Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keadaan tubuh sehat adalah suatu harga mutlak yang harus dimiliki oleh
seorang manusia. Manusia dapat melaksanakan segala aktivitasnya dalam
keadaan sehat. Keadaan sehat juga dapat mempengaruhi kondisi psikis
seorang manusia, sehingga keadaan sehat juga berpengaruh dalam jasmani
dan rohani manusia dalam hidup. Namun sesuai kodrat yang asalnya dari
Allah SWT sang maha pencipta, manusia tidaklah selalu merasakan sehat
dalam hidupnya. Keadaan sakit dapat menerpa siapapun manusia tersebut
(Aziz, S, 2008).
Penyakit dapat didefenisikan sebagai perubahan pada individu-individu
yang menyebabkan parameter kesehatan mereka berada dibawah kisaran
normal. Dalam kisaran yang sebenarnya penyakit tidaklah melibatkan
perkembangan suatu bentuk kehidupan yang benar-benar baru. Penyakit
merupakan suatu bentuk kehidupan dari agen luar yang akan mengganggu
kehidupan tubuh manusia. Terdapat bermacam-macam penyakit di dunia ini.
Terpadat macam-macam pula gejala yang menandai tubuh terinfeksi oleh
suatu penyakit salah satunya demam (Price et al, 2005).
Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh
melawan infeksi. Oleh karena adanya demam inilah tubuh dapat secara pelan-
pelan mencoba untuk menghancurkan agen-agen patogen yang akan
menginvasi tubuh (Anonim,A., 2008).
Oleh karena pentingnya demam sebagai respons protektif tubuh terhadap
agen luar maupun sebagai gejala suatu penyakit inilah, maka penulis akan
membahasnya didalam laporan tutorial yang berjudul Peran Demam Sebagai
Gejala Tubuh Terhadap Invasi Agen Patogen Asing.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dicantumkan di atas maka penulis
dapat merumuskan berbagai masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan demam, nyeri dan peradangan ?
2. Apakah yang menyebabkan demam, nyeri, dan peradangan itu terjadi?
3. Bagaimanakah mekanisme terjadinya demam, nyeri dan peradangan?
4. Apa sajakah jenis-jenis demam, nyeri dan peradangan ?
5. Bagaimanakah cara penatalaksanaan pada saat terjadi demam, nyeri dan
peradangan?
6. Bagaimanakah cara pengobatan demam, nyeri dan peradangan ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demam, Nyeri, Peradangan


1. Demam
demam adalah tindak balas normal badan terhadap sebarang jangkitan
dan penyakit-penyakit lain. Ia bukanlah satu penyakit tetapi gejala yang
selalunya menandakan anda mempunyai penyakit-penyakit yang ringan (tidak
serius). Suhu badan normal adalah 37°C, jika melebihi tahap ini anda akan
disahkan demam (Anonim,B, 2009).
Demam adalah tanda infeksi, namun penderita penyakit serius dengan
infeksi dapat tanpa demam atau suhu lebih rendah daripada normal. Lagipula
ada banyak penyebab demam selain infeksi. Demam adalah akibat kondisi
yang ditimbulkan oleh perubahan dalam pusat pengatur panas melalui
pengaruh sitokin yang dihasilkan oleh makrofag (Shulman et al, 1994).
Demam karena infeksi bersifat menguntungkan karena mengurangi
stabilitas lisosom, meningkatkan efek interferon, dan merangsang mobilitas
leukosit dan aktivitas bakterisidal. Demam berbeda dengan hiperpireksia
maupun dengan hipertermia karena keduanya tidak memiliki batasan atas
kenaikan suhu. Demam tidaklah sama dengan hipertermia, yang diartikan
sebagai peningkatan suhu tubuh yang tidak terkontrol. Hipertermia dapat
diakibatkan oleh pembentukan panas yang berlebihan atau gangguan
pengeluaran panas (Declan, 1997).
2. Nyeri
Nyeri merupaakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada
setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya, dan
hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015). Menurut
Smeltzer & Bare (2002), definisi keperawatan tentang nyeri

