Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat

kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme

terdapat dimana-mana.

Interaksinya dengan sesame mikroorganisme ataupun organisme lain dapat

berlangsung dengan cara yang aman dan menguntungkan maupun merugikan .

Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan atau menginfeksi manusia

adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat mengakibatkn penyakit

tuberculosis padamanusia. Tuberculosis itu sendiri merupakan salah satu penyakit

yang mematikan dan berbahaya di dunia.Tuberculosis merupakan penyakit

berbahaya ke-3 yang menyebabkan kematian didunia setelah penyakit

kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, dan

merupakannomor satu dari golongan penyakit infeksi. Saat ini tuberculosis diseba

bkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Bakteri ini dapat menginfeksi sepertiga populasidunia, setiap detik ada

satu orang yang terinfeksi tuberculosis, tetapi hanya bakteri yangaktif yang

menyebabkan orang menjadi sakit. Tuberkulosis adalah penyakit menular

langsung yang disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium

Tuberculosis). Jalan masuk untuk organisme Mycobacterium Tuberculosa adalah

saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Sebagian besar

infeksi Tuberkulosis menyebar lewat udara, melalui terhirupnya nukleus droplet

yang berisikan organisme basil tuberkel dari seseorang yang terinfeksi. Bakteri ini
1
bila sering masuk dan terkumpul didalam paru akan berkembang biak menjadi

banyak (terutama pada orang dengan daya tahantubuh yang rendah) dan dapat

menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah

infeksi Tuberkulosis dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru,

otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain,

meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru.

Diagnosis Tuberkulosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan

bakteriologis. Hanya 5% penderita Tuberkulosis fase awal yang memberikan

gejala klinis, sehingga sulit mendapatkan sputum untuk pemeriksaan

bakteriologis. Untuk dapat melakukan pemeriksaan sputum BTA dibawah

mikroskop, dibutuhkan kuman baru yang jumlahnya paling sedikit 5000 kuman

dalam satu mililiter dahak. Sebuah penelitian di San Fransisco menyatakan bahwa

17% penderita Tuberkulosis memiliki hasil sputum BTA (-). Oleh karena itu,

apabila diagnosis Tuberkulosis paru ditegakkan semata-mata berdasarkan

pemeriksaan BTA (+), akan banyak penderita TB paru yang tidak terdiagnosis.

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh

Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien

Tuberkulosis baru dan 3 juta kematian akibat Tuberkulosis diseluruh dunia.

Diperkirakan 95% kasus Tuberkulosis dan 98% kematian akibat Tuberkulosis

didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita

akibat Tuberkulosis lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan,

persalinan dan nifas.

2
Sekitar 75% pasien Tuberkulosis adalah kelompok usia yang paling

produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien

Tuberkulosis dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan.

Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya

sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat Tuberkulosis, maka akan kehilangan

pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, Tuberkulosis

juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan

oleh masyarakat. Pada tahun 1990-an, situasi Tuberkulosis didunia semakin

memburuk, jumlah kasus Tuberkulosis meningkat dan banyak yang tidak berhasil

disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan

masalah Tuberkulosis besar (high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pada

tahun 1993, WHO mencanangkan Tuberkulosis sebagai kedaruratan dunia (global

emergency).

Penanganan Tuberkulosis masih terus menjadi tantangan besar untuk para

tenaga kesehatan.Untuk memutuskan rantai penularan perlu pula mendapati

perhatian lintas sektoral karena berkaitan dengan faktor sosial budaya

dan tempat hunian. Namun pada dasarnya penyakit TBC bisa disembuhkan secara

tuntas apabila pasien mengikuti anjuran tenaga kesehatanuntuk minum obat secara

teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Selain itu

diperlukan juga kepedulian dan pengawasan dari tenaga kesehatan untuk mengaw

al perkembangan terapi pasien. Penyebab TBC memang bukan bakteri biasa, kare

na itu diperlukan konsistensi dan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi

untuk mencapai hasil terapi yang optimal.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh Mycobacteriumtuberculosis (MTB).Kuman batang aerobik dan

tahan asam ini, merupakan organisme patogenmaupun saprofit. Jalan masuk untuk

organism MTB adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka

pada kulit. Sebagian besar infeksi TB menyebar lewat udara, melalui terhirup

nya nukleus droplet yang berisikan organisme basil tuberkel dari seseorang yang

terinfeksi.

