PENDAHULUAN
21
Sumber : Maps. Mobile @2018 Google
Gambar 1.1. Lokasi Proyek Gedung Shekinah Semarang
22
1.4. Data Teknis
Adapun data-data umum Proyek Gedung Shekinah Semarang ini adalah sebagai berikut:
a. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Shekinah
Semarang
b. Lokasi : JL. Pemuda Semarang
c. Pemberi Tugas : Keuskupan Agung Semarang
d. Sumber Dana : Yayasan Shekinah Kota Semarang
e. Konsultan Perencana : Yayasan Shekinah Kota Semarang
f. Lingkup Pekerjaan : DED & Perijinan, Pancang,
Sub-Struktur, Upper-
Struktur, MEP, Other Facilities
g. Jenis Konstruksi : Bangunan Gedung
h. Nilai Kontrak : Rp. 1.000.000.000
i. Luas : Luas Lahan ±364 m²
j. Jumlah lantai : 4 lantai, terdiri dari :
1. Lantai 1 dengan luas bangunan ±354 m²
2. Lantai 2 dengan luas bangunan ±367 m²
3. Lantai 3 dengan luas bangunan ±397 m²
4. Lantai Atap dengan luas bangunan ±382 m²
Adapun fungsi bangunan tersebut beberapa
diantaranya dipergunakan untuk :
- Gedung Perkantoran
- Aula
- Ruang Kelas
- Tempat Ibadah
k. Struktur atap : Baja
l. Struktur bawah : Tiang pancang beton K-300 dengan S = 32 Cm
m. Waktu Pelaksanaan : 365 Hari Kalender
n. Masa Pemeliharaan : Tidak ada waktu
23
1.5. Pendanaan
Pendanaan pada Pembangunan Gedung Shekinah Semarang ini didanai
oleh Yayasan Shekinah Kota Semarang. Kontraktor mengambil dana ke
pemilik proyek sesuai prosentase pekerjaan yang terlaksana.
24
Obyek pekerjaan yang diamati selama Kerja Praktek adalah pekerjaan
struktur atas pada pekerjaan pembesian, pemasangan bekesting dan pekerjaan
pengecoran kolom, pengecoran balok dan plat lantai, pemasangan scaffolding,
dan pekerjaan pendukung lainya pada proyek tersebut.
1.7. Sistematika Penulisan Laporan
25
BAB II
ORGANISASI PROYEK
26
Adapun tujuan akhir manajemen proyek adalah :
1. Tepat waktu
2. Tepat kuantitas (dimensi proyek).
3. Tepat kualitas (standart mutu).
4. Tepat biaya (sesuai biaya rencana)
Kontraktor Pelaksana
PT. SEKAWAN TRIASA
Semarang
27
Keterangan :
= Garis Perintah
= Garis Koordinasi
2.2.1 Pemilik Proyek
Pemilik Proyek (owner) merupakan badan swasta yang mempunyai
kepentingan untuk mendirikan bangunan dan mempunyai kesanggupan
untuk menyediakan dana untuk merealisasikan proyek tersebut. Pemilik
Proyek akan mempercayakan kepada pihak lain yaitu perencana dan
kontraktor untuk membantu dalam merancang bangunan yang akan
dibangun. Bidang-bidang yang diserahkan kepada perencana tergantung
pada banyaknya bidang yang terlibat. Perencana yang digunakan pada
Proyek Gedung Shekinah Semarang ada 5 macam, yaitu: perencanaan
struktur, perencanaan arsitektur, perencanaan mechanical, electrical dan
plumbing. Perencana dapat dipilih dengan penunjukan langsung.
Setelah perencana dapat merealisasikan serta menghitung biaya yang
dibutuhkan, pemilik proyek sekaligus konsultan perencana akan melakukan
pelelangan pekerjaan dengan metode penunjukkan langsung untuk
menentukan kontraktor pelaksana yang akan mengerjakan.
Sebagai pemilik proyek yaitu Yayasan Shekinah Kota Semarang
memiliki tugas sebagai berikut:
1. Mengusahakan dan menyediakan dana bagi pelaksana proyek
2. Mengadakan pelelangan pekerjaan atau penunjukan secara
langsung
3. Memilih dan menentukan pihak kontraktor yang akan
melaksanakan proyek tersebut.
4. Memberikan keputusan terhadap perubahan waktu pelaksanaan
dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan yang
diberikan oleh konsultan supervisi maupun perencana
5. Menetapkan pekerjaan tambahan pada proyek yang sedang
dilaksanakan atas saran kontraktor
28
proyek untuk membantu dalam mewujudkan idenya dalam bentuk
perencanaan arsitektur, struktur, biaya, dan mekanika, elektrikal dan
plumbing. Adapun pihak-pihak yang merupakan perencana adalah sebagai
berikut : Perencana Struktur, Perencana Arsitektur, Perencana MEP
(Mechanical, Elektrical dan Plumbing). Dalam hal ini Pemilik proyek
adalah Yayasan Shekinah Kota Semarang sekaligus merangkap sebagai
konsultan perencana.
2.2.3 Kontraktor Pelaksana
Kontraktor Pelaksana adalah suatu badan atau perorangan yang
menerima pekerjaan dan melaksanakan sesuai dengan gambar rencana kerja
dan syarat-syarat yang telah ditetapkan dan disepakati oleh kedua belah
pihak. Kontraktor dalam hal ini telah ditunjuk sebagai pemenang lelang dan
telah diberi surat pelulusan dan sudah melakukan penandatanganan surat
perjanjian pemborongan dengan pemilik proyek.
Kontraktor yang berperan dalam proyek Pembangunan Gedung
Shekinah Semarang pada saat penyusun melaksanakan Kerja Praktek adalah
PT. SEKAWAN TRIASA. Secara umum kontraktor pelaksana mempunyai
tugas dan wewenang antara lain :
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak yang
telah disepakati
b. Mematuhi segala petunjuk yang diberikan oleh pemilik sekaligus
konsultan perencana
c. Menyerahkan gambar-gambar kerja dan metode kerja sebelum
pekerjaan dimulai
d. Mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan apabila
dikehendaki oleh pemilik proyek
e. Melaporkan rencana kerja dan hasil kegiatan serta sumber dana
f. Bertanggung jawab atas kebenaran dan kesempurnaan proyek
g. Membuat laporan harian, mingguan dan bulanan
h. Membayar ganti rugi akibat kecelakaan kerja, kecuali disebabkan
kelalaian pemilik proyek atau diluar jam kerja.
29
Untuk mencapai tujuan yang direncanakan, suatu proyek harus memiliki
pengelola yang dapat melaksanakan pekerjaannya masing-masing dengan baik. Hal
ini sangat penting karena pengelola proyek adalah satu kunci keberhasilan suatu
proyek.
