Anda di halaman 1dari 37

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dengan Corpus Alienum”

OLEH :
KELOMPOK 5

1. NI KADEK SINTHA YULIANA SARI (18.322.2923)


2. NI KADEK YOPI ANITA (18.322.2924)
3. NI KETUT ARI PRATIWI (18.322.2925)
4. NI KETUT NANIK ASTARI (18.322.2926)
5. NI KETUT VERA PARASYANTI (18.322.2927)

PROGRAM ALIH JENJANG S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya.Adapun tujuan dari penyusunan makalah dengan judul “Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Corpus Alienum”
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah tentang Keperawatan Medikal Bedah III.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai
perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.

Denpasar, 18 April 2019

Penulis

DAFTAR ISI

ii
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi ...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Corpus Alienum..............................................................................3
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Corpus Alienum................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 17
3.2 Saran ................................................................................................................... 17
BAB IV KASUS
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 19
4.2 Saran ................................................................................................................... 26
4.3 Kesimpulan ......................................................................................................... 28
4.4 Saran ................................................................................................................... 28
4.5 Kesimpulan ......................................................................................................... 30
4.6 Saran ................................................................................................................... 33

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Corpus alineum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar atau
dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh. Benda asing
dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari luar tubuh) dan
benda asing endogen (dari dalam tubuh). Benda asing eksogen terdiri dari benda
padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terbagi terdiri dari zat organik
seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuh-tumbuhan), tulang (yang
berasal dari kerangka bintang) dan zat organik seperti paku, jarum, peniti, batu
dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat
iritatif seperti zat kimia, dan benda cair non iritatif yaitu cairan dengan pH 7,4.
Benda asing eksogen dapat berupa sekret kental, darah, bekuan darah, nanah,
krusta.
Kemasukan benda asing adalah keadaan darurat dimana bagian tubuh seperti
mata, hidung, telinga dan mulut secara tidak sengaja (tidak diinginkan) atau
disengaja kemasukan benda asing yang dapat mengganggu sistem vital tubuh
siapa saja dan kapan saja yang dapat menyebabkan kematian karena kurangnya
pengetahuan pertolongan pertama.
Data dari Pusat Nasional untuk Statistik Kesehatan 'Health Interview Survey,
yang dilakukan pada tahun 1977, diperkirakan bahwa hampir 2,4 juta cedera mata
terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Laporan ini menghitung bahwa hampir
satu juta orang Amerika memiliki visual penurunan yang signifikan permanen
karena cedera, dengan lebih dari 75% dari orang-orang yang monocularly
buta. cedera mata adalah penyebab utama kebutaan bermata di Amerika Serikat,
dan kedua setelah katarak sebagai penyebab paling umum dari gangguan
penglihatan. USEIR memperkirakan bahwa 500.000 tahun kehilangan penglihatan
terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Cedera adalah penyebab utama untuk
berhubungan perawatan rumah sakit-mata.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep dasar penyakit corpus alienum?
1.2.2 Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan corpus
alienum?
1.2.3 Bagaimana contoh asuhan keperawatan pada pasien dengan corpus
alienum?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar penyakit corpus alienum.
1.3.2 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan corpus
alienum.
1.3.3 Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pada pasien dengan corpus
alienum.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat teoritis dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa memperoleh
pengetahuan tambahan dan dapat mengembangkan wawasan mengenai
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan corpus
alienum.
1.4.2 Manfaat praktis dari penyusunan makalah ini agar para pembaca
mengetahui bagaimana cara untuk menyusun sebuah laporan pendahuluan
dan asuhan keperawatan pada pasien dengan corpus alienum dan dapat
menerapkannya dalam melakukan tindakan keperawatan.

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.a.1 Pengertian
Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan dalam
istilah medis. Corpus alienum merupakan salah satu penyebab cedera mata yang
paling sering mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva. Trauma mata adalah
trauma pada mata yang menyebabkan kerusakan jaringan pada mata. Apabila
korpus alienum masuk ke dalam bola mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi
yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata dan terjadi iridocylitis serta
panophthmitis, oleh karena itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut dan
menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya
(Ilyas, 2008).
Corpus alienum dapat memicu inflamasi, sehingga pterjadi vasodilatasi
sekitarnya dan diikuti edema kelopak, konjungtiva, dan kornea. Leukosit juga
dapat dibebaskan, berakibat pada segmen anteriorr dan / atau menginfiltrasi
kornea. Jika tidak dihapus, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan / atau
nekrosis jaringan.

Gambar 5. Corpus Alienum


Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok,
yaitu (Bashour, 2008):
1. Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga;
2. Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian;
3. Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak
menimbulkan reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan

3
tidak mengganggu fungsi mata. Contoh : emas, platina, batu, kaca, dan
porselin;
4. Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi
jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng,
nikel, alumunium, tembaga.
Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari
(Bashour, 2008) :
1. Besarnya corpus alienum
2. Kecepatan masuknya
3. Ada atau tidaknya proses infeksi
4. Jenis bendanya.
2.1.2 Etiologi
Trauma mata dapat terjadi secara mekani dan non mekanik
1. Mekanik, meliputi :
a. Trauma oleh benda tumpul, misalnya :
1) Terkena tonjokan tangan
2) Terkena lemparan batu
3) Terkena lemparan bola
4) Terkena jepretan ketapel, dan lain-lain
b. Trauma oleh benda tajam, misalnya:
1) Terkena pecahan kaca
2) Terkena pensil, lidi, pisau, besi, kayu
3) Terkena kail, lempengan alumunium, seng, alat mesin tenun.
4) Trauma oleh benda asing, misalnya kelilipan pasir, tanah, abu gosok dan
lain-lain
2. Non Mekanik, meliputi :
a. Trauma oleh bahan kimia:
Air accu, asam cuka, cairan HCL, air keras, Coustic soda, kaporit, jodium
tincture, baygon, Bahan pengeras bakso, semprotan bisa ular, getah papaya,
miyak putih.
b. Trauma termik (hipermetik)
1) Terkena percikan api