3
adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu
yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu
mengatakkannya. Nyeri sering sekali dijelaskan dan istilah
destruktif jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit,
seperti emosi, pada perasaan takut, mual dan mabuk. Terlebih,
setiap perasaan nyeri dengan intensitas sedang sampai kuat
disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat untuk melepaskan
diri dari atau meniadakan perasaan itu. Rasa nyeri merupakan
mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan
hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan
memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 1997).
3. Peradangan
Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik
atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya
mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin,
prostaglandin dan lainnya yang menimbulkan reaksi radang berupa
panas, nyeri, merah, bengkak dan disertai gangguan fungsi.
Inflamasi atau peradangan adalah suatu respon protektif yang
ditujukan untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta
membuang sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan
asal Inflamasi melaksanakan tugas pertahanannya dengan
mengencerkan, menghancurkan atau menetralkan agen berbahaya
(misalnya mikroba atau toksin). Inflamasi kemudian menggerakkan
berbagai kejadian yang akhirnya menyembuhkan dan menyusun
kembali tempat terjadinya jejas. Dengan demikian, inflamasi juga
terkait erta dengan proses perbaikan, yang mengganti jaringan yang
rusak dengan regenerasi sel parenkim, dan atau dengan pengisian
setiap defek yang tersisa dengan jaringan parut fibrosa.
Pada saat respon radang meliputi suatu perangkat kompleks
berbagai kejadian yang sangat harmonis, garis besar suatu inflamasi
adalah sebagai berikut. Stimulus awal radang memicu pelepasan

4
mediator kimia dari plasma atau dari jaringan ikat. Mediator terlarut
itu, bekerja bersama atau secara berurutan, memperkuat respon awal
radang dan mempengaruhi perubahannya dengan mengatur respon
vaskular dan selular berikutnya. Respon radang diakhiri ketika
stimulus yang membahayakan menghilang dan mediator radang telah
hilang, dikatabolisme atau diinhibisi.
Pada bentuk akutnya ditandai oleh tanda klasik : nyeri (dolor),
panas (kolor), kemerahan (rubor), bengkak (tumor), dan hilangnya
fungsi (fungsiolesa). Secara histologis, menyangkut rangkaian kejadian
yang rumit, mencakup dilatasi arteriol, kapiler, dan venula, disertai
peningkatan permeabilitas dan aliran darah; eksudasi cairan, termasuk
protein plasma; dan migrasi leukositik ke dalam fokus peradangan.

B. Etiologi
a. Demam
Macam-macam penyebab demam adalah sebagai berikut:
a) Infeksi virus dan bakteri
b) Flu dan masuk angin
c) Radang tenggorokan
d) Infeksi telinga
e) Diare disebabkan bakterial atau diare disebabkan oleh virus
f) Bronkitis akut, infeksi saluran kencing
g) ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)
h) Obat-obatan tertentu
i) Masalah-masalah serius seperti pneumonia, radang usus buntu,
TBC, dan radang selaput otak (Anonim,B., 2009).
b. Nyeri
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Kebudayaan

5
d) Perhatian
e) Ansietas
c. Peradangan
a. Benda Fisik
a) Benda – benda Traumatik :
 Jarum
 Pisau
 Kapak
 Tombak
 Panah
 Binatang buas
b) Suhu
c) Listrik
 Voltase tinggi
d) Radiasi
 Sinar X
 Nuklir
b. Bahan Kimiawi yang Korosif / Toksik :
a. HNO3
b. H2SO4
c. Toksin : Bisa Ular / Kalajengking
i. Benda Infektif
a. Bakteri / Kuman / Basil
1) Golongan Kokus
a) Stafilokokus
b) Streptokokus
c) Meningokokus
d) Pneumokokus
e) Diplokokus
2) Golongan virus
a) RNA : Polio, rabies

