OLEH :
KELAS B11-A
2018/2019
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Menerapkan Falsafah, Konsep Paradigma
Keperawatan Dan Berbagai Teori Keperawatanini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah mengenai menerapkan falsafah, konsep paradigma keperawatan dan berbagai
teori keperawatan ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Falsafah Dan Teori
Keperawatan yang diberikan oleh Ns. Sang Ayu Ketut Candrawati, S.Kep.,M.Kep., selaku dosen
mata kuliah Falsafah Dan Teori Keperawatan serta kami mengucapkan terimakasih kepada beliau
atas bimbingannya.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menjadi lebih baik. Kami berharap agar makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan mengenai proses pengahantaran penerimaan rangsang pada hidung.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Om Santhi, Santhi, Santhi Om
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.
..ii
DAFTAR ISI
......iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.2
1.2 Rumusan Masalah
..2
1.3 Tujuan Penulisan
..2
1.4 Manfaat Penulisan
..2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Middle Range Theory Dalam Keperawatan Dan Teori Yang
Termasuk Dalam Middle Range Theory
.....3
2.1.1 Perbandingan dengan Level Teori yang Lain
.3
2.1.2 Pengelompokan Teori
.4
2.1.3 Ciri Middle Range Theory
..4
2.1.4 Perkembangan Middle Range Theory
5
2.1.5 Penggunaan Middle Range Theory
5
2.1.6 Kontroversi Tentang Middle Range Theory
..6
2.1.7 Macam-macam Middle Range Theory
..7
2.2 Konsep Practice Theory Dan Konsep Yang Termasuk Dalam Practice
Theory
10
2.2.1 Perkembangan Teori Praktik/Micro Theory
12
BAB III PENUTUP
4.1 Simpulan
.14
4.2 Saran
...15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dari paradigma keperawatan ini muncul beberapa konsep dan teori yang dimana
konsep penerapannya ialah ide/ gagasan yang saling berhubungan dan berfokus pada
suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan dan juga beberapa teori yang
dimana mendefinisikan sebagai sesuatu yang minor tetapi penting dalam penelitian dan
pengembangan dalam membandingkan dengan teori lainnya.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Middle Range Theory Dalam Keperawatan Dan Teori Yang Termasuk
Dalam Middle Range Theory
Middle range theory dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/gagasan yang
saling berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas
keperawatan (Smith dan Liehr, 2008).
Teori-teori ini terdiri dari beberapa konsep yang saling berhubungan dan dapat
digambarkan dalam suatu model. Middle range theory dapat dikembangakan pada
tatanan praktek dan riset untuk menyediakan pedoman dalam praktik dan riset/penelitian
yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan.
Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, middle range theory cukup spesifik untuk
memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada populasi klinik dan mencakup
fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset dan praktek, middle range theory lebih
banyak digunakan dari pada grand theory, dan dapat diuji dalam pemikiran empiris. Teori
Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik.
Hubungan antara penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan bahwa
Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin praktik, selain itu Walker and Avant (1995)
mempertahankan bahwa mid-range theories menyeimbangkan kespesifikannya dengan
konsep secara normal yang nampak dalam grand teori.
Mid-range teori, mudah diaplikasikan dalam praktik dan cukup abstrak secara
ilmiah. Teori Middle memberikan manfaat bagi perawat Range, tingkat keabstrakannya
pada level pertengahan, inklusif, diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah
variabel terbatas, dapat diuji secara langsung. Kramer (1995) mengatakan bahwa mid-
range theory sesuai dengan lingkup fenomena yang relatif luas tetapi tidak mencakup
keseluruhan fenomena yang ada dan merupakan masalah pada disiplin ilmu. Bila
dibandingkan dengan grand theory, middle range theory ini lebih konkrit. Merton (1968)
yang berberperan dalam pengembangan middle range theory, mendefinisikan teori ini
sebagai sesuatu yang minor tetapi penting dalam penelitian dan pengembangan suatu
teori. Sependapat dengan Merton, beberapa penulis keperawatan mengemukakan middle
range theory jika dibandingkan dengan grand theory :
1. Ruang lingkupnya lebih sempit
2. Lebih konkrit, fenomena yang disajikan lebih spesifik
3. Terdiri dari konsep dan proposisi yang lebih sedikit
4. Merepresentasikan bidang keperawatan yang lebih spesifik/terbatas
5. Lebih dapat diuji secara empiris
6. Lebih dapat diaplikasikan secara langsung dalam tatanan praktik
4
f. Inklusif
g. Memiliki sedikit konsep dan variabel
h. Dalam bentuk yang lebih mudah diuji
i. Memiliki hubungan yang kuat dengan riset dan praktik
j. Dapat dikembangkan secara deduktif, retroduktif. Lebih sering secara induktif
menggunakan studi kualitatif
k. Mudah diaplikasikan ke dalam praktik, dan bagian yang abstrak merupakan hal ilmiah
yang menarik
l. Berfokus pada hal-hal yang menjadi perhatian perawat.