4
2) Terkena air panas
3) Trauma Radiasi
4) Sinar ultra violet
5) Sinar infra merah
6) Sinar ionisasi dan sinar X
Dibawah ini merupakan gangguan-gangguna trauma pada mata, yaitu :
1. Trauma mata karena benda tajam
a. Plasits
b. Gangguan pergerakan bola mata
c. Ketajaman penglihatan buruk
d. Perdarahan didalam bola mata
e. Lensa yang pecah
f. Rusaknya susunan jaringan bola mata
g. Terlihat bintik mata yan dangkal karena perforasi kornea
h. Bentuk pupil yang lonjong / terjadi perubahan bentuk pupil akibat
perlengkapan iris dengan bbir luka kornea
i. Tekanan bola mata akan rendah akibat cairan mata keluar melalui luka
2. Trauma mata oleh benda asing
a. Mata terasa mengganjal dan ngeres
b. Mendadak merasa tidak enak jika mengedikan mata
c. Bila tertanam dalam kornea nyeri sangat hebat
d. Fototobia
e. Gangguan gerak bola mata dan lain-lain
3. Trauma karena bahan kimia
a. Trauma Akali
1) Dapat menyebabkan pecah atau rusaknya jaringan
2) Meningkatkan tekanan infra akuler
3) Karena keruh dalam beberapa menit
4) Pembentukan jaringan parut pada kelenjar asesari air mata, yang
mengakibatkan mata menjadi kering
5) Lensa keruh diakibatkan kerusakan kaps lensa

5
b. Trauma Asam
1) Terjadi koogulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekerutan
pada kornea
2) Akibat koogulasi kadang seluruh kornea terkelupas
3) Bila terjadi penetrasi jaringan yang lebih dalam akan terjadi edema
kornea dan iris
4) Keadaan terburuk apabila terkena trauma asam berupa vaskularisasi berat
pada kornea
4. Trauma Mata Mekanik (hipertemik)
a) Bila siperficila dan bulu mata hangus kulit palpebra hipermis dan
terjadi edema palpebral
b) Bila lebih berat terjadi nekrosis sehingga dapat kehilangan sebagian
palpebral
c) Bila kornea terkena dapat terjadi erosi karena adanya reflek menutup
pada kelopak umumnya kornea tidak terkena
2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan keparahannya trauma mata diklasifikasi sebagai berikut:
1. Trauma Ringan
a. Trauma disembuhkan tanpa tindakan atau pengobatan yang berarti
b. Kekerungan ringan pada kornea
c. Pragnosis baik
2. Trauma sedang
a. Kekeruhan kornea sehingga detail iris tidak dapat dilihat, tapi pupil masih
tampak
b. Iskemik mekrosis pada konjungtiva dan sklera
c. Pragnosis sedang
3. Trauma berat
a. Kekeruhan kornea sehingga pupil tidak dapat dinilai
b. Konjungtiva dan sklera sangat pucat karena istemik nekrosis berat
c. Pragnosis buruk
2.1.4 Tanda Dan Gejala

6
1. Ekstra Okular
a. Mendadak merasa tidak enak ketika mengedipkan mata
b. Ekskoriasi kornea terjadi bila benda asing menggesek kornea, oleh kedipan
bola mata.
c. Lakrimasi hebat.
d. Benda asing dapat bersarang dalam torniks atas atau konungtiva
e. Bila tertanam dalam kornea nyeri sangat hebat
2. Infra Okuler
a. Kerusakan pada tempat masuknya mungkin dapat terlihat di kornea, tetapi
benda asing bisa saja masuk ke ruang posterior atau limbus melalui
konjungtiva maupun sklera.
b. Bila menembus lensa atau iris, lubang mungkin terlihat dan dapat terjadi
katarak.
3. Masalah lain diantaranya infeksi skunder dan reaksi jaringan mata terhadap zat
kimia yang terkandung misalnya dapat terjadi siderosis.
2.1.5 Manifestasi Klinik
1. Lagaltafmas
Keadaan tidak menutupnya mata secara sempurna (Ramali, dkk. 2005)
2. Katarak
Kekeruhan pada lensa yang terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi proteksi lensa, atau akibat kedua-duanya.
3. Kebutaan
Penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi
kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanent. Tidak dapat melihat
karena kerusakan mata (Ramali, dkk. 2005)

2.1.6 Patofisiologi
Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan.
Benda asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda
asing tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar. Benda
asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi

7
pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata,
konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi
pada kamera okuli anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan,
benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan (Bashour, 2008).

Mekanik Non Mekanik


Trauma tumpul Trauma kimia
Trauma tajam Trauma termik (hipertemik)
Trauma benda asing Trauma radiasi

Trauma organ mata  inflamasi  pengeluaran media kimia

Kerusakan
jaringan Rangsang nosi
Kerusakan sudut receptor
Perdarahan *Edema retina titik mata depan
mecembes *Perdarahan Erosi kornea
Spriral cora
sepanjang orbita *Ablasia retiria Penaikan
Laseransi kornea tekanan bola
bag. sentral mata Informasi kortex
(penaikan tia) cerebsi
Hematam Penurunan visus
kelopak mata Kerusakan
kornea Glaukomia Nyeri
traumatika
Perubahan
persepsi sensorik Mual muntah
Penglihatan Perawatan diri
kabur Resiko nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Resiko enjury Terputusnya N. II
optikus Perdarahan iris
Gangguan
kelopak mata
2.1.7 Pathway Prognase buruk hifema
penglihatan
Kelumpuhan
N.VII Hifema tidak
mengurang
dalam 5 hari
Kelopak mata
tidak membuka / Mual muntah
menutup dengan
sempurna
8 Arsietas

