Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Proyek

Gedung Shekinah Semarang merupakan bangunan gedung yang terdiri


dari perkantoran, tempat ibadah dan tempat pertemuan. Dengan adanya
pembangunan Gedung Shekinah Semarang diharapkan dapat meningkatkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Sehubungan dengan usaha meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) khususnya dalam hal beribadah dan pendidikan, maka terbentuklah
Yayasan Shekinah Kota Semarang, yang didirikan atas kerjasama antara
Keuskupan Agung Semarang dengan Yayasan Shekinah Kota Semarang.
Pembangunan ini dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap perencanaan dan
tahap pelaksanaan. Dengan adanya pembangunan Gedung Shekinah Semarang
dapat diperhitungkan dalam beberapa aspek yang berhubungan dengan
pelaksanaan konstruksi pembangunan gedung seperti lokasi proyek, struktur,
arsitektur, mekanikal dan elektrikal yang terkait dengan konstruksi ini,
sehingga dalam perencanaan harus sangat teliti untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
Pembangunan Gedung Shekinah Semarang memiliki 4 lantai, dimana
lantai 1 adalah tempat parkir, lantai 2 digunakan umtuk tempat pertemuan /
aula dan lantai 3 digunakan untuk tempat kegiatan belajar mengajar. Dan
diharapkan dengan adanya Gedung Shekinah Semarang dapat memberikan
pelayanan yang baik bagi para jemaat untuk meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM) dan produktifitas yang berkualitas di tempat tersebut.

1.2. Maksud dan Tujuan Proyek

Adapun maksud dan tujuan dari pembangunan gedung Shekinah


Semarang, Purwodadi adalah sebagai berikut:

a. Mewujudkan proyek Gedung Shekinah Semarang sebagai gedung dan


sarana yang berkualitas dan memberikan kontribusi yang lebih ke
20
masyarakat, efisiensi dan menjadikan contoh pelayanan masyarakat
yang baik.

b. Meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) didalam


bermasyarakat, sehingga meningkatkan mutu kualitas dan kuantitas
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

c. Meningkatkan kemampuan dan keahlian Sumber Daya Manusia (SDM)


dalam hal melakukan aktifitas di masyarakat.

d. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekitar dengan


pembangunan Gedung Shekinah Semarang ini yang dilengkapi dengan
berbagai macam fasilitas pendukung seperti : , tempat beribadah, ruang
kelas, aula dan lainya.

1.3. Lokasi Proyek

Proyek Gedung Shekinah Semarang ini terletak di Jl. Kepatihan Barat No


4A Semarang. Secara geografis letak bangunannya dibatasi oleh :
1 . Utara : Jalan Kepatihan Barat
2 . Timur : Kantor Shekinah lama Jl Kepatihan Barat
3 . Selatan : Ruko Jl. Gajahmada
4 . Barat : Rumah Makan Selera Bintaro

21
Sumber : Maps. Mobile @2018 Google
Gambar 1.1. Lokasi Proyek Gedung Shekinah Semarang

Sumber : Data Sekunder, 2018


Gambar 1.2. Denah Site Plan Proyek Gedung Shekinah Semarang

22
1.4. Data Teknis

Adapun data-data umum Proyek Gedung Shekinah Semarang ini adalah sebagai berikut:
a. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Shekinah
Semarang
b. Lokasi : JL. Pemuda Semarang
c. Pemberi Tugas : Keuskupan Agung Semarang
d. Sumber Dana : Yayasan Shekinah Kota Semarang
e. Konsultan Perencana : Yayasan Shekinah Kota Semarang
f. Lingkup Pekerjaan : DED & Perijinan, Pancang,
Sub-Struktur, Upper-
Struktur, MEP, Other Facilities
g. Jenis Konstruksi : Bangunan Gedung
h. Nilai Kontrak : Rp. 1.000.000.000
i. Luas : Luas Lahan ±364 m²
j. Jumlah lantai : 4 lantai, terdiri dari :
1. Lantai 1 dengan luas bangunan ±354 m²
2. Lantai 2 dengan luas bangunan ±367 m²
3. Lantai 3 dengan luas bangunan ±397 m²
4. Lantai Atap dengan luas bangunan ±382 m²
Adapun fungsi bangunan tersebut beberapa
diantaranya dipergunakan untuk :
- Gedung Perkantoran
- Aula
- Ruang Kelas
- Tempat Ibadah
k. Struktur atap : Baja
l. Struktur bawah : Tiang pancang beton K-300 dengan S = 32 Cm
m. Waktu Pelaksanaan : 365 Hari Kalender
n. Masa Pemeliharaan : Tidak ada waktu

23
1.5. Pendanaan
Pendanaan pada Pembangunan Gedung Shekinah Semarang ini didanai
oleh Yayasan Shekinah Kota Semarang. Kontraktor mengambil dana ke
pemilik proyek sesuai prosentase pekerjaan yang terlaksana.

1.6. Ruang Lingkup

Pada Proyek Pembangunan Gedung Shekinah Semarang ini yang dapat


penyusun amati di lapangan adalah pekerjaan pemasangan kolom, balok dan
plat lantai karena terbatasnya waktu pelaksanaan kerja praktek. Masa Kerja
Praktek yang dilaksanakan adalah selama 3 bulan terhitung mulai tanggal 30
April 2018 sampai dengan 29 Juli 2018 berdasarkan Surat Perintah Kerja
Praktek (SPKP) nomor : 820/USM.H4.FT./I/2018 dari Ketua Program Studi
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Semarang. Karena keterbatasan
waktu Kerja Praktek maka penyusun tidak dapat melakukan pengamatan secara
menyeluruh sehingga penyusun membatasi masalah-masalah yang akan
dibahas hanya pada bagian-bagian pekerjaan yang berlangsung selama kurun
waktu pelaksanaan Kerja Praktek saja, termasuk di dalamnya administrasi
proyek.

Metode penyusunan laporan ini berdasarkan pada:


1. Pengamatan dan peninjauan langsung di lapangan dengan cara ini
diharapkan mendapat secara langsung dan cara-cara pelaksanaan secara
nyata.
2. Tanya jawab dan penjelasan-penjelasan dari pihak-pihak terkait dalam
pembangunan proyek tersebut antara lain :
a. Pimpinan Proyek
b. Pelaksana Proyek
c. Pengawas Proyek
d. Literatur, gambar-gambar kerja, dokumentasi, dan sumber lain berupa
buku pendukung.

24
Obyek pekerjaan yang diamati selama Kerja Praktek adalah pekerjaan
struktur atas pada pekerjaan pembesian, pemasangan bekesting dan pekerjaan
pengecoran kolom, pengecoran balok dan plat lantai, pemasangan scaffolding,
dan pekerjaan pendukung lainya pada proyek tersebut.
1.7. Sistematika Penulisan Laporan

Laporan Kerja Praktek ini berisikan tentang gambaran pelaksanaan


pembangunan Gedung Shekinah Semarang yang telah dialami penyusun
selama tiga bulan menganalisis dan juga mengumpulkan data-data teknis dari
proyek ini guna kelengkapan dalam penyusunan laporan.
Gambaran laporan kerja praktek secara jelas telah penyusun susun dalam
bab-bab meliputi hal-hal sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan,
berisi mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi proyek, data teknis,
ruang lingkup, serta sistematika penulisan laporan Kerja Praktek.
Bab II. Organisasi Proyek,
berisi tentang uraian umum, organisasi dan manajemen proyek dan hubungan
kerja pengelola dengan pelaksana proyek.
Bab III. Perencanaan,
berisikan kriteria perencanaan, tinjauan perencanaan struktur, dan perencanaan
mekanikal elektrikal dan plumbing.
Bab IV. Pelaksanaan,
bahan-bahan dan peralatan selama proyek dilaksanakan yang meliputi dari
bahan konstruksi dan peralatan kerja.
Bab V. Kesimpulan dan Saran,
berisikan kesimpulan dari penyusunan laporan kerja praktek, juga berisikan
saran-saran yang dapat memberikan manfaat bagi penyusun maupun pihak-
pihak yang terkait pada pelaksanaan proyek.

25
BAB II
ORGANISASI PROYEK

2.1. Uraian Umum


Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang memiliki dimensi waktu, biaya,
dan mutu untu k mewujudkan suatu rencana. Agar pelaksanaan suatu proyek dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu, biaya, dan mutu yang ditetapkan perlu
dibentuk suatu sistem organisasi kerja yang dapat mengatur seluruh kegiatan yang
terlibat.
Pelaksanaan pembangunan diartikan sebagai melakukan pekerjaan pada suatu
lokasi sedemikian hingga pembangunan terwujud. Proses yang perlu dipikirkan
dalam hubungan dengan proses pembangunan, dimana cukup banyak profesi yang
aktif dan macam-macam bahan yang digunakan. Ditujukan agar semua pihak baik
yang tinggi sampai yang rendah dapat melakukan tugasnya sebagai suatu tim.
Setiap orang harus mendapatkan penjelasan yang jelas dan saling bekerja sama,
hingga dapat memanfaatkan kepastian seefektif mungkin.
Organisasi kerja merupakan suatu kesatuan kerja yang dilakukan oleh
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu, yang diatur sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan keahlian orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Proses manajemen sangat berperan dalam organisasi kerja karena pada
hakekatnya berfungsi untuk mengelola dan mengatur tiap-tiap anggota organisasi
kerja sehingga dapat memainkan peranan secara efektif, yang pada akhirnya
menentukan keberhasilan suatu proyek. Hal ini terutama sekali pada
proyek yang berskala besar karena banyak hal yang terkait dalam pelaksanaan
proyek. Sasaran proyek dimaksudkan untuk menghasilkan suatu bangunan yang
dapat dipertanggunng jawabkan dalam arti berkualitas dan sesuai yang diharapkan
pemilik proyek.
Manajemen proyek sangat berpengaruh dalam hal ini, dengan manajemen kita
dapat merencanakan dan mengendalikan waktu perencanaan, pelaksanaan dan
supervision sehingga sesuai dengan tujuan akhir.

26
Adapun tujuan akhir manajemen proyek adalah :
1. Tepat waktu
2. Tepat kuantitas (dimensi proyek).
3. Tepat kualitas (standart mutu).
4. Tepat biaya (sesuai biaya rencana)

2.2. Organisasi dan Manajemen Proyek


Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang memiliki dimensi waktu, biaya,
dan mutu. Keberhasilan didalam suatu proyek diukur berdasarkan tiga hal yaitu
tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu. Proyek merupakan suatu kegiatan yang
memiliki awal dan akhir dalam mewujudkan gagasan yang timbul, dalam proyek-
proyek yang besar masalah yang dihadapi semakin besar dan juga kompleks.
Manajemen yang baik dan teratur dalam suatu proyek dapat menunjang
keberhasilan dan kelancaran proyek hingga tujuan dari proyek dapat tercapai sesuai
yang diharapkan.
Pada proyek Pembangunan Gedung Shekinah Semarang, pemilik proyek
didukung oleh Konsultan Perencana dan Kontraktor Pelaksana Proyek.
Badan-badan unsur pendukung dari proyek tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pemilik Proyek Yayasan Shekinah Kota Semarang
b. Konsultan Perencana Yayasan Shekinah Kota Semarang
c. Kontraktor Pelaksana PT. SEKAWAN TRIASA
Owner/ Konsultan
Perencana/Konsultan Pengawas
Yayasan Shekinah
Kota Semarang

Kontraktor Pelaksana
PT. SEKAWAN TRIASA
Semarang

Gambar 2.1. Skema Hubungan Kerja Pengelola Proyek

27
Keterangan :
= Garis Perintah
= Garis Koordinasi
2.2.1 Pemilik Proyek
Pemilik Proyek (owner) merupakan badan swasta yang mempunyai
kepentingan untuk mendirikan bangunan dan mempunyai kesanggupan
untuk menyediakan dana untuk merealisasikan proyek tersebut. Pemilik
Proyek akan mempercayakan kepada pihak lain yaitu perencana dan
kontraktor untuk membantu dalam merancang bangunan yang akan
dibangun. Bidang-bidang yang diserahkan kepada perencana tergantung
pada banyaknya bidang yang terlibat. Perencana yang digunakan pada
Proyek Gedung Shekinah Semarang ada 5 macam, yaitu: perencanaan
struktur, perencanaan arsitektur, perencanaan mechanical, electrical dan
plumbing. Perencana dapat dipilih dengan penunjukan langsung.
Setelah perencana dapat merealisasikan serta menghitung biaya yang
dibutuhkan, pemilik proyek sekaligus konsultan perencana akan melakukan
pelelangan pekerjaan dengan metode penunjukkan langsung untuk
menentukan kontraktor pelaksana yang akan mengerjakan.
Sebagai pemilik proyek yaitu Yayasan Shekinah Kota Semarang
memiliki tugas sebagai berikut:
1. Mengusahakan dan menyediakan dana bagi pelaksana proyek
2. Mengadakan pelelangan pekerjaan atau penunjukan secara
langsung
3. Memilih dan menentukan pihak kontraktor yang akan
melaksanakan proyek tersebut.
4. Memberikan keputusan terhadap perubahan waktu pelaksanaan
dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan yang
diberikan oleh konsultan supervisi maupun perencana
5. Menetapkan pekerjaan tambahan pada proyek yang sedang
dilaksanakan atas saran kontraktor