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang

paru (disebut sebagai tuberculosis paru), tetapi dapat juga mengenai organ tubuh

lainnya.Tuberkulosis paru merupakan salah satu peyakit saluran pernafasan

bawah, Penyakit ini bisa menyerang siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua,

muda.

B. Epidemiologi

Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia,

dan sebagian besarnegara-negara di dunia. Laporan Tuberkulosis dunia oleh

WHO yang terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang

Tuberkulosis terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru

sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun. Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan Tuberkulosis sebagai


4
penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit

saluran pernafasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit

infeksi. Baik diIndonesia maupun di dunia, Tuberkulosis masih tetap menjadi

problem kesehatan dunia yang utama. Walaupun sudah lebih dari seabad sejak

penyebabnya ditemukan oleh ilmuwan Jerman, Robert Koch, pada tahun 1882, TB

belum dapat diberantas bahkan terus berkembang.

Peningkatan jumlah kasus TB di berbagai tempat pada saat ini diduga

disebabkan oleh berbagai hal,

1. diagnosis yang tidak tepat

2. pengobatan yang tidak adekuat

3. program penanggulangan tidak dilaksanakan dengan tepat

4. infeksi endemik humanimmuno-deficiency virus (HIV)

5. migrasi penduduk

6. mengobati sendiri (self treatment )

7. meningkatnya kemiskinan

8. pelayanan kesehatan yang kurang memadai.

C. Etiologi

Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis,

Mycibacterium bovis, sangat jarang disebabkan oleh Mycobacterium avium.

Mycobacterium merupakan kuman batang tahan asam, yang dapat hidup selama

berminggu-minggu dalam keadaan kering, tetapi mati dalam suhu 60C dalam

cairan suspensi selama 15-20 menit.

D. Morfologi dan Struktur Bakteri

5
Mycobacterium Tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit

melengkung tidak berspora dan tidak berkapsul, dinding bakteri ini sangat

kompleks terdiri dari lapisan lemak yang cukup tinggi (60%). Penyusun utama

dari bakteri ini adalah asam mikola, lilin kompleks, trehalosa dimikolat yang

disebut cord factor, dan micobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi.

Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang yang digabungkan dengan

arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan

fosfodiester. Unsur lain yang terdapat didinding sel bakteri tersebut adalah

polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dindin sel yang

kompleks tersebut menyebabkan bakteri ini bersifat tahan asam, yaitu apabila

sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut

dengan larutan asam-alkohol.

E. Patofisiologi

Pada tuberculosis, basiltuberculosis menyebabkan suatureaksi jaringan yang

aneh di dalam paruparu meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag, pe

mbentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa

yangdisebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan

meningkatnyausahaotot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu menur

unkan kapasitas vital, berkurangnya luas total permukaan membrane respirasi

yang menyebabkan penurunankapasitas difusi paru secara progresif, dan rasio

ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi oksigenasi

darah.

6
F. Cara Penularan

Sumber penularan adalah pasien Tuberkulosis BTA positif pada waktu

batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan

dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan

dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak

berada dalam waktu yang lama, ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,

sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat

bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya

penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari

parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin

menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman

Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya

menghirup udara tersebut.

7
G. Gejala Klinis

Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala

lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal

ialah gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat)

1. Gejala respiratorik

 batuk > 2 minggu

 batuk darah

 sesak napas

 nyeri dada

Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai

gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada

saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka

pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi

bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.