Resiko terinfeksi
.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
CT-scan, B-scan ultrasound, dan ultrasound biomicroscopy (UBM) dapat
digunakan jika ada kecurigaan benda asing intraocular.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (Vaughan, 2010):
1. Pemeriksaan tajam penglihatan

9
Dengan menggunakan snellens chart dan test brigshtess dilakukan untuk
mengetahui ketajaman penglihatan, normalnya tajam penglihatan seseorang
adalah 6/6, sedangkan pada pasien trauma mata hanya 1/30.
2. Test onel
Dilakukan untuk mengetahui fungsi eksresi sistem lakrimel, normal bila
terlihat adanya reaksi menelan tetapi bila test anel negatif atau fungsi lakrimal
tidak normal maka keadaan ini mudah sekali terjadi infeksi, umumnya pada
pasien trauma mata tes onelnya (-) karena saat itu sistem lakrimal akan lebih
banyak mengeluarkan air mata.
3. Pemeriksaan lapang pandang
Dapat diperiksa dengan cara konfrontasi yaitu dengan cara meminta pasien
untuk memejamkan salah satu matanya dan memfokuskan matanya pada salah
satu tempat atau satu titik dihadapinya, pada pasien trauma mata pada bagian
mata yang trauma maka lapang pandangnya agak sedikit kabur/berkurang,
namun pada mata yang normal lapang pandangnya masih normal/jelas
4. Foto rontgen orbita
Foto rontgen orbita dilakukan untuk memastikan adanya benda asing di dalam
mata, pada trauma mata apabila terdapat benda asing yang masukke dalam
mata maka akan terlihat dengan jelas.
5. Pemeriksaan dengan optalmoskop.
2.1.9 Diagnosis
Anamnesis aktifitas pasien, mekanisme trauma penting untuk ditanyakan.
Gejala yang timbul nyeri dan rasa mengganjal, sensasi benda asing, fotofobia, air
mata yang terus mengalir dan mata merah.
Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan4 :
1. Anamnesis kejadian trauma
2. Pemeriksaan tajamm penglihatan kedua mata
3. Pemeriksaan dengan oftalmoskop
4. Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma
5. Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita.

2.10 Penatalaksaan
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari
bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea
maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal. Untuk

10
mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam.
Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat
dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik lokal,
siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban (Vaughan, 2010).
Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di
limbus, melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik
benda asing, bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang
mengandung benda asing tersebut. Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata
depan dapat dikeluarkan dengan magnit sama seperti pada iris. Bila letaknya di
lensa juga dapat ditarik dengan magnit, sesudah insisi pada limbus kornea, jika
tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier untuk
usia muda dan ekstraksi ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua
(Vaughan, 2010). Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat
dikeluarkan dengan giant magnit setelah insisi dari sklera. Bila tidak berhasil,
dapat dilakukan dengan operasi vitrektomi (Vaughan, 2010). Penanganan corpus
alienum biasanya dilakukan terapi:
1. Benda asing sering kali bisa diambil dengan menggunakan kapas steril yang
lembab atau kadang dengan mengguyur mata dengan air steril.
2. Agar benda asing terlihat lebih jelas dan untuk melihat adanya goresan atau
bendasing pada mata, bila diberikan obat tetes mata khusus yang mengandung
zat warna flouresensi. Kemudian diberikan obat tetes mata yang mengandung
obat bius untuk mematikan rasa dipermukaan mata.
3. Jika benda asing menyebabkan goresan kecil di permukaan kornea, diberikan
salep antibiotika selama beberapa hari.
4. Jika benda asing telah menembus ke lapisan mata yang lebih dalam, segera
hubungi dokter spesialis mata.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Corpus Alienum
2.2.1 Pengkajian
1. Data biografi (meliputi identitas pasien seperti : Nama, Jenis kelamin,
pekerjaan, agama)
2. Riwayat kesehatan

11
Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan masalah primer
pasien seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, rasa terbakar pada mata,
mata basah, pandangan ganda, bercak dibelakang mata dan lain-lain.
3. Riwayat penyakit sebelumnya
Untuk mengetahui apakah penyakit yang terakhir di derita oleh pasien
a. Masa anak : Strabismus, ambliopia, cedera
b. Dewasa : Glausoma, katarak, cidera / trauma mata.
c. Penyakit keluarga : Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga
4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan bagian luar mata
1) Posisi mata : dikaji simetris / tidak. Apakah exaptalamus
2) Alis mata bulu mata dan kelopak mata. Respon tutup mata dan berkedip.
b. Inspeksi area antara kelopak mata bawah dan atas apakah bebas ederma.
c. Inspeksi sclera dan konjugtiva: melihat warna, perubahan tekstur dan lain-
lain.
d. Iris dan pupil diinspeksi normalnya saat diberikan cahaya. Iris kontraksi dan
nervus optikus terstimulasi.
5. Tes Diagnostik
Untuk menilai :
a. Ketajaman serta fungsi penglihatan
b. Pemeriksaan keadaan organ mata
c. Penggolongan keadaan trauma
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan dengan fisik ditandai dengan pasien mengeluh
nyeri, pasien tampak meringis, frekuensi nadi meningkat.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan hyperemia konjungtiva ditandai dengan
adanya tanda gejala infeksi, tidak mampu mencegah infeksi, tidak
menunjukkan perilaku hidup sehat.
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit ditandai
dengan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak
gelisah.

