaya penanggulngan KLB keracunan pangan
Pasal 9
Upaya penanggulangan KLB keracunan pangan meliputi pertolongan pada korban, penyelidikan,
epidemiologi, dan pencegahan. Bagian kedua pertolongan pada korban.
Pasal 10
(1) Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang menerima korban
keracunan pangan wajib melaksanakan tindakan pertolongan korban.
(2) Tindakan pertolongan korban sebagaimana pada ayat (1) meliputi tindakan keracunan
pangan wajib melaksanakan tindakan pertolongan korban.
(3) Puskesmas,rumah sakit, dan fasilitas pelayan kesehatan lainnya sebagaimana dimakhsud
pada ayat (1) yang memiliki keterbatasan dalam pemberian pertolongan pada korban
wajib melakukan rujukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
(1) Dalam hal terjadi perluasan KLB keracunan pangan, pemerintah dan pemerintahan
daerah wajib mendekatkan kesehatan, sarana dan prasana yang diperlukan dengan lokasi
kejadian.
Bagian Ketiga
Penyelidikan Epidemilogi
Pasal 12
(1) Dalam rangka penanggulangan KLB keracunan pangan,dinas kesehatan kabupaten/ kota
atau kantor kesehatan pelabuhan wajib melakukan penyelidikan epidemilogi.
(2) Penyelidikan epidemilogi KLB keracunan pangan dapat dilakukan terhadap korban dan
seluruh aspek yang terkait higieni sanitasi pangan.
27
(3) Setiap orang dan pengelola fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitass umum, tempat kerja,
tempat rekreasi, dan tempat pengelolaan makanan yang terkait dengan KLB keracunan
pangan, wajib membantu kelancaran penyelidikan epidemologi sebagaimana dimakhsud
pada ayat (1).
Pasal 13
(1) Penyelidikan epidemologi bertujuan untuk: a.mengetahui agen penyebab KLB keracunan
pangan, gambaran epidemologi dan kelompok masyarakat yang terancam keracunan
pangan, sumber dan b.cara terjadinya keracunan pangan dan menentukan cara
penanggulangan yang efektif dan efisien.
(2) Agen penyebab KLB keracunan pangan sebagaimana dimakhsud pada ayat (1) huruf a
dapat diketahui berdasarkan distribusi gejala dan tanda korban, gambaran masa inkubasi
agen penyebab, dan dapat disertai dengan pengambilan dan pemeriksaan spesimen.
(3) Gambaran epidemologi dan kelompok masyarakat yang terancam keracunan pangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi jumlah korban menurut waktu,
tempat, jenis kelamin, dan kelompok umur, serta jumlah masyarakat yang berisiko
keracunan atau angka serangan.
(4) Sumber dan cara terjadinya keracunan pangan sebagaiman dimakhsud pada ayat (1)
huruf a dapat diketahui berdasarkan analisis epidemiologi dan hasil pengujian contoh
pangan, serta kondisi higieni sanitasi pangan.
28
Hal kedua yang perlu diketahui ialah keadaan penyakit saat ini. Untuk ini lakukanlah
berbagai upaya pengumpulan data sebagaimana telah diuraikan. Ada baiknya data yang
dipergunakan tidak hanya data kegiatan rutin atau laporan masyarakat saja, tetapi juga
data yang dicari sendiri secara aktif dilapangan. Hitunglah nilai jumlah rata-rata penyakit
tersebut untuk satu minggu.
Yang menjadi masalah pada penetapan berakhirnya keadaan wabah ialah mengetahui
keadaan penyakit saat ini. Mudah dipahami karena upaya pengumpulan data tentang kasus baru
tidaklah semudah yang diperkirakan.
Aktif atau tidaknya petugas puskesmas atau berperan atau tidaknya Pemerintah Daerah dan
masyarakat setempat, turut menentukan kelengkapan data yang dimiliki. Inilah sebabnya dalam
melakukan penanggulangan wabah, perlu diupayakan adanya peran serta masyarakat. Untuk ini
sebagaimana telah dikemukakan, diperlukan adanya kejelian dan ketanggapan dari petugas
puskesmas sendiri yakni dalam rangka menghindari adanya “peran serta berlebihan” dan/atau
“peran serta kurang”.
Apabila data tentang kedua keadaan ini telah diketahui, lakukanlah perbandingan. Dari hasil
perbandingan ini akan dapat ditarik kesimpulan apakah keadaan wabah telah berakhir atau tidak.