Hubungan antara pihak-pihak yang terkait dalam proyek, dalam hal ini
hubungan antara pemilik, konsultan supervisi, perencana, kontraktor adalah sebagai
berikut :
2.3.1 Hubungan Kontrak
Yang dimaksud dengan hubungan kontrak adalah hubungan antara dua
belah pihak mengenai suatu perjanjian suatu pekerjaan dengan imbalan
sejumlah uang tertentu. Satu pihak mempunyai kewajiban untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan, dan pihak lainnya mempunyai kewajiban
membayar sejumlah uang dengan perjanjian yang disepakati.
Dalam proyek Pembangunan Gedung Shekinah Semarang hubungan
ini terdapat antara pemilik proyek dengan kontraktor.
2.3.2 Hubungan Koordinasi
Yang dimaksud dengan hubungan koordinasi adalah hubungan antara
dua pihak mengenai koordinasi dan pelaksanaan suatu pekerjaan tanpa ada
kaitannya dengan pembayaran. Di pihak kontraktor melaksanakan pekerjaan
yang harus dilaksanakan dan di pihak pemilik proyek melakukan
pengawasan atas pekerjaan tersebut.
2.3.3 Hubungan Kerja Antar Unsur Organisasi Proyek
Kedua unsur proyek ini mempunyai hubungan kerja satu sama
lainnya di dalam menjalankan perannya masing-masing. Hubungan kerja
ada dapat bersifat hubungan kontrak, hubungan koordinasi maupun
perintah. Dari skema Gambar 2.1 diatas dapat dijelaskan hubungan kerja
diantara keempat unsur proyek tersebut sebagai berikut :
a. Pemilik Proyek dan Kontraktor Pelaksana
Diantara keduanya terdapat hubungan kontrak, dimana konsultan
perencana memberikan perencanaan pekerjaan proyek, sedangkan
kontraktor pelaksana bertugas untuk melaksanakan pekerjaan proyek
sesuai dengan perencanaan. Kontraktor pelaksana berkewajiban
melaksanakan pekerjaan proyek dengan baik dan memuaskan
30
pemilik proyek pada waktu penyerahan pekerjaan. Sebaliknya
pemilik proyek berkewajiban untuk membayar seluruh biaya
pelaksanaan kepada kontraktor pelaksana agar proyek dapat berjalan
dengan lancar.
31
Pengendalian mutu dilakukan dengan cara memeriksa dilapangan
dan juga mengadakan tes laboratorium. Prosedur pengendalian mutu yang
pertama adalah kontraktor akan memeriksa dimensi-dimensi struktur dalam
hal ini ukuran-ukuran yang digunakan, yang kedua kontraktor memeriksa
mutu bahan material yang digunakan, baik itu bahan baku, bahan olahan
maupun bahan yang terpasang dalam pelaksanaan. Setelah konsultan
perencana setuju dengan kualitas bahan yang digunakan, maka kontraktor
mulai melaksanakan pekerjaanya. Pada akhir pekerjaan, konsultan
perencana sekaligus pemilik proyek kembali memeriksa hasil pekerjaan dan
bila tidak sesuai dengan rencana, maka kontraktor harus mempertanggung
jawabkanya.
Pengujian di laboratorium meliputi :
1) Pengujian Beton
a. Pengujian kekentalan beton (slump)
Slump pada dasarnya merupakan salah satu pengetesan sederhana
untuk mengetahui workability beton segar sebelum diterima dan
diaplikasikan dalam pekerjaan pengecoran. Workability beton
segar pada umumnya diasosiasikan dengan :
Homogenitas atau kerataan campuran adukan beton segar
(homogenity)
Kelekatan adukan pasta semen (cohesiveness)
Kemampuan alir beton segar (flowability)
Kemampuan beton segar mempertahankan kerataan dan
kelekatan jika dipindah dengan alat angkut (mobility)
Mengindikasikan apakah beton segar masih dalam kondisi
plastis (plasticity)
Namun selain besaran nilai slump, yang harus diperhatikan untuk
menjaga kelayakan pengerjaan beton segar adalah tampilan visual
beton, jenis dan sifat keruntuhan pada saat pengujian slump
dilakukan. Slump beton segar harus dilakukan sebelum beton
dituangkan dan jika terlihat indikasi plastisitas beton segar telah
menurun cukup banyak, untuk melihat apakah beton segar masih
layak dipakai atau tidak.
32
b. Pengujian kuat tekan beton
Kekuatan Tekan Beton adalah besarnya beban persatuan luas,
yang menyebabkan benda uji beton hancur apabila dibebani
dengan gaya desak tertentu. Kekuatan silinder tidak menunjukkan
sifat yang sama persis dengan benda uji berbentuk kubus.
Kuat tekan beton dinyatakan dalam f’c→ kekuatan tekan
minimum beton dalam Mpa dari hasil pengujian benda uji
berbentuk silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm
pada hari ke 28 benda uji dibuat. Ini Mengacu pada SNI 03-2847-
2002 yang merujuk pada ACI (American Concrete Institute)
dimana 1 MPa= 10 kg/cm2. Karakteristik mutu beton yakni
menyatakan kekuatan tekan karakteristik minimum. K-250
menyatakan kekuatan tekan karakteristik minimum adalah 250
kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan kubus
beton ukuran15x15x15 cm. Mengacu pada PBI 71 yang merujuk
pd standar eropa lama.
Perbandingan fc’ dan K
1. Kubus 15x15x15 cm= 1,00
2. Kubus 20x20x20 cm= 0,95
3. Silinder 15x30 cm= 0,83
1 Mpa= 10 kg/cm2
Contoh perhitungan :
1. Mutu beton fc’ 25 Mpa, mutu beton K berapa ?
K… = 25 *10*(1/8,3) = 300,12 kg/cm2 ≈ K-300
2. K-300, fc’=…. fc’ = 300*(1/10)*(8,3/1) = 24,9 ≈ 25 Mpa
Kuat desak beton akan bergantung pada:
a. Jumlah dan jenis semen/PC, jumlah yang optimal akan lebih
baik
b. Jenis, jumlah dan gradasi agregat, terutama gradasi butiran
kerikil
c. Jumlah air
Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) yakni :
33
a. Kuat tekan beton yang disyatatkan (fc’) ditetapkan sesuai dengan
persyaratan perencanaan struktur dalam Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS)
b. Kuat tekan minimal beton
c. Kuat tekan beton dari (a) dan (b) diambil yang terbesar sebagai fc’
2.4.2. Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu pelaksanaan pekerjaan bertujuan agar proyek
dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Pada proyek ini
pengendalian waktu didasarkan pada :
Time Schedule atau Kurva S
Time Schedule dan Kurva S dibuat dengan tujuan agar tahapan
pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana
waktu. Dengan demikian dapat dilakukan pengontrolan apabila ada
keterlambatan masing-masing tahapan pekerjaan yang berisikan hubungan
antara kemajuan pekerjaan (persen) dengan waktu pelaksanaan dalam satuan
waktu. Hal ini dapat diperoleh dengan menjumlahkan masing-masing bobot
pekerjaan, sampai diperoleh hasil akhir 100% dan hasil komulatif untuk
masing-masing satuan waktu dibuat dalam satu koordinat. Dengan
komulatif sebagai sumbu Y dan waktu sebagai sumbu X.