m. Beberapa di antaranya memiliki dasar dari grand teori
n. Mid-range theory tumbuh langsung dari praktik.
5
2.1.5. Penggunaan Middle Range Theory
Middle range theory telah digunakan dalam bidang praktik dan penelitian. Teori
ini mampu menstimulasi dan mengembangkan pemikiran rasional dari penelitian.serta
membimbing dalam pemilihan variabel dan pertanyaan penelitian. (Lenz,1998) Middle
Range Teori dapat membantu praktik dengan memfasilitasi pemahaman terhadap perilaku
klien dan memungknkan untuk menjelaskan beberapa efektifitas dari intervensi.
Review terhadap beberapa penelitian yang dipublikasikan mengungkapkan
penggunaan Middle Range Theory dalam penelitian keperawatan masih cukup luas. Dan
sebagian besar Middle Range Theory berasal dari disiplin ilmu lain. Hal ini sangat jelas
ketika kita membandingkan seberapa sering Middle Range Theory dan Grand Theory
dikutip dalam literatur penelitian keperawatan. Dari 173 penelitian, yangdiidentifikasi
menggunakan teori adalah 79 (45%). Dan dari 79 penelitian tersebut diidentifikasi hanya
25 penelitian yang benar-benar menggunakan teori keperawatan dan 54 lainnya
menggunakan mengadopsi dari disiplin ilmu lainnya dan kebanyakan dari ilmu psikologi.
6
2.1.7. Macam-Macam Middle Range Theory
1. Maternal Role Attainment-Becoming a Mother oleh Ramona T.Mercer
Fokus utama dari teori ini adalah gambaran proses pencapaian peran ibu dan
proses menjadi seorang ibu dengan berbagai asumsi yang mendasarinya. Model ini juga
menjadi pedoman bagi perawat dalam melakukan pengkajian pada bayi dan
lingkungannya, digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan bayi, memberikan bantuan
terhadap bayi dengan pendidikan dan dukungan, memberikan pelayanan pada bayi yang
tidak mampu untuk melakukan perawatan secara mandiri dan mampu berinteraksi dengan
lingkungannya. Konsep teori Mercer ini dapat diaplikasikan dalam perawatan bayi baru
lahir terutama pada kondisi psikososial dan emosional bayi baru lahir masih sering
terabaikan.
Teori ini melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi fisik, psikospiritual,
lingkungan dan sosial kultural melalui 3 jenis pemikiran logis :
a. Induksi
Perawat dengan sungguh-sungguh melakukan praktek dan dengan sungguh-sungguh
menerapkan keperawatan sebagai disiplin, sehingga mereka menjadi terbiasa dengan
konsep Implisit atau eksplisit, terminologi, dalil, dan asumsi pendukung praktek
mereka.
b. Deduksi
Deduksi adalah suatu format dari pemikiran logis di mana kesimpulan spesifik
berasal dari prinsip atau pendapat yang lebih umum; prosesnya dari yang umum ke
yang spesifik.
c. Retroduksi
Retroduksi adalah suatu format pemikiran untuk memulai ide. Bermanfaat untuk
memilih suatu fenomena yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan diuji.
7
3. Teori Self Transendensi oleh Pamela G.Reed
a. Vulnerability
Kesadaran seseorang akan adanya kematian, Konsep vulnerable meningkatkan
kesadaran akan situasi mendekati kematian termasuk di dalamnya adalah keadaan
gawat seperti disabilitas, penyakit kronik, kelahiran, dan pengasuhan.
b. Self-Transcendence
Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah dicapai, suatu gerak
dari yang kurang baik menjadi baik dan dari yang baik menjadi lebih baik.
c. Well-Being
Diefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis, sosial,
budaya dan spiritual yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadan yang baik.
d. Moderating-Mediating Factors
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses transendensi diri yang berkontribusi
terhadap kondisi yang baik, misalnya : usia, jenis kelamin, kemamapuan kognitif,
pengalaman hidup, persepsi spiritual, lingkungan sosial, dan riwayat masa lalu.
e. Point of Intervention
Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua poin intervensi.