6
b) DNA : HIV
3) Golongan Ricketsia
4) Golongan Klamidia
5) Golongan mikrobakterium :
a) KP
b) MH
b. Golongan Parasit
1) Malaria
2) Sifilis
3) Kencing tikus
4) Cacing : Cacing Kremi, cacing pita, cacing tambang, cacing
gelang
5) Elephanthiasis
c. Golongan Jamur- jamur
1) Kandida sp
2) Kriptokokus neoformans
3) Epidermophyta
4) Aspergyllus sp
5) Tinea : Ingunialis, Kapitis, Versikolor

C. Mekanisme Terjadinya Demam, Nyeri, Peradangan


1. Demam
Demam terjadi karena penglepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari
mikrorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi. Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah suatu
protein yang identik dengan interleukin-1. Didalam hipotalamus zat ini akan
merangsang penglepasan asam arakhidonat serta mengakibatkan peningkatan

7
sintesis prostaglandin E2 yang langsung dapat menyebabkan suatu pireksia
(Sudoyo et al, 2007).
Penyebab eksogen demam antara lain bakteri, jamur, virus, dan produk-
produk yang dihasilkan oleh agen-agen tersebut (misal, endotoksin).
Kerusakan jaringan oleh sebab apapun dapat menyebabkan demam. Faktor-
faktor imunologi seperti kompleks imun dan limfokin menimbulkan demam
pada penyakit vaskuler kolagen dan keadaan-keadaan hiperdsensitivitas.
Seluruh substansi di atas menyebabkan sel-sel fagosit mononuklear-monosit,
makrofag jaringan, atau sel kupfer- membuat pirogen endogen (EP =
endogenous pirogen). EP adalah suatu protein kecil yang mirip interleukin 1,
yang merupakan suatu mediator proses imun antar sel yang penting. EP telah
diisolasi dari netrofil, eosinofil, monosit, sel kupfer, makrofag alveoli, dan
sinovium, EP juga ditemukan dalam sel-sel penyakit Hodgkin, limfoma
histiositik, dan kanker sel ginjal. EP menginduksi demam melalui
pengaruhnya pada area pre-optik di hipotalamus anterior. EP melepaskan
asam arakhidonat di hipotalamus yang selanjutnya diubah menjadi
prostaglandin. Hipotalamus anterior mengandung banyak neuron
termosensitif. Area ini juga kaya dengan seroton dan norepinefrin yang
memperantarai terjadinya demam. EP meningkatkan konsentrasi mediator
tersebut. Selanjutnya kedua mono-amina ini akan meningkatkan adenosin
monofosfat siklik (AMP siklik) dan prostaglandin di susunan saraf pusat
(Declan, 1997).
2. Nyeri
Mekanisme nyeri adalah rangsangan diterima oleh reseptor nyeri, di ubah dalam
bentuk impuls yang di hantarkan ke pusat nyeri di korteks otak. Setelah di proses
dipusat nyeri, impuls di kembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri.
Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai faktor
dan dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Rangsangan Mekanik : Nyeri yang di sebabkan karena pengaruh mekanik
seperti tekanan, tusukan jarum, irisan pisau dan lain-lain.

8
b. Rangsangan Termal : Nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu, Rata-
rata manusia akan merasakan nyeri jika menerima panas diatas 45 C,
dimana mulai pada suhu tersebut jaringan akan mengalami kerusakan
c. Rangsangan Kimia : Jaringan yang mengalami kerusakan akan
membebaskan zat yang di sebut mediator yang dapat berikatan dengan
reseptor nyeri antaralain: bradikinin, serotonin, histamin, asetilkolin dan
prostaglandin. Bradikinin merupakan zat yang paling berperan dalam
menimbulkan nyeri karena kerusakan jaringan. Zat kimia lain yang
berperan dalam menimbulkan nyeri adalah asam, enzim proteolitik, Zat P
dan ion K+ (ion K positif ).
3. Peradangan

Yaitu reaksi jaringan terhadap cidera sel yang berlangsung secara singkat,
beberapa jam atau beberapa hari dengan adanya perubahan vaskuler dan eksudasi.

inflamasi akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang
didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan
berbagai mikroba yang menginvasi dan memulai proses pembongkaran jaringan
nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan
penampang dan struktural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit.
Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran
darah dan terjadinya perubahan struktural pada pembuluh darah mikro akan
memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah.
Leukosit yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan
selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera.