2.2.2 Konsultan Perencana


Konsultan Perencana merupakan pihak yang dipercaya oleh pemilik

28
proyek untuk membantu dalam mewujudkan idenya dalam bentuk
perencanaan arsitektur, struktur, biaya, dan mekanika, elektrikal dan
plumbing. Adapun pihak-pihak yang merupakan perencana adalah sebagai
berikut : Perencana Struktur, Perencana Arsitektur, Perencana MEP
(Mechanical, Elektrical dan Plumbing). Dalam hal ini Pemilik proyek
adalah Yayasan Shekinah Kota Semarang sekaligus merangkap sebagai
konsultan perencana.
2.2.3 Kontraktor Pelaksana
Kontraktor Pelaksana adalah suatu badan atau perorangan yang
menerima pekerjaan dan melaksanakan sesuai dengan gambar rencana kerja
dan syarat-syarat yang telah ditetapkan dan disepakati oleh kedua belah
pihak. Kontraktor dalam hal ini telah ditunjuk sebagai pemenang lelang dan
telah diberi surat pelulusan dan sudah melakukan penandatanganan surat
perjanjian pemborongan dengan pemilik proyek.
Kontraktor yang berperan dalam proyek Pembangunan Gedung
Shekinah Semarang pada saat penyusun melaksanakan Kerja Praktek adalah
PT. SEKAWAN TRIASA. Secara umum kontraktor pelaksana mempunyai
tugas dan wewenang antara lain :
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak yang
telah disepakati
b. Mematuhi segala petunjuk yang diberikan oleh pemilik sekaligus
konsultan perencana
c. Menyerahkan gambar-gambar kerja dan metode kerja sebelum
pekerjaan dimulai
d. Mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan apabila
dikehendaki oleh pemilik proyek
e. Melaporkan rencana kerja dan hasil kegiatan serta sumber dana
f. Bertanggung jawab atas kebenaran dan kesempurnaan proyek
g. Membuat laporan harian, mingguan dan bulanan
h. Membayar ganti rugi akibat kecelakaan kerja, kecuali disebabkan
kelalaian pemilik proyek atau diluar jam kerja.

2.3. Hubungan Kerja Pengelola Dengan Pelaksana Proyek

29
Untuk mencapai tujuan yang direncanakan, suatu proyek harus memiliki
pengelola yang dapat melaksanakan pekerjaannya masing-masing dengan baik. Hal
ini sangat penting karena pengelola proyek adalah satu kunci keberhasilan suatu
proyek.
Hubungan antara pihak-pihak yang terkait dalam proyek, dalam hal ini
hubungan antara pemilik, konsultan supervisi, perencana, kontraktor adalah sebagai
berikut :
2.3.1 Hubungan Kontrak
Yang dimaksud dengan hubungan kontrak adalah hubungan antara dua
belah pihak mengenai suatu perjanjian suatu pekerjaan dengan imbalan
sejumlah uang tertentu. Satu pihak mempunyai kewajiban untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan, dan pihak lainnya mempunyai kewajiban
membayar sejumlah uang dengan perjanjian yang disepakati.
Dalam proyek Pembangunan Gedung Shekinah Semarang hubungan
ini terdapat antara pemilik proyek dengan kontraktor.
2.3.2 Hubungan Koordinasi
Yang dimaksud dengan hubungan koordinasi adalah hubungan antara
dua pihak mengenai koordinasi dan pelaksanaan suatu pekerjaan tanpa ada
kaitannya dengan pembayaran. Di pihak kontraktor melaksanakan pekerjaan
yang harus dilaksanakan dan di pihak pemilik proyek melakukan
pengawasan atas pekerjaan tersebut.
2.3.3 Hubungan Kerja Antar Unsur Organisasi Proyek
Kedua unsur proyek ini mempunyai hubungan kerja satu sama
lainnya di dalam menjalankan perannya masing-masing. Hubungan kerja
ada dapat bersifat hubungan kontrak, hubungan koordinasi maupun
perintah. Dari skema Gambar 2.1 diatas dapat dijelaskan hubungan kerja
diantara keempat unsur proyek tersebut sebagai berikut :
a. Pemilik Proyek dan Kontraktor Pelaksana
Diantara keduanya terdapat hubungan kontrak, dimana konsultan
perencana memberikan perencanaan pekerjaan proyek, sedangkan
kontraktor pelaksana bertugas untuk melaksanakan pekerjaan proyek
sesuai dengan perencanaan. Kontraktor pelaksana berkewajiban
melaksanakan pekerjaan proyek dengan baik dan memuaskan

30
pemilik proyek pada waktu penyerahan pekerjaan. Sebaliknya
pemilik proyek berkewajiban untuk membayar seluruh biaya
pelaksanaan kepada kontraktor pelaksana agar proyek dapat berjalan
dengan lancar.

2.3.4 Rapat Organisasi


Rapat organisasi adalah merupakan pertemuan yang diadakan dan
dihadiri oleh kontraktor, pemilik proyek sekaligus pihak perencana untuk
mengadakan koordinasi lebih lanjut pada penanganan proyek. Dalam rapat
ini sebagai media untuk membahas masalah-masalah yang terjadi dan
rencana penyelesaiannya. Rapat ini diadakan dengan sebelumnya dengan
mengatur jadwal pertemuan, namun pada kondisi tertentu rapat ini diadakan
di luar waktu biasanya, bila salah satu pihak memerlukannya.
Masalah-masalah yang dibahas dalam rapat ini antara lain :
o Kesulitan yang dihadapi pihak kontraktor dalam pelaksanaan di
lapangan
o Alternatif-alternatif dari pelaksanaan proyek dan masalah-
masalah lain yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek
secara teknis dalam detail yang lebih terperinci dan jelas
o Prestasi fisik yang telah dicapai berdasarkan laporan yang telah
dibuat
o Permasalahan atau macam-macam kesulitan yang menjadi faktor
penghambat dan alternatif penanggulangannya.
2.4. Pengendalian Proyek
Dalam pelaksanaan suatu proyek, pengendalian proyek sangat dibutuhkan
untuk menjaga kelangsungan berjalanya suatu proyek sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan, sehingga tidak terjadi penyimpangan– penyimpangan yang dapat
merugikan proyek. Pengendalian dalam suatu proyek antara lain:
2.4.1. Pengendalian Mutu
Maksud dari pengendalian mutu adalah untuk memeriksa dan
mengawasi apakah semua material maupun hasil pekerjaan sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditenetukan.

31
Pengendalian mutu dilakukan dengan cara memeriksa dilapangan
dan juga mengadakan tes laboratorium. Prosedur pengendalian mutu yang
pertama adalah kontraktor akan memeriksa dimensi-dimensi struktur dalam
hal ini ukuran-ukuran yang digunakan, yang kedua kontraktor memeriksa
mutu bahan material yang digunakan, baik itu bahan baku, bahan olahan
maupun bahan yang terpasang dalam pelaksanaan. Setelah konsultan
perencana setuju dengan kualitas bahan yang digunakan, maka kontraktor
mulai melaksanakan pekerjaanya. Pada akhir pekerjaan, konsultan
perencana sekaligus pemilik proyek kembali memeriksa hasil pekerjaan dan
bila tidak sesuai dengan rencana, maka kontraktor harus mempertanggung
jawabkanya.
Pengujian di laboratorium meliputi :
1) Pengujian Beton
a. Pengujian kekentalan beton (slump)
Slump pada dasarnya merupakan salah satu pengetesan sederhana
untuk mengetahui workability beton segar sebelum diterima dan
diaplikasikan dalam pekerjaan pengecoran. Workability beton
segar pada umumnya diasosiasikan dengan :
 Homogenitas atau kerataan campuran adukan beton segar
(homogenity)
 Kelekatan adukan pasta semen (cohesiveness)
 Kemampuan alir beton segar (flowability)
 Kemampuan beton segar mempertahankan kerataan dan
kelekatan jika dipindah dengan alat angkut (mobility)
 Mengindikasikan apakah beton segar masih dalam kondisi
plastis (plasticity)
Namun selain besaran nilai slump, yang harus diperhatikan untuk
menjaga kelayakan pengerjaan beton segar adalah tampilan visual
beton, jenis dan sifat keruntuhan pada saat pengujian slump
dilakukan. Slump beton segar harus dilakukan sebelum beton
dituangkan dan jika terlihat indikasi plastisitas beton segar telah
menurun cukup banyak, untuk melihat apakah beton segar masih
layak dipakai atau tidak.

32
b. Pengujian kuat tekan beton
Kekuatan Tekan Beton adalah besarnya beban persatuan luas,
yang menyebabkan benda uji beton hancur apabila dibebani
dengan gaya desak tertentu. Kekuatan silinder tidak menunjukkan
sifat yang sama persis dengan benda uji berbentuk kubus.
Kuat tekan beton dinyatakan dalam f’c→ kekuatan tekan
minimum beton dalam Mpa dari hasil pengujian benda uji
berbentuk silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm
pada hari ke 28 benda uji dibuat. Ini Mengacu pada SNI 03-2847-
2002 yang merujuk pada ACI (American Concrete Institute)
dimana 1 MPa= 10 kg/cm2. Karakteristik mutu beton yakni
menyatakan kekuatan tekan karakteristik minimum. K-250
menyatakan kekuatan tekan karakteristik minimum adalah 250
kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan kubus
beton ukuran15x15x15 cm. Mengacu pada PBI 71 yang merujuk
pd standar eropa lama.
Perbandingan fc’ dan K
1. Kubus 15x15x15 cm= 1,00
2. Kubus 20x20x20 cm= 0,95
3. Silinder 15x30 cm= 0,83
1 Mpa= 10 kg/cm2
Contoh perhitungan :
1. Mutu beton fc’ 25 Mpa, mutu beton K berapa ?
K… = 25 *10*(1/8,3) = 300,12 kg/cm2 ≈ K-300
2. K-300, fc’=…. fc’ = 300*(1/10)*(8,3/1) = 24,9 ≈ 25 Mpa
Kuat desak beton akan bergantung pada:
a. Jumlah dan jenis semen/PC, jumlah yang optimal akan lebih
baik
b. Jenis, jumlah dan gradasi agregat, terutama gradasi butiran
kerikil
c. Jumlah air
Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) yakni :

33
a. Kuat tekan beton yang disyatatkan (fc’) ditetapkan sesuai dengan
persyaratan perencanaan struktur dalam Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS)
b. Kuat tekan minimal beton
c. Kuat tekan beton dari (a) dan (b) diambil yang terbesar sebagai fc’
2.4.2. Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu pelaksanaan pekerjaan bertujuan agar proyek
dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Pada proyek ini
pengendalian waktu didasarkan pada :
 Time Schedule atau Kurva S
Time Schedule dan Kurva S dibuat dengan tujuan agar tahapan
pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana
waktu. Dengan demikian dapat dilakukan pengontrolan apabila ada
keterlambatan masing-masing tahapan pekerjaan yang berisikan hubungan
antara kemajuan pekerjaan (persen) dengan waktu pelaksanaan dalam satuan
waktu. Hal ini dapat diperoleh dengan menjumlahkan masing-masing bobot
pekerjaan, sampai diperoleh hasil akhir 100% dan hasil komulatif untuk
masing-masing satuan waktu dibuat dalam satu koordinat. Dengan
komulatif sebagai sumbu Y dan waktu sebagai sumbu X.
Kemajuan pekerjaan dilapangan juga dibuat dalam kurva S
disampong kurva S rencana. Jika kurva S pelaksanaan berbeda dengan
kurva S rencana berarti pekerjaan mengalami keterlambatan dan sebaliknya
jika pekerjaan lebih cepat dari yang direncaakan dan diusahakan sesuai
dengan schedule yang ada dan dalam pengawasanya disusun dalam laporan
harian, mingguan, dan bulanan.
2.4.3. STRUKTUR ORGANISASI PROYEK
Berikut Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana proyek
Pembangunan Gedung Shekinah Kota Semarang :
Project Manager : Bambang Listijanto
Site Manager, Pelaksana : Darmanto
Admin Teknik, Logistik : Jungkar