2. Gejala Sistemik

 Demam

 Gejala sistemik lainnya adalah malaise, keringat pada malam hari,

anoreksia, dan penurunan berat badan

H. Klasifikasi Tuberkulosis

1. Pembagian Scara Patologis

 Tuberkulosis primer

Tuberculosis primer terjadi karena infeksi melalui jalan pernafasan

biasanya terjadi pada anak-anal, salah satu komplikasi yag mungkin

8
timbul adalah pleuritis karena perluasan infiltrate primer ke pleura

melalui penyebaran hematogen.

 Tuberkulosis sekunder

Tuberculosis ini bersifat kronis dan terjadi pada orang dewasa, saat ini

pendapat umum mengenai penyakit ini adalah bahwa timbul reinfeksi

pada seorang yang dimasa kecilnya pernah menderita tuberculosis primer

tetapi tidak diketahui dan menyembuh sendiri.

Menurut American Tuberculosis Association, tuberculosis sekunder

memiliki beberapa klasifikasi menurut luas lesi radiologis yaitu :

tuberculosis minimal (minimal tuberculosis), tuberculosis lanjut sedang

(moderately advanced tuberculosis), tuberculosis sangat lanjut (far

advanced tuberculosis)

2. Pembagian berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)

 BTA (+)

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukan hasil BTA

(+), hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukkan BTA (+) dan

kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberculosis, hasil

pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukkan BTA (+) dan biakan (+).

 BTA (-)

Hasil pemeriksaan dahak 3x menunjukkan BTA (-) gambaran klinis dan

radiologis menunjukkan tuberculosis aktif, hasil pemeriksaan dahak 3x

menunjukkan BTA (-) dan biatan (+).

3. Berdasarkan WHO terapi Tuberkulosis

 Kategori 1

9
Kasus baru dengan sputum positif, kasus baru dengan bentuk

Tuberkulosis berat.

 Kategori II

Kasus sembuh, kasus gagal sputum BTA positif

 Kategori III

Kasus BTA negative dengan kelainan paru yang tidak luas, Kasus

Tuberkulosis ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I

 Kategori IV

Tuberkulosis kronik

I. Diagnosis

Pada pemeriksaan fisik didapatkan suara nafas bronchial, amorfik, suara

nafas melemah, ronki tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.

Pada pemeriksaan bakteriologi bahan yang dapat digunakan untuk pemeriksaan

dapat berasal dari dahak, cairal pleura, bilasa bronkus, bilasan lambung. Ada 3

cara pengambilan dahak yaitu : sewaktu (dahak sewaku saat berkunjung), Pagi

(keesokan harinya), Sewaktu/spot (pada saat mengantarkan dahak pagi) atau

setiap pagi 3 hari berturut-turut.

Pemeriksaaan penunjang lain yang dapa dilakukan adalah BACTEC,

PCR, ELISA, ICT, PAP, analisa cairan pleura, pemeriksaan histopatologi

jaringan, pemeriksaan darah, pemeriksaan sputum dan uji tuberculin.

J. Gambaran radiologis

Pemeriksaan roentgent sangat penting untuk diagnosis tuberculosis paru

bila klinis ada gejala-gejala tuberculosis paru hampir selalu ditemukan kelainan

pada foto roentgen, bila klinis ada prasangka terhadap penyakit tuberculosis paru

10
tetapi pada foto roentgen tidak ditemukan kelainan maka ini merupakan tanda

yang kuat bahwa penyakit yang dideria bukanlah tuberculosis. Dari bentuk

kelainan pada foto roentgen biasanya didapatkan bayangan bercak-bercak awan

dan lubang yang merupakan tanda aktif, sedangkan bayangan aris-garis dan

saranng kapur merupakan tanda tenang.

Gambaran radiologis dapat memperkuat dugaan adanya penyakit TB paru

lebih dini, pemeriksaan standart yang dapat dilakukan adalah foto Thorax PA.

Ada beberapa cara pembagian kelainan yang dapat dilihat pada foto roentgen.