Kemajuan pekerjaan dilapangan juga dibuat dalam kurva S
disampong kurva S rencana. Jika kurva S pelaksanaan berbeda dengan
kurva S rencana berarti pekerjaan mengalami keterlambatan dan sebaliknya
jika pekerjaan lebih cepat dari yang direncaakan dan diusahakan sesuai
dengan schedule yang ada dan dalam pengawasanya disusun dalam laporan
harian, mingguan, dan bulanan.
2.4.3. STRUKTUR ORGANISASI PROYEK
Berikut Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana proyek
Pembangunan Gedung Shekinah Kota Semarang :
Project Manager : Bambang Listijanto
Site Manager, Pelaksana : Darmanto
Admin Teknik, Logistik : Jungkar
34
BAB III
PERENCANAAN
35
f. Di dalam perhitungan ini juga mengacu pada peraturan-peraturan lain
yang masih relevan selain peraturan yang disebutkan diatas
g. Peraturan umum tentang pelaksanaan Instalasi Air Minum serta Instalasi
Pembuangan dan Perusahaan Air Minum
h. Peraturan Tentang Instalasi Listrik (PUIL-2000)
2. Biaya / Dana
Pembangunan Gedung Shekinah Semarangini sepenuhnya dibiayai
oleh Yayasan Shekinah Kota Semarang.Dalam perencanaan, suatu
konsultan perencana harus merencanakan dana yang disediakan untuk suatu
proyek yang ditangani, sehingga dapat ditentukan beberapa alternatif
perencanaan dengan harga yang relatif murah tanpa mengabaikan kekuatan,
keindahan, dan keamanan konstruksi.
3. Kekuatan Konstruksi
Pembangunan Gedung Shekinah Semarang ini konstruksinya
dihitung oleh Yayasan Shekinah Kota Semarang, dengan memperhitungkan
kondisi tanah, tegangan dan beban yang bekerja. Kekuatan konstruksi harus
sudah teruji terhadap hal-hal yang mungkin menimpa pada bangunan
tersebut diantaranya :
a. Penyelidikan tanah (Soil Investigation)
Untuk mengetahui daya dukung tanah dilakukan beberapa hal
diantaranya yaitu sondir, boring, grain size, dan uji laboratorium.
b. Kekuatan beton dan kolom
Mutu beton dan kolom adalah beton ready mix K-250. Tulangan
menggunakan baja ulir. Sambungan tulangan kolom disediakan pada
panjang tulangan kolom yang tidak mencukupi. Sambungan diletakan
pada posisi dimana kolom menerima gaya momen lebih kecil. Dimana
baja tulangan yang telah dipakai diuji kekuatannya.
c. Kekuatan bangunan terhadap gempa
Struktur harus direncanakan untuk menahan suatu gaya geser dasar
horizontal total akibat gempa.
4. Kenyamanan Pemakai
Kenyamanan pemakai juga diperhitungkan dalam pembangunan
Gedung Shekinah Semarang ini, antara lain dengan pengaturan ventilasi
36
udara, pencahayaan yang baik sinar matahari maupun lampu ruangan, dan
fasilitas-fasilitas penunjang lainnya.
5. Perawatan bangunan
Perencanaan pembangunan Gedung Shekinah Semarang ini tidak
hanya berhenti pada tahap penyelesaian saja, tetapi juga memperhatikan
perawatannya. Hal ini penting agar fungsi bangunan dapat bertahan dalam
umur yang relatif panjang. Selain itu perawatan bangunan juga dapat
membuat para pengunjungmerasa nyaman.
6. Lokasi bangunan
Perencanaan lokasi Proyek Pembangunan Gedung Shekinah
Semarang ini disesuaikan dengan tujuan dibangunnya gedung tersebut.
Perencanaan suatu bangunan meliputi :
d. Sirkulasi udara
e. Pencahayaan ruangan
f. Letak tangga
g. Bahan finishing
37
harus mampu mempunyai kriteria perencanaan antara lain :
1) Kuat
2) Tahan api (untuk struktur utama)
3) Awet dalam jangka waktu umur rencana
4) Mudah didapat dan diaplikasikan
5) Ekonomis (kualitas baik, harga rendah serta mudah
pemeliharaannya)
Prosedur dan ketentuan umum perancangan struktur atas merujuk pada SNI
03 – 1726 - 2002 tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan dan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung dengan
memperhitungkan beberapa ketentuan umum, antara lain :
1) Gempa Rencana dan Kategori Gedung
Gempa rencana ditetapkan dengan periode ulang 500 tahun sehingga
probabilitas terjadinya terbatas pada 10% selama umur gedung yaitu 50 tahun.
Pengaruh gempa rencana ini harus dikalikan oleh suatu faktor keutamaan
gedung. Faktor keutamaan ini tergantung pada berbagai kategori gedung dan
bangunan sesuai SNI 03-1726-2002.
2) Pembebanan Struktur
Untuk pembebanan yang diperhitungkan dalam perencanaan adalah :
39
Tabel 3.4. Besar Beban Hidup Untuk Struktur Bangunan
Berat jenis dalam satuan luas
Komponen
(Kg/m2)
Beban hidup pada atap 100
Lantai rumah tinggal 200
Lantai sekolah, perkantoran, hotel,asrama,
200
pasar dan rumah sakit
Panggung penonton 500
Lantai ruang olahraga, pabrik, bengkel,
gudang, tempat orang berkumpul,
400
perpustakaan, toko buku, masjid, gereja,
bioskop, ruang mesin/alat
Balkon, tangga 300
Lantai gedung parkir :
- Lantai bawah 800
- Lantai atas 400
Sumber data : SNI 03-1727-1989-F
40
2) Balok
3) Plat lantai
41
Kolom merupakan struktur utama dari bangunan portal yang berfungsi
untuk memikul beban vertikal, beban horisontal, maupun momen, baik yang
berasal dari beban tetap, maupun beban sementara. Dimensi kolom
dirancang bervariasi menurut beban yang diterimanya. Macam kolom ada 2
(dua) macam, yaitu kolom praktis yang dipasang tanpa perhitungan, serta
kolom struktur.
Kolom-kolom struktur pada bangunan ini yaitu berbentukpersegi
panjang. Detailnya ditunjukkan pada tabel 3.5 sebagai berikut:
42
Tabel 3.7. Data Balok Konsul
TULANGAN
TIPE BALOK DIMENSI SENGKANG
Tul.Atas Tul.Bawah
44
kebutuhan.Penyediaan bahan konstruksi dan peralatan kerja harus sesuai
dengan Rencana KerjadanSyarat-syarat. Pengaturandan penyimpanan bahan
bangunan dan peralatan menjadi tanggungjawab bagian logistik dan gudang.