12
4. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penurunan
ketajaman penglihatan ditandai dengan adanya tanda gejala gangguan persepsi
sensori.
2.2.3 Intervensi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut NOC Pain Management
berhubungan  Pain level  Observasi reaksi
dengan dengan  Pain control nonverbal dari
cedera fisik  Comfort Level ketidaknyamanan
ditandai dengan Kriteria Hasil :  Lakukan pengkajian
pasien mengeluh 1. Pasien mampu nyeri secara
nyeri, pasien mengontrol nyeri menyeluruh meliputi
tampak meringis, 2. Pasien melaporkan lokasi, durasi,
frekuensi nadi bahwa nyeri berkurang kualitas, keparahan
meningkat. dengan manajemen nyeri dan
nyeri faktor pencetus nyeri.
3. Pasien mampu  Ajarkan untuk teknik
mengenali nyeri nonfarmakologi
4. Pasien mengatakan rasa missal relaksasi,
nyaman setelah nyeri guide imajeri, terapi
berkurang musik, distraksi.
 Kendalikan faktor
lingkungan yang
dapat mempengaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyaman
anmisal suhu,
lingkungan, cahaya,
kegaduhan.
 Kolaborasi : pemberi
an Analgetik sesuai
indikasi

2. Risiko infeksi NOC : Infection Control


berhubungan  Immune Status 1. Monitor tanda dan
dengan hyperemia  Knowledge : Infection gejala infeksi
konjungtiva control sistemik dan lokal
ditandai dengan  Risk control 2. Inspeksi kulit dan
adanya tanda gejala Kriteria hasil: membran mukosa
infeksi, tidak 1. Klien bebas dari tanda terhadap kemerahan,

13
mampu mencegah dan gejala infeksi panas, drainase
infeksi, tidak 2. Menunjukkan 3. Monitor adanya luka
menunjukkan kemampuan untuk 4. Pertahankan teknik
perilaku hidup mencegah timbulnya aseptif
infeksi 5. Batasi pengunjung
sehat.
3. Jumlah leukosit dalam bila perlu
batas normal 6. Cuci tangan setiap
4. Menunjukkan perilaku sebelum dan sesudah
hidup sehat tindakan
keperawatan
7. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
8. Kolaboratif dalam
pemberian terapi
antibiotik sesuai
indikasi
3. Ansietas NOC: Anxiety Reduction
berhubungan  Anxiety Self Control 1. Identifikasi tingkat
dengan kurang  Anxiety Level kecemasan
pengetahuan  Coping 2. Bantu pasien
tentang penyakit Kriteria hasil : mengenal situasi
ditandai dengan 1. Pasien mampu yang menimbulkan
merasa khawatir mengidentifikasi dan kecemasan
dengan akibat dari mengungkapkan gejala 3. Dorong pasien untuk
kondisi yang cemas mengungkapkan
dihadapi, tampak 2. Mengidentifikasi, perasaan
gelisah mengungkapkan, dan 4. KIE relaksasi napas
menunjukkan teknik dalam
untuk mengontrol cemas 5. Anjurkan keluarga
3. Vital sign dalam batas untuk menemani
normal pasien
6. Kolaboratif dalam
pemberian terapi
obat jika perlu
4. Gangguan persepsi NOC: Eye Care
sensori  Sensori Function :  Kaji fungsi
berhubungan Visual penglihatan klien
dengan penurunan Kriteria hasil :  Monitor fungsi
ketajaman 1. Menunjukkan tanda dan lapang pandang,
penglihatan gejala persepsi dan penglihatan, visus
ditandai dengan sensori baik klien
adanya tanda gejala 2. Mampu  Monitor penglihatan
gangguan persepsi mengungkapkan fungsi mata
sensori. persepsi dan sensori  Monitor adanya

14
dengan tepat tanda dan gejala
kelainan penglihatan
 Jaga kebersihan mata
klien

2.2.4 Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang meliputi tindakan- tindakan yang direncanakan oleh perawat yang diberikan
pada klien. Pelaksanaan tindakan pada klien dengan gangguan sistem integumen
diperlukan untuk meminimalkan terjadinya komplikasi, perluasan area yang
terjadi ulkus. Untuk keberhasilan tindakan maka diperlukan partisipasi dari klien
dan kelurga (Aziz, H. 2002).
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses keperawatan yang menyangkut pengumpulan data
subyetif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelaksanaan
keperawatan sudah tercapai atau belum, masalah apa yang perlu dipecahkan atau
dikaji, direncanakan atau dinilai kembali. Evaluasi bertujuan memberikan umpan
balik terhadap rencana keperawatan yang disusun. Penilaian dilakukan oleh
perawat, klien dan juga teman sejawat. Penilaian ini memberikan kemungkinan
yaitu masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi, dan
muncul masalah baru. Ini bermanfaat untuk mengadakan perubahan, perbaikan
rencana keperawatan sehingga tindakan keperawatan dapat dimodifikasi
(Nursalam, 2001).

No. Diagnosa Evaluasi


1. Nyeri akut berhubungan dengan S : -
dengan cedera fisik ditandai O : -
dengan pasien mengeluh nyeri, A :
pasien tampak meringis, 1. Pasien mampu mengontrol nyeri
frekuensi nadi meningkat. 2. Pasien melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan manajemen nyeri
3. Pasien mampu mengenali nyeri
4. Pasien mengatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang

15
P: -
2. Risiko infeksi berhubungan S : -
dengan hyperemia konjungtiva O : -
ditandai dengan adanya tanda A :
gejala infeksi, tidak mampu 1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
mencegah infeksi, tidak 2. Menunjukkan kemampuan untuk
menunjukkan perilaku hidup mencegah timbulnya infeksi
sehat. 3. Jumlah leukosit dalam batas normal
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat
P:-
3. Ansietas berhubungan dengan S : -
kurang pengetahuan tentang O :
penyakit ditandai dengan merasa A :
khawatir dengan akibat dari 1. Pasien mampu mengidentifikasi dan
kondisi yang dihadapi, tampak mengungkapkan gejala cemas
gelisah. 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan
menunjukkan teknik untuk mengontrol
cemas
3. Vital sign dalam batas normal
P:
4. Gangguan persepsi sensori S : -
berhubungan dengan penurunan O : -
ketajaman penglihatan ditandai A :
1. Menunjukkan tanda dan gejala persepsi
dengan adanya tanda gejala
dan sensori baik
gangguan persepsi sensori.
2. Mampu mengungkapkan fungsi
persepsi dan sensori dengan tepat
P: -
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan dalam istilah
medis. Merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai
sclera, kornea, dan konjungtiva. Trauma mata adalah cidera mata yang dapat
mengakibatkan kelainan mata Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi
beberapa cedera bisa berakibat serius . Apabila suatu korpus alienum masuk ke
dalam bola mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul
kerusakan dari isi bola mata dan terjadi iridocylitis serta panophthmitis. Karena
itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut dan menentukan lokasinya di
dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya

16
Etiologi dari corpus alienum ini yaitu trauma oleh benda tumpul, trauma oleh
benda tajam, trauma oleh bahan kimia, trauma termik (hipermetik), trauma
radiasi. Corpus alienum memiliki tiga klasifikasi yaitu trauma ringan, trauma
sedang, dan trauma berat. Tanda dan gejala corpus alienum adalah mendadak
merasa tidak enak ketika mengedipkan mata, ekskoriasi kornea terjadi bila benda
asing menggesek kornea, oleh kedipan bola mata, lakrimasi hebat, benda asing
dapat bersarang dalam torniks atas atau konungtiva, bila tertanam dalam kornea
nyeri sangat hebat, kerusakan pada tempat masuknya mungkin dapat terlihat di
kornea, tetapi benda asing bisa saja masuk ke ruang posterior atau limbus melalui
konjungtiva maupun sclera, bila menembus lensa atau iris, lubang mungkin
terlihat dan dapat terjadi katarak, masalah lain diantaranya infeksi skunder dan
reaksi jaringan mata terhadap zat kimia yang terkandung misalnya dapat terjadi
siderosis
3.2 Saran
Adapun saran yang penulis dapat berikan bagi pembaca, khususnya
mahasiswa keperawatan diharapkan mampu mengetahui, dan memahami
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan corpus alienum yang meliputi
konsep dasar corpus alienum, konsep asuhan keperawatan pada pada pasien
dengan corpus alienum, dan contoh asuhan keperawatan pada pada pasien dengan
corpus alienum serta dapat diaplikasikan pada praktik lapangan.

17
BAB IV
KASUS

Kasus
Seorang laki-laki berusia 33 tahun datang ke UGD RS Bangil bersama
keluarganya dengan keluhan mata kirinya terasa nyeri tertusuk-tusuk, terasa ada
yang mengganjal dan berair sejak 2 hari sebelumnya. Awalnya saat pasien
melakukan pekerjaannya yaitu sebagai tukang las, pasien merasakan sesuatu
masuk ke dalam mata kirinya, saat itu pasien merasakan kelilipan dan
menganggap hal tersebut sudah biasa sehingga pasien mengucek-ucek matanya.
Malamnya pasien baru merasakan ada yang mengganjal di mata kirinya dan tidak
nyaman, TD: 110/70 mmHg, nadi : 82x/menit, suhu : 36,8 oC, RR : 20x/menit , OS : Mata
tampak mata kemerahan, air mata terus menerus (+), benda asing (+), bengkak (+),

18
kepekaan terhadap cahaya, kepekaan terhadap mata serta pengelihatan menjadi
kabur. Visus sentralis jauh OS = 6/7, Konjungtiva bulbi OS = Hiperemis, Kornea
OS = Terlihat adanya gram di sebelah superolateral.
4.1 Pengkajian
1. Identitas
Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Laki_laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tukang Las
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jalan Masjid Al Akyar 40102, Gandul Limo
Tanggal masuk : 17 April 2019
Diagnosa Medis : Corpus Alienum
No. Register : 150618
Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny.S
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan dengan klien : Istri pasien
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jalan Masjid Al Akyar 40102, Gandul Limo
2. Keluhan utama
Nyeri pada mata kiri
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 17 April 2019 pasien datang ke IGD RSUD Bangil
bersama keluarganya dengan keluhan mata kirinya terasa nyeri seperti
tertusuk-tusuk, terasa ada yang mengganjal dan berair sejak 2 hari sebelum
MRS. Pasien merasakan sesuatu masuk ke dalam mata kirinya, saat itu

19
pasien merasakan kelilipan dan menganggap hal tersebut sudah biasa
sehingga pasien mengucek-ucek matanya. Malamnya pasien baru merasakan
ada yang mengganjal di mata kirinya dan tidak nyaman, mata dan kelopak
mata menjadi agak bengkak , berwana merah dan keluar air mata terus
menerus, kepekaan terhadap cahaya, kepekaan terhadap mata serta
pengelihatan menjadi kabur.
Pasien mengaku sebelumnya sudah menggunakan obat tetes mata insto,
keluhan berkurang namun kambuh kembali. Kemudian pasien melihat mata
kirinya untuk mencari apakah ada benda yang masuk ke mata. Pasien
melihat adanya gram di mata kirinya. Pasien sempat berusaha untuk
mengeluarkan benda tersebut dengan menggunakan cotton bud namun tidak
berhasil.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah mengalami hal serupa pada mata kanan dan kiri, dan telah
diambil oleh pasien sendiri menggunakan tissue.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit
keturunan seperti hipertensi, asma, jantung, Diabetes Melitus, dan penyakit
menular seperti TBC, AIDS, Hepatitis. Sebelumnya keluarga juga tidak
pernah menderita penyakit yang serupa mulai dari kakek nenek dari anak.
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami
kecelakaan dan Pasien juga mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak
ada yang mempunyai alergi baik obat-obatan maupun makanan.
4. Pola Gordon
a. Pola persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan tahu sedikit tentang penyakit yang dideritanya. Pasien
mengatakan berharap keadaanya segera membaik dan tidak bertambah
parah.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
 Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan sebeblum sakit nafsu makan baik, makan 3x dalam
sehari, dengan diit biasa. Minum air putih 6 gelas dalam sehari. Tidak ada
mual dan muntah.

