Anda di halaman 1dari 8

RESUME

KOMUNIKASI DALAM MENEGEMENT KEPERAWATAN


Dosen pengampu : Atiek Murhayati, M.kep

KELOMPOK 2 :

1. Ahmat Gofur Amin


2. Giantoni Vera Wati
3. Indah Wulandari
4. Ita Dwi Wahyuni
5. Meita Dwi Handayani
6. Rosana Opi Irvani

PRODI D3 KEPERAWATAN
STIKes KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016/2017
A. Proses Komunikasi
Tappen (1995) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran,
perasaan, pendapat, dan pemberian nasihat yang terjadi antara dua orang atau lebih yang
bekerja bersama. Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan
menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan
menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.
Komunikasi adalah sesuatu yang kompleks, sehingga banyak model yang digunakan
dalam menjelaskan bagaimana cara organisasi dan orang berkomunikasi. Dasar model umum
proses komunikasi terlihat pada Figur 8.1 yang menunjukkan bahwa dalam setiap komunikasi
pasti ada pengirim pesan dan penerima pesan. Pesan tersebut dapat berupa verbal, tertulis,
maupun nonverbal. Proses ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal, di
mana komunikasi dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai, kepercayaan,
temperamen, dan tingkat stres pengirim pesan dan penerima pesan, sedangkan faktor
eksternal meliputi: keadaan cuaca, suhu, faktor kekuasaan, dan waktu. Kedua belah pihak
(pengirim dan penerima pesan) harus peka terhadap faktor internal dan ekternal, seperti
persepsi dari komunikasi yang ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada.

Faktor internal

Kominakator

Faktor eksternal

Tertulis

Verbal Pesan

Non-verbal

Faktor internal

Komunikasi

Faktor eksternal

Figur 7.1 Diagram Proses Komunikasi (Marquis dan Huston, 1998:290)


A. Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan
Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi sangat kompleks, manajer harus dapat
melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap berikut.
1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tentang siapa yang
akan terkena dampak dari pengambilan keputusan yang telah dibuat. Jaringan
komunikasi formal dan informal perlu dibangun antara manajer dan staf.
2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai bagian proses yang
tak terpisahkan dalam kebijaksanaan organisasi. Jika ada pihak lain yang akan terkena
dampak akibat komunikasi, manajer harus berkonsultasi tentang isi komunikasi dan
meminta umpan balik dari orang yang kompeten sebelum melakukan suatu perubahan
atau tindakan.
3. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat. Nursalam (2008) menekankan bahwa
prinsip komunikasi seorang perawat profesional adalah CARE: Complete, Acurate,
Rapid, dan English.
4. Ciri khas perawat profesional di masa depan dalam memberikan pelayanan
keperawatan adalah dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat, dan cepat. Artinya,
setiap melakukan komunikasi (lisan maupun tulis) dengan teman sejawat dan tenaga
kesehatan lainnya harus memenuhi ketiga unsur di atas dengan didukung suatu fakta
yang memadai. Profil perawat masa depan yang lain adalah mampu berbicara dan
menulis bahasa asing, minimal bahasa Inggris. Hal ini dimaksudkan untuk
mengantisipasi terjadinya persaingan pasar bebas pada abad ini.
5. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima secara akurat.
Salah satu cara untuk melakukannya adalah meminta penerima pesan untuk
mengulangi pesan atau instruksi yang disampaikan.
6. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi manajer. Hal yang
perlu dilakukan adalah menerima semua informasi yang disampaikan orang lain, dan
menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.

B. Model Komunikasi
1. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam organisasi. Dalam mencapai
setiap kebutuhan individu/staf, setiap organisasi telah mengembangkan metode penulisan
dalam mengomunikasikan pelaksanaan pengelolaan, misalnya publikasi perusahaan, surat
menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal. Manajer harus terlibat dalam komunikasi tertulis,
khususnya kepada stafnya. Komunikasi tertulis dan memo dalam suatu organisasi meliputi:
a. mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai menulis;
b. menulis nama orang dalam tulisan Anda dan perlu dipertimbangkan dampaknya;
c. gunakan kata aktif, di mana akan mempunyai pengaruh yang baik;
d. tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata, karena akan lebih mudah
dipahami dan memungkinkan untuk dibaca orang lain;
e. gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting dan temukan cara yang
baik untuk menggambarkan inti tulisan sehingga orang lain mudah mengerti;
f. tulis kalimat di bawah 20 kata, dan masukan satu ide setiap kalimat, tuliskan kalimat
yang penting dan menjadi topik utama;
g. berikan pembaca petunjuk, konsistensi penggunaan istilah dan pesan;
h. atur isi tulisan secara sistematis;
i. gunakan paragraf untuk mempermudah pembaca; untuk memo antara 8–10 baris,
dan untuk surat tidak lebih dari enam baris setiap paragraf;
j. komunikasi dilakukan secara jelas dan fokus.
2. Komunikasi Secara Langsung
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan bawahan baik
secara formal maupun informal. Mereka juga melakukan komunikasi secara verbal pada
pertemuan formal, baik kepada individu dalam kelompok dan presentasi secara formal.
Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness. Perilaku asertif adalah suatu cara komunikasi
yang memberikan kesempatan individu untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung,
jujur, dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan orang lain yang diajak
berkomunikasi.
Hal yang harus dihindari pada komunikasi secara asertif adalah pasif dan agresif,
khususnya agresif yang tidak langsung. Komunikasi pasif terjadi jika individu tidak tertarik
terhadap topik atau karena enggan berkomunikasi, sedangkan komunikasi agresif terjadi jika
individu merasa superior terhadap topik yang dibicarakan.

3. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah gerakan
tubuh, dan sikap tubuh (body language). Menurut Arnold dan Boggs (1989) komunikasi
nonverbal lebih mengandung arti yang signifikan dibandingkan komunikasi verbal karena
mengandung komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau disampaikan. Tetapi, akan
menjadi sesuatu yang membahayakan jika komunikasi nonverbal disalahartikan tanpa adanya
penjelasan secara verbal. Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi verbal dan
nonverbal, supaya individu (atasan atau bawahan) dapat menerima pesan secara jelas. Di
bawah ini adalah komponen utama komunikasi nonverbal yang dapat terjadi tanpa atau
dengan komunikasi verbal:

a. lingkungan, yaitu tempat di mana komunikasi dilaksanakan merupakan bagian


penting pada proses komunikasi;
b. penampilan, misalnya pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang menarik, merupakan
bagian dari komunikasi verbal yang perlu diidentifikasi;
c. kontak mata memberikan makna terhadap kesediaan seseorang untuk
berkomunikasi;
d. postur tubuh dan gesture: bobot suatu pesan bisa ditunjukkan dengan orang yang
menudingkan telunjuknya, berdiri, atau duduk;
e. ekspresi wajah: komunikasi yang efektif memerlukan respons wajah yang setuju
terhadap pesan yang disampaikan;
f. suara: intonasi, volume, dan refleksi—cara tersebut menandakan bahwa pesan
dapat ditransfer dengan baik.

4. Komunikasi Via Telepon


Pada era global ini, komunikasi manajer bergantung pada telepon. Dengan
kemudahan sarana komunikasi tersebut, memungkinkan manajer untuk merespons setiap
perkembangan dan masalah dalam organisasi. Oleh karena itu, untuk menjaga citra
organisasi, manajer dan semua staf harus belajar dan sopan serta menghargai setiap
menjawab telepon. Jika orang lain harus menunggu untuk berbicara, maka waktu yang
diperlukan harus singkat untuk menghindari kesan yang negatif.
C. Strategi Komunikasi dalam Praktik Keperawatan di Rumah Sakit
Komunikasi pada tahapan ini tidak hanya ditujukan secara spesifik melalui strategi
perencanaan. Tetapi tiga komponen, yaitu struktur, budaya, dan teknologi harus mendapat
perhatian yang sama.
Struktur dalam suatu organisasi bertujuan untuk mencapai status praktik komunikasi
efektif yang dapat direncanakan dan diterapkan oleh kelompok kerja. Setiap struktur yang
ada harus memiliki kelompok klinik yang dirancang untuk pelaksanaan prinsip-prinsip
asuhan keperawatan kepada pasien, keterampilan yang baik, dan dapat membantu
penyelesaian masalah organisasi` Budaya dalam suatu organisasi bukan sesuatu yang mudah
untuk diubah dalam waktu sesaat. Kita percaya bahwa kita akan bekerja dengan lingkungan
dan individu yang mempunyai budaya yang berbeda. Keadaan ini penting untuk diperhatikan
mengingat perubahan suatu budaya dalam manajemen adalah aspek yang penting pada proses
perubahan yang efektif.
Teknologi merupakan komponen ketiga dalam praktik komunikasi yang efektif.
Komunikasi interpersonal dan organisasi sering memerlukan perantara yang akan sangat
bermanfaat di masa akan datang, yaitu teknologi elektronik dan penggunaan media. Setiap
suatu perubahan di rumah sakit harus selalu didukung oleh perencanaan Health Information
System (HIS) yang efektif. Komunikasi melalui teknologi akan selalu dipantau dan dievaluasi
pada setiap tahap proses perubahan.
Misi organisasi
(terbaik dalam pelayanan,
pendidikan, dan penelitian