34
BAB III
PERENCANAAN

3.1. Tinjauan Umum


Tercapainya hasil karya teknik suatu rekayasa bangunan dilatarbelakangi
adanya proses perencanaan yang kompleks, oleh karena itu sebelum pelaksanaan
Pembangunan Gedung Shekinah Semarang,ini mutlak perlu dibuat perencanaannya
terlebih dahulu. Perencanaan ini dibuat karena banyak sekali faktor yang perlu
diperhatikan serta dipertimbangkan guna memenuhi segala persyaratan yang
diperlukan bagi berdirinya suatu bangunan dan sesuai dengan kegunaannya.
Perencanaan merupakan pekerjaan awal yang paling menentukan keberhasilan
suatu proyek.
Perencanaan arsitektur merupakan tahap awal dari perencanaan bangunan,
termasuk di dalamnya perencanaan interior, eksterior, dan utilitas. Setelah
perancangan arsitektur disetujui oleh pihak pemilik, dilanjutkan dengan
perencanaan struktur untuk mengihitung kekuatan gedung.
Pembangunan Gedung Shekinah Semarang, ini menggunakan kriteria
perencanaan antara lain, dalam hal :
1. Perencanaan Gedung
Struktur bangunan yang direncanakan harus mampu menahan beban,
baik beban vertikal (beban mati dan hidup) yang direncanakan serta berat
sendiri bangunan, tanpa mengalami perubahan bentuk yang berarti. Dalam
perencanaan proyek Pembangunan Gedung Shekinah Semarang ini,
dilakukan secara bertahap yaitu tahap pekerjaan pondasi, struktur, dan
finishing didasarkan pada pedoman perancangan sebagai berikut:
a. Perhitungan konstruksi beton bertulang didasarkan SNI–03–2847–2013
b. Penetapan pembebanan didasarkan pada SNI 03-1727-1989-F
c. Mutu beton direncanakan dengan K-250 dan mutu besi tulangan ø22mm,
ø 19mm, ø16mm, ø13mm (Tulangan Ulir)
d. Mutu beton direncanakan dengan K-250 dan mutu besi tulangan ø12mm,
ø10mm, ø8mm(Tulangan Polos)
e. Untuk komponen-komponen pokok konstruksi, penyelesaian
perhitungannya dengan bantuan personal computer (PC)

35
f. Di dalam perhitungan ini juga mengacu pada peraturan-peraturan lain
yang masih relevan selain peraturan yang disebutkan diatas
g. Peraturan umum tentang pelaksanaan Instalasi Air Minum serta Instalasi
Pembuangan dan Perusahaan Air Minum
h. Peraturan Tentang Instalasi Listrik (PUIL-2000)
2. Biaya / Dana
Pembangunan Gedung Shekinah Semarangini sepenuhnya dibiayai
oleh Yayasan Shekinah Kota Semarang.Dalam perencanaan, suatu
konsultan perencana harus merencanakan dana yang disediakan untuk suatu
proyek yang ditangani, sehingga dapat ditentukan beberapa alternatif
perencanaan dengan harga yang relatif murah tanpa mengabaikan kekuatan,
keindahan, dan keamanan konstruksi.
3. Kekuatan Konstruksi
Pembangunan Gedung Shekinah Semarang ini konstruksinya
dihitung oleh Yayasan Shekinah Kota Semarang, dengan memperhitungkan
kondisi tanah, tegangan dan beban yang bekerja. Kekuatan konstruksi harus
sudah teruji terhadap hal-hal yang mungkin menimpa pada bangunan
tersebut diantaranya :
a. Penyelidikan tanah (Soil Investigation)
Untuk mengetahui daya dukung tanah dilakukan beberapa hal
diantaranya yaitu sondir, boring, grain size, dan uji laboratorium.
b. Kekuatan beton dan kolom
Mutu beton dan kolom adalah beton ready mix K-250. Tulangan
menggunakan baja ulir. Sambungan tulangan kolom disediakan pada
panjang tulangan kolom yang tidak mencukupi. Sambungan diletakan
pada posisi dimana kolom menerima gaya momen lebih kecil. Dimana
baja tulangan yang telah dipakai diuji kekuatannya.
c. Kekuatan bangunan terhadap gempa
Struktur harus direncanakan untuk menahan suatu gaya geser dasar
horizontal total akibat gempa.
4. Kenyamanan Pemakai
Kenyamanan pemakai juga diperhitungkan dalam pembangunan
Gedung Shekinah Semarang ini, antara lain dengan pengaturan ventilasi

36
udara, pencahayaan yang baik sinar matahari maupun lampu ruangan, dan
fasilitas-fasilitas penunjang lainnya.
5. Perawatan bangunan
Perencanaan pembangunan Gedung Shekinah Semarang ini tidak
hanya berhenti pada tahap penyelesaian saja, tetapi juga memperhatikan
perawatannya. Hal ini penting agar fungsi bangunan dapat bertahan dalam
umur yang relatif panjang. Selain itu perawatan bangunan juga dapat
membuat para pengunjungmerasa nyaman.
6. Lokasi bangunan
Perencanaan lokasi Proyek Pembangunan Gedung Shekinah
Semarang ini disesuaikan dengan tujuan dibangunnya gedung tersebut.
Perencanaan suatu bangunan meliputi :
d. Sirkulasi udara
e. Pencahayaan ruangan
f. Letak tangga
g. Bahan finishing

3.2. Tinjauan Perencanaan Struktur


Struktur bangunan yang direncanakan mampu menahan beban, baik beban
vertikal (beban mati dan beban berguna) maupun beban horisontal (beban gempa)
yang direncanakan serta berat sendiri bangunan, tanpa mengalami perubahan
bentuk yang berarti. Dalam perencanaan Proyek Pembangunan Gedung Shekinah
Semarang ini, dilakukan secara bertahap yaitu tahap pekerjaan pondasi, struktur,
dan finishing.
Perencanaan struktur bangunan terdiri dari dua bagian utama struktur bawah
(Sub structure) dan struktur atas (Upper structure). Namun pada laporan kerja
praktek ini hanya dibahas bagian Upper structure sesuai ruang lingkup kerja
praktek.
Struktur atas (Upper structure) adalah bagian dari struktur yang berfungsi
menerima beban mati, baban hidup, berat sendiri struktur dan beban–beban lainnya
yang direncanakan. Selain itu struktur bangunan atas harus mampu mewujudkan
perencanaan arsitektur sekaligus harus mampu menjamin segi keamanan dan
kenyamanan serta ekonomis.Bahan–bahan yang digunakan dalam bangunan ini

37
harus mampu mempunyai kriteria perencanaan antara lain :
1) Kuat
2) Tahan api (untuk struktur utama)
3) Awet dalam jangka waktu umur rencana
4) Mudah didapat dan diaplikasikan
5) Ekonomis (kualitas baik, harga rendah serta mudah
pemeliharaannya)
Prosedur dan ketentuan umum perancangan struktur atas merujuk pada SNI
03 – 1726 - 2002 tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan dan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung dengan
memperhitungkan beberapa ketentuan umum, antara lain :
1) Gempa Rencana dan Kategori Gedung
Gempa rencana ditetapkan dengan periode ulang 500 tahun sehingga
probabilitas terjadinya terbatas pada 10% selama umur gedung yaitu 50 tahun.
Pengaruh gempa rencana ini harus dikalikan oleh suatu faktor keutamaan
gedung. Faktor keutamaan ini tergantung pada berbagai kategori gedung dan
bangunan sesuai SNI 03-1726-2002.

Tabel 3.1. Faktor Keutamaan Berbagai Kategori Gedung atau Bangunan

Sumber : SNI 03-1726-2002

2) Pembebanan Struktur
Untuk pembebanan yang diperhitungkan dalam perencanaan adalah :

a) Beban Mati (D)


Beban mati adalah berat dari semua bagian bangunan gedung yang
bersifat tetap, termasuk peralatan tetap yang tidak dapat terpisahkan dari
38
gedung.Beban mati untuk gedung diatur dalam SNI 03-1727-1989-F.

Tabel 3.2. Besar Beban Mati Untuk Komponen Bangunan


Berat jenis dalam satuan luas
Komponen
(Kg/m2)
Batu bata 250
Langit-langit (tidak termasuk 11
penggantung)
Struktur penggantung langit – langit 7
Tegel semen 10
Keramik ( tidak termasuk mortar ) 24
Struktur atap baja 10 + 0,8 L
Mortar ( per 1 cm) 21
Sumber data : SNI 03-1727-1989-F

Tabel 3.3.Besar Beban Mati Untuk Material Bangunan


Berat jenis dalam satuan volume
Material
(Kg/m3)
Beton tanpa tulangan 2200
Beton bertulang 2400
Baja 7850
Kayu 1000
Pasir 1600
Sumber data : SNI 03-1727-1989-F

b) Beban Hidup (L)


Berat semua beban yang terjadi akibat penggunaan dari gedung tersebut,
termasuk peralatan yang sering berpindah posisi sehingga mengakibatkan
perubahan pada pembebanan yang ada.

39
Tabel 3.4. Besar Beban Hidup Untuk Struktur Bangunan
Berat jenis dalam satuan luas
Komponen
(Kg/m2)
Beban hidup pada atap 100
Lantai rumah tinggal 200
Lantai sekolah, perkantoran, hotel,asrama,
200
pasar dan rumah sakit
Panggung penonton 500
Lantai ruang olahraga, pabrik, bengkel,
gudang, tempat orang berkumpul,
400
perpustakaan, toko buku, masjid, gereja,
bioskop, ruang mesin/alat
Balkon, tangga 300
 Lantai gedung parkir :
- Lantai bawah 800
- Lantai atas 400
Sumber data : SNI 03-1727-1989-F

c) Beban Angin (W)


Beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan-tekanan dari gerakan
angin. Besarnya tekanan diambil minimum 25 kg/m²,dan ditepi laut
hingga 5 km dari pantai harus diambil minimum 40 kg/m². Jika ada
kemungkinan tekanan lebih besar dari 40 kg/m² maka harus diambil
sebesar p = v²/16

d) Beban Gempa (E)


Mencakup semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa
tersebut.

Perencanaan struktur yang akan dibahas di bab ini meliputi:


1) Kolom

40
2) Balok
3) Plat lantai

3.2.1. Perencanaan Pondasi


Pondasi merupakan struktur dari bangunan yang berfungsi untuk
memikul beban vertikal dan beban horisontal,baik yang berasal dari beban
tetap, maupun beban sementara. Dimensi pondasi dirancang bervariasi
menurut beban yang diterimanya. Dalam hal ini jenis pondasi yang
digunakan adalah pondasi tiang pancang dan pondasi cakar ayam atau
footplate. Pondasi tiang pancang adalah bagian dari konstruksi yang dibuat
dari beton yang digunakan untuk menyalurkan beban-beban permukaan
ketingkat permukaan yang lebih rendah dalam masa tanah, dimana pondasi
tiang pancang ini digunakan untuk mendukung bila lapisan kuat terletak
sangat dalam. Ukuran tiang pancang yang digunakan adalah tiang pancang
dengan mutu beton K-300 dengan penampang segitiga 32 Cm.Tiang
pancang berbentuk penampang segitiga berukuran 32 cm. Dalam satu titik
kolom didukung oleh 4 buah tiang pancang dengan kedalaman 20
meter.Terdapat dua jenis dimensi footplate yang dipakai, yakni ukuran
150x150 dan 120x150.
Footplate pada bangunan ini yaitu berbentukpersegi. Footplate
sendiri termasuk dalam jenis pondasi dalam. Detail ukuran
footplateditunjukkan pada tabel 3.5 sebagai berikut:

Tabel 3.5.Data Pondasi Footplate


TIPE FOOTPLATE DIMENSI TUL.POKOK
FP 150X150 32Ø16
FP 120X150 32Ø16
Sumber data : Data diambil dari Proyek

3.2.2. Perencanaan Kolom

41
Kolom merupakan struktur utama dari bangunan portal yang berfungsi
untuk memikul beban vertikal, beban horisontal, maupun momen, baik yang
berasal dari beban tetap, maupun beban sementara. Dimensi kolom
dirancang bervariasi menurut beban yang diterimanya. Macam kolom ada 2
(dua) macam, yaitu kolom praktis yang dipasang tanpa perhitungan, serta
kolom struktur.
Kolom-kolom struktur pada bangunan ini yaitu berbentukpersegi
panjang. Detailnya ditunjukkan pada tabel 3.5 sebagai berikut:

Tabel 3.6.Data Kolom


TIPE KOLOM DIMENSI TUL.POKOK BEGEL
KOLOM K1 500X500 4Ø22 ; 12Ø19 Ø10-100
KOLOM K2 500X500 16Ø19 Ø10-100
KOLOM K3 450X450 12Ø19 Ø10-150
Sumber data : Data diambil dari proyek

3.2.3. Perencanaan Balok


Balok berfungsi memikul beban yang diterima oleh pelat, balok anak
dan beban lain yang bekerja diatasnya, serta kemudian akan diteruskan ke
kolom. Dimensi balok bervariasi tergantung pada besarnya beban yang
bekerja. Pada perencanaan balok, balok direncanakan menahan gaya lintang,
normal, momen, dan puntir yang mungkin bekerja pada balok tersebut.

