Anda di halaman 1dari 11

Kalimantan Barat

Kalimantan Barat (disingkat Kalbar) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di
Pulau Kalimantan dengan ibu kota Provinsi Kota Pontianak. Luas wilayah Provinsi
Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas
keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.[3]

Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi "Seribu
Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar
dan kecil yang di antaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini
masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun
prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.

Kalimantan Barat berbatasan darat dengan negara bagian Sarawak, Malaysia.[4] Walaupun
sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan
Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar
sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi
Kepulauan Riau.

Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2016 berjumlah
5.365.256 jiwa (1,85% penduduk Indonesia
Cerita Rakyat Kalimantan Barat –
Legenda Semangka Emas
jmw 20 October 2018 0

Cerita Rakyat Kalimantan Barat – Legenda Semangka Emas

Cerita Rakyat – reinha.com

Pada zaman dahulu kala, di Sambas, Kalimantan Barat, hiduplah seorang saudagar yang
kaya-raya. Saudagar tersebut mempunyai dua orang anak laki-laki. Anaknya yang sulung
bernama Muzakir, dan yang bungsu bernama Dermawan. Namun, keduanya memiliki sifat
dan tingkah laku yang sangat berbeda. Muzakir sangat loba dan kikir. Setiap hari kerjanya
hanya mengumpulkan uang. Ia tidak pernah memberikan sedekah kepada fakir miskin.
Sebaliknya, Derwaman sangat peduli dan selalu bersedekah kepada fakir miskin. Ia tidak
rakus dengan harta dan uang.

Sebelum meninggal dunia, saudagar tersebut membagi hartanya sama rata kepada kedua
anaknya. Ia bermaksud agar anak-anaknya tidak berbantahan dan saling iri, terutama bila ia
telah meninggal kelak. Setelah harta tersebut dibagi, Muzakir dan Dermawan tinggal terpisah
di rumahnya masing-masing. Muzakir tinggal di rumahnya yang mewah, demikian pula
Dermawan. Uang bagian Muzakir dimasukkan ke dalam peti, lalu ia kunci. Bila ada orang
miskin datang ke rumahnya, ia bukannya memberinya sedekah, melainkan tertawa
mengejeknya. Bahkan ia tidak segan- segan mengusirnya jika orang miskin itu tidak mau
pergi dari rumahnya.

Suatu hari, seorang perempuan tua dengan pakaian compang-camping berjalan terseok-seok
datang menuju rumah Muzakir. Di depan rumah Muzakir, nenek tua itu memohon belas
kasihan,

“Tuan, kasihanilah nenek. Berilah nenek sedekah!”


Mendengar suara nenek itu, Muzakir keluar dari dalam rumahnya dan menertawakan
perempuan tua itu,

“Ha ha ha…. Hai nenek jelek, pergi kau dari sini! Aku muak melihat wajahmu yang keriput
itu!”
Meskipun dibentak, nenek tua itu tidak mau beranjak. Ia pun terus mengiba kepada Muzakir,

“Tapi tuan, nenek sudah dua hari tidak makan, kasihanilah nenek.”

Melihat nenek itu tidak mau pergi, Muzakir menyuruh orang gajiannya untuk mengusirnya.
Akhirnya, perempuan tua yang malang itu pun pergi tanpa mendapat apa-apa, kecuali
penghinaan

Orang-orang miskin yang sudah mengetahui sifat Muzakir yang kikir itu, termasuk si nenek
tua tadi, tidak mau lagi ke rumah Muzakir. Mereka kemudian berduyun-duyun ke rumah
Dermawan. Berbeda dengan sifat Muzakir, Dermawan selalu menyambut orang-orang miskin
tersebut dengan senang hati dan ramah. Mereka dijamunya makan dan diberinya uang karena
ia merasa iba melihat mereka hidup miskin dan melarat. Hampir setiap hari orang-orang
miskin datang ke rumahnya. Lama-kelamaan harta dan uang Dermawan habis, sehingga ia
tidak sanggup lagi menutupi biaya pemeliharaan rumahnya yang besar. Akhirnya, ia pindah
ke rumah yang lebih kecil, dan mencari pekerjaan untuk membiayai hidupnya. Gajinya tidak
seberapa, sekedar cukup makan saja. Meskipun demikian, ia tetap bersyukur dengan keadaan
hidupnya.

Muzakir tertawa terbahak-bahak mendengar berita Dermawan yang dianggapnya bodoh itu.

“Itulah akibatnya selalu melayani orang-orang miskin. Pasti kamu juga ikut miskin, dasar
memang tolol si Dermawan itu,” gumam si Muzakir.

