Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Maha Esa ,karena berkat rahmat dan
Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas atau makalah ini dengan baik
sehingga makalah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Abuse” dapat selesai tepat pada
waktunya.
Saya menyadari bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna, saya merasa
berbahagia bila ada pembaca yang ingin memberikan saran dan masukan bagi perbaikan
tulisan ini. Semoga tulisan ini memberikan manfaat yang baik guna kemajuan ilmu
pengetahuan terutama dalam study komunitas khususnya Asuhan Keperawatan Abuse, baik
bagi saya sendiri khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa menjadikan makalah ini berguna bagi kita semua amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan komunitas adalah cabang ilmu keperawatan yang
membidangi keperawatan keluraga. Komunitas keperawatan mencakup
seluruh proses keperawatan yang dilakukan secara komperhensif di berbagai
masalah kesehatan pada setiap tahap perkembangan individu di dalam suatu
keluarga. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki
ikatan darah, perkawinan, dan adopsi yang saling berinteraksi, oleh karena itu
dalam keluarga tidak jarang terciptanya konflik dan bilamana berkelanjuttan
dapat menimbulkan kekerasan rumah tangga.
Menurut WHO(1999) dalam buku Keperawatan Komunitas Teori Dan
Praktik Keperawatan(2009) kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan
kekuasaa, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan, atau
sekelompok orang(masyarakat) mengakibatkan atau mungkin mengakibatkan
trauma atau cedera fisik, kematian, kerugian psikologis, gangguan
perkembangan, atau perampasan hak. Kekuatan fisik dan kekuasaan harus
dilihat dari segi pandang yang luasmencakup rindakan atau penyiksaan secara
fisik, psikis, seksual dan kurang perhatian (neglect) serta abuse.
Abuse adalah kekrasan dalam rumah tangga yang memiliki dampak nyata
dari pada neglect yang sering terjadi dalam keluarga namun pengetahuan
masyarakat mengenai abuse masih rendah tentang pengertian, jenis dan
dampak ditimbulkan serta dapat memngganggu kesehtan individu, maka dari
itu perlunya seorang perawat memahami abuse guna meminimalkan dampak
negative yang dirasakan individu atau masyarakat lebih luas.
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan dari makalah ini adalah agar kita sebagai tenaga
kesehatan , khususnya tenaga medis keperawatan lebih paham tentang apa itu
abuse, baik dari segi jenis-jenis, dampak, tanda-tandanya sampai mampu
melakukan pencegahan agar abuse tidak terjadi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Jenis-Jenis Abuse
a. Kekerasan Terhadap Perempuan (KTP) :
Segala bentuk kekerasan berbasis jender yang berakibat atau mungkin
berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental atau penderitaan terhadap
perempuan ; termasuk ancaman dari tindakan tsb, pemaksaan atau perampasan
semena-mena kebebasan, baik yang terjadi dilingkungan masyarakat maupun
dalam kehidupan pribadi. (Deklarasi PBB tentang anti kekerasan terhadap
perempuan pasal 1, 1983).
Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan yang berakibat
kesengsaraan atau penderitaan-penderitaan pada perempuan secara fisik, seksual
atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau
dalam lingkungan kehidupan pribadi. Seringkali kekerasan pada perempuan terjadi
karena adanya ketimpangan atau ketidakadilan jender. Ketimpangan jender adalah
perbedaan peran dan hak perempuan dan laki-laki di masyarakat yang
menempatkan perempuan dalam status lebih rendah dari laki-laki. “Hak istimewa”
yang dimiliki laki-laki ini seolah-olah menjadikan perempuan sebagai “barang”
milik laki-laki yang berhak untuk diperlakukan semena-mena, termasuk dengan
cara kekerasan.
Perilaku perempuan korban KTP pada fase akut :
1) Rasa takut atas berbagai hal.
2) Reaksi emosional lainnya : Shok, rasa tidak percaya, marah, malu,
menyalahkan dirinya, kacau, bingung, histeris dll.
b. Child abuse (Penganiayaan Anak) (KTA) :
Child abuse adalah suatu bentuk tindakan kekerasan yang pada umumnya
dilatar belakangi oleh keluarga. Hal tersbut karena keluarga orang tua lebih
cenderung tidak memperhatikan atau mengabaikan kebutuhan dan aktifitas fisik
serta psikis sang anak. Maka di saat si anak membutuhkan kasih saying dan
perhatian dari orang tua, tetapi orang tua tersbeut malah mengabaikannya maka
sang anak akan merasa kesepian dan cenderung untuk membantah bahkan
melampiaskan kepada hal-hal yang negative.