Sedangkan dengan adanya balok anak dapat membantu balok induk


dalam menyalurkan beban ke kolom. Sehingga kekuatan bangunan ini tetap
terjaga, begitu juga dengan segi arsitekturnya yang masih diperhatikan.
Bahan konstruksi yang digunakan untuk balok adalah beton bertulang.
Proyek Pembangunan Gedung Shekinah Semarangini terdapat dimensi dan
model balokyang berbeda-beda, namun secara umum dalam perencanaan
balok tersebut masing-masing memiliki spesifikasi sebagai berikut:

 Mutu Beton : K-250


 Karakteristik tulangan : U-32
 Tipe dan dimensi balok :Ada beberapa tipe balok, untuk lebih jelasnya
dapatdilihat pada lampiran tabel berikut.

42
Tabel 3.7. Data Balok Konsul
TULANGAN
TIPE BALOK DIMENSI SENGKANG
Tul.Atas Tul.Bawah

BK 250X650 6Ø16 3Ø16 Ø10-100

BL 150X800 4Ø12 6Ø8 Ø8-150

Sumber data : Data diambil dari proyek


Tabel Data BALOK 3.6
TULANGAN
SENGKANG
TIPE BALOK DIMENSI JENIS BALOK TUMPUAN LAPANGAN TULANGAN EXTRA
Tul. Atas Tul. Bawah Tul. Atas Tul. Bawah Tumpuan Lapangan
B1 200X300 BALOK ANAK 3Ø13 3Ø13 3Ø13 3Ø13 8Ø150 8Ø150
B2 250X650 BALOK INDUK 6Ø16 3Ø16 3Ø16 6Ø16 10Ø100 10Ø100
B3 250X500 BALOK INDUK 5Ø16 3Ø16 3Ø16 5Ø16 10Ø100 10Ø100
B4 200X400 BALOK ANAK 6Ø16 3Ø16 3Ø16 6Ø16 8Ø100 8Ø100
B5 300X700 BALOK INDUK 8Ø19 4Ø19 8Ø19 4Ø19 2Ø16 8Ø100 8Ø100
Sumber data : Data diambil dari proyek

3.2.4. Perencanaan Plat Lantai


Platlantaiatau slab merupakan suatu konstruksi yang menumpang pada
balok. Pada proyek ini plat lantai dibuat monolit dengan balok sehingga
diasumsikan terjepit pada keempat sisinya. Plat lantai ini memiliki model
atau bentuk yang berbeda-beda, namun secara umum plat lantai pada proyek
ini memiliki ketebalan rata- rata 12 cm.
Plat lantai direncanakan mampu menahan beban mati dan beban hidup
pada waktu pelaksanaan konstruksi maupun pada waktu gedung
dioperasikan, serta berfungsi sebagai diafragma untuk menjaga kestabilan
konstruksi, atau dapat disimpulkan fungsi dari plat lantai tersebut sebagai
berikut :
1. Memisahkan ruangan bangunan secara horizontal,
2. Menahan beban yang bekerja padanya, dan
3. Menyalurkan beban ke balok di bawahnya.
Konstruksi ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Mutu Beton : K-250
b) Karakteristik tulangan : U-32
43
3.3. Perencanaan Mekanikal Elektrikal dan Plumbing
Perencanaan mekanikal dan elektrikal adalah perencanaan yang diperlukan
untuk fasilitas bangunan yang berkaitan dengan fungsi dari bangunan tersebut
sebagai gedung parkir. Dalam hal ini adalah mesin dan listrik, seperti : instalasi
listrik, air conditioner, fire hydrant, genset, penangkal petir, alarm tanda bahaya
dan lain-lainnya yang harus tersedia pada bangunan.

Pekerjaan elektrikal pada proyek ini meliputi :


a. Instalasi Penerangan
Perencanaan terhadap tata letak lampu-lampu pada ruangan atau bagian lain
termasuk jenis lampu yang digunakan dan tata cara pemasangankabel.
b. Pekerjaan Plumbing
Kebutuhan air bersih dipenuhi dari PAM. Perhitungan kebutuhan ground
resevoir didasarkan pada kebutuhan air bersih dan air hydrant.Sistem distribusi
air bersih dari top resevoir ke unit-unit plumbing menggunakan sistem
gravitasi. Sedangkan sistem pembuangan air kotoran dari air bekas dibuat
terpisah, yaitu air kotoran dan urinoir dibuang ke septitank, sedangkan air
bekas yang lain dibuang ke drainase luar.
c. Penangkal Petir
Perencanaan peletakan penangkal petir yaitu direncanakan dipasang pada
ujung-ujung atap yang tinggi dan diperkirakan sebagai tujuan arah petir.
d. Sistem Fire Alarm dan Hydrant
Pemasangan fire alarm sebagai standar keamanan pada setiap lantai gedung
dan pemasangan instalasi hydrant bertujuan untuk mengantisipasi dan
merupakan penanggulangan pertama bila sewaktu-waktu terjadi kebakaran.

3.4. Persiapan Alat dan Bahan


3.4.1. Umum
Bahan bangunan dan peralatan kerja adalah hal terpenting yang harus
diperhatikan dalam suatu proyek pembangunan. Pelaksanaan pekerjaan dapat
berjalan sesuai dengan waktu dan mutu yang diharapkan jika kedua
komponen di atas dipersiapkan dengan baik sesuai dengan

44
kebutuhan.Penyediaan bahan konstruksi dan peralatan kerja harus sesuai
dengan Rencana KerjadanSyarat-syarat. Pengaturandan penyimpanan bahan
bangunan dan peralatan menjadi tanggungjawab bagian logistik dan gudang.
Penyesuaian terhadap standard yang berlaku sangat dibutuhkan untuk
memonitor kualitas dan kuantitas seluruh bahan yang digunakan.Oleh karena
itu, pada semua bahan konstruksi dilakukan pengujian baik ditempat asalnya,
di pabrik, dilapangan dandi laboratorium. Kelancaran dan kemudahan
penyediaan bahan sangat berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan
proyek. Sebaiknya bahan bangunan didatangkan dari lokasi yang tidak jauh
dari proyek agar dapat menghemat waktu dan biaya dengan tetap
mengutamakan kualitas dari bahan-bahan tersebut.

Peralatan kerja membantu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang


sulit dikerjakan dengan tenaga manusia. Bahkan ada pekerjaan yang
prosesnya harus dengan bantuan alat kerja. Penggunaan alat kerja dapat
mempercepat waktu pelaksanaan, mempermudah pekerjaan, dan
meningkatkan efektifitas suatu pekerjaan.Oleh karena itu, perawatan dan
pemeliharaan alat kerja harus diperhatikan untuk menghindari kerusakan yang
dapat menghambat proses berlangsungnya suatu pekerjaan.

3.4.2. Sistem Pengadaan Bahan Konstruksi


Rencana kebutuhan bahan konstruksi harus dilakukan dengan
koordinasi yang baik sehingga mutu dan jadwal pemesanan sesuai dengan
agenda yang telah ditetapkan. Untuk bahan-bahan bangunan yang vital atau
penting biasanya dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum proses pemakaian
bahan tersebut. Hal ini dilakukan agar jangan sampai pada hari pemakaian,
bahan tersebut belum tersedia dikarenakan oleh faktor-faktor penghambat,
seperti tidak tersedianya barang di pasaran, pengantaran barang yang
terlambat dll.

45
Kebutuhan bahan konstruksi diusulkan oleh koordinator pelaksana
(superintendent). Kemudian koordinator pelaksana mengajukan kebutuhan
bahan melalui surat permintaan pembelian (SPP) dengan persetujuan dari
Construction Manager. Construction Manager dan Engineering Manager
melakukan proses pengadaan bahan dan melakukan seleksi terhadap bahan
yang ditawarkan supplier. Pemesanan material dilaporkan ke bagian Cost
Control (Commercial Manager) dan harus disetujui oleh Konsultan MK.
Material Manager menerima barang-barang yang telah dipesan kemudian
mengatur penempatan dan penyimpanannya agar mutu bahan tetap optimal.
Berdasarkan berita acara penerimaan, bagian Quality Surveyor (QS) membuat
nota dan menyelesaikan pembayaran dengan pihak supplier.

3.4.3. Bahan-Bahan Konstruksi


Bahan konstruksi yang dipilih dalam pelaksanaan proyek harus
memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan dokumen kontrak. Ada
beberapa faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemesanan bahan

konstruksi, yaitu :
1. Identifikasi jenis dan jumlah material
Pemesanan material didahului dengan proses pengamatan dan
pemilihan material yang sesuai dengan spesifikasi. Setelah mengetahui
spesifikasi material yang digunakan, dilanjutkan dengan penentuan
jumlah material yang dibutuhkan untuk setiap pekerjaan konstruksi.
Perhitungan jumlah kebutuhan material disesuaikan dengan rencana
pekerjaan.
2. Kualitas material
Pertimbangan kualitas material didasarkan pada nama besar
produsen atau supplier yang telah terbukti bermutu baik.
3. Lokasi penyediaan material
Semakin dekatnya lokasi penyediaan material akan memudahkan
pendistribusian material menuju lokasi proyek. Jika material yang
dibutuhkan hanya tersedia pada lokasi yang cukup jauh, maka kontraktor
harus memiliki scheduling pengadaan bahan yang baik. Pihak kontraktor

46
telah memperhitungkan waktu pengiriman yang dibutuhkan sehingga
pelaksanaan pekerjaan konstruksi tidak terhambat. Namun, pihak
supplier umumnya telah membuka cabang-cabang yang berfungsi
sebagai tempat penyediaan di beberapa lokasi sehingga mempermudah
pendistribusian material.
4. Harga material
Harga menjadi hal yang dipertimbangkan karena semakin murah
harga material maka biaya pengeluaran proyek dapat diperkecil. Hal ini
tentu saja akan menguntungkan kontraktor. Namun ketika kontraktor
memutuskan untuk menggunakan material dengan harga termurah, aspek
kualitas tidak boleh diabaikan.
5. Waktu pengiriman
Waktu pengiriman material sejak pemesanan dilakukan juga harus
menjadi pertimbangan. Keterlambatan suplai material akan mengganggu
schedule proyek. Walaupun lokasi supplier dekat dengan proyek, namun
jika pihak supplier tidak cepat merespon pemesanan dan pendistribusian
material maka akan menghambat pelaksanaan pekerjaan.

6. Penyimpanan
Penyimpanan material yang baik adalah sesuai dengan sifat dan
kepekaan material terhadap kondisi lingkungan. Penumpukan material
(stocking material) juga mendapat perhatian khusus sehingga urutan
pemakaian material konstruksi sesuai dengan urutan kedatangan
material.Bahan konstruksi yang digunakan dalam Proyek Pembangunan
Gedung Shekinah Semarang ini adalah sebagai berikut:

3.4.3.a. Agregat Halus


Agregat halus dalam hal ini adalah pasir. Pasir digunakan untuk
pekerjaan non struktural dan struktural. Pasir digunakan untuk pembuatan
lantai kerja, kolom praktis, pembuatan beton decking, bahan repairing beton,

47
dan bahan campuran beton. Adapun syarat-syarat agregat halus menurut SNI
03-1726-2002, antara lain:
1. Pasir terdiri dari butir- butir tajam dan keras. Bersifat kekal artinya
tidak mudah lapuk oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan
hujan.
2. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Lumpur adalah bagian-
bagian yang bisa melewati ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur
lebih dari 5%, maka harus dicuci. Khususnya pasir untuk bahan
pembuat beton.
3. Tidak mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak yang
dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder. Agregat yang
tidak memenuhi syarat percobaan ini bisa dipakai apabila kekuatan
tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang
dari 95% dari kekuatan adukan beton dengan agregat yang sama tapi
dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci dengan air
hingga bersih pada umur yang sama.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 3.1. Pasir

3.4.3.b. Agregat Kasar


Split adalah agregat kasar dengan besar butir lebih dari 3 cm. Split
yang digunakan terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpori.
Besar butiran maksimal yang diijinkan tergantung maksud pemakaiannya

48
seperti halnya dengan semen dan pasir, maka untuk agregat kasar sebagai
campuran beton mempunyai kualitas yang baik. Split ini digunakan untuk
membuat ducting, jadi memenuhi persyaratan yang tertera dalam spesifikasi
teknis, untuk mendapatkan suatu hasil beton yang baik, maka agregat kasar
yang digunakan harus memiliki syarat-syarat yang telah ditetapkan. Syarat
agregat kasar yang digunakan sebagai campuran beton bertulang menurut SNI
03-1726-2002 adalah sebagai berikut :
a. Harus terdiri dari butir-butir keras, tajam, dan tidak berpori
b. Butir-butir split harus bersifat kekal
c. Tidak mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering
d. Agregat kasar yang digunakan pada proyek ini adalah terbuat dari batu
pecah hasil dari batu alam yang dipecah dengan stone crusher.