Penampilan praktik yang terbaik

Pendidikan Penghargaan Komunikasi Baku mutu

Struktur Budaya Teknologi

TUJUAN TUJUAN TUJUAN


Peningkatan Fokus pada pasien
struktur kesehatan dan nilai-nilai Mendukung
pasien dan budaya. komunikasidalam
organisasi dalam pengambilankeputus
meningkatkan an dan
kepuasan pasien meningkatkan
dan perawat. kepuasanpasien dan
staf.
PENCAPAIAN: PENCAPAIAN: PENCAPAIAN:
• Struktur • Survei kepuasan • Sistem
implementasi fokus staf. pembayaran.
kepada pasien. • Strategi manajemen • Jaringan dengan
• Struktur strategi tentang nilai-nilai. mobile phone, mata,
manajemen • Perkembangan dan lain-lain.
strategis dalam filosofi RS. • Forum CEO.
Figur 7.2 Diagram Strategi Komunikasi yang Terbaik dalam Praktik Keperawatan (Walker,
implementasi. • Jurnal.
Evas, dan Robbson,•1996).
Struktur/bagan.
D. Aplikasi Komunikasi dalam Asuhan Keperawatan
Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal.
Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi adalah sebagai berikut.
1. Komunikasi Saat Serah Terima Tugas (Overan)
Pada saat overan antarperawat, diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang
kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan yang belum dilaksanakan, serta respons
yang terjadi pada pasien. Perawat melakukan overan bersama dengan perawat lainnya
dengan cara berkeliling ke setiap pasien dan menyampaikan kondisi pasien secara
akurat di dekat pasien. Cara ini akan lebih efektif daripada harus menghabiskan waktu
orang lain sekadar untuk membaca dokumentasi yang telah kita buat, selain itu juga
akan membantu perawat dalam menerima overan secara nyata.
2. Wawancara/Anamnesis
Anamnesis pasien merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh perawat kepada
pasien pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan (proses keperawatan). Perawat
melakukan anamnesis kepada pasien, keluarga, dokter dan tim kerja lainnya.
Wawancara adalah metode komunikasi dengan digunakan untuk memperoleh data
tentang keadaan pasien. Data tersebut akan digunakan untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi pasien dengan melaksanakan tindakan secara tepat. Data yang
didapatkan harus akurat tanpa bias, sehingga wawancara sebaiknya dilaksanakan
secara terencana.
Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat pada komunikasi ini adalah:
1. hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat, ciptakan suasana yang
hangat, dan kekeluargaan;
2. hindari interupsi atau gangguan yang timbul akibat dari lingkungan yang gaduh—
wawancara merupakan proses komunikasi aktif yang membutuhkan fokus dan
perhatian terhadap pertanyaan;
3. hindari respons dengan hanya “ya” dan “tidak” karena akan mengakibatkan tidak
berjalannya komunikasi dengan baik, perawat kelihatan kurang tertarik dengan topik
yang dibicarakan dan enggan untuk berkomunikasi;
4. tidak memonopoli pembicaraan dengan cara menyampaikan kata-kata “ya” dan
“tidak”—meskipun kata-kata tersebut meninggalkan kesan negatif—ditambah kata-kata
sesuai dengan topik yang dibicarakan;
5. hindari hambatan personal—keberhasilan suatu komunikasi sangat ditentukan oleh
subjektivitas seseorang—jika perawat menunjukkan rasa tidak senang Manajemen
Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4 150
kepada pasien sebelum komunikasi, maka akan berdampak terhadap hasil yang didapat
selama proses komunikasi.

3. Komunikasi melalui Komputer


Komputer merupakan suatu alat komunikasi cepat dan akurat pada sistem manajemen
keperawatan saat ini. Penulisan data-data pasien melalui komputer akan mempermudah
perawat lain dalam mengidentifikasi masalah pasien dan memberikan intervensi yang
akurat. Melalui komputer, informasi-informasi terbaru dapat cepat diperoleh dengan
menggunakan Internet, yang akan memudahkan perawat saat mengalami kesulitan
dalam menangani masalah pasien.
4. Komunikasi tentang Kerahasiaan
Pasien yang masuk ke dalam sistem pelayanan kesehatan mempercayakan datanya yang
bersifat rahasia kepada institusi. Perawat sering dihadapkan pada suatu dilema dalam
menyimpan rahasia pasien. Di satu sisi dia membutuhkan kebenaran informasi yang
diberikan pasien dengan cara mengonfirmasi ke orang lain. Di lain sisi, dia harus
memegang janji untuk tidak menyampaikan informasi tersebut kepada siapapun.
5. Komunikasi melalui Sentuhan
Komunikasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan metode dalam mendekatkan
hubungan antara pasien dan perawat. Sentuhan yang diberikan oleh perawat juga
dapat berguna sebagai terapi bagi pasien, khususnya pasien dengan depresi,
kecemasan, dan kebingungan dalam mengambil suatu keputusan. Tetapi yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan teknik sentuhan tersebut adalah perbedaan jenis
kelamin antara perawat dan pasien. Dalam situasi ini perlu adanya suatu persetujuan.
6. Dokumentasi Sebagai Alat Komunikasi
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi
keperawatan dalam memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi antartim
kesehatan lainnya, dan merupakan dokumen paten dalam pemberian asuhan
keperawatan.
Menurut Nursalam (2011) kapan saja perawat melihat pencatatan kesehatan, maka
perawat dapat memberi dan menerima pendapat serta pemikiran. Dalam
kenyataannya, dengan semakin kompleksnya pelayanan keperawatan dan peningkatan
kualitas keperawatan, perawat tidak hanya dituntut untuk meningkatkan mutu
pelayanan tetapi dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengomunikasikan kepada

Anda mungkin juga menyukai