Anda di halaman 1dari 12

Tugas

KAJIAN MINERALOGI BAHAN GALIAN


Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
Mata kuliah Pengolahan Bahan Galian

Oleh :

BAYU DWI ADITYA


2017 / 17080012

Dosen Pengampu :

JANA HAFIZA, S.T.,M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
A. Mineralogi Bahan Galian

Pada semua proses pengolahan bahan galian dibutuhkan identifkasi mineral yang

terdapat dalam bahan galian, dalam produkta antara, dan dalam produkta akhir yang

dihasilkan dari proses pengolahan bahan galian. Identifkasi mineral biasanya

didasarkan pada komposisi kimia dan sifat-sifat fisik. Identifkasi di lapangan

seringkali didasarkan pada prosedur kualitatif kasar. Analisis kimia membutuhkan

fasilitas laboratorium yang seringkali sulit diperoleh di lapangan, sehingga tahap

pertama dalam identifkasi mineral adalah penentuan dan klasifkasi sifat-sifat fisik

mineral. Selanjutnya analisis kimia hanya dibutuhkan untuk konfrmasi dan

perbaikan.

1. Komposisi kimia

Beberapa mineral terdiri dari elemen tunggal seperti tembaga, perak,

merkuri, batubara, intan, dan emas, sebagian lagi membentuk paduan seperti

elektrum, dan sebagian besar terdiri dari senyawa kimia yang terbentuk

secara alami di alam.

2. Sifat fisik mineral

a. Struktur kristal

Struktur kristal sangat menentukan sifat-sifat mineral, tetapi struktur

kristal sulit ditentukan tanpa bantuan difraksi sinar-X. jenis-jenis

struktur kristal yang banyak dijumpai antara lain adalah isometrik,

tetragonal, ortorombik, monoklin, triklin, dan heksagonal.


b. Warna

Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat,

akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu

mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung

keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai

contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau

tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai

warna khas, seperti:

Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O),

Milky Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)

Kuning : Belerang (S)

Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)

Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu

CO3Cu(OH)2)

Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))

Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)

Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)

Abu-abu : Galena (PbS)

Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit

c. Kilap

Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan

mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006)


Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi jenis:

1) Kilap logam

2) Kilap non logam

d. Drajat transparansi

mineral disebut transparan jika obyek dapat dilihat dengan terang

sampai menembus obyek tersebut seperti kaca (contoh ) topaz, kalsit.

translusen Jika cahaya dapat ditransmisikan tetapi obyek tidak terlihat

tidak tembus pandang (contoh) witherit, Gipsum. opak Jika cahaya tidak

dapat dilewatkan. (contoh) Bixbyite, hematit.

e. Kekerasan

Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan

nisbi suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang

dipakai sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai

kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral

tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan

yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala

Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk

mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .

f. Cerat

Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini

dapat dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar

suatu keping porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat

warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli
mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu

umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah.

g. Belahan

Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada

satu atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik

mineral yang mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita

pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan

yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat

dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa

dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak

seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah

melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui

suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-

bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan

akan nampak berjajar dan teratur (Danisworo, 1994).

Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai

tiga arah belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut

contoh mineralnya:

1) Belahan satu arah, contoh : muscovite.

2) Belahan dua arah, contoh : feldspar.

3) Belahan tiga arah, contoh : halit dan kalsit.


h. Pecahan

Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah

yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan

dengan belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila

memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan

dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan

memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo,

1994).

Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:

1) Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di

permukaan pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan

botol. Contoh Kuarsa.

2) Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya

asbestos, augit, hipersten

3) Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang

pecahan halus, contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh

Limonit.

4) Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang

pecahan yang kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.

5) Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak

teratur dan runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan

perak.
i. Bentuk

Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang

dikendalikan oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral

yang membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin

sering mempunyai bangun yang khas disebut amorf (Danisworo, 1994).

Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:

1) Bangun kubus : galena, pirit.

2) Bangun pimatik : piroksen, ampibole.

3) Bangun doecahedon : garnet

4) Mineral amorf misalnya : chert, flint.

3. Karakteristik partikel

Karakteristik partikel merupakan aspek yang sangat penting dalam

pengolahan bahan galian. Bidang ilmu pengolahan bahan galian selalu

dihubungkan dengan istilah partikel. Bentuk partikel atau yang lebih tepat

luas permukaan akan sangat menentukan tingkah laku partikel dalam proses

pengolahan bahan galian.

a. Bentuk dan ujkuran partikel

Partikel yang berbentuk bulat dapat diukur secara eksak/tepat

berdasarkan diameternya. Akan tetapi di dalam PBG partikel-partikel

tersebut tidak berdiri sendiri secara individu tetapi merupakan kumpulan

dari partikel-partikel dan umumnya masing-masing partikel tersebut

tidak berbentuk bulat sehingga ukuran partikel tidak ditentukan dengan

pengukuran secara individu. Sebagai contoh, dalam pangukuran


mikroskopik, ukuran partikel merupakan harga rata-rata dari beberapa

dimensi (panjang dan luasnya); dalam pengayakan, ukuran partikel

merupakan ukuran dari lubang ayakan standar; dalam proses

sedimentasi, ukuran partikel diukur dari diameternya berdasarkan

Specific gravity dan laju pengendapan. Namun demikian, meskipun

pada kenyataannya bentuk partikel itu tidak bulat, umumnya asumsi

yang dipakai adalah partikel yang bulat sehingga perhitungan yang

berkaitan dengan proses lebih mudah dilakukan ukuran partikel

biasanya didasarkan pada skala standar agar bisa dibandingkan dan

dikorelasikan dengan baik.

Biasanya sebagai titik referensi diambil 74 µm (0,074 mm) yang

berkorelasi dengan 322 mesh. Ukuran selanjutnya dikalikan atau dibagi

dengan √2

contoh : 105 = 74 x √2

149 = 105 x √2

53 = 53 x √2
b. Partikel-partikel midling (midling / locked particel)

Partikel-partikel midling adalah partikel-partikel yang di dalamnya

tercampur dari dua atau lebih jenis mineral.

Ada 4 tipe :

1) rictiliner bounderis

2) veins

3) Shell

4) Ucclusion

4. Liberasi

Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan untuk dapat memisahkan

mineral berharga dari pengotornya adalah liberasi dari butir-butir mineral


pengotornya. Liberasi adalah usaha yang dilakukan untuk melepaskan

mineral-mineral berharga dari mineral pengotornya.

Derajat pemisahan mineral berharga dari mineral tak berharga

(pengotornya) ditentukan berdasarkan derajat liberasinya. Derajat liberasi

merupakan perbandingan antara berat mineral yang sudah bebas sempurna

terhadap berat mineral seluruhnya.


5. Kaitan antara derajat liberasi dan kadar dengan pengolahan mineral

Kadar merupakan perbandingan antara berat mineral tertentu (A) terhadap

berat mineral keseluruhan.

Dimanan : n(A,B,C) = jumlah partikel mineral A,B,C

ρ(A,B,C) = specific gravity mineral A,B,C

V(A,B,C) = volume partikel mineral A,B,C

Persamaan ini berlaku dengan asumsi bahwa volume partikel mempunyai

harga yang sama besar.


DAFTAR PUSTAKA

Wahab. 2018. KAJIAN MINERALOGI BAHAN GALIAN. https://dokumen.tips/


documents/03-kajian-mineralogi-bahan-galian.html. Diakses pada 20
Februari 2018 .

Anda mungkin juga menyukai