Sumber : DokumentasiPribadi, 2018


Gambar 3.2. Split

3.4.3.c. Semen
Semen portland digunakan untuk pekerjaan konstruksi, yaitu bahan
campuran beton, pasangan bekisting permanen pada tie beam, plesteran talud
galian, dan pekerjaan lantai kerja. Semen portland yang digunakan harus
semen portland yang memenuhi standard internasional dan persyaratan
Portland CementType 1 yang ditentukan dalam PBBI (Peraturan Beton
Bertulang Indonesia) dan SNI–03–2847–2002 tentang tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung.

49
Pada proyek ini menggunakan semen Tiga Roda. Kemudian semen
prime mortar,digunakan untuk pekerjaan acian dan plester. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam penyimpanan semen, yaitu:
a. Lantai penyimpanan terletak minimal 50 cm di atas tanah atau di atas
genangan air yang mungkin terjadi di atas tanah tersebut.
b. Tinggi tumpukan maksimum 2 m atau 10 sak. Hal ini untuk
menghindari rusaknya semen yang berada pada tumpukan paling bawah
akibat beban berat dalam waktu yang cukup lama.
c. Semen yang dipakai dari 1 merek yang sama untuk suatu konstruksi
atau struktur yang sama, dimana semen tersebut dalam keadaan baru
dan asli, dikirim dalam kantong-kantong semen yang masih disegel dan
tidak pecah.
d. Dalam pengangkutan, semen harus dijaga agar tidak lembab dan
terlindung dari hujan.
e. Setiap pengiriman baru harus dipisahkan dan diberi tanda dengan tujuan
pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengiriman.

Sumber : DokumentasiPribadi, 2018


Gambar 3.3. Semen

3.4.3.d. Baja Tulangan


Baja tulangan yang dipakai pada Proyek Pembangunan Gedung
Shekinah Semarang ini adalah baja ulir dengan diameter 12-22.Baja yang
digunakan sebagai tulangan di dalam proyek ini harus memenuhi ketentuan-

50
ketentuan yang tercantum dalam SNI–03–2847–2002. Kualitas baja yang
digunakan harus diperhatikan agar tegangannya sesuai dengan tegangan yang
dibutuhkan dan bersih dari kotoran-kotoran serta karat. Baja tulangan harus
dibengkokkan atau dibentuk sesuai dengan gambar rencana. Baja tulangan
tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara yang dapat
merusak bahan. Pelaksanaan pembengkokkan baja tulangan harus dalam
keadaan dingin. Baja tulangan harus dipasang dengan teliti sesuai dengan
gambar konstruksi.
Semua baja beton yang dugunakan harus memenuhi syarat-syarat:
a. Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat (retak -
retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
b. Mempunyai penampang yang sama rata.
c. Ukuran disesuaikan dengan gambar-gambar.
d. Baja tulangan di-supply dari satu sumber dan tidak mencampuradukan
bermacam-macam sumber besi beton tersebut untuk pekerjaan
konstruksi.
e. Saat menghubungkan besi beton yang satu dengan lainnya dengan
menggunakan kawat beton, diikat dengan kuat, tidak bergeser selama
pengecoran beton dan tidak menyentuh lantai kerja atau papan bekisting.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 3.4. Baja Tulangan Pada Kolom

51
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 3.5. Baja Tulangan Pada Plat Lantai

3.4.3.e Air
Penggunaan air pada suatu proyek biasanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air untuk curring beton, adukan pembuatan ducting ,dan
kebutuhan bagi para pekerja yang tinggal di lingkungan proyek.Pada saat
pembuatan adukan yang akan digunakan pada struktur utama harus dihindari
penggunaan air tanah, karena kadar garam pada air tanah yang dikandung
belum teruji.
Keperluan air dalam suatu proyek selain memanfaatkan dari air
tanah juga memerlukan pasokan air dari luar proyek bila kebutuhan air sangat
besar, seperti dari PDAM. Air harus bersih, tidak mengandung minyak, dan
bebas dari bahan organik, asam, alkali, garam dan kotoran lain dalam jumlah
yang cukup besar yang dapat merusak beton dan besi tulangan. Untuk
campuran adukan sebaiknya dipakai air yang dapat diminum.

3.4.3.f Beton Ready Mix


Pada proyek–proyek pembangunan dengan skala besar, seperti
Proyek Pembangunan Gedung Shekinah Semarang ini, digunakan jenis beton
siap pakai (ready mix). Beton ready mixadalah beton yang diolah dalam
batching plant dalam jumlah besar sesuai dengan pesanan, baik jumlah,
karakteristik, maupun kekentalannya, yang kemudian diantar ke lokasi
dengan menggunakan mobil mixer truck. Apabila mixer truck tiba di proyek,
teknisi Quality Control (QC) akan memeriksa surat jalan di check point
sebelum ke lokasi pengecoran untuk memastikan:
a.Mutu beton yang benar dan lokasi yang tepat
b. Waktu yang cukup untuk pengecoran sebelum beton itu setting
52
c. Tidak melebihi temperatur yang ditentukan
Penggunaan beton ready mix dimaksudkan untuk mempersingkat
waktu, baik dari segi pembuatan maupun dari segi proses pengeringan beton
dibandingkan dengan pembuatan dengan proses konvensional (manual)
yang memerlukan waktu lama pada proses pembuatan serta membutuhkan
tenaga kerja yang tidak sedikit sehingga mempengaruhi biaya. Pada Proyek
Pembangunan Gedung Shekinah inikebutuhan beton ready mix dipesan dari
PT. Jati Kencana Beton.
Beton ready mix digunakan untuk struktur utama seperti kolom,
balok, plat lantai, dan struktur utama lainnya. Struktur-struktur tersebut
memerlukan beton dengan kekuatan tertentu dan proses pengecoranharus
dilakukan dengan simultan. Sementara untuk penggunaan Concrete Pump
digunakan saat pengecoran lantai 2,3 dan lantai 4.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 3.6. Penuangan Beton Ready Mix

53
3.4.3.g. Multiplek
Multiplekdigunakan untuk bekisting semua bagian dari strukturyaitu
shear wall, kolom, balok, tangga dan pelat lantai. Sebelum pengecoran, bahan
cetakan harus licin, bebas dari celah kotoran, dan multiplekini dilapisi dengan
minyak bekisting dengan tujuan agar pada saat proses pelepasan cetakan dari
beton yang telah mengeras tidak mengalami kesulitan dan didapat permukaan
beton yang halus dan rapi. Penggunaan multipleklebih ekonomis karena dapat
digunakan lebih dari satu kali jika masih dapat dikencangkan dengan baik,
masih kedap air, tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton yang
dicetak, dan dianggap layak oleh pengawas.Dalam proyek ini multiplek yang
digunakan adalah tebal 18mm dengan pemakaian sebanyak tiga kali.

54
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 3.7. Pemasangan Multiplek Untuk Lift, Balok, dan Kolom

3.4.3.h. Kawat Bendrat


Kawat bendrat berfungsi sebagai pengikat rangkaian tulangan-
tulangan antara satu tulangan dengan yang lainnya. Sehingga membentuk
suatu rangkaian rangka elemen struktur yang siap dicor. Kawat bendrat juga
digunakan dalam pemasangan bekisting dan Scaffolding. Kawat ini memiliki
diameter 1 mm dan dalam penggunaanya dipakai tiga lapis kawat supaya
lebih kuat. Dengan adanya pengikat ini, maka besi tulangan dapat menahan
beban yang direncanakan dengan optimal. Agar tujuan tersebut tercapai maka
harus digunakan kawat bendrat dengan kualitas yang baik dan tidak mudah
putus.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 3.8. Kawat Bendrat

3.4.3.i. Paku
Paku yang digunakan dalam proyek sangat beragam ukuran
diantaranya yaitu 2", 3", 4", 5"dan 7". Masing-masing digunakan untuk
pekerjaan begesting kolom, balok, tangga, dan plat lantai.

55
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 3.9. Bahan Paku

3.4.3.j. Beton Decking / Tahu Beton


Beton decking atau tahu beton adalah beton yang digunakan sebagai
pembatas antara selimut beton dan tulangan, terutama pada penulangan plat
lantai, balok, tangga, shear wall dan juga penulangan kolom. Berbentuk
silinder kecildenganketebalanmenyesuaikanukuran selimut beton.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 3.10. Beton Decking/ Tahu Beton

3.4.3.k. Hollow
Hollow yang dipergunakan pada proyek ini digunakan sebagai
bantalan base plate pada Scaffolding, dan beberapa untuk pengikat bekisting.
Hollow di gunakan karena lebih kuat terhadap tekan, jadi lebih efisien.Ukuran
hollow yang dipakai pada proyek ini adalah kayu bengkirai ukuran 5/10 cm.

56
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018
Gambar 3.11. Hollow

3.4.4. Peralatan Proyek


Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah peralatan yang
diperlukan dalam suatu proyek adalah sebagai berikut :
1. Besar kecilnya proyek, proyek dengan skala besar memerlukan peralatan
kerja lebih banyak dan lebih lengkap daripada proyek dengan skala kecil
untuk mempercepat dan mempermudah pelaksanaan pekerjaan.
2. Jenis pekerjaan dan besarnya volume pekerjaan yang ada. Pemakaian alat
harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, alat yang sesuai
akan dapat memperlancar pekerjaan di lapangan.
3. Jangka waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Perlunya mempertimbangkan jangka waktu pelaksanaan adalah untuk
menentukan jumlah alat yang digunakan.
4. Metode pelaksanaan yang digunakan di lapangan
5. Kondisi dan keadaan di lapangan, pemilihan pemakaian alat harus
disesuaikan dengan kondisi di lapangan, misal alat yang terlalu besar
digunakan pada lahan yang sempit dapat menyebabkan kinerja alat tidak
maksimal dan sebaliknya alat yang terlalu kecil digunakan pada lahan yang
besar akan memperlambat waktu kerja dan menyebabkan pemborosan
bahan bakar.
6. Kapasitas kerja alat, biaya operasional dan jumlah unit yang tersedia.
Kapasitas alat erat kaitannya dengan efektifitas dan produktifitas kerja. Alat
yang digunakan harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan. Alat yang berkapasitas terlalu besar dapat menyebabkan biaya

57
yang lebih besar, tetapi kemungkinan hasil dari pekerjaan akan lebih baik.
Sedangkan alat yang berkualitas kurang dapat menyebabkan kualitas
pekerjaan yang tidak memuaskan dan bahkan tidak memenuhi persyaratan.
Biaya yang tersedia juga dipertimbangkan mengingat dalam proyek ini ada
peralatan yang disewa.
7. Kemampuan sumber daya yang ada. Pemilihan penggunaan alat juga harus
mempertimbangkan sumber daya manusia yang ada, alat yang canggih
apabila sumber daya manusianya tidak mendukung dalam pengoperasian
dapat menyebabkan kinerja alat yang kurang maksimal.

Peralatan-peralatan yang digunakan dalam Proyek Pembangunan


Gedung Shekinah Semarang ini, yaitu:

3.4.4.a. Pembengkok Tulangan / Bar Bender


Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan
seperti pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan untuk sambungan
tulangan kolom, juga pembengkokan tulangan balok dan plat. Pada proyek
ini alat pembengkok tulangan masih menggunakan alat yang manual.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 3.12. Alat Pembengkok Tulangan

3.4.4.b. Pemotong Tulangan/ Bar Cutter


Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standart.
Untuk keperluan tulangan yang pendek, maka perlu dilakukan pemotongan
terhadap tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu alat pemotong
tulangan, yaitu gunting tulangan. Dalam proyek ini, ada 2 macam bar

58
cutteryang dioperasikan secara manual dengan menggunakan tenaga
manusia, dan yang menggunakan mesin listrik.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 3.13. Alat Pemotong Tulangan

3.4.4.c. Concrete Vibrator


Untuk mendapatkan kemampatan beton yang baik dan mencegah
timbulnya rongga-rongga dalam adukan beton karena gradasi agregat
kurang baik, khususnya pada tempat-tempat yang tulangannya rapat
sehingga kerikil sulit untuk menempati ruang di sela-sela tulangan maka
diatasi dengan menggunakan Concrete Vibrator.
Concrete Vibrator merupakan alat yang mengubah tenaga gerak
motor menjadi tenaga getar. Oleh adanya penggetaran tersebut maka sarang
kerikil dan rongga kosong yang menyebabkan keroposnya beton dapat
dicegah. Dengan demikian dapat dihasilkan beton yang mampat/padat, tidak
berongga dan tidak keropos.
Cara kerja Concrete Vibrator yaitu Motor penggerak dihidupkan,
piringan motor berputar, memutar kabel baja yang terdapat di dalam pipa
karet. Ujung kabel ini berupa batang yang dapat berputar eksentris. Getaran
karena putaran akan merambat ke seluruh selubung baja sehingga selubung
baja ikut berputar.