Penyesuaian terhadap standard yang berlaku sangat dibutuhkan untuk
memonitor kualitas dan kuantitas seluruh bahan yang digunakan.Oleh karena
itu, pada semua bahan konstruksi dilakukan pengujian baik ditempat asalnya,
di pabrik, dilapangan dandi laboratorium. Kelancaran dan kemudahan
penyediaan bahan sangat berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan
proyek. Sebaiknya bahan bangunan didatangkan dari lokasi yang tidak jauh
dari proyek agar dapat menghemat waktu dan biaya dengan tetap
mengutamakan kualitas dari bahan-bahan tersebut.
45
Kebutuhan bahan konstruksi diusulkan oleh koordinator pelaksana
(superintendent). Kemudian koordinator pelaksana mengajukan kebutuhan
bahan melalui surat permintaan pembelian (SPP) dengan persetujuan dari
Construction Manager. Construction Manager dan Engineering Manager
melakukan proses pengadaan bahan dan melakukan seleksi terhadap bahan
yang ditawarkan supplier. Pemesanan material dilaporkan ke bagian Cost
Control (Commercial Manager) dan harus disetujui oleh Konsultan MK.
Material Manager menerima barang-barang yang telah dipesan kemudian
mengatur penempatan dan penyimpanannya agar mutu bahan tetap optimal.
Berdasarkan berita acara penerimaan, bagian Quality Surveyor (QS) membuat
nota dan menyelesaikan pembayaran dengan pihak supplier.
konstruksi, yaitu :
1. Identifikasi jenis dan jumlah material
Pemesanan material didahului dengan proses pengamatan dan
pemilihan material yang sesuai dengan spesifikasi. Setelah mengetahui
spesifikasi material yang digunakan, dilanjutkan dengan penentuan
jumlah material yang dibutuhkan untuk setiap pekerjaan konstruksi.
Perhitungan jumlah kebutuhan material disesuaikan dengan rencana
pekerjaan.
2. Kualitas material
Pertimbangan kualitas material didasarkan pada nama besar
produsen atau supplier yang telah terbukti bermutu baik.
3. Lokasi penyediaan material
Semakin dekatnya lokasi penyediaan material akan memudahkan
pendistribusian material menuju lokasi proyek. Jika material yang
dibutuhkan hanya tersedia pada lokasi yang cukup jauh, maka kontraktor
harus memiliki scheduling pengadaan bahan yang baik. Pihak kontraktor
46
telah memperhitungkan waktu pengiriman yang dibutuhkan sehingga
pelaksanaan pekerjaan konstruksi tidak terhambat. Namun, pihak
supplier umumnya telah membuka cabang-cabang yang berfungsi
sebagai tempat penyediaan di beberapa lokasi sehingga mempermudah
pendistribusian material.
4. Harga material
Harga menjadi hal yang dipertimbangkan karena semakin murah
harga material maka biaya pengeluaran proyek dapat diperkecil. Hal ini
tentu saja akan menguntungkan kontraktor. Namun ketika kontraktor
memutuskan untuk menggunakan material dengan harga termurah, aspek
kualitas tidak boleh diabaikan.
5. Waktu pengiriman
Waktu pengiriman material sejak pemesanan dilakukan juga harus
menjadi pertimbangan. Keterlambatan suplai material akan mengganggu
schedule proyek. Walaupun lokasi supplier dekat dengan proyek, namun
jika pihak supplier tidak cepat merespon pemesanan dan pendistribusian
material maka akan menghambat pelaksanaan pekerjaan.
6. Penyimpanan
Penyimpanan material yang baik adalah sesuai dengan sifat dan
kepekaan material terhadap kondisi lingkungan. Penumpukan material
(stocking material) juga mendapat perhatian khusus sehingga urutan
pemakaian material konstruksi sesuai dengan urutan kedatangan
material.Bahan konstruksi yang digunakan dalam Proyek Pembangunan
Gedung Shekinah Semarang ini adalah sebagai berikut:
47
dan bahan campuran beton. Adapun syarat-syarat agregat halus menurut SNI
03-1726-2002, antara lain:
1. Pasir terdiri dari butir- butir tajam dan keras. Bersifat kekal artinya
tidak mudah lapuk oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan
hujan.
2. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Lumpur adalah bagian-
bagian yang bisa melewati ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur
lebih dari 5%, maka harus dicuci. Khususnya pasir untuk bahan
pembuat beton.
3. Tidak mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak yang
dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder. Agregat yang
tidak memenuhi syarat percobaan ini bisa dipakai apabila kekuatan
tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang
dari 95% dari kekuatan adukan beton dengan agregat yang sama tapi
dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci dengan air
hingga bersih pada umur yang sama.
48
seperti halnya dengan semen dan pasir, maka untuk agregat kasar sebagai
campuran beton mempunyai kualitas yang baik. Split ini digunakan untuk
membuat ducting, jadi memenuhi persyaratan yang tertera dalam spesifikasi
teknis, untuk mendapatkan suatu hasil beton yang baik, maka agregat kasar
yang digunakan harus memiliki syarat-syarat yang telah ditetapkan. Syarat
agregat kasar yang digunakan sebagai campuran beton bertulang menurut SNI
03-1726-2002 adalah sebagai berikut :
a. Harus terdiri dari butir-butir keras, tajam, dan tidak berpori
b. Butir-butir split harus bersifat kekal
c. Tidak mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering
d. Agregat kasar yang digunakan pada proyek ini adalah terbuat dari batu
pecah hasil dari batu alam yang dipecah dengan stone crusher.
3.4.3.c. Semen
Semen portland digunakan untuk pekerjaan konstruksi, yaitu bahan
campuran beton, pasangan bekisting permanen pada tie beam, plesteran talud
galian, dan pekerjaan lantai kerja. Semen portland yang digunakan harus
semen portland yang memenuhi standard internasional dan persyaratan
Portland CementType 1 yang ditentukan dalam PBBI (Peraturan Beton
Bertulang Indonesia) dan SNI–03–2847–2002 tentang tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung.
49
Pada proyek ini menggunakan semen Tiga Roda. Kemudian semen
prime mortar,digunakan untuk pekerjaan acian dan plester. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam penyimpanan semen, yaitu:
a. Lantai penyimpanan terletak minimal 50 cm di atas tanah atau di atas
genangan air yang mungkin terjadi di atas tanah tersebut.
b. Tinggi tumpukan maksimum 2 m atau 10 sak. Hal ini untuk
menghindari rusaknya semen yang berada pada tumpukan paling bawah
akibat beban berat dalam waktu yang cukup lama.
c. Semen yang dipakai dari 1 merek yang sama untuk suatu konstruksi
atau struktur yang sama, dimana semen tersebut dalam keadaan baru
dan asli, dikirim dalam kantong-kantong semen yang masih disegel dan
tidak pecah.
d. Dalam pengangkutan, semen harus dijaga agar tidak lembab dan
terlindung dari hujan.
e. Setiap pengiriman baru harus dipisahkan dan diberi tanda dengan tujuan
pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengiriman.