20
 Saat Sakit :
Pasien mengatakan selama dirawat nafsu makan agak berkurang akibat
nyeri yg dirasakan, makan 3x dalam sehari habis ½ porsi, mual dan
muntah tidak ada, minum air 5 gelas sehari. Alergi makanan tidak ada.
c. Pola Eliminasi
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum msakit tidak mengalami masalah pada saat
BAB, frekuensi 1 kali sehari, konsistensi lembek, bau khas feses, feses
berwarna kuning dan jumlah tidak menentu. Pasien juga tidak mengalami
masalah pada saat kencing, biasa kencing 4-5x sehari, warna kekuningan,
bau khas urine.
 Saat Sakit :
Pasien mengatakan belum BAB selama 2 hari
d. Pola aktivitas dan latihan
 Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam beraktivitas, pasien dapat
beraktifitas mandiri seperti biasa sebagai pekerja tukang las.
 Saat Sakit :
Activity Daily Living (ADL)
0 = Mandiri 2 = Bantuan Orang Lain 4 = Tergantung / tidak
1 = Dengan Alat Bantu 3 = Bantuan peralatan dan orang lain

Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat √
tidur
Berpindah √
Ambulasi ROM
Kesimpulan : Pasien dapat melakukan aktifitasnya sendiri

Kekuatan Otot : 555 555

555 555

e. Pola tidur dan Istirahat


Sebelum Sakit :

21
Paasien mengatakan tidak memiliki masalah dalam pola tidur dan istirahat,
biasanya pasien tidur 7-8 jam sehari dan tidak ada gangguan selama tidur.
Saat Sakit :
Pasien mengatakan mengeluh tidak bisa tidur karena nyeri pada mata kiri,
klien sering terbangun dimalam hari, tidur tidak nyenyak, dan tidak merasa
segar pada saat bangun tidur.

f. Pola Kognitif dan Persepi Diri


Pasien dalam keadaan sadar, kesadaran composmentis. Klien dapat
berbicara dengan baik, bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu bahasa
daerah. Pasien mengatakan cemas dengan kondisinya, tingkat kecemasan
ringan. Dan Pasien mengeluh nyeri pada mata kiri, Tn.A mengalami
penurunan ketajaman penglihatan, merasakan ada yang mengganjal di mata
kirinya dan tidak nyaman, mata menjadi merah dan keluar air mata terus
menerus, nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 5 (0-10), nyeri terus
menerus. Pasien tampak gelisah dan memegang area yang nyeri dan
mengubah posisi untuk mengurangi nyeri.
g. Pola Konsep Diri
Pasien terlihat kooperatif selama perawat atau petugas kesehatan melakukan
pengkajian, dan merespon pertanyaan-pertyanyaan perawat. Terkadang
pasien juga bertanya tentang penyakit yang diderita. Selama dirawat di
rumah sakit, klien ditemani oleh istrinya, terkadang ada kunjungan dari
keluarga dan saudara-saudara.
h. Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki-laki dan berusia 33 tahun, pasien mengatakan
tidak ada masalah pada organ reproduksinya.
i. Pola peran-hubungan
Keluarga mengatakan peran dan hubungannya sebagai Ayah dan suami dari
anak dan istrinya tetap terjalin dengan baik. Tn.A selalu memberikan nafkah
kepada anak dan istrinya. Saat ini istrinya selalu mendampingi Tn.A selama
masa perawatan di RS.
j. Pola Pertahanan Diri, Stres dan Toleransi (Mekanisme Koping)
Pasien mengatakan cemas dengan keadaanya saat ini, karena tidak bisa
menafkahi keluarga selama sakit. Namun pasien mengatakan selalu

22
mendapat dukungan dari semua pihak saat mengalami sakit dan selalu
membicarakan kepada anggota keluarga yang lain jika memiliki masalah.

k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien mengatakan beragama Islam dan belum bisa melakukan ibadah saat
ini. penyakit yang diderita sekarang merupakan cobaan dari Tuhan.
Keluarga mengatakan selalu berdoa dan melakukan persembahyangan untuk
proses kesembuhan Tn.A. Keluarga juga mengatkan selalu mengimbangi
proses perawatan medis di Rumah Sakit dengan berdoa untuk proses
penyembuhan.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36,8oC
RR : 20x/menit
OD : Mata tampak tenang
OS : Tampak mata kemerahan, air mata (+), benda asing (+),
bengkak (+)
b. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher
Inspeksi : Penyebaran rambut bersih merata, warna rambut tampak hitam,
bentuk kepala normochepali, tidak adanya luka, edema pada wajah (-)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daerah leher.
2) Kulit
Inspeksi : Kulit tampak bersih, warna kulit sawo matang, kulit
tampak lembab, tidak adanya luka.
Palpasi : Turgor kulit elastis, tidak ada nyeri tekan.