59
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 3.14. Concrete Vibrator

3.4.4.d. Mixer Truck


Mixer Truck merupakan truk khusus yang dilengkapi dengan
concrete mixerdengan kapasitas5 – 7,5 m³. Truk ini mengangkut beton siap
pakai (ready mix) dari tempat pencampuran beton (batching plan) sampai ke
lokasi pengecoran. Selama pengangkutan, truk terus berputar searah jarum
jam dengan kecepatan 8-12 putaran per menit agar adukan beton tersebut
terus homogen dan tidak mengeras.
Dalam pengangkutan perlu diperhatikan interval waktu, karena bila
terlalu lama beton akan mengeras dalam mixer, sehingga akan menimbulkan
kesulitan dan menghambat kelancaran pelaksanaan pengecoran.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 3.15. Mixer Truck

60
3.4.4.e. Theodolith
Theodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as
bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang
dibuat tidak miring. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi
tanah dan elevasi tanah galian timbunan. Cara operasionalnya adalah
dengan mengatur nuvo dan unting-unting di bawah theodolith. Kemudian
menetapkan salah satu titik sebagai acuan. Setelah itu, menembak titik-titik
yang lain dengan patokan titik awal yang ditetapkan tadi.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017


Gambar 3.16. Theodolith

3.4.4.f. Waterpass
Waterpass digunakan untuk menentukan titik-titik elevasi bangunan
dari lantai dasar sampai lantai yang paling atas. Prinsip kerja dari alat ukur
waterpass adalah membuat garis sumbu teropong horizontal. Bagian yang
membuat kedudukan horizontal ini adalah nivo yang berbentuk seperti
tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.

61
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 3.17. Waterpass

3.4.4.g Scaffolding
Scaffolding berfungsi sebagai perancah dalam pembuatan bekisting
balok dan plat lantai.Scalffolding terdiri dari beberapa bagian, antara lain:
main frame, cross brace, joint pin, U head, support dan jack base. Cara
operasionalnnya adalah dengan menggabungkan tiap bagian di atas,
sehingga menjadi suatu konstruksi scaffolding.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 3.18. Scaffolding

3.4.4.h. Generator Set


Alat ini berfungsi untuk memproduksi aliran tenaga listrik sebagai
sumber utama tenaga peralatan elektrik yang digunakan dalam proyek.
Bahan bakar utama dari genset ini adalah bahan bakar minyak solar.

62
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 3.19. Generator Set

3.4.4.i. Stamper
Stamperini digunakan untuk memadatkan tanah terutama sebelum
proyek melakukan pembuatan lantai kerja.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 3.20. Stamper

3.4.4.j. Jack Hammer


Sebuah bor (pneumatik bor atau pembongkaran palu dalamBahasa
Inggris British) adalah alat pneumatik atau elektro-mekanis yang
menggabungkan palu langsung dengan pahat.Jack hammer biasanya

63
digunakan untuk memecah batu, trotoar, dan beton.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar. 3.21. Jack Hammer

3.4.4.k. Kereta Dorong


Kereta dorongmerupakan gerobak dengan satu roda depan, dan bak
angkut terbuat dari baja ringan dengan kapasitas 0,5m3. Kereta dorong di
gunakan untuk mengangkat benda-benda yang perlu di angkut atau adukan
spesi dan beton ke lokasi pengecoran apabila proyek tidak menggunakan
concrete pump. Kereta dorong ini lebih effsien digunakan dari pada
menggunakan ember beranting.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 3.22.Kereta Dorong

64
BAB IV
PELAKSANAAN PROYEK

4.1 Tinjauan Umum


Pada dasarnya tahap pelaksanaan pekerjaan adalah tahap yang sangat
menentukan pada sebuah proyek, mengingat sangat pentingnya tahap pelaksanaan ini
maka sebelum dimulai harus dipersiapkan sebaik mungkin segala sesuatunya yang
nanti dibutuhkan dalam tahap pelaksanaan.
Pelaksanaan pekerjaan di lapangan sangat tergantung pada profesionalisme
tenaga kerja pelaksana yang mengatur tahap-tahap pekerjaan serta ketepatan dalam
mengambil keputusan terhadap apa yang terjadi di lapangan. Dalam pelaksanaan di
lapangan, kepala pelaksana maupun pelaksana lapangan harus dapat berkerja sama
dengan pimpinan proyek, karena suatu masalah yang ada harus terlebih dahulu di
bicarakan dengan pihak pimpinan proyek.
Dalam bab pelaksanaan ini akan diuraikan mengenai pelaksanaan pekerjaan
yang diamati selama kerja praktek di Gedung Shekinah Semarang, adalah sebagai
berikut :
1. Pekerjaan Kolom
2. Pekerjaan Balok
3. Plat lantai
Keseluruhan pekerjaan yang akan di bahas merupakan bagian dari
perencanaan Struktur atas (upper stukture) sesuai dengan pekerjaan yang
dilaksanakan dan yang kami amati selama melakukan kerja praktek selama tiga
bulan. Meski dalam pelaksanaan proyek masih banyak pekerjaan yang tidak dapat
kami amati karena keterbatasan waktu sedangkan penyusun harus segera
menyelesaikan laporan ini.

4.2 Pekerjaan Struktur Bawah


Struktur bawah adalah konstruksi yang berada di dalam tanah dimana
berfungsi untuk menyangga semua beban yang bekerja di atasnya dan menyalurkan
ke tanah sebagian daya dukung sedemikian hingga bangunan tidak mengalami
deformasi yang akan mempengarui kestabilannya.
Pada saat melaksanakan Kerja Praktek, pekerjaan struktur bawah sudah

65
selesai dilaksanakan. Berikut ini gambaran tentang pekerjaan Struktur Bawah :

1. Pondasi
Pondasi merupakan bagian paling bawah dari suatu kostruksi yang
mempunyai fungsi untuk meneruskan beban konstruksi ke dalam lapisan tanah
yang berada di bawah pondasi. Suatu perencana pondasi dikatakan benar apabila
beban yang diteruskan oleh pondasi ke dalam tanah tidak melampaui kekuatan
tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan tanah dilampaui maka akan terjadi
penurunan dan keruntuhan tanah yang berlebihan. Kedua hal ini yang dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan konstruksi yang berada diatasnya. (Mekanika
Tanah Jilid 2, Bradja M. Das).
Banyak faktor yang mempengaruhi penentuan bentuk dan jenis pondasi,
tergantung dari segi mana kita meninjaunya. Dari segi ekonomis dapat diambil
dengan contoh besarnya biaya yang tersedia dan waktu pelaksanaan. Dari segi
teknis yang sangat menentukan dalam pemilihan bentuk dan jenis pondasi antara
lain :
a. Keadaan perlapisan tanah.
b. Letak atau kedalaman lapisan tanah keras.
c. Besar super struktur yang harus dipikul.
d. Batasan dari sekelilingnya (misalnya daerah sekitar tidak memungkinkan
didatangkannya peralatan dengan tonnase yang besar terutama dengan
mobilisasinya).
Dari uraian tersebut diatas maka perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan bentuk dan jenis pondasi. Apabila ditinjau dari segi
kedalaman atau letak tanah keras dari permukaan tanah maka ada beberapa hal
yang harus diperhatikan antara lain :
a. Bila terletak pada permukaan tanah atau 2-3 m di bawah permukaan tanah,
maka dipilih pondasi telapak.
b. Bila terletak pada kedalaman 10 m dari permukaan tanah, maka sebaiknya
dipilih pondasi sumuran.
c. Bila terletak pada kedalaman 20 m di bawah permukaan tanah, maka
sebaiknya dipilih pondasi tiang pancang.
Pondasi yang digunakan pada proyek ini adalah square pile cap/tiang

66
pancang segitiga dengan panjang sisi 32 cm Setiap satu titik kolom didukung oleh
4 buah pondasi tiang pancang. Kedalaman tiang pancang rata-rata sedalam 20 m
dibawah permukaan tanah.

2. Pondasi “Pile Cap”


Pile cap adalah konstruksi yang berada di atas pondasi (dalam hal ini tiang
pancang) yang berfungsi untuk menyalurkan beban bangunan yang diterima oleh
kolom ke pondasi sedemikian hingga memenuhi persyaratan teknis yang aman.
Dalam proyek ini terdapat dua jenis dimensi footplate yang dipakai, yakni ukuran
150x150 dan 120x150. Footplate pada bangunan ini yaitu berbentuk persegi.
Footplate satu mempunyai dimensi 150x150 dengan tulangan 32Ø16. Sementara
footplate dua mempunyai dimensi 120x150 dengan tulangan 32Ø16.

3. Tie Beam
Tie beam adalah konstruksi yang berfungsi sebagai penghubung atau
pengikat pile cap yang satu dengan pile cap yang lainnya, sehingga settlement
atau penurunan yang terjadi dapat ditahan dan dipikul secara merata oleh pile
cap. Selain itu, tie beam juga berfungsi untuk menerima momen dari kolom, dan
pondasi menerima gaya aksial, gaya vertikal, gaya horisontal. Tie beam yang
digunakan dalam proyek ini mempunyai dimensi ukuran 30x60 dengan tulangan
32Ø16.

4.3 Pekerjaan Struktur Atas


Pekerjaan struktur atas ini merupakan pekerjaan yang dilaksanakan tepat
pada saat kami melakukan kerja praktek, yaitu :

1. Pekerjaan Kolom
a. Penulangan
Pekerjaan penulangan kolom dilakukan sebelum bekisting kolom
dipasang. Tulangan kolom tidak dibuat menerus melainkan disambung
dengan sambungan lewatan sepanjang 40 x Φtulangan pokok (40 kali diameter
tulangan pokok) pada bagian dasar kolom tiap-tiap lantai. Penulangan kolom
dilakukan setelah penulangan struktur bawah selesai. Kolom merupakan
elemen struktur yang menahan beban aksial, beban balok, dinding, plat, atap
serta beban hidup diatas lantai. Beban yang ada di atas plat diteruskan ke

67
balok, dan dari balok kemudian diteruskan ke kolom. Adapun tahapan
pelaksanaan pekerjaan punulangan kolom adalah adalah sebagai berikut :
1) Pertama baja tulangan yang berada di Direksi keet (Bedeng proyek)
dirangkai sesuai keperluan atau pun ketentuan dengan keadaan tulangan
pokok dan sengkang masih terpisah, setelah itu material baja tulangan
diangkat ke tempat lokasi pemasangan kolom oleh para pekerja secara
manual. Sebelum dilakukan pekerjan penulangan kolom, terlebih dahulu
dilakukan marking kolom atau pengukuran as sudut kolom.
2) Di lapangan tulangan pokok sesuai dengan perencanaan. Pada tulangan
kolom lantai 1 dan 2, tulangan pokok kolom disambung dengan sisa
tulangan pokok kolom sebelumnya dengan cara sambungan lewatan yang
panjangnya 40 kali diameter tulangan pokok.
3) Setelah tulangan kolom terpasang, kemudian dipasang tulangan sengkang
dengan diameter 10 mm.
4) Ujung tulangan kolom dilebihi dari permukaan lantai (berupa stek). Hal
ini dimaksudkan untuk menyambung tulangan kolom pada lantai
berikutnya.
5) Setelah tulangan terpasang dengan baik, pada bagian luar dipasang tahu
beton (disebut juga decking block, yang merupakan campuran 1 pc : 3 pc
dengan air secukupnya, berbentuk tabung dengan tinggi atau tebal sisi 5
cm) yang diikat dengan kawat bendraat untuk memberikan jarak ketebalan
selimut beton. Tahu beton ini akan menjadi acuan pemasangan bekisting
dan jarak selimut beton.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 4.1. Tulangan Kolom
68
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 4.2. Pemasangan Kolom