50
ketentuan yang tercantum dalam SNI–03–2847–2002. Kualitas baja yang
digunakan harus diperhatikan agar tegangannya sesuai dengan tegangan yang
dibutuhkan dan bersih dari kotoran-kotoran serta karat. Baja tulangan harus
dibengkokkan atau dibentuk sesuai dengan gambar rencana. Baja tulangan
tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara yang dapat
merusak bahan. Pelaksanaan pembengkokkan baja tulangan harus dalam
keadaan dingin. Baja tulangan harus dipasang dengan teliti sesuai dengan
gambar konstruksi.
Semua baja beton yang dugunakan harus memenuhi syarat-syarat:
a. Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat (retak -
retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
b. Mempunyai penampang yang sama rata.
c. Ukuran disesuaikan dengan gambar-gambar.
d. Baja tulangan di-supply dari satu sumber dan tidak mencampuradukan
bermacam-macam sumber besi beton tersebut untuk pekerjaan
konstruksi.
e. Saat menghubungkan besi beton yang satu dengan lainnya dengan
menggunakan kawat beton, diikat dengan kuat, tidak bergeser selama
pengecoran beton dan tidak menyentuh lantai kerja atau papan bekisting.
51
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 3.5. Baja Tulangan Pada Plat Lantai
3.4.3.e Air
Penggunaan air pada suatu proyek biasanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air untuk curring beton, adukan pembuatan ducting ,dan
kebutuhan bagi para pekerja yang tinggal di lingkungan proyek.Pada saat
pembuatan adukan yang akan digunakan pada struktur utama harus dihindari
penggunaan air tanah, karena kadar garam pada air tanah yang dikandung
belum teruji.
Keperluan air dalam suatu proyek selain memanfaatkan dari air
tanah juga memerlukan pasokan air dari luar proyek bila kebutuhan air sangat
besar, seperti dari PDAM. Air harus bersih, tidak mengandung minyak, dan
bebas dari bahan organik, asam, alkali, garam dan kotoran lain dalam jumlah
yang cukup besar yang dapat merusak beton dan besi tulangan. Untuk
campuran adukan sebaiknya dipakai air yang dapat diminum.
53
3.4.3.g. Multiplek
Multiplekdigunakan untuk bekisting semua bagian dari strukturyaitu
shear wall, kolom, balok, tangga dan pelat lantai. Sebelum pengecoran, bahan
cetakan harus licin, bebas dari celah kotoran, dan multiplekini dilapisi dengan
minyak bekisting dengan tujuan agar pada saat proses pelepasan cetakan dari
beton yang telah mengeras tidak mengalami kesulitan dan didapat permukaan
beton yang halus dan rapi. Penggunaan multipleklebih ekonomis karena dapat
digunakan lebih dari satu kali jika masih dapat dikencangkan dengan baik,
masih kedap air, tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton yang
dicetak, dan dianggap layak oleh pengawas.Dalam proyek ini multiplek yang
digunakan adalah tebal 18mm dengan pemakaian sebanyak tiga kali.
54
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 3.7. Pemasangan Multiplek Untuk Lift, Balok, dan Kolom
3.4.3.i. Paku
Paku yang digunakan dalam proyek sangat beragam ukuran
diantaranya yaitu 2", 3", 4", 5"dan 7". Masing-masing digunakan untuk
pekerjaan begesting kolom, balok, tangga, dan plat lantai.
55
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 3.9. Bahan Paku
3.4.3.k. Hollow
Hollow yang dipergunakan pada proyek ini digunakan sebagai
bantalan base plate pada Scaffolding, dan beberapa untuk pengikat bekisting.
Hollow di gunakan karena lebih kuat terhadap tekan, jadi lebih efisien.Ukuran
hollow yang dipakai pada proyek ini adalah kayu bengkirai ukuran 5/10 cm.
56
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018
Gambar 3.11. Hollow
57
yang lebih besar, tetapi kemungkinan hasil dari pekerjaan akan lebih baik.
Sedangkan alat yang berkualitas kurang dapat menyebabkan kualitas
pekerjaan yang tidak memuaskan dan bahkan tidak memenuhi persyaratan.
Biaya yang tersedia juga dipertimbangkan mengingat dalam proyek ini ada
peralatan yang disewa.
7. Kemampuan sumber daya yang ada. Pemilihan penggunaan alat juga harus
mempertimbangkan sumber daya manusia yang ada, alat yang canggih
apabila sumber daya manusianya tidak mendukung dalam pengoperasian
dapat menyebabkan kinerja alat yang kurang maksimal.
58
cutteryang dioperasikan secara manual dengan menggunakan tenaga
manusia, dan yang menggunakan mesin listrik.
59
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 3.14. Concrete Vibrator
60
3.4.4.e. Theodolith
Theodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as
bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang
dibuat tidak miring. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi
tanah dan elevasi tanah galian timbunan. Cara operasionalnya adalah
dengan mengatur nuvo dan unting-unting di bawah theodolith. Kemudian
menetapkan salah satu titik sebagai acuan. Setelah itu, menembak titik-titik
yang lain dengan patokan titik awal yang ditetapkan tadi.
3.4.4.f. Waterpass
Waterpass digunakan untuk menentukan titik-titik elevasi bangunan
dari lantai dasar sampai lantai yang paling atas. Prinsip kerja dari alat ukur
waterpass adalah membuat garis sumbu teropong horizontal. Bagian yang
membuat kedudukan horizontal ini adalah nivo yang berbentuk seperti
tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.
61
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 3.17. Waterpass
3.4.4.g Scaffolding
Scaffolding berfungsi sebagai perancah dalam pembuatan bekisting
balok dan plat lantai.Scalffolding terdiri dari beberapa bagian, antara lain:
main frame, cross brace, joint pin, U head, support dan jack base. Cara
operasionalnnya adalah dengan menggabungkan tiap bagian di atas,
sehingga menjadi suatu konstruksi scaffolding.
62
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 3.19. Generator Set
3.4.4.i. Stamper
Stamperini digunakan untuk memadatkan tanah terutama sebelum
proyek melakukan pembuatan lantai kerja.
63
digunakan untuk memecah batu, trotoar, dan beton.
64
BAB IV
PELAKSANAAN PROYEK
65
selesai dilaksanakan. Berikut ini gambaran tentang pekerjaan Struktur Bawah :
1. Pondasi
Pondasi merupakan bagian paling bawah dari suatu kostruksi yang
mempunyai fungsi untuk meneruskan beban konstruksi ke dalam lapisan tanah
yang berada di bawah pondasi. Suatu perencana pondasi dikatakan benar apabila
beban yang diteruskan oleh pondasi ke dalam tanah tidak melampaui kekuatan
tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan tanah dilampaui maka akan terjadi
penurunan dan keruntuhan tanah yang berlebihan. Kedua hal ini yang dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan konstruksi yang berada diatasnya. (Mekanika
Tanah Jilid 2, Bradja M. Das).
