Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Ahmad fudori.
2. Agnes adelia fekaristi.

Semester/Tingkat : IV/IIA

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA WACANA METRO


TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Maternitas .Adapun makalah ini mengenai
Hiperemesis Gravidarum
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan dari penyusun, maka kami dengan
senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Dan harapan kami sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan makalah ini
dapat dimanfaatkan bagi, khususnya mahasiswi D-III Akper Dharma Wacana.

Akhir kata, melalui kesempatan ini kami,penyusun makalah mengucapkan banyak


terima kasih.

Metro, 05 Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................................................ 1


Daftar isi................................................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................................................. 3
B. Tujuan penulisan ............................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian ....................................................................................................................... 5
B. Etiologi ........................................................................................................................... 5
C. Tanda dan gejala ............................................................................................................. 6
D. Faktor resiko ................................................................................................................... 7
E. Patofisiologis .................................................................................................................. 8
F. Komplikasi ...................................................................................................................... 8
G. Penatalaksanaan medis ................................................................................................... 8
H. Penatalaksanaan keperawatan ......................................................................................... 9
I. Pemeriksaan penunjang .................................................................................................. 10
J. Diagnosa keperawatan .................................................................................................... 10
K. Rencana keperawatan ..................................................................................................... 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13


A. Latar Belakang
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi
pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala
– gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar
hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh
Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau
pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan
keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4
bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan
inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis
menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)

B. Tujuan Penulisan
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang hiperemesis gravidarum yaitu mual
muntah yang berlebihan sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari.
LAPORAN PENDAHULUAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. PENGERTIAN
Hiperemesis gravidarum dalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil, sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, sebagai akibatnya
terjadilah dehidrasi (Ratna Hidayati, 2009).
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah berlebihan,
lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga menggganggu kesehatan dan pekerjaan
sehari – hari (Arief. B., 2009).

B. ETIOLOGI
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Beberapa
faktor predisposisi dan faktor lain yang menjadi penyebab Hiperemesis Gravidarum adalah:

1. Faktor konsentrasi human chorionic gonadothropin (HCG) yang tinggi : sering terjadi
pada kehamilan primigravida, Molahidatidosa, kehamilan ganda, dan hidramnion.

2. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales ke dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.

3. Faktor Psikologis: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut pada
kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan sebagainya (Ratna Hidayati,
2009).

4. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dsb.

5. Faktor gizi / anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum. (Manuaba,dkk:


2007).
C. TANDA DAN GEJALA
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis gravidarum tidak ada
kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila
keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut berat
ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1) Tingkatan I (ringan)
- Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita
- Ibu merasa lemah
- Nafsu makan tidak ada
- Berat badan menurun
- Merasa nyeri pada epigastrium
- Nadi meningkat sekitar 100 per menit
- Tekanan darah menurun
- Turgor kulit berkurang
- Lidah mengering
- Mata cekung
2) Tingkatan II (sedang)
- Penderita tampak lebih lemah dan apatis
- Turgor kulit mulai jelek
- Lidah mengering dan tampak kotor
- Nadi kecil dan cepat
- Suhu badan naik (dehidrasi)
- Mata mulai ikterik
- Berat badan turun dan mata cekung
- Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
- Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi acetonuria
3) Tingkatan III (berat)
- Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma)
- Dehidrasi hebat
- Nadi kecil, cepat dan halus
- Suhu badan meningkat dan tensi turun

D. FAKTOR RESIKO
Ada 2 faktor risiko hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut yaitu :
1) Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6,
nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis korsakoff
(amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh karena itu, untu
hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan (Prawirohardjo, 2010).
Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit, natrium, kalium, dan
kalsium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga makin berkurang kalium
dalam keseimbangan tubuh serta makin menambah berat terjadinya muntah. Muntah yang
berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada lambung dan esophagus ,
sehingga muntah bercampur darah (Manuaba, 2010).