Sumber : Data dari Proyek


Gambar 4.3. Detail Penulangan Kolom

69
Sumber : Data dari Proyek
Gambar 4.4. Detail Sambungan Kolom & Balok

Pot B-B

Pot A-A

b. Pemasangan Bekisting Kolom


Bekisting kolom dikerjakan setelah pekerjaan penulangan kolom
selesai. Tahap pemasangan bekisting kolom pada Proyek Gedung Shekinah
Kota Semarang, sebagai berikut :
1) Bekisting yang dipakai pada proyek ini adalah rangkaian antara multiplek
dan hollow. Sebelum pemasangan bekisting kolom, terbih dahulu
dilakukan pengukuran untuk menentukan as kolom (marking kolom).
Sumbu horisontal dan vertikal kolom ditentukan dengan alat ukur
theodolit dan diberi tanda.
2) Setelah itu dibuat sepatu kolom diposisikan pada sudut-sudut tulangan
kolom guna penempatkan acuan kolom. Sepatu kolom ini memakai
70
potongan baja yang nantinya ditanam mau pun dilas pada tulangan kolom
sisa sebelumnya.
3) Sebelum dipasang bekisting, terlebih dahulu bekisting kolom diolesi
dengan mould oil agar beton tidak melekatkan pada bekisting dan agar
dalam pembongkaran bekisting lebih mudah.
4) Untuk mendapatkan selimut beton rencana, maka dipasang tahu beton
(decking block) dengan cara mengikatkan tahu beton pada posisi luar
tulangan kolom dengan jarak 5 cm.
5) Bekisting yang telah ditentukan ukurannya diangkat ketempat
pemasangan. Setelah terpasang, bekisting harus diatur agar betul-betul
tegak lurus, sehingga kedudukan akhir as kolom tidak menyimpang dari
as rencana. Penyetelan dilakukan dengan menggunakan benang yang
diberi pemberat.
6) Setelah keemapat sisinya terpasang dengan baik, maka diberi pengaku
antar sisi-sisinya dan diberi tahanan atau dukungan dengan Pipa suport
dan bantuan scaffolding (biasanya pada kolom lanjutan).
7) Bekisting kolom yang telah terpasang dilengkapi dengan perkuatan dari
angkur dan Pipa suport yang dipasang di setiap sisinya dengan 2 pipa.
8) Bekisting kolom tersebut ditahan dengan menggunakan scaffolding untuk
memberikan kekuatan pada saat pengecoran dan pengeringan.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 4.3. Pemasangan Bekisting Kolom

c. Pengecoran kolom

71
Setelah pembuatan bekisting dan penulangan selesai maka pihak
kontraktor meminta konsultan pengawas untuk memeriksa hasil pekerjaan
bekisting dan penulangan tersebut. Setelah pemeriksaan dilakukan dan tidak
ada masalah, maka konsultan pengawas memberi ijin kontraktor untuk
melakukan pengecoran. Dengan persiapan yang baik dan ketelitian yang
tinggi, diharapkan pekerjan pengecoran dapat dilakukan dengan baik,sehingga
dapat mengasilkan kualitas beton yang baik.
Pada tahap ini Concrete pump adalah alat untuk mengangkut adukan
beton dari molen ke kolom. Adukan beton dituang secara vertikal dengan
perlahan untuk mencegah terjadinya pemisahan bahan agregat campuran
beton atau agregat kasar (segregasi). Penuangan dilakukan dengan bantuan
para tukang, penuangan dilakukan melalui lubang bekisting bagian atas lapis
demi lapis sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadatkan dengan baik mengunakan
vibrator sebagai perata.
Proses pemadatan tidak boleh dilakukan dengan pemukulan bagian
luar bekisting kolom karena hal itu dapat mengubah tegaknya kolom. Mutu
beton yang digunakan adalah K250 menurut SKSNI T-15-1991-03.
Pengecoran baru dihentikan setelah mencapai batas pertemuan dengan
bekisting bagian bawah dari balok melintang diatasnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan terlebih dahulu
sebelum melaksanakan pengecoran dimulai adalah :
1. Semua ruang yang akan diisi dengan beton di bersihkan dari kotoran
seperti debu, sisa potongan kawat bendraat, dll.
2. Setelah itu dengan kompresor, air dan sisa kotoran di bersihkan sampai
tuntas pada semua ruangan yang akan di isi dengan beton .
3. Dilakukan pemeriksaan tulangan meliputi jumlah, letak, jarak, dan
diameter tulangan serta pemeriksaan pada bagian samping papan
bekisting.
4. Penyediaan jumlah tenaga kerja yang memadai sesuai dengan volume
pekerjaan pada saat pengecoran.
5. Peralatan yang mendukung proses pelaksanaan pekerjaan pengecoran
harus dalam keadaan baik saat pengecoran.

72
6. Diberi pembatas akhir pengecoran sehingga akan mempermudah
pemberhentian pengecoran.
7. Apabila pengecoran dilaksanakan pada musim hujan atau cuaca sangat
panas, maka di persiapkan alat pelindung.
8. Apabila pengecoran dilaksanakan pada malam hari perlu dipersiapkan alat
pelindung.
9. Jika pengecoran merupakan penyambung dari pengecoran yang belum
selesai, maka untuk menyatukan beton lama dengan yang baru, beton
lama harus dikasarkan dahulu, setelah itu di basahi air sampai jenuh, lalu
digunakan lem beton ( bonding agent ) yang berupa cairan putih susu
yang disiramkan atau di oleskan pada beton lama.
10. untuk mendapatkan beton yang padat dan kompak, maka adukan beton
diratakan menggunakan alat Vibrator.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 4.4. Pengecoran Kolom

d. Pembongkaran Bekisting Kolom


Pembongkaran bekisting dapat dilakukan setelah beton sudah
mengeras dan mencapai kekuatan minimal untuk memikul berat sendiri dan
beban di atasnya, sehingga beton yang dicetak tidak mengalami kerusakan
saat pembongkaran. Pelaksanaan pembongkaran bekisting harus dilakukan
secara hati-hati agar permukaan beton tidak rusak. Terjadinya kerusakan pada
saat pembongkaran bekisting harus cepat diperbaiki dengan menambahkan
adukan beton yang mutunya sama ke tempat-tempat yang rusak dan diratakan

73
sesuai dengan permukaan aslinya.
Pembongkaran dilakukan dengan melepas pipa suport dan angkur
yang digunakan sebagai alat sambung rangka bekisting dengan bantuan alat
pengungkit untuk mepercepat lepasnya sambungan. Pembongkaran dilakukan
secara hati-hati bisa menjadikan sebagian besar multiplek mau pun hollow
yang telah dipakai dapat digunakan kembali sampai beberapa kali.
Syarat-syarat minimum yang harus diperhatikan untuk menjamin
keselamatan penuh atas struktur yang dicetak adalah :
a. Bagian struktur beton vertikal yang disangga dengan penerapan boleh
dibongkar bekisting minimal setelah 14 hari dengan syarat-syarat beton
telah cukup keras dan tidak cacat karena pembongkaran tersebut, dan
dalam proyek ini pembongkaran bekisting dilakukan setelah 14 hari dari
waktu pengecoran selesai. 14 hari adalah waktu minimum setting time
yang direncanakan pihak Kontraktor untuk mempercepat pekerjaan.
Faktor-faktor yang meyakinkan dalam pembongkaran bekisting kolom
setelah 14 hari adalah kualitas mix design yang dibuat oleh PT. Jati
Kencana Beton yang diperkirakan dapat terjadi setting time setelah waktu
14 hari, campuran zat additive, dan cuaca yang mendukung. Jika
pembongkaran dilakukan sebelum waktunya atau sebelum waktu setting
time beton akan mengalami kerusakan, upaya yang baik adalah
melakukan pembongkaran setelah waktu setting time. Beton kolom tidak
langsung menerima beban besar maka pembongkaran bekisting kolom
dikatakan lebih cepat dibandingkan pembongkaran bekisting balok dan
plat lantai.
b. Bagian struktur yang disangga dengan penumpu tidak boleh di bongkar
sebelum beton mencapai kekuatan minimal untuk menyangga beban
sendiri dan beban yang akan menimpa bagan struktur tersebut. Pekerjaan
pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah mencapai umur
perkerasan tertentu sejak pengecoran beton, dimana telah benar-benar
dapat memikul beratnya sendiri dan beban yang bekerja, sehingga beton
tersebut kuat dan kokoh.
Adapun urutan pekerjaannya :

74
1. Penyangga bekisting scaffolding atau pun pipa suport bekisting kolom
dikendorkan dan dilepas dari ikatannya pada bekisting kolom.
2. Angkur bekisting dilepas.
3. Bekisting kolom dilepas dari ke empat sisi kolom dengan hati-hati
menggunakan pengungkit.
4. Bagian bekisting kolom yang dibongkar kemudian dibersihkan dan di
tempatkan pada tempat yang sesuai dengan kelompoknya. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan pemasangan bekisting kolom berikutnya
dan bekisting jadi awet.

2. Pekerjaan Balok dan Plat Lantai


a. Penulangan Balok
Pekerjaan tulangan balok dilakukan setelah bekisting balok selesai
dipasang karena balok memiliki efek lentur akibat beban gravitasi (berat
sendiri) karena letaknya yang menggantung. Bekisting berfungsi untuk
menahan beban tersebut. Tahapan pelaksanaan penulangan balok adalah
sebagai berikut:
1) Tulangan pokok ditempatkan menurut posisinya dengan diameter sesuai
dengan gambar rencana. Pada proyek ini digunakan tulangan pokok
berdiameter D19,D16,D13,Ø10 mm dengan sengkang diameter Ø10 mm.
2) Setelah tulangan pokok ditempatkan pada posisinya, kemudian dipasang
tulangan pokok berdiameter D19,D16,D13, Ø10 mm dan sengkang
berdiameter Ø 10 mm tersebut.
3) Pemasangan tulangan pokok bagian bawah melewati sengkang, lalu diikat
dengan kawat. Dalam pengikatan ini harus kuat sehingga tidak berubah
atau bergeser tempat.
4) Setelah semua tulangan balok selesai dirangkai, maka pada bagian bawah
dan bagian samping tulangan balok dipasang tahu beton untuk
mendapatkan tebal selimut beton yang telah direncanakan. Untuk lebih
memudahkan pemasangan nantinya tulangan pokok bagian bawah ditahan
dengan bantuan multiplek dan scaffolding.

75
5) Setelah pemasangan tulangan dikerjakan penyangga tidak boleh dilepas,
karena sekaligus tetap sebagai penyangga saat nanti dilakukanya proses
pengecoran.
6) Jika pada balok terdapat tulangan susut, maka tulangan tersebut dipasang
diantara tulangan atas dan bawah.

Sumber : Data dari Proyek


Gambar 2.a Detail Penulangan Balok

b. Penulangan Plat Lantai


Plat lantai merupakan elemen struktur yang langsung menerima
beban mati maupun beban hidup, sehingga dalam perencanaan plat harus
diperhitungkan beban tersebut. Penulangan plat lantai dilaksanakan setelah
pemasangan bekisting lantai dan balok lantai serta pemasangan tulangan
balok selesai. Tulangan plat dipasang dalam arah saling menyilang yang
terdiri dari tulangan atas dan bawah dengan jarak yang telah ditentukan.
Diatas tumpuan plat diberi tulangan tumpuan. Maksud dari pemberian
tulangan tumpuan adalah untuk menahan momen negatif pada tumpuan
Untuk pemasangan tulangan plat lantai sebenarnya jika sudah
dilaksanakanya pemasangan bekisting balok dan plat lantai. Tahap
pemasangan tulangan plat lantai adalah sebagai berikut :
1) Tulangan yang telah siap dibawa dari tempat pemotongan dan
pembengkokan tulangan ke lokasi penulangan.