Banyak faktor yang mempengaruhi penentuan bentuk dan jenis pondasi,
tergantung dari segi mana kita meninjaunya. Dari segi ekonomis dapat diambil
dengan contoh besarnya biaya yang tersedia dan waktu pelaksanaan. Dari segi
teknis yang sangat menentukan dalam pemilihan bentuk dan jenis pondasi antara
lain :
a. Keadaan perlapisan tanah.
b. Letak atau kedalaman lapisan tanah keras.
c. Besar super struktur yang harus dipikul.
d. Batasan dari sekelilingnya (misalnya daerah sekitar tidak memungkinkan
didatangkannya peralatan dengan tonnase yang besar terutama dengan
mobilisasinya).
Dari uraian tersebut diatas maka perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan bentuk dan jenis pondasi. Apabila ditinjau dari segi
kedalaman atau letak tanah keras dari permukaan tanah maka ada beberapa hal
yang harus diperhatikan antara lain :
a. Bila terletak pada permukaan tanah atau 2-3 m di bawah permukaan tanah,
maka dipilih pondasi telapak.
b. Bila terletak pada kedalaman 10 m dari permukaan tanah, maka sebaiknya
dipilih pondasi sumuran.
c. Bila terletak pada kedalaman 20 m di bawah permukaan tanah, maka
sebaiknya dipilih pondasi tiang pancang.
Pondasi yang digunakan pada proyek ini adalah square pile cap/tiang
66
pancang segitiga dengan panjang sisi 32 cm Setiap satu titik kolom didukung oleh
4 buah pondasi tiang pancang. Kedalaman tiang pancang rata-rata sedalam 20 m
dibawah permukaan tanah.
3. Tie Beam
Tie beam adalah konstruksi yang berfungsi sebagai penghubung atau
pengikat pile cap yang satu dengan pile cap yang lainnya, sehingga settlement
atau penurunan yang terjadi dapat ditahan dan dipikul secara merata oleh pile
cap. Selain itu, tie beam juga berfungsi untuk menerima momen dari kolom, dan
pondasi menerima gaya aksial, gaya vertikal, gaya horisontal. Tie beam yang
digunakan dalam proyek ini mempunyai dimensi ukuran 30x60 dengan tulangan
32Ø16.
1. Pekerjaan Kolom
a. Penulangan
Pekerjaan penulangan kolom dilakukan sebelum bekisting kolom
dipasang. Tulangan kolom tidak dibuat menerus melainkan disambung
dengan sambungan lewatan sepanjang 40 x Φtulangan pokok (40 kali diameter
tulangan pokok) pada bagian dasar kolom tiap-tiap lantai. Penulangan kolom
dilakukan setelah penulangan struktur bawah selesai. Kolom merupakan
elemen struktur yang menahan beban aksial, beban balok, dinding, plat, atap
serta beban hidup diatas lantai. Beban yang ada di atas plat diteruskan ke
67
balok, dan dari balok kemudian diteruskan ke kolom. Adapun tahapan
pelaksanaan pekerjaan punulangan kolom adalah adalah sebagai berikut :
1) Pertama baja tulangan yang berada di Direksi keet (Bedeng proyek)
dirangkai sesuai keperluan atau pun ketentuan dengan keadaan tulangan
pokok dan sengkang masih terpisah, setelah itu material baja tulangan
diangkat ke tempat lokasi pemasangan kolom oleh para pekerja secara
manual. Sebelum dilakukan pekerjan penulangan kolom, terlebih dahulu
dilakukan marking kolom atau pengukuran as sudut kolom.
2) Di lapangan tulangan pokok sesuai dengan perencanaan. Pada tulangan
kolom lantai 1 dan 2, tulangan pokok kolom disambung dengan sisa
tulangan pokok kolom sebelumnya dengan cara sambungan lewatan yang
panjangnya 40 kali diameter tulangan pokok.
3) Setelah tulangan kolom terpasang, kemudian dipasang tulangan sengkang
dengan diameter 10 mm.
4) Ujung tulangan kolom dilebihi dari permukaan lantai (berupa stek). Hal
ini dimaksudkan untuk menyambung tulangan kolom pada lantai
berikutnya.
5) Setelah tulangan terpasang dengan baik, pada bagian luar dipasang tahu
beton (disebut juga decking block, yang merupakan campuran 1 pc : 3 pc
dengan air secukupnya, berbentuk tabung dengan tinggi atau tebal sisi 5
cm) yang diikat dengan kawat bendraat untuk memberikan jarak ketebalan
selimut beton. Tahu beton ini akan menjadi acuan pemasangan bekisting
dan jarak selimut beton.
69
Sumber : Data dari Proyek
Gambar 4.4. Detail Sambungan Kolom & Balok
Pot B-B
Pot A-A
c. Pengecoran kolom
71
Setelah pembuatan bekisting dan penulangan selesai maka pihak
kontraktor meminta konsultan pengawas untuk memeriksa hasil pekerjaan
bekisting dan penulangan tersebut. Setelah pemeriksaan dilakukan dan tidak
ada masalah, maka konsultan pengawas memberi ijin kontraktor untuk
melakukan pengecoran. Dengan persiapan yang baik dan ketelitian yang
tinggi, diharapkan pekerjan pengecoran dapat dilakukan dengan baik,sehingga
dapat mengasilkan kualitas beton yang baik.
Pada tahap ini Concrete pump adalah alat untuk mengangkut adukan
beton dari molen ke kolom. Adukan beton dituang secara vertikal dengan
perlahan untuk mencegah terjadinya pemisahan bahan agregat campuran
beton atau agregat kasar (segregasi). Penuangan dilakukan dengan bantuan
para tukang, penuangan dilakukan melalui lubang bekisting bagian atas lapis
demi lapis sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadatkan dengan baik mengunakan
vibrator sebagai perata.
Proses pemadatan tidak boleh dilakukan dengan pemukulan bagian
luar bekisting kolom karena hal itu dapat mengubah tegaknya kolom. Mutu
beton yang digunakan adalah K250 menurut SKSNI T-15-1991-03.
Pengecoran baru dihentikan setelah mencapai batas pertemuan dengan
bekisting bagian bawah dari balok melintang diatasnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan terlebih dahulu
sebelum melaksanakan pengecoran dimulai adalah :
1. Semua ruang yang akan diisi dengan beton di bersihkan dari kotoran
seperti debu, sisa potongan kawat bendraat, dll.
2. Setelah itu dengan kompresor, air dan sisa kotoran di bersihkan sampai
tuntas pada semua ruangan yang akan di isi dengan beton .
3. Dilakukan pemeriksaan tulangan meliputi jumlah, letak, jarak, dan
diameter tulangan serta pemeriksaan pada bagian samping papan
bekisting.