Child abuse yang dilatar belakangi oleh keluarga, pada akhirnya akan
berdampak kepada kebiasaan anak mulai dari lingkungan social hingga lingkungan
4
sekolah si anak. Maka orang-orang sekitar di lingkungan sekolah tersbeut dapat
dijadikan pelampiasan si anak.
Keluarga merupakan lingkungan pertama kehidupan anak dan tempat
belajar secara baik, kadang sebagai mahluk social. Orang tua harus mengasuh dan
mendidik anak secara baik, kadang kala, orang tua mengalami hambatan, dank
arena hambatan ini dapat menyebabkan tindakan kekerasan terhadap anak.
Kasus-kasus kekerasan anak sudah menghawatirkan. Pada tahun 2006-
2007, Komnas (PA) melaporkan 247 bentuk kekerasan fisik, kekerasan seksual
dan 451 kekerasan psikis. Hal ini menunjukkan tingginya tindakan kekerasan pada
anak-anak, yang akhirnya dapat mengakibatkan gangguan fisik dan mental.
Bentuk – bentuk : Menurut Terry E, Lawson, Psikiater Internasional Child abuse
terbagi menjadi 4 macam, diantaranya :
1) Emotinal Abuse
Kekerasan semacam ini terjadi apabila orang tua tidak pernah
memberikan kasih sayang kepada anak dan secara terus-menerus mengabaikan
kebutuhan anak dan kesulitan anak dalam menghadapi masalah. Hal ini
merupakan hal yang keji, karena dapat menjadikan anak tersebut menjadi
pemarah.
2) Verbal Abuse
Hal ini akan terjadi jika orang tua selalu mengabaikan permintaan anak,
seperti meminta perhatian, orang tua malah menghina dan mengolok-olok
anaknya dengan menggunakan kekerasan verbal. Contohnya : “Kamu anak
bodoh,” kamu jadi anak selalu nyusahin !”. Hal seperti ini hanya akan
menjadikan anak tersebut merasa tertekan.
3) Physical Abuse
Terjadi apabila orang tua memukul anaknya ketika anak memerlukan
perhatian. Pukulan itu akan selalu diingat seorang anak tersbeut dan kekerasan
fisik ini menyebabkan anak tersebut merasa takut.
4) Sexual Abuse
Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil
gambar pornografi anak-anak atau aktifitas sexual lainnya kepada anak.
Indicator fisik yaitu kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau
darah di baju dalam, nyeriatau gatal di area genetalia, memar atau pendarahan
di area genital/rectal, berpenyakit kelamin.
5
Indicator kebiasaan, pengetahuan tentang seksual atau sentuhan seksual
yang tidak sesuai dengan usia, perubahan pada penampilan, kurang bergaul
dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik,
berperilaku permisif/berperilaku yang menggairahkan, penurunan keinginan
untuk se3kolah, gangguan tidur, perilaku rfegresif ( missal : ngompol ).
Perilaku anak korban KTA pada fase akut :
a) Gejala fisik penganiayaan emosional sering tidak jelas.
b) Ekspresi wajah, gerak-gerik, bahasa badan, dapat mengungkapkan
perasaan sedih, keraguan diri, kebingungan, kecemasan, ketakuatan, atau
amarah yang terpendam.
c. Kekerasan dalam rumah-tangga (KDRT) :
Kekerasan fisik maupun psikis yang terjadi dalam rumah-tangga, baik
antara suami-istri maupun orang-tua-anak. Pada umumnya korban adalah istri atau
anak. Sedangkan pelaku tindak kekerasan terhadap anak biasa ayah atau ibu.
Adapun bentuk KDRT seperti yang disebut di atas dapat dilakukan suami
terhadap anggota keluarganya dalam bentuk :
1) Kekerasan fisik, yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat.
2) Kekerasan psikis, yang mengakibatkan rasa ketakutan, hilangnya rasa percaya
diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dll.
3) Kekerasan seksual, yang berupa pemaksaan seksual dengan cara tidak wajar,
baik untuk suami maupun untuk orang lain untuk tujuan komersial, atau tujuan
tertentu.
4) Penelantaran rumah tangga yang terjadi dalam lingkup rumah tangganya, yang
mana menurut hukum diwajibkan atasnya. Selain itu penelantaran juga berlaku
bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara
membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar
rumah, sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.