3) Mata

23
Inspeksi : Bentuk mata secara umum tidak simetris antara kanan dan
kiri, mata kiri agak bengkak, mata merah dan keluar air mata terus
menerus.
Palpasi : Adanya nyeri tekan pada mata kiri.
4) Hidung
Inspeksi : Keadaan umum hidung bersih, tidak terdapat adanya sumbatan
jalan napas pada hidung, tidak terdapat perdarahan ataupun peradangan
dan secret atau pus yang keluar dari hidung, tidak terdapat pernapasan
cuping hidung.
Palpasi : tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada hidung.
5) Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga simetris antara kanan dan kiri, telinga bersih,
tampak terlihat adanya serumen, tidak terdapat perdarahan dari telinga
6) Mulut dan gigi
Inspeksi : Hasil pengkajian mulut dan fungsi organ pencernaan
bagian atas, keadaan umum mukosa bibir tampak lembab, tidak terdapan
gangguan menelan pada pasien, tidak ada gigi berlubang.
7) Thorax
Inspeksi : Perkembangan dada seimbang antara ekspirasi dan
inspirasi, bentuk dada simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat
penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak terdapat adanya kelainan bentuk, pada dada, tidak
adanya benjolan.
Auskultasi : Suara napas vesikuler, bunyi jantung S1 S2 tunggal
Sirkulasi : RR=20x/menit, nadi=82x/menit, CRT<2detik, sesak napas
(-)
8) Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris
Auskultasi : Peristaltik usus ada 12x/menit
Perkusi : Tidak adanya disteni abdomen

24
Palpasi : Turgor kulit elastis, tidak adanya asites, tidak ada nyeri
tekan.
9) Genetalia
Tidak dikaji.

10) Ekstermitas
Tidak terdapat oedema, tidak ada nyeri otot, akral dingin.
6. Terapi Medis
a. Ekstraksi Korpus
b. Gentamicin TM 3x2 tetes
c. Paracetamol 3x1 tab
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Dilakukan Pemeriksaan menggunakan slit lamp, dimana di dapatkan hasil sebagai
berikut :
PEMERIKSAAN OD OS

Visus sentralis jauh 6/6 6/7


Konjungtiva bulbi dalam batas normal Hiperemis
Kornea dalam batas normal terlihat adanya gram di
sebelah superolateral

Kesimpulan hasil : : tampak korpus alienum pada kornea OS


4.2 Analisa Data
No Data fokus Etiologi Masalah
1 DS : Nyeri Akut
Trauma benda asing
P : Klien mengatakan nyeri
dan keluar air mata terus Trauma organ mata
menerus pada mata kiri
Inflamasi
Q : Nyeri seperti tertusuk-
Pengeluaran media
tusuk
kimia
R : Nyeri pada mata sebelah
kriri
Rangsang nosi
S : Skala nyeri 5 (0-10) receptor
T : Nyeri terus menerus
DO :
Spriral cora
- Pasien tampak gelisah

25
dan memegang area
nyeri
Informasi kortex
- N = 82x/menit
cerebri
- RR = 20x/menit

Nyeri Akut

2 DS : Trauma benda asing Gangguan


Pasien mengatakan persepsi
Trauma organ mata
pengelihatannya kabur sensori
Kerusakan Jaringan
(ketajaman pengelihatan pengelihatan
menurun) dan keluar air mata Erosi Kornea
terus menerus
DO : Laseransi kornea bag.
- Tampak kelopak mata Sentral

kiri bengkak
- Visus sentralis jauh Kerusakan kornea
OS = 6/7
- Konjungtiva bulbi Gangguan persepi
OS = Hiperemis
- Kornea sensori pengelihatan
OS = Terlihat adanya
gram di sebelah
superolateral

4.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan nyeri dan
keluar air mata terus menerus pada mata kiri, skala nyeri 5 (0-10), nyeri seperti
tertusuk-tusuk, nyeri terus menerus, Nadi = 82x/menit, RR= 20x/menit.
2. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penurunan
ketajaman penglihatan ditandai dengan pengelihatannya kabur dan kelopak
mata kiri agak bengkak, keluar air mata terus menerus, Visus sentralis jauh OS

26
= 6/7, Konjungtiva bulbi OS = Hiperemis, Kornea OS = Terlihat adanya gram
di sebelah superolateral.
4.4 Intervensi Keperawatan
No Dx Tujuan & Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut Setelah diberikan NIC Label
berhubungan asuhan keperawatan Pain Management
dengan agen selama 1x24 jam,  Observasi reaksi
cidera fisik diharapkan nyeri klien nonverbal dari
ditandai dengan dapat berkurang ketidaknyamanan
nyeri dan keluar dengan kriteria hasil :  Lakukan pengkajian

air mata terus NOC Label nyeri secara


menyeluruh meliputi
menerus pada  Pain Control
mata kiri, skala lokasi, durasi,
5. Pasien mampu
nyeri 5 (0-10), kualitas, keparahan
mengontrol nyeri
nyeri seperti nyeri dan
6. Pasien
tertusuk-tusuk, faktor pencetus
melaporkan
nyeri terus nyeri.
bahwa nyeri
 Ajarkan untuk teknik
menerus, Nadi = berkurang dengan
nonfarmakologi
82x/menit, RR= manajemen nyeri
missal relaksasi,
20x/menit. 7. Pasien mampu
guide imajeri, terapi
mengenali nyeri
8. Pasien musik, distraksi.
 Kendalikan faktor
mengatakan rasa
lingkungan yang
nyaman setelah
dapat mempengaruhi
nyeri berkurang
respon pasien
terhadap
ketidaknyaman
anmisal suhu,
lingkungan, cahaya,
kegaduhan.
 Kolaborasi : pemberi