Bahkan, Muzakir merasa bangga sekali karena bisa membeli rumah yang lebih bagus dan
kebun kelapa yang luas. Tetapi Dermawan tidak menghiraukan tingkah laku abangnya itu.

Suatu hari Dermawan duduk-duduk melepaskan lelah di pekarangan rumahnya. Tiba-tiba


jatuhlah seekor burung pipit di hadapannya. Burung itu mencicit-cicit kesakitan,

“Kasihan,” kata Dermawan.

“Sayapmu patah, ya?” lanjut Dermawan berbicara dengan burung pipit itu.

Ditangkapnya burung tersebut, lalu diperiksanya sayapnya. Benar saja, sayap burung itu
patah.

“Biar kucoba mengobatimu,” katanya.

Setelah diobatinya lalu sayap burung itu dibalutnya perlahan-lahan. Kemudian diambilnya
beras. Burung pipit itu diberinya makan. Burung itu pun menjadi jinak dan tidak takut
kepadanya. Beberapa hari kemudian, burung itu telah dapat mengibas-ngibaskan sayapnya,
dan akhirnya ia pun terbang.

Keesokan harinya burung pipit itu kembali mengunjungi Dermawan. Di paruhnya ada sebutir
biji, lalu diletakkannya di depan Dermawan. Dermawan tersenyum melihatnya. Biji itu biji
biasa saja. Meskipun hanya biji biasa, senang juga hatinya menerima pemberian burung itu.
Biji itu ditanamnya di belakang rumahnya. Tiga hari kemudian tumbuhlah biji itu. Ternyata,
yang tumbuh adalah pohon semangka. Tumbuhan itu dipeliharanya baik-baik sehingga
tumbuh dengan subur. Pada mulanya Dermawan menyangka akan banyak buahnya, karena
banyak sekali bunganya.

“Kalau bunganya ini semuanya menjadi buah, saya pasti kenyang makan semangka dan
sebagiannya bisa saya sedekahkan kepada fakir miskin,” kata Dermawan dalam hati
berharap.

Tetapi aneh, setelah beberapa minggu semangka itu ia pelihara dengan baik, namun di antara
bunganya yang banyak itu hanya satu yang menjadi buah. Meskipun hanya satu, semangka
itu semakin hari semakin besar, jauh lebih besar dari semangka umumnya. Dermawan tergiur
melihat semangka besar itu.

“Kelihatannya sedap sekali semangka ini. Mmm….harum sekali baunya,” ucap Dermawan
setelah mencium semangka itu.

Beberapa hari kemudian, tibalah saatnya semangka itu dipanen. Dermawan memetik buah
semangka itu.

“Wah…, bukan main beratnya semangka ini,” gumam Dermawan sambil terengah-engah
mengangkat semangka itu.

Kemudian ia membawa semangka itu masuk ke dalam rumahnya, dan diletakkannya di atas
meja. Lalu dibelahnya dengan pisau. Setelah semangka terbelah, betapa terkejutnya
Dermawan.

“Wow, benda apa pula ini?” tanya Dermawan penasaran. Ia melihat semangka itu berisi pasir
kuning yang bertumpuk di atas meja.

Disangkanya hanya pasir biasa. Setelah diperhatikannya dengan sungguh-sungguh, ternyata


pasir itu adalah emas urai murni. Dermawan pun menari-nari karena girangnya. Ia tidak sadar
kalau dari luar rumahnya ada seekor burung memperhatikan tingkahnya. Setelah burung itu
mencicit, baru ia tersadar. Ternyata, burung itu adalah burung pipit yang pernah ditolongnya.

“Terima kasih! Terima kasih!” seru Dermawan dengan senangnya. Burung itu pun kemudian
terbang tanpa kembali lagi.

Keesokan harinya, Dermawan membeli rumah yang bagus dengan pekarangan yang luas
sekali. Semua orang miskin yang datang ke rumahnya diberinya makan. Meskipun setiap hari
dan setiap saat orang-orang miskin tersebut datang ke rumahnya, Dermawan tidak akan jatuh
miskin seperti dahulu. Uangnya amat banyak dan hasil kebunnya melimpah-ruah. Tersiarlah
kabar di seluruh kampung bahwa Dermawan sudah tidak miskin lagi.

Suatu hari, berita keberhasilan Dermawan terdengar oleh abangnya, Muzakir. Rupanya hal ini
membuat Muzakir iri hati. Ia pun ingin mengetahui rahasia keberhasilan adiknya, lalu ia pergi
ke rumah Dermawan. Di sana Dermawan menceritakan secara jujur kepada Muzakir tentang
kisahnya.