1) Tindakan keperawatan secara langsung berfokus pada sumber-sumber yang
berasal dari dalam diri seseorang terhadap transendensi diri
2) Tindakan yang berfokus pada beberapa faktor personal dan kontekstual yang
mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan vulnerabel hubungan antar
transendensi diri dan keadaan baik/sehat.
4. Teori Keraguan terhadap penyakit atau Uncertainty in Illness Theory oleh Merle Helaine
Mishel.
Teori ini menjelaskan bahwa keraguan dapat mempengaruhi kemampuan pasien
untuk beradaptasi pada suatu penyakit. Keraguan terhadap penyakit berhubungan dengan
penyesuaian yang buruk, dan sering perlu dinilai sebagai ancaman yang memiliki efek
merusak. Dalam populasi sakit, keraguan terhadap penyakit terkait dengan kepekaan
yang meningkat terhadap nyeri dan toleransi yang menurun terhadap rangsangan nyeri.
8
Keraguan terhadap penyakit juga terkait dengan koping maladaptif, distress psikologis
yang lebih tinggi, dan penurunan kualitas hidup.
5. Tidal model oleh Phil Barker
Nilai Tidal model dapat diringkas menjadi sepuluh komitmen yang perlu diperhatikan:
a. Value the voice (menghargai suara). Mendengarkan cerita seseorang adalah yang hal
yang terpenting.
b. Respect the language (hormati bahasa). Memungkinkan orang untuk
mengekspresikan, menggambarkan, dan mendeskripsikan pengalaman hidup mereka
menggunakan cara dan bahasa mereka sendiri.
d. Become the apprentice (menjadi apprentice). Menempatkan diri dalam cerita tersebut
dan belajar serta mengambil hikmah dari cerita orang yang anda bantu (klien).
f. Be transparent (jadilah transparan atau terbuka). Baik klien maupun praktisi atau
tenaga penolong profesional berada dalam posisi istimewa dan harus menjadi model
yang percaya diri, dengan cara setiap saat menjadi transparan atau terbuka dan
membantu untuk memastikan klien tersebut memahami apa yang sebenarnya sedang
dilakukannya.
g. Use the available toolkit (gunakan sumberdaya yang ada). Cerita seseorang berisi
informasi yang berharga untuk mengetahui sumberdaya mana yang dapat digunakan
untuk membantu proses pemulihan dan mana yang tidak dapat digunakan.
h. Craft the step beyond (menentukan langkah). Praktisi atau tenaga penolong bersama-
sama dengan klien membangun sebuah apresiasi dan menentukan langkah apa yang
harus dilakukan "sekarang" karena langkah awal merupakan langkah yang penting.
9
i. Give the gift of time (berikan waktu). Tidak ada yang lebih berharga daripada waktu
yang dihabiskan praktisi dan klien bersama-sama. Pertanyaan yang harus ditanyakan
bukan Berapa banyak waktu yang masih kita punya? melainkan "Bagaimana kita
menggunakan waktu yang ada saat ini?".
2.2 Konsep Practic Theory Dan Konsep Yang Termasuk Dalam Practice Theory
10
Mikro teori atau teori praktek merupakan teori yang dikembangkan berdasarkan
perkembangan dari middle range theory, karenanya teori ini lingkupnya lebih sempit dan
lebih konkrit keabstrakannya dibandingkan dengan ketiga teori dalam tingkatan teori.
(Jacox, 1974 dalam McKenna, 1997). Lebih lanjut dikatakan, teori praktek atau micro
theory adalah teori yang memberikan arahan langsung pada perawat untuk mencapai
tujuan, artinya teori ini memberikan suatu produk intervensi spesifik yang harus
dilakukan perawat agar dapat memberi efek pada kondisi pasien. Parker dan Smith
(2010) menyatakan bahwa teori praktik adalah deskripsi dan perkembangan dari tindakan
keperawatan yang telah ada dan dikembangkan untuk digunakan pada situasi
keperawatan yang spesifik. Berdasarkan Ellis dalam Reed et al, 2004, mengatakan bahwa
semua pengetahuan keperawatan dikembangkan untuk praktek, sehingga semua teori
keperawatan tanpa menghiraukan tingkatannya maka merupakan teori praktek.