Kecurigaan telah terjadi KDRT :
a) Cedera bilateral atau berganda.
b) Beberapa cedera dengan beberapa penyembuhan.
c) Tanda kekerasan seksual.
d) Keterangan yang tidak sesuai dengan cederanya.
e) Keterlambatan berobat.
f) Berulangnya kehadiran di RS akibat trauma.
6
d. Perkosaan
Hubungan seksual yang dilakukan seseorang atau lebih tanpa persetujuan
korbannya, dan merupakan tindak kekerasan sebagai ekspresi rasa marah,
keinginan / dorongan untuk menguasai orang lain dan untuk atau bukan untuk
pemuasan seksual. Seks hanya merupakan suatu senjata baginya untuk
menjatuhkan martabat suatu kaum / keluarga, dapat dijadikan alat untuk teror dsb.
Perkosaan tidak semata-mata sebuah serangan seksual, tetapi juga merupakan
sebuah tindakan yang direncanakan dan bertujuan
e. Kekerasan Napza
Penyalahgunaan obat, juga disebut penyalahgunaan zat kimia adalah
gangguan yang ditandai dengan pola destruktif penggunaan suatu zat yang
mengarah ke masalah signifikan. Remaja semakin terlibat dalam penyalahgunaan
obat resep, terutama narkotika (yang diresepkan untuk menghilangkan rasa sakit
parah), dan obat-obatan stimulan, yang mengobati kondisi seperti gangguan defisit
perhatian .
Hampir semua zat dikonsumsi dapat menyebabkan euphoria. Sementara
banyak yang sadar akan penyalahgunaan zat seperti alkohol atau obat-obatan
terlarang seperti ganja (di kebanyakan negara bagian) dan kokain , sedangkan yang
tidak disadari adalah kenyataan bahwa inhalansia seperti pembersih rumah tangga
adalah beberapa dari zat yang paling sering disalahgunakan. Berikut ini adalah
banyak obat dan jenis obat yang sering disalahgunakan dan / atau mengakibatkan
ketergantungan:
1) Alkohol: Alkohol adalah zat beracun, khususnya berdampak pada janin yang
sedang berkembang apabila ibu mengkonsumsi obat ini selama kehamilan .
2) Amfetamin: terdapat dalam berbagai bentuk, dari obat resep seperti
methylphenidate (Ritalin, Konser) dan dextroamphetamine dan amfetamin
(Adderall). Overdosis dari setiap zat ini dapat mengakibatkan kejang dan
kematian.
3) Anabolic steroid : Sekelompok zat disalahgunakan oleh binaragawan dan atlet
lainnya, grup obat ini dapat mengakibatkan efek psikologis yang mengerikan
seperti agresi dan paranoia , serta menghancurkan fisik. Sedangkan efek
jangka-panjang seperti ketidaksuburan dan kegagalan organ.
7
4) Kafein : kafein dikonsumsi oleh banyak orang , terdapat dalam teh, soda
maupun kopi. Namun, ketika dikonsumsi berlebihan zat ini dapat
menyebabkan jantung berdebar , insomnia , tremor dan kecemasan signifikan.
5) Cannabis : Lebih umum disebut ganja, nama ilmiah untuk ganja adalah
tetrahydrocannabinol (THC). Memepunyai efek negatif yaitu dapat
menyebabkan infertilitas , paranoia, kurangnya motivasi.
6) Kokain: Sebuah obat yang cenderung untuk merangsang sistem saraf, kokain
dapat berbentuk bubuk, digunakan sebagai rokok dalam bentuk batuan ( crack
kokain), atau disuntikkan ketika dibuat menjadi cairan.
7) Ekstasi : Juga disebut MDMA untuk menunjukkan komposisi kimianya
(methylenedioxymethamphetamine), obat ini cenderung menciptakan rasa
euforia dan kasih yang luas atau keinginan untuk memelihara orang lain.
Dalam keadaan overdosis, dapat meningkatkan suhu tubuh ke titik yang fatal.
8) Halusinogen : Contohnya termasuk LSD dan mescaline, serta apa yang disebut
alami halusinogen seperti jamur tertentu, obat ini dapat berbahaya karena dapat
menyebabkan perubahan pada persepsi pengguna.