Mengetahui hal tersebut, Muzakir langsung memerintahkan orang-orang gajiannya mencari


burung yang patah kakinya atau patah sayapnya di mana-mana. Namun sampai satu minggu
lamanya, tak seekor burung pun yang mereka temukan dengan ciri-ciri demikian. Muzakir
sungguh marah dan tidak dapat tidur. Ia gelisah memikirkan bagaimana caranya mendapatkan
burung yang patah sayapnya.

Keesokan paginya, Muzakir mendapat akal. Diperintahkannya seorang gajiannya untuk


menangkap burung dengan apitan (sumpit). Tentu saja sayap burung itu menjadi patah.
Muzakir kemudian berpura-pura kasihan melihatnya dan membalut luka pada sayap burung
itu. Setelah beberapa hari, burung itu pun sembuh dan dilepaskan terbang. Tak lama, burung
itu kembali kepada Muzakir untuk memberikan sebutir biji. Muzakir sungguh gembira.
Dalam hatinya, ia selalu berharap agar cepat menjadi kaya,

“Ah, sebentar lagi saya akan menjadi kaya-raya dan melebihi kekayaan si Dermawan,” kata
Muzakir dalam hati tak mau kalah.

Biji pemberian burung ditanam Muzakir di tempat yang terbaik di kebunnya. Tiga hari
kemudian, tumbuh pula pohon semangka yang subur dan berdaun rimbun. Buahnya pun
hanya satu, ukurannya lebih besar dari semangka Dermawan. Beberapa bulan kemudian,
tibalah waktunya semangka itu dipanen. Dua orang gajian Muzakir dengan susah payah
membawanya ke dalam rumah karena beratnya. Muzakir sudah tidak sabar lagi ingin melihat
emas urai murni berhamburan dari dalam semangka itu. Ia pun segera mengambil parang. Ia
sendiri yang akan membelah semangka itu. Baru saja semangka itu terpotong, menyemburlah
dari dalam buah itu lumpur hitam bercampur kotoran ke muka Muzakir. Baunya busuk
seperti bangkai. Pakaian Muzakir serta permadani di ruangan itu tidak luput dari siraman
lumpur dan kotoran yang seperti bubur itu. Muzakir berlari ke jalan raya sambil muntah-
muntah, karena tidak tahan dengan bau lumpur itu. Orang yang melihatnya dan mencium bau
yang busuk itu tertawa terbahak-bahak sambil bertepuk tangan dengan riuhnya. Muzakir
menjadi sangat malu ditertawakan oleh orang-orang di sekitarnya.
Pakaian Adat Kalimantan Barat, Indonesia
Pakaian adat Kalimantan Barat

Baju adat suatu daerah biasanya diidentikkan dengan etnis mayoritas yang terdapat di daerah
tersebut. Adapun etnis mayoritas yang berada di Kalimantan barat yaitu dayak dan melayu.
Kedua etnis inilah yang kerap di identikkan dengan kebudayaan Kalimantan barat. Adapun
pakaian adat kedua etnis ini di Kalimantan barat ialah:

Pakaian Adat Dayak Kalimantan barat

 Baju adat Kalimantan Barat untuk pria bernama King Baba. Adapun artinya dalam
bahasa dayak, King berarti pakaian dan Baba berarti laki-laki. Baju ini terbuat dari
bahan kulit kayu tanaman ampuro atau kayu kapuo. Jenis kayu tersebut adalah
tumbuhan endemik Kalimantan yang mempunyai kandungan serat tinggi.
 Dalam pembuatan King Baba, kulit kayu ampuro dipukul-pukul menggunakan palu
bulat di dalam air, hingga hanya tertinggal seratnya. Sesudah lentur, kulit tersebut
kemudian dijemur dan dihias dengan lukisan-lukisan etnik khas Dayak menggunakan
bahan pewarna alami. Olahan kulit kayu tadi dibentuk sedemikian rupa sehingga
menyerupai rompi tanpa lengan dan sebuah celana panjang.
 Pakaian Adat dayak untuk laki-laki

Selain itu, serat kulit kayu tersebut juga dibuat menjadi semacam ikat kepala. Pada ikat
kepala tersebut biasanya diselipkan bulu burung enggang gading. Sebagai tambahan, senjata
tradisional berupa Mandau juga dikenakan. Pakaian ini juga merupakan pakaian perang suku
dayak.
 Pakaian Adat dayak untuk Perempuan

Pakaian adat Kalimantan Barat untuk para perempuan in bernama King Bibinge. Dibuat dari
bahan dan cara yang sama dengan pakaian pria. Akan tetapi, desainnya lebih sopan dengan
perlengkapan yang menutup dada, stagen, kain bawahan, dan berbagai pernik lain seperti
hiasan bulu burung enggang, manik-manik, kalung, dan gelang.

