A. KONSEP PENYAKIT
1) Definisi
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang
encer atau cair (Suriadi, 2010).
Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat terjadi
akibat adanya zat terlalu yang tidak dapat diserap di dalam feses (Arif Mutakkim
dan Kumala S, 2011).
2) Etiologi
a. Faktor infeksi
Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan penyebab
utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
1) Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis), adeno-
virus, rotavirus, astrovirus.
2) Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides); protozoa
(entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas nominis); jamur
(candida albicans).
3) Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan seperti:
otitis media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak
berumur 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)
Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi
laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)
d. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar.
3) Patosfisiologi
Menurut Suriadi (2010), akibat terjadinya diare baik akut maupun kronis
adalah :
a. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan
akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang
berlebihan.
b. Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler
kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan
dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transfort aktif akibat rangsangan
toksin terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area
permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi
cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk
mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada
sindrom malabsorbsi. Serta meningkatnya motilitas intestinal dapat
mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
4) Pathway
5) Klasifikasi Diare
Diare diklasifikasikan menjadi diare spesifik dan non spesifik:
6) Manifestasi Klinik
Menurut Widjaja (2006), tanda dan gejala penyakit diare pada anak yaitu:
a. Anak menjadi cengeng atau gelisah.
b. Suhu badannya meninggi.
c. Tinja menjadi encer, berlendir, atau berdarah.
d. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
e. Anusnya lecet.
f. Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.
g. Muntah sebelum atau sesudah diare.
h. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
i. Dehidrasi
8) Pentalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan
mengobati dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat
kerusakan mukosa usus, penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta
mengobati penyakit penyerta.
a. Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni
1) Jenis cairan
a) Cairan rehidrasi oral :
Formula lengkap, mengandung (NaCl, NaHCO3, KCl, dan
Glukosa) Seperti oralit, pedyalit setiap kali diare.
Formula sederhana, hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau
karbohidrat lain.
b) Cairan parenteral
Cairan I : RL dan NS
Cairan II : D5 ¼
Salin,nabic. KCL
D5: RL = 4:1+KCL
D5+6cc NaCl 15%+Nabic (7mEq/lt) + KCL
HSD (half strength darrow)
D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare usia>3bulan.
2) Jalan pemberian cairan
a) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila
anak mau minum serta kesadaran baik.
b) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi,
tetapi anak tidak mau minum, atau kesadaran menurun.
c) Intravena untuk dehidrasi berat.
3) Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang didasarkan pada berat badan dan usia anak.
b. Pengobatan dietetik
1) Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanannya adalah:
Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung rendah laktosa
dan asam lemak tak jenuh)
Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi
tim)
Susu khusus, sesuai indikasi kelainan yang ditemukan
2) Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg. Jenis
makanannya adalah makanan padat atau makanan cair/ susu sesuai dengan
kebiasaan makan di rumah.
9) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang
tepat, sehingga dapat memnerikan terapi yang tepat pula (Suharyono, 2004).
Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak dengan diare, yaitu:
a. Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan kultur
b. Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, Clini test), lemak, dan kultur
urine.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
dan penghasilan.
b. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair
(diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang),
BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung < 14 hari maka
diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14
hari atau lebih adalah diare persisten (Suriadi, 2010).
c. Riwayat penyakit sekarang
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan timbul diare.
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna
tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
5) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
6) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi.
Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada
dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam pada
dehidrasi berat.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1) Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau
berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita
campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan
kekebalan pada pasien.
2) Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan (antibiotik) karena
faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
3) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun
biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum,
selama, atau setelah diare.
e. Riwayat nutrisi
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan dapat mengurangi resiko
diare dan infeksi yang serius.
2) Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak dan
diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan
mudah menimbulkan pencemaran.
3) Perasaan haus, anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus dan
minum seperti biasa. Pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus dan
banyak minum. Pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa
minum.
f. Pola Aktivitas Sehari-hari (ADL)
Di rumah
No Jenis aktifitas Di rumah
sakit
1 Nutrisi
a. Makan
- Frekuensi
- Jenis
- Porsi
- Keluhan
b. Minum
- Frekuensi
- Jenis
- Keluhan
2 Pola Eliminasi
a. BAB
- Frekuensi
- Warna
- Konsitensi
- Keluhan
b. BAK
- Frekuensi
- Warna
- Keluhan
3 Istirahat Tidur
a. Malam
- Kualitas
- Kuantitas
- Keluhan
b. Siang
- Kualitas
- Kuantitas
- - Keluhan
4 Personal Hygiene
a. Mandi
b. Gosok Gigi
c. Keramas
5 Aktivitas Sehari-hari
a. Kegiatan di waktu
luang
b. Olahraga
g. Konsep Tumbuh Kembang
1. Definisi Tumbuh Kembang
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di
seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan
perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh
yang dapat dicapai melalui kematangan dan belajar (Wong, 2000).