2) Fetal
Menurut Tiran (2008) " Wanita yang memiliki kadar HCG di bawah rentang normal lebih
sering mengalami hasil kehamilan yang buruk, termasuk keguguran, pelahiran prematur, atau
retardasi pertumbuhan intrauterus (IUGR )". Selain itu, penurunan berat badan yang kronis akan
meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR) (Prawirohardjo,
2010).
Muntah yang berlebihan menyebabkan dapat menyebabkan cairan tubuh makin berkurang,
sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat memperlambat peredaran darah
yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang. Kekurangan makanan dan O2
ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan
janin dan wanita hamil (Manuaba, 2010).
E. PATOFISIOLOGI
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada
trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton
darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi (darah
yang mengental), sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen ke jaringan berkuang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik.
Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. dapat terjadi robekan pada selaput
lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan
gastrointestinal.

F. KOMPLIKASI
1) Dehidrasi berat
2) Takikardi
3) Ensefalopati Wernicke dengan gejala nistagmus
4) diplopia dan perubahan mental
5) Alkalosis
6) Ikterik
7) payah hati dengan gejala timbulnya ikterus (Arif, 2000).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan antara lain:
1) Hospitalisasi
Menurut Runiari (2010), Manifestasi klinik yang ditimbulkan dari kasus hiperemesis
gravidarum menjadikan klien harus dirawat di rumah sakit, indikasinya adalah sebagai berikut:
- Memuntahkan semua yang dimakan dan yang diminum, apalagi bila telah berlangsung lama
- Berat badan turun lebih dari 10% dari berat badan normal
- Dehidrasi yang ditandai dengan turgor yang kurang 3detik dan lidah kering
Tujuan penatalaksanaan hiperemesis gravidarum, saat ibu dihospitalisasi, adalah
merehidrasi ibu, memperbaiki gangguan elektrolit dan hematologis lain, mencegah komplikasi
dan memindahkan ibu ke rumah sakit dengan segera, meskipun banyak wanita memiliki angka
yang tinggi untuk masuk kembali ke rumah sakit. Penyebab muntah yang terjadi secara
berlebihan harus diidentifikasi, bukan semata-mata untuk membuat diagnosis banding, tetapi
juga untuk mempertimbangkan faktor lain seperti masalah psikologis, yang dapat menambah
keparahan ibu (Tiran,2008).

2) Obat-obatan Sedativa : Phenobarbital, Vitamin : Vitamin C, B1 dan B6 atau B kompleks,


Anti histamine : dramamin, avomin, Anti emetik (pada keadaan lebih berat): Dislikomin
hidrokloride atau khlorpromasine. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu
dikelola di rumah sakit

3) Cairan parenteral: cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5%
dalam cairan fisiologis (2–3 liter/hari), dapat ditambah kalium yang diperlukan untuk kelancaran
metabolisme dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat
diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan
umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair. Dengan
penanganan diatas, pada umumnya gejala–gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah
baik (Wiknjosastro, 2005).

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan sebagai berikut :
1) Isolasi dan Terapi Psikologis
- Isolasi di ruangan yang dilakukan dengan baik dapat meringankan gravidarum karena
perubahan suasana rumah tangga.
- Konseling dan edukasi (KIE) tentang kehamilan yang dilakukan untuk menghilangkan
factor psikis rasa takut.
- Memberikan informasi tentang diet ibu hamil dengan makan tidak sekaligus banyak, tetapi
dalam porsi yang sedikit namun sering. (Ratna Hidayati, 2009).
2) Terapi psikologika
Perlu diyakinkan kepeda penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.