Wooldridge (1992) dalam Mckenna (1997) menjelaskan beberapa ciri dari teori
praktek/ micro theory, yaitu:
1. Teori praktek dinyatakan dalam sebuah hubungan sebab akibat antara makna dan tujuan
yang dapat di uji secara empiris.
2. Focus pada penyebab yang dapat dimanipulasi oleh perawat; efek yang dianggap relevan
untuk mengevaluasi hasil yang telah dicapai ; dan ketidaktentuan kondisi yang dapat
diaplikasikan dalam situasi praktik.
3. Fokus pada makna yang dapat diasumsikan secara mandiri oleh profesi perawat baik
praktik manipulasi langsung maupun struktur panduan praktik.
Micro range theory merupakan tingkatan teori yang tidak formal dan bersifat
sementara dibandingkan tingkatan teori lainnya. dan sangat terbatas dalam hal waktu dan
lingkup aplikasinya (Higgins & Moore 2004). Micro range theory memiliki dua
tingkatan, yaitu higher level dan lower level.
Micro range theory pada higher level sangat dekat hubungannya dengan middle
range theory, tetapi terdiri dari satu atau dua konsep-konsep utama dan frekuensi
aplikasinya dibatasi dengan sebuah kejadian. Contohnya teori yang ada hubungannya
dengan perawatan luka dekubitus atau perawatan kateter.
Micro range theory pada lower level didefinisikan sebagai satu set hipotesa kerja atau
proposisi. Para ilmuan dan praktisi menggunakan proposisi kerja secara sementara,
11
menjelaskan atau melakukan test hipotesa kerja yang ada kaitannya dengan kesehatan
sebagai hasil interaksi antara manusia dan lingkungan.
Mikro range theory merupakan teori yang paling informal dibandingkan dengan yang
lain. Teori ini paling konkrit dan dapat diaplikasikan. Mikro range teori juga sering
disebut sebagai praktikal teori. Teori ini memiliki 2 level:
a. Level I: menghubungkan dengan middle range theory
a. Level II: mendesain sebuah hipotesis
12
dengan pengetahuan yang telah ada dan tindakan yang dilakukan. Hasil akhirnya adalah
praktisi tersebut mengganti perilaku atau ilmu yang lama dengan yang baru. Hal ini dapat
dicapai dengan brainstorming dari kelompok, diskusi terbuka untuk mengklarifikasi
pikiran dan perasaan agar muncul pendekatan baru.
Langkah berikutnya yaitu integrasi. Dalam langkah ini praktisi mulai
mengelompokkan beberapa ide, perasaan, dan isu yang muncul dalam langkah asosiasi.
Hasil dari pengelompokkan ini didapatkan suatu hubungan lagi dan suatu kesimpulan.
Disini konsep baru, proposisi awal dan asumsi dapat terlihat. Dapat juga hal tersebut
berhubungan dengan teori yang sudah ada.Validasi berarti membandingkan hasil
pendekatan baru dengan pengalaman, pengetahuan dan pendekatan dari praktisi lain
untuk mengetahui keaslian dari ide praktisi. Validasi juga berarti mencoba hasil
pendekatan praktisi di situasi lain. Cara terbaik untuk mevalidasi hasil pendekatan baru
adalah mengembalikan pendekatan tersebut ke praktik klinik dan diuji disana.
Ketepatan adalah langkah terakhir dalam proses refleksi yaitu menggabungkan
perilaku dan pendekatan baru dengan dasar pengatahuan kita. Sebagai hasilnya
pengetahuan baru tersebut dapat digunakan di masa depan pada situasi yang sama saat
pertama kali refleksi dilakukan. Idealnya teori praktik berhubungan erat dengan konsep
dari middle range theory dan dibawah kerangka kerja dari grand theory. Contohnya
aplikasi keperawatan yang dapat dikembangkan menjadi teori praktik yaitu perawat
mengetahui bahwa mereka dapat mencegah kerusakan kulit dekubitus karena tekanan
dengan perubahan posisi yang teratur (Parker & Smith, 2010).