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound,
kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan
perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan.(Soetjiningsih. 1998 ).
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel
seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur;
sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari
alat tubuh ( Depkes RI ).
2. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan
Secara umum pertumbuhan dan perkembangan memiliki
beberapa prinsip dalam prosesnya. Prinsip tersebut dapat menentukan
ciri atau pola dari pertumbuhan dan perkembangan setiap anak.
Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah sebagi berikut
a) Proses pertumbuhan dan perkembangan sangat bergantung
pada aspek kematangan susunan syaraf pada manusia, di mana
semakin sempurna atau kompleks kematangan saraf maka
semakin sempurna pula proses pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi dari proses konsepsi sampai
dengan dewasa.\
b) Proses perkembangan dan pertumbuhan setiap individu adalah
sama, yaitu mencapai proses kematangan, meskipun dalam
proses pencapaian tersebut tidak memiliki kecepatan yang
sama antara individu yang satu dengan yang lain.
c) Proses pertumbuhan dan perkembangan memiliki pola khas
yang dapat terjadi mulai dari kepala hingga ke seluruh bagian
tubuh atau juga mulai dari kemampuan yang sederhana hingga
mencapai kemampuan yang lebih kompleks sampai mencapai
kesempurnaan dari tahap pertumbuhan dan perkembangan
(Narendra, 2002).
3. Perkembangan Bahasa
a) Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat
ditunjukan dengan adanya kemampuan bersuara (menangis)
dan bereaksi terhadap suara atau bel.
b) Masa Bayi (28 hari- 1 tahun
Usia 1-4 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan
adanya kemampuan bersuara dan tersenyum,
mengucapkan huruf hidup, berceloteh, mengucapkan kata
“oh/ah”, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan, serta
bereaksi dengan mengoceh.
Usia 4-8 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat
menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh ke arah suara
atau sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan
vokalisasi semakin banyak, serta menggunakan kata yang
terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi
vokal yang bersamaan seperi “ba-ba”.
Usia 8-12 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu
mengucapkan kata “papa” dan “mama” yang belom
spesifik, mengoceh hingga mengatakannya secara
spesifik, serta dapat mengucapkan satu samapai dua kata.
Masa Anak (1-2 tahun)
Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapainya
kemampuan bahasa pada anak yang mulai ditandai
dengan anak mampu memiliki sepuluh perbendaharaan
kata; tingginyakemampuan meniru, mengenal, dan
responsip terhadap orang lain; mampu menujukan dua
gambar; mampu mengkombinasikan kata-kata; seta mulai
mampu menunjukan lambaian anggota badan.
Masa Prasekolah
Perkembangan bahasa diawali dengan adanya
kemampuan menyebutkan hingga empat gambar;
menyebutkan satu hingga dua warna; menyebutkan
kegunaan benda; mengitung; mengartikan dua kata;
mengerti empat kata depan; mengerti beberapa kata sifat
dan jenis kata lainnya; menggunakan bunyi untuk
mengidentifikasi objek, orang, dan aktivitas; menirukan
berbagaibuny kata; memahami arti larangan; serta
merespons panggilan orang dan anggota keluarga dekat.
4. Perkembangan Prilaku atau adaptasi sosial
a) Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan adaptasi sosial atau prilaku masa
neonatus ini dapat ditunjukan dengan adanyab tanda-tanda
tersenyum dan mulai menatap muka untuk menegnali
seseorang.
b) Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
Usia 1-4 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat
diawali dengan kemampuan mengamati tangannya:
tersenyum spontan dan membalas senyum bila di ajak
tersenyum; mengenali ibunya dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran, dan kontak; tersenyum pda
wajah manusia; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari
pada waktu terjaga; membentuk siklus tidur bangun;
menangis bila terjadi sesuatu yang aneh; membedakan
wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal; senang
menatap wajah-wajah yang dikenalnya; serta terdiam bila
ada orang yang tak dikenal (asing).
Usia 4-8 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain
anak merasa takut dan terganggu dengan keberadaan
orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah
frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki jika
sedang kesal.
Usia 8-12 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai
dengan kemampuan bertepuk tangan, menyatakan
keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir,
menirukan kegiatan orang, bermain bola atau lainnya
dengan orang lain.