3) Terapi Alternatif
Ada beberapa macam pengobatan alternatif bagi hiperemesis gravidarum, antara lain:
a. Vitamin B6
Vitamin B6 merupakan koenzim yang berperan dalam metabolisme lipid, karbohidrat dan asam
amino. Peranan vitamin B6 untuk mengatasi hiperemesis masih kontroversi. Dosis vitamin B6
yang cukup efektif berkisar 12,5 - 25 mg per hari tiap 8 jam. Vitamin B6 merupakan ko-enzim
berbagai jalur metabolisme protein dimana peningkatan kebutuhan protein pada trimester I
diikuti peningkatan asupan vitamin B6. Defisiensi vitamin B6 akan menyebabkan kadar
serotonin rendah sehingga saraf panca indera akan semakin sensitif yang menyebabkan ibu
mudah mual dan muntah. Pada wanita hamil terjadi peningkatan kynurenic dan xanturenic acid
di urin. Kedua asam ini diekskresi apabila jalur perubahan tryptophan menjadi niacin
terhambat. Hal ini dapat juga terjadi karena defisiensi vitamin B6. Kadar hormon estrogen
yang tinggi pada ibu hamil juga menghambat kerja enzim kynureninase yang merupakan
katalisator perubahan tryptophan menjadi niacin, yang mana kekurangan niacin juga dapat
mencetuskan mual dan muntah (Ary Widayana, dkk: 2013).

b. Jahe (zingiber officinale)


Pemberian dosis harian 250 mg sebanyak 4 kali perhari lebih baik pada wanita dengan
hiperemesis gravidarum. Salah satu studi di Eropa menunjukan bubuk jahe (1 gram per hari)
lebih efektif dibandingkan plasebo dalam menurunkan gejala hiperemesis gravidarum. Belum
ada penelitian yang menunjukan hubungan kejadian abnormalitas pada fetus dengan jahe.
Namun, harus diperhatikan bahwa akar jahe diperkirakan mengandung tromboksan sintetase
inhibitor dan dapat mempengaruhi peningkatan reseptor testoteron fetus (Ary Widayana,dkk
:2012).
c. Aromaterapi
Aromaterapi adalah salah satu pengobatan alternatif yang dapat diterapkan dengan
menggunakan minyak esensial tumbuhan dan herbal.Penggunaan minyak esensial sejak zaman
dahulu telah digunakan di Mesir, italia, india, dan cina. Kimiawan Prancis, Rene Maurice
Gattefosse menyebutnya dengan istilah aromaterapi pada tahun 1937, ketika ia menyaksikan
kekuatan penyembuhan minyak lavender pada kulit dengan luka bakar. Setiap minyak esensial
memiliki efek farmakologis yang unik, seperti anti bakteri, antivirus, diuretik, vasodilator,
penenang dan merangsang adrenal. Minyak atsiri dapat digunakan dirumah dalam bentuk uap
yang dapat dihirup atau pernafasan topikal. Penghirupan uap sering digunakan untuk kondisi
pernafasan dan mengurangi mual. inhalasi uap dilakukan dengan cara menambahkan 2-3 tetes
minyak esensial eucalyptus, rosemary, pohon teh, atau minyak kedalam air panas. Beberapa
tetes minyak esensial juga dapat ditambahkan untuk mandi, kompres atau pijat ( Runiari, 2010).

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) USG (dengan menggunakan waktu yang tepat)
2) Pemeriksaan darah lengkap
3) Kadar gula darah
4) Analisis gas darah
5) Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN (Blood Urea Nitrogen)
6) Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH (Hazlynpotc, 2013).