Segera setelah jejas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin didahului
oleh vasokonstriksi singkat. Sfingter prakapiler membuka dengan akibat aliran
darah dalam kapiler yang telah berfungsi meningkat dan juga dibukanya anyaman
kapiler yang sebelumnya inaktif. Akibatnya anyaman venular pasca kapiler
melebar dan diisi darah yang mengalir deras. Dengan demikian, mikrovaskular
pada lokasi jejas melebar dan berisi darah terbendung. Kecuali pada jejas yang

9
sangat ringan, bertambahnya aliran darah (hiperemia) pada tahap awal akan
disusul oleh perlambatan aliran darah, perubahan tekanan intravaskular dan
perubahan pada orientasi unsur-unsur berbentuk darah terhadap dinding
pembuluhnya. Perubahan pembuluh darah dilihat dari segi waktu, sedikit banyak
tergantung dari parahnya jejas. Dilatasi arteriol timbul dalam beberapa menit
setelah jejas. Perlambatan dan bendungan tampak setelah 10-30 menit.
Peningkatan permeabilitas vaskuler disertai keluarnya protein plasma dan
sel-sel darah putih ke dalam jaringan disebut eksudasi dan merupakan gambaran
utama reaksi radang akut. Vaskulatur-mikro pada dasarnya terdiri dari saluran-
saluran yang berkesinambungan berlapis endotel yang bercabang-cabang dan
mengadakan anastomosis. Sel endotel dilapisi oleh selaput basalis yang
berkesinambungan .
Pada ujung arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak cairan
keluar ke dalam ruang jaringan interstisial dengan cara ultrafiltrasi. Hal ini
berakibat meningkatnya konsentrasi protein plasma dan menyebabkan tekanan
osmotik koloid bertambah besar, dengan menarik kembali cairan pada pangkal
kapiler venula. Pertukaran normal tersebut akan menyisakan sedikit cairan dalam
jaringan interstisial yang mengalir dari ruang jaringan melalui saluran limfatik.
Umumnya, dinding kapiler dapat dilalui air, garam, dan larutan sampai berat jenis
10.000 dalton.

D. Jenis-jenis Demam, Nyeri, Peradangan


1. Demam
a. Demam septik : pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke
tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di
atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten : pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap
hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu

10
yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
c. Demam intermiten : pada tipe demam intermiiten, suhu badan turun ke
tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua
hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu : pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari
tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik : pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan
selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk
beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula
(Sudoyo et al, 2007)
2. Nyeri
Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu,
a. Nyeri Akut Nyeri Akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa
detik hingga kurang dari 6 bulan biasanya dengan awitan tiba-tiba dan
umumnya berkaitan dengan cidera fisik. Nyeri akut mengindikasikan
bahwa kerusakan atau cidera telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama
terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun
sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri ini umumnya terjadi
kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Salah satu
nyeri akut yang terjadi adalah nyeri pasca pembedahan (Meliala &
Suryamiharja, 2007).
b. Nyeri Kronik Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermitern
yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di
luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat
dikaitakan dengan penyebab atau cidera fisik. Nyeri kronis dapat tidak
memiliki awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk
diobati karena biasanya nyeri ini sering tidak memberikan respon
terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya (Strong, Unruh,

11
Wright & Baxter, 2002). Nyeri kronik ini juga sering di definisikan
sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih, meskipun
enam bulan 18 merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk
membedakan nyeri akut dan nyeri kronis (Potter & Perry, 2005).

E. Pengobatan Saat Terjadi Demam, Nyeri, Peradangan


1. Terapi Farmakologi demam
a. Analgesik/Antipiretik
Analgetik adalah adalah obat yang mengurangi atau
melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antipiretik
adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi.Jadi analgetik-
antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak
menurunkan suhu tubuh yang tinggi.Umumnya cara kerja analgetik-
antipiretik adalah dengan menghambat sintesa neurotransmitter
tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Contoh obat-
obat analgesik antipiretik yang beredar di Indonesia (Inarno 2013) :
1. Paracetamol
Paracetamol merupakan analgesik-antipiretik dan
anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang memiliki efek analgetik
(menghilangkan rasa nyeri), antipiretik (menurunkan demam),
dan anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan).
Paracetamol paling aman jika diberikan selama kehamilan.
Parasetamol dalam dosis tinggi dan jangka waktu pemberian
yang lama bisa menyebabkan toksisitas atau keracunan pada
ginjal. sehingga dikategorikan sebagai analgetik-antipiretik.
Golongan analgetik-antipiretik adalah golongan analgetik
ringan.Parasetamol merupakan contoh obat dalam golongan
ini.Beberapa macam merk dagang, contohnya Parasetamol
(obat penurun panas atau penghilang nyeri) bisa

12
diperdagangkan dengan merk Bodrex, Panadol, Paramex.
(Inarno 2013)
2. Antalgin
Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit
(analgetik) turunan NSAID, atau Non-Steroidal Anti
Inflammatory Drugs. Antalgin lebih banyak bersifat analgetik.
Pemakaiannya dihindari saat hamil TM I dan 6 minggu
terakhir. (Inarno 2013)
b. NSAID
Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) menghambat
enzim siklooksigenase dalam tubuh kita, enzim tersebut berfugnsi
memperoduksi prostaglandin. Prostaglandin menyebabkan
munculnya rasa nyeri karena mengiritasi ujung saraf perasa.
Prostaglandin juga bagian dari pengatur suhu tubuh. Golongan
NSAID dapat mengurangi nyeri dengan turunnya kadar
prostaglandin. Efek lain akibat turunnya prostaglandin adalah
berkurangnya peradangan, pembengkakan, dan turunnya demam
serta mencegah pembekuan darah.Contoh golongan NSAID
(Kresnawati 2011) :
1. Ibuprofen
Ibuprofen adalah salah satu jenis anti-inflamasi non-
steroid (AINS) yang diindikasikan untuk meredakan nyeri
ringan sampai sedang, nyeri setelah operasi, nyeri pada
penyakit sendi (seperti pengapuran sendi atau rematik), nyeri
otot, nyeri haid, serta menurunkan demam. Ibuprofen juga
memiliki efek anti-radang dan anti-pembekuan darah yang
lemah.(Yolanda 2013)
2. Aspirin
Aspirin adalah obat menghambat produksi prostaglandin
(sebuah zat spesifik yang menyebabkan rasa sakit dan demam)
untuk mengurangi respons tubuh terhadap serangkaian proses

13
kimia yang akhirnya menuju terbentuknya rasa sakit.Obat ini di
indikasikan untuk meringankan rasa sakit, nyeri otot dan sendi,
demam, nyeri karena haid, migren, sakit kepala dan sakit gigi
tingkat ringan hingga agak berat. (Bayer 2005)
c. Terapi Non-Farmakologi
Untuk menurunkan demam, penderita demam disarankan untuk minum air
putih yang cukup banyak (8 gelas air sehari) dan mengkonsumsi makanan yang
bergizi serta mengkompres badan yang panas dengan air hangat dan Istirahat yang
cukup.
2. Terapi farmakologi Nyeri
Terapi obat yang efektif untuk nyeri seharusnya memiliki resikorelatif rendah,
tidak mahal, dan onsetnya cepat. WHO menganjurkan tigalangkah bertahap
dalam penggunaan alagesik. Langkah 1 digunakan untuknyeri ringan dan
sedang adalah obat golongan non opioid seperti aspirin,asetaminofen, atau
AINS, ini diberikan tanpa obat tambahan lain. Jikanyeri masih menetap atau
meningkat, langkah 2 ditambah dengan opioid,untuk non opioid diberikan
dengan atau tanpa obat tambahan lain. Jikanyeri terus-menerus atau intensif,
langkah 3 meningkatkan dosis potensiopioid atau dosisnya sementara
dilanjutkan non opioid dan obat tambahanlain (Sudoyo, 2006).

a. Penatalaksanaan non farmakologis


Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari berbagai tindakan
penanganan nyeri berdasarkan stimulasi fisik maupun perilaku kognitif
(Tamsuri, 2007).
1. Masase kulit
Masase kulit dapat memberikan efek penurunan kecemasan dan
ketegangan otot. Rangsangan masase otot ini dipercaya akan merangsang
serabut berdiameter besar, sehingga mampu memblok atau menurunkan
implus nyeri.
2. Kompres

14
Kompers panas dingin, selain menurunkan sensasi nyeri juga dapat
meningkatkan proses penyernbuhan jaringan yang mengalami kerusakan.
3. Imobilisasi
Imobilisasi terhadap organ tubuh yang mengalami nyeri hebat
mungkin dapat meredakan nyeri. Kasus seperti rheumatoid arthritis
mungkin memerlukan teknik untuk mengatasi nyeri.
4. Distraksi
Distraksi merupakan pengalihan dari fokus perhatian terhadap
nyeri. Teknik distraksi terdapat beberapa macam yaitu: distraksi visual,
distraksi pendengaran, distraksi pernafasan, distraksi intelektual, teknik
pernafasan, imajinasi terbimbing.
5. Relaksasi
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik
relaksasi mungkin perlu diajarkan beberapa kali agar mencapai hasil yang
normal.
6. Plasebo
Plasebo merupakan suatu bentuk tidakan, misalnya pengobatan
atau tindakan keperawatan yang mempunyai efek pada pasien akibat
sugesti daripada kandungan fisik atau kimianya. Suatu obat yang tidak
berisi analgetika tetapi berisi gula, air atau saliner dinamakan plasebo
(Priharjo, 1996).

3. Terapi farmakologi peradangan

15
BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Aziz,S., 2008. Kembali Sehat Dengan Obat (Mengenal Manfaat dan Bahaya
Obat), Edisi 2. Jakarta : Pustaka Populer Obor

Declan, T. Wash, 1997. Kapita Selekta Penyakit dan Terapi. Jakarta : EGC

Guyton, C. Arthur; Hall, E. John., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi
11. Jakarta : EGC

Price, A. Sylvia; Wilson, M. Lorraine., 2005. Patofiologi Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC

Robbins, L. Stanley; Cotran, S. Ramzi; Kumar, V., 2007. Buku Ajar Patologi
Robbins, Edisi 7 Volume 1. Jakarta : EGC

Sudoyo et al, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI

Shulman, S. T; Phair, J. P; Sommers, H. M., 1994. Dasar Biologis & Klinis


Penyakit Infeksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Anonim, A., 2008. Pentingnya Demam.


http://nusaindah.tripod.com/kesdemamtifoid.htm(diakses 3 Januari 2010)

Anonim, B., 2009. Dokter Demam.


http://asianbrain.com/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Hembing&y=cyberme
d (diakses 7 Januari 2010)

16
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2013

17
KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada


kita semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah “Febris”.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka saran
dan kritik sangat kami nantikan dari para mahasiswa dan pengajar sehingga akan
semakin memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan mohon maaf apabila ada kesalahan dan
kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

Pekanbaru, April 2013

Penyusun

i
18
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ i


Daftar Isi...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
D. Manfaat .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ....................................................................................... 3
B. Apa kaitan antara demam dengan keadaan sistem imun tubuh....... 3
C. Etiologi ........................................................................................... 4
D. Mekanisme Terjadinya Demam ..................................................... 5
E. Kerja Hipotalamus Pada Saat Terjadinya Demam ......................... 6
F. Jenis-jenis Demam ......................................................................... 6
G. Keadaan metabolisme tubuh pada saat terjadinya demam ............. 7
H. Penatalaksanaan ............................................................................. 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
19

Anda mungkin juga menyukai