4. Penyediaan jumlah tenaga kerja yang memadai sesuai dengan volume
pekerjaan pada saat pengecoran.
5. Peralatan yang mendukung proses pelaksanaan pekerjaan pengecoran
harus dalam keadaan baik saat pengecoran.
72
6. Diberi pembatas akhir pengecoran sehingga akan mempermudah
pemberhentian pengecoran.
7. Apabila pengecoran dilaksanakan pada musim hujan atau cuaca sangat
panas, maka di persiapkan alat pelindung.
8. Apabila pengecoran dilaksanakan pada malam hari perlu dipersiapkan alat
pelindung.
9. Jika pengecoran merupakan penyambung dari pengecoran yang belum
selesai, maka untuk menyatukan beton lama dengan yang baru, beton
lama harus dikasarkan dahulu, setelah itu di basahi air sampai jenuh, lalu
digunakan lem beton ( bonding agent ) yang berupa cairan putih susu
yang disiramkan atau di oleskan pada beton lama.
10. untuk mendapatkan beton yang padat dan kompak, maka adukan beton
diratakan menggunakan alat Vibrator.
73
sesuai dengan permukaan aslinya.
Pembongkaran dilakukan dengan melepas pipa suport dan angkur
yang digunakan sebagai alat sambung rangka bekisting dengan bantuan alat
pengungkit untuk mepercepat lepasnya sambungan. Pembongkaran dilakukan
secara hati-hati bisa menjadikan sebagian besar multiplek mau pun hollow
yang telah dipakai dapat digunakan kembali sampai beberapa kali.
Syarat-syarat minimum yang harus diperhatikan untuk menjamin
keselamatan penuh atas struktur yang dicetak adalah :
a. Bagian struktur beton vertikal yang disangga dengan penerapan boleh
dibongkar bekisting minimal setelah 14 hari dengan syarat-syarat beton
telah cukup keras dan tidak cacat karena pembongkaran tersebut, dan
dalam proyek ini pembongkaran bekisting dilakukan setelah 14 hari dari
waktu pengecoran selesai. 14 hari adalah waktu minimum setting time
yang direncanakan pihak Kontraktor untuk mempercepat pekerjaan.
Faktor-faktor yang meyakinkan dalam pembongkaran bekisting kolom
setelah 14 hari adalah kualitas mix design yang dibuat oleh PT. Jati
Kencana Beton yang diperkirakan dapat terjadi setting time setelah waktu
14 hari, campuran zat additive, dan cuaca yang mendukung. Jika
pembongkaran dilakukan sebelum waktunya atau sebelum waktu setting
time beton akan mengalami kerusakan, upaya yang baik adalah
melakukan pembongkaran setelah waktu setting time. Beton kolom tidak
langsung menerima beban besar maka pembongkaran bekisting kolom
dikatakan lebih cepat dibandingkan pembongkaran bekisting balok dan
plat lantai.
b. Bagian struktur yang disangga dengan penumpu tidak boleh di bongkar
sebelum beton mencapai kekuatan minimal untuk menyangga beban
sendiri dan beban yang akan menimpa bagan struktur tersebut. Pekerjaan
pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah mencapai umur
perkerasan tertentu sejak pengecoran beton, dimana telah benar-benar
dapat memikul beratnya sendiri dan beban yang bekerja, sehingga beton
tersebut kuat dan kokoh.
Adapun urutan pekerjaannya :
74
1. Penyangga bekisting scaffolding atau pun pipa suport bekisting kolom
dikendorkan dan dilepas dari ikatannya pada bekisting kolom.
2. Angkur bekisting dilepas.
3. Bekisting kolom dilepas dari ke empat sisi kolom dengan hati-hati
menggunakan pengungkit.
4. Bagian bekisting kolom yang dibongkar kemudian dibersihkan dan di
tempatkan pada tempat yang sesuai dengan kelompoknya. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan pemasangan bekisting kolom berikutnya
dan bekisting jadi awet.
75
5) Setelah pemasangan tulangan dikerjakan penyangga tidak boleh dilepas,
karena sekaligus tetap sebagai penyangga saat nanti dilakukanya proses
pengecoran.
6) Jika pada balok terdapat tulangan susut, maka tulangan tersebut dipasang
diantara tulangan atas dan bawah.
76
2) Ditentukan jarak antar tulangan yang disesuaikan dengan gambar rencana.
Untuk mempermudahkan pekerjaan di lapangan maka perlu diberi tanda-
tanda jarak tulangan dengan menggunakan kapur tulis.
3) Tulangan bagian bawah arah melintang dan membujur dipasang terlebih
dahulu, kemudian diatur jaraknya sesuai dengan tanda-tanda yang telah
diberikan
4) Untuk pasangan tulangan bagian bawah ini ujung tulangan dilewatkan
diantara sela-sela tulangan balok.
5) Setelah tulangan bagian bawah terpasang, kemudian diantara tulangan
bawah dan bagian atas diberi kursi tulangan yang berguna untuk menahan
tulangan bagian atas agar tidak rangkat atau menyentuh tulangan bagian
bawah, dan tidak lupa diberi tahu beton (decking block) yang diikat
dengan kawat bendraat.
6) Tulangan bagian atas dipasang dengan cara menumpu diatas tulangan
balok.
Seperti penjelasan pada no.5 diatas untuk menjaga jarak tulangan
atas dan tulangan bawah, maka dipakai tulangan penyangga (kursi tulangan)
setiap meter persegi tulangan penyangga ini berbentuk seperti S atau U yang
diiakat pada tulangan plat dengan kawat bendrat.
77
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 4.6. Tulangan Penyangga (Kursi Tulangan)
78
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 4.8. Tulangan Penyangga dan Tahu Beton
79
perkuatan pada balok penyangga yang mebujur ditahan dengan u-head
atau clamp scaffolding.
4) Diatas balok penunjang dipasang papan bekisting berupa multipleks
dengan tebal ± 18mm. Pemasangan papan tersebut disesuaikan dengan
bentuk dan ukuran balok dan plat lantai yang telah ditentukan.
5) Setelah pekerjaan pemasangan bekisting balok dan plat lantai ini selesai,
baru dilakukan pekerjaan penulangan plat lantai.
Cara menjaga agar jarak tersebut tetap sampai pengecoran selesai
maka digunakan tahu beton (decking block) yang dipasang pada baja tulangan
terluar dengan cara diikat pada baja tulagan tersebut oleh kawat bendrat. Tahu
beton ini akan menjadi selimut beton setelah beton mengeras.
80
e. Pembongkaran Bekisting Balok dan Plat Lantai
Bekisting balok dan plat lantai dibongkar apabila struktur tersebut
telah mencapai kekuatan yang cukup untuk mendukung berat sendiri dan
bahan-bahan selama pembangunan. Pembongkaran bekisting balok dan plat
lantai dilakukan secara bertahap dan merata untuk mengindari timbulnya
tegangan-tegangan yang tidak diingankan pada struktur. Pada proyek
pembangunan Gedung Shekinah Semarang pembongkaran bekisting ini
dilakukan setelah beton berumur kurang lebih 7 hari untuk bagian sisi
samping dan 28 hari untuk bagian penyangga bawah atau scaffolding.