76
2) Ditentukan jarak antar tulangan yang disesuaikan dengan gambar rencana.
Untuk mempermudahkan pekerjaan di lapangan maka perlu diberi tanda-
tanda jarak tulangan dengan menggunakan kapur tulis.
3) Tulangan bagian bawah arah melintang dan membujur dipasang terlebih
dahulu, kemudian diatur jaraknya sesuai dengan tanda-tanda yang telah
diberikan
4) Untuk pasangan tulangan bagian bawah ini ujung tulangan dilewatkan
diantara sela-sela tulangan balok.
5) Setelah tulangan bagian bawah terpasang, kemudian diantara tulangan
bawah dan bagian atas diberi kursi tulangan yang berguna untuk menahan
tulangan bagian atas agar tidak rangkat atau menyentuh tulangan bagian
bawah, dan tidak lupa diberi tahu beton (decking block) yang diikat
dengan kawat bendraat.
6) Tulangan bagian atas dipasang dengan cara menumpu diatas tulangan
balok.
Seperti penjelasan pada no.5 diatas untuk menjaga jarak tulangan
atas dan tulangan bawah, maka dipakai tulangan penyangga (kursi tulangan)
setiap meter persegi tulangan penyangga ini berbentuk seperti S atau U yang
diiakat pada tulangan plat dengan kawat bendrat.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 4.5. Penulangan Plat Lantai

77
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 4.6. Tulangan Penyangga (Kursi Tulangan)

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 4.7. Tulangan Penyangga dan Tahu Beton

78
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 4.8. Tulangan Penyangga dan Tahu Beton

c. Pemasangan Bekisting Balok dan Plat Lantai


Pemasangan bekisting balok dan plat lantai dilakukan setelah kolom
menerus dan dapat mendukung beban diatasnya. Karena struktur plat dan
balok menjadi satu kesatuan yang monolit, maka bekisting balok yang terdiri
dari balok induk dengan balok anak menjadi satu kesatuan dengan bekisting
plat lantai.
Adapun tahapan pemasangan bekisting balok lantai dan plat lantai
sebagai berikut :
1) Pertama-tama dilakukan pengukuran sumbu dan elevasi balok dan plat
lantai sesuai dengan perancangan.
2) Kemudian dilakukan pekerjan pemasangan tiang perancah (scaffolding)
sebagai dasar bekisting balok didirikan.
3) Setelah itu dilakukan pemasangan balok-balok penyangga dari rangka
hollow (timber beam) dalam arah membujur dengan keadaan terjepit pada
kedua ujung atas penyangga (head jack). Diatas balok tersebut dipasang
balok-balok melintang ukuran sebagai balok penunjang. Selain itu untuk

79
perkuatan pada balok penyangga yang mebujur ditahan dengan u-head
atau clamp scaffolding.
4) Diatas balok penunjang dipasang papan bekisting berupa multipleks
dengan tebal ± 18mm. Pemasangan papan tersebut disesuaikan dengan
bentuk dan ukuran balok dan plat lantai yang telah ditentukan.
5) Setelah pekerjaan pemasangan bekisting balok dan plat lantai ini selesai,
baru dilakukan pekerjaan penulangan plat lantai.
Cara menjaga agar jarak tersebut tetap sampai pengecoran selesai
maka digunakan tahu beton (decking block) yang dipasang pada baja tulangan
terluar dengan cara diikat pada baja tulagan tersebut oleh kawat bendrat. Tahu
beton ini akan menjadi selimut beton setelah beton mengeras.

d. Pengecoran Balok dan Plat Lantai


Pengecoran balok dan plat lantai dilakukan sekaligus agar
didapatkan hasil konstruksi yang monolit dan memiliki elevasi yang sama.
Bersamaan dengan adukan beton dituangkan ke dalam acuan balok dan plat
lantai, maka alat penggetar (vebrator) dihidupkan untuk melakukan
pemadatan beton sehingga diharapakan tidak terjadi keropos pada beton.
Kemudian beton diratakan dengan alat perata beton. Mutu beton yang
digunakan adalah K275 menurut SKSNI T-15-1991-03.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 4.10. Pengecoran Balok dan Plat Lantai

80
e. Pembongkaran Bekisting Balok dan Plat Lantai
Bekisting balok dan plat lantai dibongkar apabila struktur tersebut
telah mencapai kekuatan yang cukup untuk mendukung berat sendiri dan
bahan-bahan selama pembangunan. Pembongkaran bekisting balok dan plat
lantai dilakukan secara bertahap dan merata untuk mengindari timbulnya
tegangan-tegangan yang tidak diingankan pada struktur. Pada proyek
pembangunan Gedung Shekinah Semarang pembongkaran bekisting ini
dilakukan setelah beton berumur kurang lebih 7 hari untuk bagian sisi
samping dan 28 hari untuk bagian penyangga bawah atau scaffolding.
Langkah-langkah pembongkaran bekisting balok:
1) Pembongkaran dimulai dengan melepas penyangga atau perancah dengan
alat bantu yang ada.
2) Sabuk bekisting dilepas dahulu menggunakan alat linggis dan alat lainya
yang diperlukan.
3) Pelepasan paku pada kayu yang dipasang pada sudut pertemuan bekisting.
4) Setelah itu papan bekisting dapat dilepas.

Pembongkaran dengan alat pengungkit harus dilakukan dengan hati-


hati untuk mencegah timbulnya retak pada beton, pengelupasan dan lain-lain.
Pelaksanaan pembongkaran bekisting pada proyek ini dilakukan jika beton
sudah berumur 21-28 hari dari pengecoran. Sama halnya dengan
pembongkaran bekisting kolom, pembongkaran bekisting balok dan plat
lantai yang dilakukan sebelum 28 hari bisa terjadi tergantung pada setting
time, keadaan setting time beton harus mencapai angka 75% dari mutu beton
K-250 agar dapat menopang beban sendiri dan pembuatan mix design dari PT.
Jati Kencana Beton beton diperkirakan sudah setting time setelah 14 hari,
selain itu mengingat waktu bekisting akan digunakan untuk pekerjaan lainya
karena jumlah material bekisting tidak cukup banyak. Bekisting yang baru
dibongkar dibersihkan dan ditempatkan sesuai dengan kelompoknya masing-
masing agar memudahkan pemasangan berikutnya.

4.4 Pengecekan kualitas beton

81
Untuk menjaga kualitas beton biasanya sebelum pengecoran dilakukan
pengecekan oleh Quality Control untuk memastikan :
1. Mutu beton yang benar dan lokasi yang tepat
2. Waktu yang cukup untuk pengecoran sebelum beton itu setting
3. Tidak melebihi temperatur yang ditentukan.
Sedangkan untuk menjaga kualitas beton sesaat sebelum pengecoran
dilakukan Uji Slump untuk memastikan kekentalan beton. Untuk mengecek kualitas
beton juga dibuat uji benda sample kubus dan silinder, ini untuk mengetahui kuat
tekan beton.

4.5 Pengendalian Proyek


Pengendalian pada suatu proyek merupakan salah satu unsur kegiatan,
untuk mendapatkan hasil kerja yang sesuai dengan rencana, program dan ketentuan
lain. Pengendalan juga di maksudkan agar waktu penyelesaian proyek dapat sesuai
dengan rencana dan penggunaan dana dapat ditekan serendah mungkin juga hasil
proyek bisa menghasilkan bangunan yang bermutu baik, agar hasil pembangunan
seoptimal mungkin, yaitu tepat kualitas dan tepat waktu.

4.6 Pelaporan proyek


Pelaksanaan pelaporan proyek adalah sebagai berikut :
1. Laporan Harian
Yaitu berupa catatan harian yang berisikan segala kejadiaan
perkembangan dan masalah yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan fisik
pekerjaan. Adapun laporan tersebut berisi :
a. Waktu dan jam kerja yang digunakan.
b. Alat-alat yang digunakan.
c. Jumlah dan jenis bahan yang digunakan.
d. Jumlah pemakaian dana.
e. Keadaan cuaca.
f. Pekerjaan yang ditambah dan dikurangi.
g. Catatan dan perintah yang disampingkan pemilik baik secara tertulis dan
tidak tertulis.

82
2. Laporan Mingguan
Yaitu berupa rangkuman laporan harian selama satu minggu, berisikan
semua kejadiaan pada pelaksanaan fisik pekerjaan. Adapun laporan mingguan
berisikan :
a. Jenis pekerjaan.
b. Volume dan prosentase pekerjaan dalam satu minggu.
c. Catatan lain yang diperlukan.

3. Laporan Bulanan
Yaitu berupa kegiatan harian, mingguan yang berupa kemajuan proyek
pada bulan yang bersangkutan. Laporan bulanan yang diserakan kepada
pemimpin bagian proyek :
a. Kemajuan pelaksanan proyek.
b. Masalah yang timbul.
c. Cara menghadapi masah.
d. Penyimpangan dari jadwal.
e. Bahan pendukung laporan seperti : grafik dan foto.
f. Data harus benar-benar aktual dan sesuai kondisi pada bulan tersebut.

4. Laporan Akhir
Pada akhir pelaksanan pekerjaan tim pengawas harus membuat dan
menyerahkan laporan akhir yang menyangkut seluruh kegiatan proyek termasuk
perubahan-perubahan yang terjadi selama masa pelaksanaan.

5. Laporan Khusus
Tim perencana membuat laporan khusus yang mencakup kejadian-
kejadian khusus :
a. Persoalan-persoalan mengenai kestabilan tanah, lereng dll.
b. Perubahan dan perbaikan perancangan.
c. Perpanjangan waktu pelaksanaan serta alasannya.
d. Penyimpangan-penyimpangan.
e. Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh pemimpin bagian proyek.
f.

83
BAB V
PENUTUP

Tinjauan Umum
Dengan mengucap Alhamdulillah segala puji kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan Kerja Praktek ini dapat diselesaikan. Laporan
Kerja Praktek ini kami susun berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan data yang
diperoleh dari Proyek Gedung Shekinah Kota Semarang.
Penulis menyadari bahwa laporan Kerja Praktek ini masih banyak kekurangan
baik mengenai penyajian maupun teknik penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk lebih sempurnanya laporan ini.
Besar harapan penulis agar laporan ini dapat berguna bagi rekan-rekan mahasiswa
khususnya sebagai referensi bila kelak menyusun laporan Kerja Praktek bagi masyarakat
pada umumnya serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga laporan Kerja praktek
ini dapat diselesaikan.

Kesimpulan
Setelah melakukan praktek kerja selama kurang tiga bulan pada Proyek Gedung
Shekinah Kota Semarang. maka dapat diambil Kesimpulan sebagai berikut :
a. Pembangunan Gedung Shekinah Kota Semarang ini berada di lokasi yang baik
dikarenakan tidak jauh dari tengah kota dan berada di dataran rendah dan wilayah
lainya sudah ada bangunan supermarket, pasar, gedung pemerintahan, dan lainya.
b. Adanya permasalahan yang timbul seperti dana di tengah-tengah pelaksanaan, selain
itu melihat sedikitnya tukang di lapangan dalam proyek Gedung Shekinah Kota
Semarang, maka dari itu pekerjaan sangat diperlukan sikap penuh perhitungan dan
pertimbangan yang cermat dalam segi apapun dan dapat dipertanggung jawabkan.
c. Pada proyek ini pelaksanaan pekerjaan di lapangan baik karena sebagian besar
pekerjaan dapat terlaksana dan lancar sesuai perencanaan dan perancangan walaupun
ada beberapa kekurangan dibeberapa item pekerjaan.
d. Pengunaan alat-alat sangat memadai dan dapat digunakan dengan efisisen sehingga
dapat menyelesaikan setiap item pekerjaan dengan baik.

84
Saran
a. Dalam penyimpanan alat dan bahan material bangunan harus lebih diperhatikan
terutama baja tulangan agar terhindar dari kerusakan yang dapat mengurangi atau
menurunkan mutu serta kualitas material terseut.
b. Peralatan yang digunakan sebaiknya dipilih yang berfungsi dangan baik dan
berkualitas tinggi serta untuk perawatan secara operasional diberikan kepada tenaga
yang sudah ahli sehingga dapat benar-benar bermanfaat.
c. Pekerjaan harus dikerjakan dengan baik dan sesuai dengan aturan maupun
persyaratan yang berlaku akan dapat terselesaikan dengan sempurna, jika didukung
dengan usaha untuk menekan dan mengantisipasi segala hambatan yang sering terjadi
diluar perhitungan.
d. Diperlukan komunikasi dan koordinasi yang baik antara tim perencana, pimpinan
proyek dan tim pelaksana proyek sehingga tercapai kelancaran pelaksanaan proyek
yang terkoordinir dengan baik dan sistem kerja yang profesional dari masing-masing
personil dalam struktur organisasi proyek.
e. Untuk menghindari adanya korban akibat kecelakaan kerja di proyek sebaiknya
peralatan standar APD untuk keselamatan kerja seperti sepatu safety,helm proyek
seharusnya diberikan untuk semua pegawai dan pekerja.
f. Demi tercapainya suasana kerja yang kondusif dan bersifat kekeluargaan hendaknya
semua pihak saling berkomunikasi dengan baik.

85
DAFTAR PUSTAKA

Ali Asroni. 2010. Balok dan Plat Betom Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Badan Standarisasi Nasional. 1989. SNI-03-1727-1989-F Tentang Penetapan Pembebanan.
Bandung: Badan Standarisasi Nasional. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI-03-2847-2002&2013 Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Departemen Pekerjaan Umum. 2002. SNI03-1726-2002 Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Jakarta.
DPU 1971. 1971. Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 71). Jakarta.

86

Anda mungkin juga menyukai