Salah satunya adalah menurut bentuk kelainan:

1. Sarang eksudatif, berbentuk awan atau bercak-bercak yang batasnya

tidak tegas dengan densitas rendah.

2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas

dan densitasnya sedang.

3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu yang berbentuk garis-garis atau

pita tebal berbatas tegas dengan densitas tinggi

4. Kavitas (lubang)

5. Sarang kapur (kasifikasi)

Pada foto polos PA Tuberkulosis Primer kelainan dapat nampak

dimana saja didalam paru-paru, namun sarang dalam parenkim paru-paru

sering disertai pembesaran kelenjar limfe regional.

Pada foto polos thoraks Tuberkulosis Sekunder biasanya tampak

sarang-sarang yang berkedudukan dilapangan atas dan segmen apical lobi

bawah, walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi dilapangan bawah

11
yang biasanya disertai dengan pleuritis. Pembesaran kelenjar-kelenjar

limfe pada tuberculosis sekunder jarang ditemukan.

Gambar.2I.1. Foto Thorax Normal Dewasa

Gambar.2I.2. Foto Thorax Normal Anak

12
Gambar.2I.3. Tuberkulosis Primer Infiltrat di Paru Kanan Lobus Atas

Gambar.2I.4. Tuberkulosis Milier pada Anak

13
Gambar.2I.5. Sarang Awan dan Lubang-Lubang Besar Tingkat Lanjut

Gambar.2I.6. Tuberkulosis aktif cavitas dikelilingi bayangan opak berawan

14
Gambar.2I.7. Radiologi dicurigai lesi TB lama aktif

Terlihat Gambaran bercak berawan pada kedua paru, kalsifikasi, garis fibrosis

yang menyebabkan retraksi hilus ke atas.

K. Pengobatan

1. Jenis obat utama (lini 1)

INH, Rifampicin, Pirazinamid, Streptomisin, Etambutol

2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)

Kanamisi, Amiksin, Kuinolon, Makrolid, dan Amoksilin + asam

klovulanat

L. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya :

 Batuk darah

 Pneumo thoraks

 Gagal nafas

 Gagal jantung

 Efusi pleura

15
BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang

paru (disebut sebagai tuberculosis paru), tetapi dapat juga mengenai organ tubuh

lainnya.Tuberkulosis paru merupakan salah satu peyakit saluran pernafasan

bawah, Penyakit ini bisa menyerang siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua,

muda

Pemeriksaan roentgent sangat penting untuk diagnosis tuberculosis paru

bila klinis ada gejala-gejala tuberculosis paru hampir selalu ditemukan kelainan

pada foto roentgen, bila klinis ada prasangka terhadap penyakit tuberculosis paru

tetapi pada foto roentgen tidak ditemukan kelainan maka ini merupakan tanda

yang kuat bahwa penyakit yang dideria bukanlah tuberculosis. Dari bentuk

kelainan pada foto roentgen biasanya didapatkan bayangan bercak-bercak awan

dan lubang yang merupakan tanda aktif, sedangkan bayangan aris-garis dan

saranng kapur merupakan tanda tenang.

Gambaran radiologis dapat memperkuat dugaan adanya penyakit TB paru

lebih dini, pemeriksaan standart yang dapat dilakukan adalah foto Thorax PA.

Ada beberapa cara pembagian kelainan yang dapat dilihat pada foto roentgen.

Salah satunya adalah menurut bentuk kelainan:

 Sarang eksudatif, berbentuk awan atau bercak-bercak yang batasnya tidak

tegas dengan densitas rendah.

 Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan

densitasnya sedang.

16
 Sarang induratif atau fibrotik, yaitu yang berbentuk garis-garis atau pita

tebal berbatas tegas dengan densitas tinggi

 Kavitas (lubang)

 Sarang kapur (kasifikasi)

17
DAFTAR PUSTAKA

Tuberkulosis Pedoman diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: 2006.

Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan: 2011.

Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik edisi ke-2. Balai penerbit FKUI. Jakarta :

2006

18

Anda mungkin juga menyukai