Masa Anak (1-2 tahun)
Perkembangan adaptasi sosial masa anak dapat
ditunjukan dengan adanya kemampuan membantu
kegiatan dirumah, menyuapi boneka, mulai menggosok
gigi serta mencoba mengenakan baju sendiri.
Masa Prasekolah
Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah
adalah adanya kemampuan bermain dengan permainan
sederhana, menangis jika dimarahi, membuat permintaan
sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan
kecemasan terhadap perpisahan, serta mengenali anggota
keluarga (wong, 2000).
Tingkat Dehidrasi
3) Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan
turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung
jari (bukan kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (< 2 detik), berarti
diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (= 2
detik), ini berarti diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Apabila turgor
kembali sangat lambat (> 2 detik), ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.
4) Kepala
Anak yang diare tanpa dehidrasi bentuk kelopak matanya normal. Apabila
mengalami dehidrasi ringan/sedang kelopak matanya cekung. Apabila
mengalami dehidrasi berat kelopak matanya sangat cekung.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2013), yaitu:
a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang
berlebihan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
yang berlebihan.
c. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder
terhadap diare.
d. Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan.
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi
informasi dan keterbatasan kognitif.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
1. Defisit Setelah dilakukan 1. Guidance : 1. Penurunan sirkulasi
volume tindakan Kaji dan pantau volume cairan
cairan dan keperawatan tanda dan gejala menyebabkan
elektrolit selama 1x24 jam dehidrasi dan intake kekeringan mukosa
kurang dari masalah dapat output cairan. dan pemekatan urin.
kebutuhan teratasi dengan Deteksi dini
tubuh kriteria hasil: memungkinkan terapi
berhubungan 1. Tidak terjadi pergantian cairan
dengan dehidrasi segera untuk
output yang 2. TTV dalam memperbaiki defisit.
berlebihan. batas normal
3. Turgor kulit 2. Support : 2. Sebagai upaya
kembali Berikan cairan oral mencapai
elastis dan parenteral keseimbangan cairan
4. Kulit tidak sesuai dengan dan elektrolit dan
kering program rehidrasi. upaya rehidrasi
5. Mukosa bibir cairan yang telah
basah keluar akibat BAB
6. Tidak yang berlebihan.
pucat lagi
3.Teaching 3. Agar keluarga
Ajarkan keluarga mengetahui
untuk sering memberikan air
memberikan minum minum yang sering
air putih pada untuk mengganti
pasien cairan yang hilang.
5. Collaboration:
Kolaborasi dengan 5. Mengetahui
analis dan dokter penyebab diare
dalam pemberian dengan pemeriksaan
obat. tinja dan pemberian
obat yang tepat sesuai
hasil laboratorium.
2. Perubahan Setelah dilakukan 1. Guidance : 1. Deteksi dini untuk
nutrisi tindakan Kaji dan pantau pemberian terapi
kurang dari keperawatan pemasukan nutrisi yang tepat dan
kebutuhan selama 1x24 jam makanan dan status memperbaiki defisit.
tubuh masalah dapat nutrisi pasien
berhubungan teratasi dengan
dengan kriteria hasil: 2. Support : 2. Pembatasan diet per
output yang 1) Pasien Pertahankan status oral mungkin
berlebihan. tidak lagi puasa selama fase ditetapkan selama
mual akut (sesuai fase akut untuk
muntah program terapi) dan menurunkan
2) Pasien segera mulai peristaltik sehingga
sudah pemberian makanan terjadi kekurangan
bisa per oral setelah nutrisi. Pemberian
makan kondisi klien makanan sesegera
3) BB mengizinkan mungkin penting
pasien setelah keadaan klinis
kembali klien memungkinkan.
normal
Departemen Kesehatan RI. (2000). Buku Ajar Diare. Jakarta: Depkes RI Ditjen PPM dan
PLP.
M.C.Widjaya. (2002). Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan
Pustaka
Subijanto.M.S, et all. (2003). Manajemen Diare pada Bayi dan Anak. Jurnal hal 506.
Buletin IKA. Surabaya: Bagian IKA FK Unair/ RSUD dr. Soetomo Surabaya bekerja
sama dengan Yayasan Penyelenggara Informasi Pediatri.
Staf Pengajar IKA FK UI. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta: Bagian IKA FK
UI.
Suriadi, S.Kp.,Rita Yuliani,S.Kp., (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Ed.1.
Jakarta: P.T. Fajar Intrapratama.
Depertemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta:
Ditjen PPM dan PL.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
Di susun oleh :
PUSPITASARI (AKX.16.177)
2018