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual-muntah
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
K. RENCANA KEPERAWATAN (INTERVENSI)
N Diagnosa Perencanaan
o keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1 Ketidakseimban Dalam waktu 1. Timbang dan catat berat badan Untuk mendapatkan
. gan nutrisi 3x24jam pasien pada jam yang sama pembacaan yang paling
kurang dari setelah setiap hari akurat
kebutuhan diberikan 2. Pantau asupan dan haluaran Karena berat badan
tubuh tindakan pasien dapat meningkat
berhubungan pemenuhan sebagai akibat dari
dengan nutrisi klien retensi cairan
anoreksia, terpenuhi 3. Kaji dan catat bising usus Untuk memantau
mual-muntah Dengan criteria pasien satu kali setiap peningkatan dan
hasil : ergantian tugas jaga penurunannya
1. Berat
badan4. Auskultasi dan catat suara Untuk memantau
ideal napas pasien setiap 4 jam aspirasi
2. Bising usus
normal
3. Membrane
mukosa
lembab
2 Gangguan Dalam waktu1. Pantau dan catat TTV setiap 2 Takikardia, dispnea,
. keseimbangan 3x24 jam k jam atau sesering mungkin atau hipotensi dapat
cairan dan1.Membrane sesuai keperluan sampai stabil. mengindikasikan
elektrolit mukosa Kemudian pantau dan catat kekurangan volume
berhubungan lembab TTV setiap 4 jam cairan atau
dengan 2.CRT kurang ketidakseimbangan
kehilangan dari 3 detik elektrolit.
cairan secara3.TTV normal 2. Ukur asupan dan haluaran Haluaran urine yang
aktif setiap 1 sampai 4 jam. Catat rendah dan berat jenis
dan laporkan perubahan yang urine yang tinggi
signifikan termasuk urine, mengindikasikan
feses, muntahan, drainase luka, hipovolemia
drainase nasogastrik, drainase
slang dada, dan haluaran yang
lain.
3. Timbang pasien pada waktu  Untuk memberikan
yang sama setiap hari data yang lebih akurat
dan konsisten. Berat
badan merupakan
indicator yang baik
untuk status cairan.
4. Kaji turgor kulit dan  Untuk memeriksa
membrane mukosa mulut dehidrasi
setiap 8 jam  Untuk menghindari
5. Berikan perawatan mulut dehidrasi membrane
dengan cermat setiap 4 jam mukosa
 Peningkatan berat jenis
6. Periksa berat jenis urin setiap urine dapat
8 jam mengindikasikan
dehidrasi
3 Intoleransi Setelah 1. Kaji tingkat berfungsi pasien Komunikasi diantara
. aktivitas dilakukan dengan menggunakan skala anggota staf dapat
berhubungan tindakan mobilitas fungsional. meyakinkan
dengan keperawatan Komunikasikan tingkat ini kontiunitas perawatan
kelemahan selama 3x24 pada staf dan mempertahankan
umum jam terjadi kemandirian
peningkatan 2. Kecuali dikontraindikasikan, Latihan ROM dapat
toleransi lakukan ROM setiap 2 sampai mencegah kontraktur
aktivitas 4 jam. Tingkatkan dari pasif ke sendi dan atrofi otot
dengan criteria aktif, sesuai toleransi pasien.
hasil : 3.Kaji kehilangan/gangguan  Menunjukkan
1. Melaporkan keseimbangan gaya jalan, perubahan neurologi
dan kelemahan otot karena defisiensi
mendemonstra vitamin B12
sikan mempengaruhi
peningkatan kamanan pasien /resiko
aktivitas fisik cedera
yang dapat 4. Awasi TD, nadi, pernapasan,  Manifestasi
diukur selama dan sesudah aktivitas. kardiopulmonal dari
2. Skala mobilitas Catat respon terhadap tingkat upaya jantung dan paru
0-1 aktivitas (mis. Peningkatan untuk membawa
3. Skala kekuatan denyut jantung/TD, disritmia, jumlah oksigen
otot 5 (dapat pusing, dispnea, takipnea, dan adekuat ke jaringan
melawan sebagainya)
tahanan
4. Klien terlihat
segar
PENUTUP

Kesimpulan

Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan
muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus-menerus pada minggu kelima sampai
dengan minggu kedua belas (Penyuluhan Gizi Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda.)

Tanda dan gejala yaitu: Muntah yang hebat,Haus, Dehidrasi, BB menurun (>1/10 normal)
Keadaan umum menurun,Peningkatan suhu tubuh, Ikterik,Gangguan kesadaran,delirium.
DAFTAR PUSTAKA

Baskoro, Bintang. 2013. Askep Hiperemesis Gravidarum. (http://binbask. blogspot.


com/2013/01/askep-hiperemesis-gravidarum.html) (Online), diakses pada tanggal 15 Januari
2015.

Manuaba, Ida Bagus Gede.2001. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga
berencana. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Runiari, Nengah. 2010. Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis gravidarum.
Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai