Dokter Pembimbing :
dr. Herry Kristianto
dr. Nur Kartikasari
Disusun oleh :
dr. Desy Failasufa
7. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah (14/12/18)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hematologi rutin
Hemoglobin 12,1 g/dl 12.0 – 15.6
Hematokrit 35,3 % 33 – 45
Leukosit 5,2 ribu/µl 4.5 – 11.0
Trombosit 315 ribu/C 150 – 450
Wkt Perdarahan 4 Menit 1-3
Wkt Pembekuan 5’30 Menit 2-6
Eosinofil 0 % 1-4
Basofil 0 % 0-1
N. batang 1 % 3-5
Segmen 72 % 36-70
Limfosit 22 % 26-40
Monosit 5 % 2-10
PP/S 117 mg/dl 70-160
SGOT 26,2 U/L L-25
SGPT 13,1 U/L L-29
Ureum 29,7 Mg% 10-50
Creatinin 0,93 Mg% 0,6-1,2
Lain-lain
HbsAg Non reactive Non reactive
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis snake bite grade 1
Tatalaksana snake bite
SOAP
1. SUBJEKTIF :
Bengkak di jari tangan keempat kanan akibat digigit ular dudak (ular tanah) ± 2
jam SMRS (pukul 14.00), keluhan disertai nyeri hebat dan rasa panas pada area gigitan.
Awalnya bengkak hanya di area gigitan, namun saat di IGD pasien mengeluh bengkak
meluas. Pasien tidak mengeluh mual, muntah, pusing, sesak, kejang dan demam.
2. OBJEKTIF : hasil diagnosis pada kasus ini ditemukan berdasarkan :
Dari pemeriksaan fisik didapatkan status lokalis
Regio digiti 4 manus dextra :
Inspeksi : tampak pada jari tangan kanan jejas (+) bekas gigitan ular, jumlah 2,
bentuk titik hitam, edem (+), bula (-), warna kuku pucat.
Palpasi : nyeri tekan (+), perabaan suhu hangat, konsistensi kenyal tegang.
Seluruh pemeriksaan tersebut mendukung diagnosis snake bite grade 1.
3. “ Assesment’’ :
Snake bite grade 1 adalah gigitan ular dengan bisa minimal ditandai dengan fang marks, nyeri
sedang-berat, luas 1-5 inci (2,54 – 12,7 cm), terdapat edem dan eritem dalam 12 jam pertama,
gangguan sistemik belum terlihat.
4. “ Plan” :
Assessment : Snake bite grade 1
IP Dx : S:-
O:-
IP Tx :
Debridement luka
Ivfd D5 + ABU 1 vial 20 tpm
Inj. Tetagram
Inj. Ceftriaxon 2 g/24 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Amlodipine tab 10 mg/ 24 jam
Pasang DC
IP Mx : Evaluasi keadaan umum, tanda vital dan tanda syok, luka bekas gigitan
IP Ex : Menjelaskan tentang penangan luka dan komplikasi yang mungkin
terjadi pada pasien dan keluarga.
FOLLOW UP
Tanggal Monitoring Keterangan
15/12/18 S : luka jari tangan kanan Ivfd. RL 20 tpm
10.00 O : KU cukup, CM Inj. Ceftriaxon 1g/ 12 jam
Melati TD : 110/70 mmHg Inj. Ketorolac 30mg/ 8 jam
HR : 80x/menit
RR : 20x/menit
T : 36°C (axiller)
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
EPIDEMIOLOGI
Sekitar 50.000 – 100.000 kematian setiap tahunnya diseluruh dunia karena gigitan
ular. Hal ini adalah faktor resiko terbesar terutama pada pekerja pertanian dan warga
pendatang di daerah tropis. Kira – kira 8000 orang terkena gigitan ular berbisa setiap tahun
di Amerika Serikat, dengan lebih dari 98% dari gigitan mengenai ekstremitas. Sejak tahun
1960 rata – rata korban setiap tahun meninggal di AS karena gigitan ular, dengan 70%
kebanyakan di lima daerah serikat termasuk Texas, Georgia, Florida, Alabama, dan
California Selatan.
Gejala dan tanda-tanda gigitan ular akan bervariasi sesuai spesies ular yang menggigit
dan banyaknya bisa yang diinjeksikan pada korban. Gejala dan tanda-tanda tersebut antara
lain adalah tanda gigitan taring (fang marks), nyeri lokal, pendarahan lokal, memar,
pembengkakan kelenjar getah bening, radang, melepuh, infeksi lokal, dan nekrosis jaringan
(terutama akibat gigitan ular dari famili Viperidae).
Gejala Klinis
Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua gigitan ular.
Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena darah
yang terperangkap di jaringan bawah kulit).
Nyeri lokal
Perdarahan Lokal
Memar
Limfangitis
Pembesaran Kelenjar getah bening
Inflamasi (Pembengkakan, Kemerahan, terasa panas)
Blistering
Gigitan ular Rattle ditandai oleh adanya injeksi bisa, kurang dari 50% pada saat itu.
Gejala sistemik sering timbul dini dan berhubungan dengan gangguan koagu Iasi darah,
kerusakan pembuluh darah sampai pada lapisan intima, kerusakan otot jantung, dan
gangguan pernapasan. Edema paru dan komplikasi perdarahan sering timbul pada gigitan
dengan jumlah bisa yang banyak, dan baik perdarahan maupun masa pembekuan darah
biasanya memanjang.
Gambar – Sebuah kasus dengan kasus racun bisa ular tipe berat yang berasal dari
diamondblack rattlesnake (Crotalus atrox) pada hari ke-4 paska gigitan ular. Tampak soft
tissue swelling dan hemoragik dan vesikel – vesikel berisi serum. (dokumentasi dari David
Hardy, MD) (Norris, Robert L.; Auerbach, Paul S.; Nelson, Elaine E.;, 2004)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium. Sampel darah harus segera diambil untuk peng-
golongan dan uji silang serta dilakukan pemeriksaan, seperti pemeriksaan darah
lengkap, hitung trombosit, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, urina lisis,
gula darah, BUN, dan elektrolit. Analisis gas darah untuk pasien dengan gejala
sistemik. Pemeriksaan Radiologis. Foto thoraks untuk pasien dengan edema
pulmonum. Radiografi untuk mencari taring ular yang tertinggal.
Tekanan kompartemen dapat perlu diukur. Secara komersial tersedia alat yang steril,
sederhana untuk dipasang atau dibaca, dan dapat dipercaya (seperti Styker pressure monitor).
Indikasi pengukuran tekanan kompartemen adalah bila terdapat pembengkakan yang
signifikan, nyeri yang sangat hebat yang menghalangi pemeriksaan, dan jika parestesi muncul
pada ekstremitas yang tergigit
PENATALAKSANAAN
Langkah-langkah yang harus diikuti pada penatalaksanaan gigitan ular adalah :
1. Pertolongan pertama, harus dilaksanakan secepatnya setelah terjadi gigitan ular sebelum
korban dibawa ke rumah sakit. Hal ini dapat dilakukan oleh korban sendiri atau orang lain
yang ada di tempat kejadian. Tujuan pertolongan pertama adalah untuk menghambat
penyerapan bisa, mempertahankan hidup korban dan menghindari komplikasi sebelum
mendapatkan perawatan medis di rumah sakit serta mengawasi gejala dini yang
membahayakan. Langkah-langkah pertolongan yang dilakukan adalah menenangkan
korban yang cemas; imobilisasi (membuat tidak bergerak) bagian tubuh yang tergigit
dengan cara mengikat atau menyangga dengan kayu agar tidak terjadi kontraksi otot, karena
pergerakan atau kontraksi otot dapat meningkatkan penyerapan bisa ke dalam aliran darah
dan getah bening; pertimbangkan pressure-immobilisation pada gigitan Elapidae; hindari
gangguan terhadap luka gigitan karena dapat meningkatkan penyerapan bisa dan
menimbulkan pendarahan lokal.
2. Korban harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya, dengan cara yang aman dan
senyaman mungkin. Hindari pergerakan atau kontraksi otot untuk mencegah peningkatan
penyerapan bisa. Beberapa alat transportasi yang dapat digunakan untuk membawa pasien
adalah tandu, sepeda, motor, kuda, kereta, kereta api, atau perahu, atau pasien dapat dipikul
(dengan fireman’s metode). Pasien diposisikan miring (recovery posotion) bila ia muntah
dalam perjalanan
3. Penatalaksanaan rumah sakit
Primary survey (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure)
Jika pasien secara keseluruhan tidak muncul gejala dalam 6 jam paska gigitan pit viper
atau 24 jam paska gigitan coral snake, dan seluruh hasil laboratorium normal, tidak
terjadi keracunan, boleh dipulangkan. Seluruh pasien keracunan bisa ular sebaiknya
diobervasi minimal 24 jam di RS.