Langkah-langkah pembongkaran bekisting balok:
1) Pembongkaran dimulai dengan melepas penyangga atau perancah dengan
alat bantu yang ada.
2) Sabuk bekisting dilepas dahulu menggunakan alat linggis dan alat lainya
yang diperlukan.
3) Pelepasan paku pada kayu yang dipasang pada sudut pertemuan bekisting.
4) Setelah itu papan bekisting dapat dilepas.
81
Untuk menjaga kualitas beton biasanya sebelum pengecoran dilakukan
pengecekan oleh Quality Control untuk memastikan :
1. Mutu beton yang benar dan lokasi yang tepat
2. Waktu yang cukup untuk pengecoran sebelum beton itu setting
3. Tidak melebihi temperatur yang ditentukan.
Sedangkan untuk menjaga kualitas beton sesaat sebelum pengecoran
dilakukan Uji Slump untuk memastikan kekentalan beton. Untuk mengecek kualitas
beton juga dibuat uji benda sample kubus dan silinder, ini untuk mengetahui kuat
tekan beton.
82
2. Laporan Mingguan
Yaitu berupa rangkuman laporan harian selama satu minggu, berisikan
semua kejadiaan pada pelaksanaan fisik pekerjaan. Adapun laporan mingguan
berisikan :
a. Jenis pekerjaan.
b. Volume dan prosentase pekerjaan dalam satu minggu.
c. Catatan lain yang diperlukan.
3. Laporan Bulanan
Yaitu berupa kegiatan harian, mingguan yang berupa kemajuan proyek
pada bulan yang bersangkutan. Laporan bulanan yang diserakan kepada
pemimpin bagian proyek :
a. Kemajuan pelaksanan proyek.
b. Masalah yang timbul.
c. Cara menghadapi masah.
d. Penyimpangan dari jadwal.
e. Bahan pendukung laporan seperti : grafik dan foto.
f. Data harus benar-benar aktual dan sesuai kondisi pada bulan tersebut.
4. Laporan Akhir
Pada akhir pelaksanan pekerjaan tim pengawas harus membuat dan
menyerahkan laporan akhir yang menyangkut seluruh kegiatan proyek termasuk
perubahan-perubahan yang terjadi selama masa pelaksanaan.
5. Laporan Khusus
Tim perencana membuat laporan khusus yang mencakup kejadian-
kejadian khusus :
a. Persoalan-persoalan mengenai kestabilan tanah, lereng dll.
b. Perubahan dan perbaikan perancangan.
c. Perpanjangan waktu pelaksanaan serta alasannya.
d. Penyimpangan-penyimpangan.
e. Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh pemimpin bagian proyek.
f.
83
BAB V
PENUTUP
Tinjauan Umum
Dengan mengucap Alhamdulillah segala puji kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan Kerja Praktek ini dapat diselesaikan. Laporan
Kerja Praktek ini kami susun berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan data yang
diperoleh dari Proyek Gedung Shekinah Kota Semarang.
Penulis menyadari bahwa laporan Kerja Praktek ini masih banyak kekurangan
baik mengenai penyajian maupun teknik penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk lebih sempurnanya laporan ini.
Besar harapan penulis agar laporan ini dapat berguna bagi rekan-rekan mahasiswa
khususnya sebagai referensi bila kelak menyusun laporan Kerja Praktek bagi masyarakat
pada umumnya serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga laporan Kerja praktek
ini dapat diselesaikan.
Kesimpulan
Setelah melakukan praktek kerja selama kurang tiga bulan pada Proyek Gedung
Shekinah Kota Semarang. maka dapat diambil Kesimpulan sebagai berikut :
a. Pembangunan Gedung Shekinah Kota Semarang ini berada di lokasi yang baik
dikarenakan tidak jauh dari tengah kota dan berada di dataran rendah dan wilayah
lainya sudah ada bangunan supermarket, pasar, gedung pemerintahan, dan lainya.
b. Adanya permasalahan yang timbul seperti dana di tengah-tengah pelaksanaan, selain
itu melihat sedikitnya tukang di lapangan dalam proyek Gedung Shekinah Kota
Semarang, maka dari itu pekerjaan sangat diperlukan sikap penuh perhitungan dan
pertimbangan yang cermat dalam segi apapun dan dapat dipertanggung jawabkan.
c. Pada proyek ini pelaksanaan pekerjaan di lapangan baik karena sebagian besar
pekerjaan dapat terlaksana dan lancar sesuai perencanaan dan perancangan walaupun
ada beberapa kekurangan dibeberapa item pekerjaan.
d. Pengunaan alat-alat sangat memadai dan dapat digunakan dengan efisisen sehingga
dapat menyelesaikan setiap item pekerjaan dengan baik.
84
Saran
a. Dalam penyimpanan alat dan bahan material bangunan harus lebih diperhatikan
terutama baja tulangan agar terhindar dari kerusakan yang dapat mengurangi atau
menurunkan mutu serta kualitas material terseut.
b. Peralatan yang digunakan sebaiknya dipilih yang berfungsi dangan baik dan
berkualitas tinggi serta untuk perawatan secara operasional diberikan kepada tenaga
yang sudah ahli sehingga dapat benar-benar bermanfaat.
c. Pekerjaan harus dikerjakan dengan baik dan sesuai dengan aturan maupun
persyaratan yang berlaku akan dapat terselesaikan dengan sempurna, jika didukung
dengan usaha untuk menekan dan mengantisipasi segala hambatan yang sering terjadi
diluar perhitungan.
d. Diperlukan komunikasi dan koordinasi yang baik antara tim perencana, pimpinan
proyek dan tim pelaksana proyek sehingga tercapai kelancaran pelaksanaan proyek
yang terkoordinir dengan baik dan sistem kerja yang profesional dari masing-masing
personil dalam struktur organisasi proyek.
e. Untuk menghindari adanya korban akibat kecelakaan kerja di proyek sebaiknya
peralatan standar APD untuk keselamatan kerja seperti sepatu safety,helm proyek
seharusnya diberikan untuk semua pegawai dan pekerja.
f. Demi tercapainya suasana kerja yang kondusif dan bersifat kekeluargaan hendaknya
semua pihak saling berkomunikasi dengan baik.
85
DAFTAR PUSTAKA
Ali Asroni. 2010. Balok dan Plat Betom Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Badan Standarisasi Nasional. 1989. SNI-03-1727-1989-F Tentang Penetapan Pembebanan.
Bandung: Badan Standarisasi Nasional. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI-03-2847-2002&2013 Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Departemen Pekerjaan Umum. 2002. SNI03-1726-2002 Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Jakarta.
DPU 1971. 1971. Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 71). Jakarta.
86