9) Inhalansia : Inhalansia biasanya terkandung dalam pembersih rumah tangga,
seperti amoniak, pemutih, dan zat lain yang memancarkan asap, Dapat
menyebabkan kerusakan otak, bahkan sampai kematian
10) Nikotin : zat adiktif yang ditemukan dalam rokok.
11) Opiat : Grup ini juga disebut narkotika dan termasuk obat-obatan seperti
kodein , Vicodin, Percocet, dan Percodan. Kelompok zat ini dapat
menyebabkan penurunan fungsi sistem saraf.
12) Phencyclidine: Umumnya disebut sebagai PCP , obat ini dapat menyebabkan
pengguna merasa sangat paranoid dan menjadi sangat agresif. Hal ini dapat
membuat individu cukup berbahaya untuk orang lain.
13) Sedatif, hipnotik, atau obat anti ansietas: Zat ini menekan sistem saraf, dan
dapat menyebabkan kematian dengan cara menghentikan pernapasan baik pada
orang menggunakan obat ini saat overdosis atau yang mencampur satu atau
lebih obat-obatan dengan obat lain seperti depresan sistem saraf (seperti
alkohol atau suatu opiat).
8
3. Pencegahan Abuse
a. Pencegahan tersier
1) Fase awal : bina hubungan, kesepakatan tujuan konseling.
2) Fase pertengahan : konseling
3) Fase akhir : evaluasi tentang keberhasilan korban untuk
tidak jadi korban kekerasan lagi dan
meningkatkan kualitas hidup.
b. Pencegahan sekunder
1) Fase awal : bina hubungan saling percaya
2) Fase kedua : kaji bahaya yang dihadapi klien, kaji
pemeriksaan kesehatan, pastikan kontak korban dengan
pelayanan, hubungkan dengan pengacara, pertahankan
kontak.
3) Fase ketiga : kaji kebutuhan tempat tinggal, pertahankan
keamanan.
4) Fase keempat : keputusan tentang hubungan dengan pelaku.
c. Pencegahan primer
1) Menghentikan peredaran buku, film, media dan atraksi kekerasan perempuan.
2) Mengontrol pemilik senjata api.
3) Menghilangkan hukuman fisik di sekolah.
4) Promosi hubungan keluarga harmonis.
5) Informasi cara mencegah dan mengatasi masalah.
2. Menganalisa data
Analisa data dilakukan untuk menentukan diagnose sesuai prioritas masalah yang
didapat daripengkajian agar intervensi dapat dilakukan sesuai kebutuhan.
4. Intervensi
Intervensi (perencanaan) di buat sesuai prioritas masalah di utamkan pada preventive
dan promotif, namun pada diagnose yang actual misalnya pada abuse yang sudah
menimbulkan cedera fisik maka curative dan rehabilitative diprioritaskan lebih dulu.
12
13
14
15
5. Evaluasi yang diharapkan
a. Diagnosa I : Risiko trauma b.d Kegiatan lingkungan rumah dan klien mudah
tersinggung
1) Menggunakan strategi kontrol resiko bila diperlukan.
2) Mengetahui faktor resiko.
3) Menunujukkan perubahan status kesehatan
b. Diagnosa II : Cemas b.s substans abuse
1) Menyingkirkan tanda kecemasan.
2) Menurunkn stimulasi lingkungan ketika cemas.
16
3) Merencanakan dan menggunakan strategi koping.
4) Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan.
5) Melaporkan penurunan durasi dari episode cemas.
6) Melaporkan tidak adanya gangguan persepsi sensori.
7) Tidak ada manifestasi klinik perilaku kecemasan
c. Diagnosa III : Harga diri rendah situasional b.d kurang pengakuan dan penghargaan
1) Pengungkapan secara verbal penerimaan diri.
2) Peneriman keterbatasan diri.
3) Komunikasi terbuka
4) Tingkat percaya diri
5) Keseimbangan dalam berpartisipasi dan mendengarkan dalam kelompok.
d. Diagnosa IV : Defisit perawatan diri berhubungan dengan : penurunan atau
kurangnya motivasi, hambatan lingkungan, kerusakan persepsi/ kognitif, kecemasan,
kelemahan dan kelelahan.
1) Klien terbebas dari bau badan.
2) Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs.
17
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat dijadikan suatu refrensi atau panduan bagi mahasiswa
keperawatan khususnya atau kalangan umum untuk membuat atau melanjutkan
pendidikan selanjutnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Ferry Uddan Makhfudi. 2009. Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
19