29
Sekalipun hasil perhitungan yang dilakukan telah menunjukkan kepada tanda-tanda
berakhirnya keadaan wabah, bukan berarti pengumuman berakhirnya keadaan wabah dapat
segera dilakukan. Di masyarakat mungkin saja ditemukan kasus yang baru berada dalam masa
inkubasi dan karena itu tidak tercatat sebagai penderita.
Untuk dapat menetapkan berakhir atau tidaknya keadaan wabah ini, perlu ditunggu untuk
satu kurun waktu tertentu. Kurun waktu yang dimaksud paling tidak untuk dua masa inkubasi.
Apabila dalam waktu dua masa inkubasi tidak ditemukan lagi kasus baru, maka dapatlah
dianggap berakhirnya keadaan wabah tersebut.
Untuk penyakit yang bersifat kronis cara yang ditempuh pada umumnya adalah sama. Hanya
saja yang dipakai sebagai pedoman tidak hanya fluktuasi jumlah kasus baru, tetapi yang
terpenting adalah angka kematian karena penyakit kronis yang dimaksud.
Penetapan berakhirnya keadaan wabah ini harus diikuti dengan laporan yang dikirimkan ke
Dinas Kesehatan Tingkat II. Perlu disampaikan bahwa dengan berakhirnya keadaan wabah
bukan berarti pekerjaan penanggulangan wabah telah terhenti. Pekerjaan penanggulangan wabah
tersebut tetap dilanjutkan yakni kembali melakukan pengamatan untuk menentukan apakah
keadaan wabah tersebut terjangkit lagi atau tidak.
30
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Kejadian Luar Biasa Pangan merupakan suatu kejadian dua orang atau lebih
menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama setelah mengonsumsi pangan,
dan berdasarkan analisis epidemiologi, pangan tersebut terbukti sebagai sumber
penularan. Kejadian Luar Biasa Pangan disebabkan oleh beberapa faktor yang di
antaranya kekebalan tubuh, kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier, dan
kebiasaan hidup penduduk. Penyebaran ini menyebabkan penyakit. Yang biasa terjadi
adalah diare yang disebabkan oleh lingkungan maupun konsumsi individu serta
terjadinya keracunan. Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan dalam upaya
menanggulangi Kejadian Luar Biasa pangan yaitu:
a. Menetapkan masalah dengan mengkaji faktor-faktor yang berkontribusi
Adapun perilaku yang dapat dilakukan untuk mencegah Kejadian Luar Biasa Pangan
berupa:
1. Menjaga kebersihan dan memperhatikan zat gizi dari makanan yang akan dikonsumsi
31
2. Membersihkan lingkungan sekitar secara berkala untuk meminimalisir perkembangan
mikroorganisme penyebab penyakit.
3. Menjaga jarak antara bahan-bahan kimia berbahaya dengan makanan yang akan
dikonsumsi
II. SARAN
Sebagai penyusun, kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan
serta kesalahan dalam menyusun makalah ini. Adapun makalah ini kami susun
dengan masih terdapat banyak materi yang kurang terfokuskan di dalamnya
sehingga kami berharap ke depannya akan dapat memberikan materi yang
baik dan bermanfaat.
KLB yang makin marak terjadi saat ini membuat banyak pihak resah
sehingga sangat diperlukan adanya pencegahan yang dilakukan oleh
masyarakat. Semua pihak tentu memiliki peran yang sangat penting untuk
menekan angka Kejadian Luar Biasa Pangan. Pemerintah harus memberikan
banyak pengetahuan serta informasi kepada masyarakat terkait dengan adanya
Kejadian Luar Biasa agar masyarakat juga mampu memahami secara pasti
bagaimana cara melakukan pencegahannya.
32
DAFTAR PUSTAKA
Maulani, N. S. (2010). Kejadian Luar Biasa. Dipetik February 28, 2018, dari
http://catatan-kesmas.blogspot.co.id/2010/07/kejadian-luar-biasa-klb.html
Kamaliah,A. (2017, Agustus 9). 8 makanan yang sering jadi perantara bakteri penyebab
keracunan. Diambil kembali dari
https://health.detik.com/read/2017/08/09/145104/3592544/763/8 -makanan-yang-paling-
sering- menyebabkan- keracunan
Menkes RI.2004. Peraturan Menteri Kesehatan No. 949 tahun 2004 tentang pedoman
penyelenggaraan sistem kewaspadaan dini Kejadian Luar Biasa (KLB)
33
Muslikin I. 2015. Menetapkan Berakhirnya Keadaan Wabah. Dari
http://sangpengembara733.blogspot.co.id/2015/02/menetapkan-berakhirnya-keadaan-
wabah.html, diakses 1 Maret 2018.
34