Pakaian Wanita Adat Dayak

Kedua jenis pakaian ini selalu dikenakan baik saat menjalani aktivitas harian seperti berburu,
bertani, atau saat melakukan upacara adat. Kedua pakaian ini hingga sekarang tetap
digunakan terutama oleh suku-suku Dayak Kubu yang masih tinggal di pedalaman dan
bertahan hidup secara nomaden.
Rumah Panjang (rumah Radank) adalah salah satu rumah adat dari daerah Kalimantan Barat.
Rumah Panjang adalah ciri khas dari masyarakat Dayak yang tinggal di daerah Kalimantan Barat. Hal
ini dikarenakan rumah panjang adalah gambaran sosial kehidupan masyarakat Dayak di Kalimantan
Barat.

SENJATA ADAT
Damek/anak panah akan dimasukkan ke dalam sipet kemudian ditiup. Anak panah tersebut
juga dilumuri racun yang berasal dari getah pohon ipuh. Kabarnya, suku Dayak,
Kalimantan barat mampu meniupkan anak panah hingga berjarak 200 meter.11 Jun 2017
ALAT MUSIK KALIMANTAN BARAT
Alat Musik Tradisional Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) meliputi: Agukng / Gong,
Balikan/Kurating, Entebong, Keledik/Kedire, Kollatung (Uut Danum), Rabab/Rebab, Sapek,
Kangkuang, Keledik, Terah Umat (pada Dayak Uut Danum), Tawaq (sejenis Kempul).

Agukng / Gong

Agukng / Gong
Agukng termasuk jenis instrumen perkusi yang terbuat dari logam. Instrumen ini digunakan
untuk menamakan instrumen perunggu dengan pencon di tengahnya dengan berbagai ukuran
(R.M. Soedarsono, 2003: 126). Cara memainkannya ditabuh dengan menggunakan stik kayu
yang pada bagian ujungnya dililit karet (ban dalam). Instrumen ini terbagai menjadi 8 buah
instrumen, yaitu: (1) Kakanong; (2) Kampo atau Babaneh; (3) Kanayatn; (4) Katukekng; (5)
Katukong; (6) Katuku’; (7) Agukng; dan (8) Wayakng.

Diantara delapan instrumen tersebut, kebanyakan hanya tiga jenis yang digunakan, yaitu
Agukng, Katuku, dan Katukeng. Nada yang dihasilkan Agukng adalah nada 5 (sol) rendah,
Katuku bernada 1 (do), dan Katukeng bernada 3 (mi). Instrumen ini merupakan instrumen
kolotomis atau sebagai penyekat nada yang dimainkan pada tiap birama.

Agukng merupakan alat musik yang multifungsi baik sebagai mas kawin, sebagai dudukan
simbol semangat dalam pernikahan. maupun sebagai bahan pembayaran dalam hukum adat di
Kalimantan Barat.
MAKANAN KHAS KALIMANTAN BARAT
Kwe Tiaw Goreng, Makanan Tradisional Khas Pontianak

Kwe tiaw adalah salah satu makanan yang sangat terkenal di Indonesia. Kwe tiaw merupakan
masakan khas tionghoa yang sudah menjadi favorit masyarakat Kalimantan Barat. Hampir
semua orang menyukai makanan yang terbuat dari mie putih ini.

Kwe Tiau Goreng

Makanan Chinese food ini berbahan terpung beras yang mana memiliki sumber karbohidrat
yang tinggi. Tepung beras ini pulalah yang membedakan mie tiaw Pontianak dengan yang
lain. Jika di daerah lain biasanya ditambah dengan tepung kanji.

Disamping karbohidrat , makanan ini juga mengandung protein dari daging dan zat berguna
dari sayur. Kemudian bahan – bahan tersebut di goreng atau di onseng secara bersamaan.
Sungguh merupakan makanan yang sehat, bergizi serta mengeyangkan. Makanan Khas
Kalimantan Barat yang satu ini cocok sebagai menu makan siang kalian.

Mie Tiaw sangat menjadi primadona bagi masyarakat Kalimantan barat, kalian akan dengan
mudah menemukan makanan ini di pusat kota seperti di Jalan Setia Budi dan Gajah Mada
Pontianak.
LAGU DAERAH KALIMANTAN BARAT
Lagu Daerah kalimantan Barat – Aek Kapuas

Hei sampan laju


Sampan laju dari ilir sampai ke ulu
Sungai Kapuas
Sunggoh panjang dari dolo’ membelah kote

Hei tak disangke


Tak disangke dolo’ utan menjadi kote
Ramai pendudoknye
Pontianak name kotenye

Sungai Kapuas punye cerite


Bile kite minom ae’nye
Biar pon pegi jauh ke mane
Sunggoh susah na’ ngelupakannye
Hei Kapuas
Hei Kapuas

Anda mungkin juga menyukai