27
an Analgetik sesuai
indikasi
2 Gangguan Setelah diberikan Eye Care
persepsi sensori asuhan keperawatan  Kaji fungsi
penglihatan selama 1x24 jam, penglihatan klien
berhubungan diharapkan gangguan  Monitor fungsi

dengan sensori dapat teratasi lapang pandang,

penurunan dengan kriteria hasil penglihatan, visus

ketajaman NOC: klien


 Monitor penglihatan
penglihatan  Sensori Function
mata
ditandai dengan : Visual  Monitor adanya
pengelihatannya Kriteria hasil : tanda dan gejala
kabur dan 3. Pasien kelainan penglihatan
kelopak mata menunjukkan  Anjurkan pasien
kiri agak tanda dan gejala menjaga kebersihan
bengkak, keluar persepsi dan mata
 Kolaborasi dalam
air mata terus sensori baik
4. Pasein mampu melakukan tindakan
menerus, Visus
mengungkapkan Ekstraksi corpus
sentralis jauh
fungsi persepsi
OS = 6/7,
dan sensori
Konjungtiva
dengan tepat
bulbi OS =
Hiperemis,
Kornea OS =
Terlihat adanya
gram di sebelah
superolateral.

4.5 Implementasi Keperawatan


Hari No
Implementasi Evaluasi Ttd
Tanggal Dx

28
Rabu, 1 - Mengkaji tingkat DS :
17/4/2019 nyeri yang P : Klien mengatakan
17.00 dialami oleh nyeri pada area mata
Q : Nyeri seperti
klien.
tertusuk-tusuk
R : Nyeri pada mata
kiri
S : Skala nyeri 5 (0-
10)
T : Nyeri terus-
menerus
DO :
- Klien tampak
- Mengkaji fungsi
gelisah
pengelihatan
klien
DS :
Pasien mengatakan
17.05 2
matanya kabur, dan
merasa tidak nyaman
pada mata kirinya
DO :
- Mata kiri tampak
- Observasi agak bengkak
- Tampak keluar air
Tanda-tanda
mata terus menerus
vital
DS : -
DO :
- TD: 110/70
mmHg, S: 36,8°C,
N: 82x/menit, RR:
- Mengajarkan
17.10 1,2 20x/menit
klien teknik
DS : -
relaksasi napas
DO :
dalam untuk - Klien tampak lebih

29
mengurangi tenang
nyeri

- Berkolaborasi
17.15 1 DS :
dalam
- Klien mengatakan
melakukan
bersedia
tindakan
DO :
Ektraksi Corpus - Klien tampak
gelisah

- Berkolaborasi DS :
17.20 2
dalam pemberian - Klien mengatkan
analgetik(paracet akan minum obat
amol 3x1 tab) DO :
dan antiobiotik - Klien tampak
(Gentamicin TM kooperatif
3x2 tetes)

16.00 1,2

Rabu, 1 - Mengkaji tingkat DS :


17/4/2019 nyeri yang P : Klien mengatakan
08.30 dialami oleh nyeri pada area mata
klien. kiri sudah berkurang.
Q : Nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : Nyeri pada mata
kiri

30
S : Skala nyeri 2 (0-
10)
T : Nyeri sewaktu-
waktu saja
DO :
- Mengkaji fungsi - Klien tampak lebih
pengelihatan tenang
klien
DS :
Klien mengatakan
mata sudah tidak
2
berair, mata masih
merah namun
berkurang
DO :
Klien mengatakan
- Observasi mata sudah tidak
Tanda-tanda terlalu kabur
- Bengkak pada
vital
mata kiri sudah
berkurang
DS :-
- Menganjurkan
DO :
pasien menjaga - TD: 100/70
kebersihan mata mmHg, S: 36,5°C,
N: 78x/menit, RR:
1,2
18x/menit
DS :
Klien mengatkan akan
menjaga kebersihan
matanya
DO :
Klien tampak
2
kooperatif

4.6 Evaluasi Keperawatan

31
Hari No
Jam Evaluasi Ttd
Tanggal Dx
S:
P : Pasien mengatakan nyeri pada mata
kiri sudah berkurang
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri pada mata kiri
S : Skala nyeri 2 (0-10).

Kamis,
09.00 1 O:
18/4/2019
- Pasien tampak lebih tenang,
- TD: 100/80 mmHg, N: 78 x/menit,
R : 18x/menit , S: 36,5 °C.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan.
- Menganjurkan pasien minum obat
analgetik (paracetamol 3x1 tab)
Kamis, 09.00 2 S:
18/4/2019 Pasien mengatakan mata sudah tidak
terlalu kabur, mata sudah tidak berair,
mata masih merah namun sudah
berkurang.
O:
- Pasien tampak lebih tenang
- Bengkak pada mata kiri sudah
berkurang
- TD: 100/80 mmHg, N: 78
x/menit, R : 18x/menit , S: 36,5
°C.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Menganjurkan pasien

32
meneteskan tetes mata
antibiotic (Gentamicin TM 3x2
tetes)

DAFTAR PUSTAKA

Bashour M. 2008. Corneal Foreign Body. Serial Online. Diakses 8 April 2019 .
http://emedicine.medscape.com/ article/
Baughman, D.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku untuk Brunner
dan Suddarth. Jakarta: EGC.
Hidayat, Alimul Aziz. 2002. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika
Ilyas, S. 2008. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
James, et al. 2006. Lecture Notes: Opthalmology. Jakarta: Erlangga.
Junaidi,P. 2004. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran UI
Mangunkusumo, E., Soetjipto. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok-Kepala dan Leher. Jakarta: FK UI
Neal, M.J. 2006. At a Glance: Farmakologi Medis.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction
Jogja
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Pearce, E.C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia.
Ramali, A., Pamoentjak. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambatan

33
Vaughan, D. 2010. Oftalmologi Umum, Edisi 17. Jakarta : Widya Medika.

34

Anda mungkin juga menyukai