Secara ringkas, tingkatan pengembangan teori antara middle range theory dengan
practice theory dapat dibedakan sebagai berikut :
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik beberapa simpulan antara
lain :
3.1.1 Middle range theory dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/ gagasan yang
saling berhubungan dan berfokus pada realitas keperawatan serta dijadikan
sebagai pedoman dalam praktik dan riset/penelitian yang berbasis pada disiplin
ilmu keperawatan, dengan cakupan teorinya lebih terbatas dan kurang abstrak,
menjelaskan fenomena spesifik atau konsep dan mencerminkan praktek
keperawatan. Pengelompokan Middle Range Theory oleh beberapa penyusun
buku menurut tipenya :tipe fisiologis, kognitif, emosional, social, integrative.
Sedangkan berdasarkan tema masing-masing teori: Illness trajectory, Tidal Model,
Comfort, dan Peacefull end of life. Macam-macam middle range teorya dalah
Maternal Role Attainment-Becoming a Mother oleh Ramona T.Mercer, Teori
Kenyamanan oleh Katharine Kolcaba, Teori Self Transendensi oleh Pamela
G.Reed, Teori Keraguan terhadap penyakit/ Uncertainty in Illness Theoryoleh
Merle Helaine Mishel, Tidal model oleh Phil Barker, Theory of Caring Oleh
Kristen Swanson
3.1.2 Practice theory berkembang dari middle range theory, pengalaman praktik
keperawatan dan uji empiris. Pengalaman praktik klinis perawat dapat menjadi
sumber utama untuk pengembangan practice theory keperawatan. Practice theory
atau micro range theory lebih tidak abstrak, lebih spesifik dan cakupannya lebih
sempit dibandingkan dengan middle range theory, berorientasi pada suatu
tindakan nyata untuk tujuan yang spesifik, focus kepada fenomena keperawatan
spesifik yang mencerminkan praktek klinis dan hanya terbatas kepada populasi
atau bagian dari situasi pada teori. Micro range theory merupakan tingkatan
teori yang tidak formal dan bersifat sementara dibandingkan tingkatan teori
14
lainnya. Dan sangat terbatas dalam hal waktu dan lingkup aplikasinya,
dengan memiliki dua tingkatan, yaitu higher level dan lower level
3.2 Saran
Adapun saran penulis berdasarkan pembahasan mengenai menerapkan falsafah,
konsep paradigm keperawatan dan berbagai teori keperawatan khususnya konsep Middle
Range Theory dan Practice Theory dalam keperawatan adalah:
3.2.1 Bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengetahui,
memahami dan mengaplikasikan falsafah, konsep paradigm keperawatan dan
berbagai teori keperawatan khususnya konsep Middle Range Theory dan
Practice Theory dalam praktik keperawatan.
3.2.2 Bagi penulis selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan materi mengenai
falsafah, konsep paradigm keperawatan dan berbagai teori keperawatan
khususnya konsep Middle Range Theory dan Practice Theory dalam keperawatan
menjadi lebih lengkap dengan referensi yang lebih banyak.
15
DAFTAR PUSTAKA
Chinn, Peggy L dan Maeona K. Kramer. 1995. Theory and Nursing: A Systematic Approach.
Edisi 4. Mosby. Universitas Michigan
Higgins, Patricia.A dan Shirley M. Moore .2000. Perspective on Nursing Theory: Level Of
Theoritical Thinking. Edited By Pamela G. Reed et.al (2004). (4th Ed). Philadelphia:
Lippincott Williams
Mckenna H.P. 1997. Nursing Models And Theories. London, Routledge, P. 144-146.
Kolcaba. 1997. Comfort Theory and Practice. www.thecomfortline.com. Diunduh tanggal 24
September 2014, jam 20.15
Parker,Marilyn E. & Smith, Marlaine Cappelli. 2010. Nursing theories and nursing practice. 3rd
ed. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Peterson, S. J., dan Bredow, T. S. 2004. Middle Range Theories: Application to Nursing
Research. Lippincott Williams & Wilkins
Smith,Mary Jane & Liehr, Patricia R. 2008. Middle range theory for nursing. 2nd ed. New York:
Springer Publishing Company.
Tomey, Alligood. 2006. Nursing Theorist and Their Work. Sixth edition. Toronto: The CV Mosby
Company St. Louis