Pemberian Antivenom
Indikasi Pemberian Anti Bisa Ular :
Pemberian serum anti bisa ular direkomendasikan bila dan saat pasien terbukti
atau dicurigai mengalami gigitan ular berbisa dengan munculnya satu atau lebih tanda
berikut :
Pembengkakan lokal yang melibatkan lebih dari separuh bagian tubuh yang terkena
gigitan (tanpa adanya turniket) dalam 48 jam setelah gigitan. Pembengkakan setelah
tergigit pada jari-jari ( jari kaki dan khususnya jari tangan). Pembengkakan yang meluas
( misalnya di bawah pergelangan tangan atau mata kaki pada beberapa jam setelah
gigitan pada tangan dan kaki), pembesaran kelenjar getah bening pada kelenjar getah
bening pada ekstremitas yang terkena gigitan.
Anti bisa ular harus diberikan segera setelah memenuhi indikasi. Anti bisa ular
dapat melawan envenomasi (keracunan) sistemik walaupun gejala telah menetap
selama beberapa hari, atau pada kasus kelainan haemostasis, yang dapat belangsung
dua minggu atau lebih. Untuk itu, pemberian anti bisa tepat diberikan selama terdapat
bukti terjadi koagulopati persisten. Apakah antibisa ular dapat mencegah nekrosis lokal
masih menjadi kontroversi, namun beberapa bukti klinins menunjukkan bahwa agar
anti bisa efektif pada keadaan ini, anti bisa ular harus diberikan pada satu jam pertama
setelah gigitan.
PROGNOSIS
Meskipun kebanyakan korban gigitan ular berbisa dapat tertolong dengan baik,
memprediksi prognosis pada tiap kasus individu dapat menjadi sulit. Disamping fakta bahwa
mungkin terdapat sebanyak 8000 kasus gigitan ular berbisa, terdapat kurang dari 10 kematian,
dan kebanyakan dari kasus fatal ini tidak mencari pertolongan karena suatu alasan dan lain hal.
Jarang terjadi untuk seseorang meninggal sebelum mencapai perawatan medis di AS.
Kebanyakan ular tidak berbisa jika menggigit. Jika tergigit oleh ular tidak berbisa, korban akan
pulih. Komplikasi yang mungkin dari gigitan ular tak berbisa meliputi gigi yang tertahan pada
luka gigitan atau infeksi luka (termasuk tetanus).Ular tidak membawa atau mentransmisikan
rabies.
Tidak semua gigitan oleh ular berbisa menghasilkan racun berbisa. Pada lebih dari
20% gigitan oleh rattlesnake dan moccasin, sebagai contoh, tidak ada bisa yang disuntikan. Hal
ini disebut gigitan kering yang bahkan lebih umum pada gigitan yang diakibatkan oleh elapid.
Gigitan kering (tanpa injeksi bisa ular) memiliki komplikasi yang sama dengan gigitan ular
tidak berbisa.Seorang korban yang masih sangat muda, tua, atau memiliki penyakit sistemik
lain sebagian besar tidak mampu mentoleransi jumlah injeksi bisa yang sama dengan orang
dewasa yang sehat. Ketersediaan perawatan medis darurat dan, yang paling penting, antibisa
ular, dapat mempengaruhi bagaimana keadaan korban.
Efek bisa yang serius dapat tertunda untuk beberapa jam. Seorang korban yang
awalnya terlihat baik kondisinya dapat menjadi sangat kesakitan. Seluruh korban yang tergigit
oleh ular berbisa harus segera mendapat perawatan medis tanpa harus ditunda-tunda.
DAFTAR PUSTAKA
Guidelines for the Clinical Management of Snakes bites in the South-East Asia Region,
World Health Snake Venom: The Pain and Potential of Poison, The Cold Blooded News
Vol. 28,Number 3, March, 2001.
Norris, Robert L.; Auerbach, Paul S.; Nelson, Elaine E.;. (2004). Bites and Stings. In C. M.
Townsend JR, Sabiston: Textbook of Surgery 17th edition (p. 597). Philadelpia: Elsevier.
Schwartz’s Principles of Surgery, eight edition, Mcgraw-Hill : USA. 2005.
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Pendamping,