Anda di halaman 1dari 57

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum cita-cita bangsa yang sekaligus
merupakan tujuan nasional Bangsa Indonesia. Tujuan Bangsa Indonesia
tersebut adalah untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Pada Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 72 Tahun 2012 Tentang


Sistem Kesehatan Nasional Pasal 1 yang dimaksud dengan Kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Sistem Kesehatan Nasional, yang selanjutnya
disingkat SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh
semua komponen Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.

Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di segala


bidang, salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan berbagai
inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup
warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya
peningkatan derajat atau status kesehatan penduduk.

Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa Indonesia untuk mencapai


peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan
hakikat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari
tujuan nasional. Agar tujuan dapat tercapai secara optimal, diperlukan
partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas
kesehatan.

1
2

Hal ini menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan
lingkungan.

Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia diberbagai bidang kehidupan


mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya bidang
kesehatan. Dengan berkembangnya paradigma sehat-sakit, saat ini telah
terjadi pergeseran, antara lain perubahan upaya kuratif menjadi upaya
preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat
berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus
yang bersifat aktif. Hal ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif dalam upaya
peningkatan status kesehatannya.

Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek


pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu
dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya
dan mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari
pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan
melibatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.

Usaha untuk mencapai tujuan tersebut di atas perlu diselenggarakan dalam


upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka program
pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu, dengan melalui
pendekatan promotif (peningkatan) kesehatan masyarakat, preventif
(pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif kesehatan masyarakat,
sehingga Profesi Ners Stase Komunitas akan dapat berhasil mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dan diharapkan, bila pembangunan kesehatan tersebut
telah dilakukan dengan sebenar-benarnya dan berdasarkan atas Sistem
Kesehatan Nasional (SKN).

Profesi Ners Stase Komunitas merupakan pencerminan dari pelaksanaan Tri


Dharma Perguruan Tinggi yang merupakan suatu bentuk kegiatan
pengabdian kepada masyarakat, agar mahasiswa memperoleh pengetahuan
secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan
mahasiswa.
3

Pada Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, kegiatan ini harus dilakukan


oleh setiap mahasiswa yang telah selesai mengikuti mata ajaran
Keperawatan Komunitas dengan pendekatan pelayanan kesehatan utama
(Primary Health Care).

Stase Komunitas adalah suatu tatanan yang nyata dalam memberikan


kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan proses keperawatan
kepada keluarga atau kelompok dan masyarakat, bersama-sama dengan
upaya yang dilaksanakan di Puskesmas. Dengan demikian, maka kegiatan
komunitas dilaksanakan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin Tahun Akademik 2018/2019 di wilayah kerja puskesmas dan
mengikuti program-program yang akan dan sedang digarap oleh puskesmas
yang bersangkutan.

Stase komunitas ini merupakan salah satu upaya peningkatan kemampuan


dengan individu, keluarga, dan kelompok ditatanan pelayanan kesehatan
komunitas dengan menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan
komunitas, juga mahasiswa sebagai calon tenaga kesehatan diharapkan
mempunyai pengalaman belajar dilingkup masyarakat (pedesaan) khususnya
dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang ditemui selama berada
di lapangan/lahan praktek. Selain itu juga, sebagai salah satu upaya
menyiapkan tenaga perawat profesional serta mempunyai potensi
keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai,
maka mahasiswa Program Profesi Ners A Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin kelompok 2 melaksanakan Praktek di Desa Mandiangin Timur
Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar dengan menggunakan 2
pendekatan, yaitu pendekatan kelompok dan masyarakat.

Pendekatan secara kelompok dilakukan dengan cara memberdayakan kader


kesehatan dan PKK serta mendayagunakan kelompok pengajian. Dengan
pendekatan masing-masing komponen diharapkan dapat memberikan hasil
yang lebih nyata kepada masyarakat. Sedangkan pendekatan masyarakat
sendiri dilakukan melalui kerja sama yang baik dengan instansi terkait dan
seluruh komponen kota untuk mengikutsertakan warga dalam upaya
pencegahan dan peningkatan kesehatan. Masyarakat diharapkan dapat
mengenal masalah kesehatan yang terjadi di wilayahnya, membuat
keputusan tindakan kesehatan bagi anggota keluarga/masyarakatnya,
4

mampu memberikan perawatan, menciptakan lingkungan yang sehat, serta


memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa


mengidentifikasi populasi dengan risiko tinggi dan sumber yang tersedia
untuk bekerja sama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan,
dan mengevaluasi perubahan komunitas dengan penerapan proses
keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang
ada, masyarakat akan mandiri dalam upaya meningkatkan status
kesehatannya.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan Profesi Ners Stase Komunitas,
mahasiswa dapat memiliki pengalaman dalam memberikan
perawatan kesehatan masyarakat dengan menggunakan metode atau
pendekatan proses keperawatan baik terhadap individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah mengikuti kegiatan Profesi Ners Stase Komunitas,
mahasiswa mampu:
a. Mengkaji kebutuhan kesehatan komunitas.
b. Merencanakan intervensi keperawatan kesehatan komunitas
berdasarkan diagnosis kesehatan komunitas dan kebutuhan
kesehatan utama dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi
(ibu, anak, dan usia lanjut).
c. Melaksanakan keperawatan kesehatan komunitas untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menggunakan
sumber yang ada dan potensial serta menggunakan teknik tepat
guna termasuk melakukan rujukan dan menyusun strategi
pendidikan kesehatan.
d. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan data yang berhubungan
dengan tindakan keperawatan kesehatan komunitas.
e. Mengevaluasi pelayanan keperawatan kesehatan berdasarkan
hasil yang diharapkan atau kriteria yang telah ditetapkan.
5

f. Mampu menjalankan peranannya sebagai anggota tim kesehatan


dan bekerja sama secara efektif dan efisien.

1.3 KEGIATAN
1.3.1 Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Profesi Ners Stase Komunitas dimulai dari tanggal 05
Maret – 12 April 2019.
1.3.2 Lokasi Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan di Desa Mandiangin Timur Kecamatan
Karang Intan Kabupaten Banjar.
1.3.3 Kegiatan dan Jadwal kegiatan terlampir.

1.4 MANFAAT KEGIATAN


1.4.1 Untuk Mahasiswa
Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi mahasiswa, antara lain :
a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata
kepada masyarakat.
b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas.
c. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan bijaksana
dalam menghadapi dinamika masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian, dan
hubungan interpersonal.

1.4.2 Untuk Masyarakat


Manfaat yang didapat dari praktek ini bagi masyarakat, antara lain :
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif
dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti, dan
menyadari masalah kesehatan serta mengetahui cara penyelesaian
masalah yang dialami masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan
mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.

1.4.3 Untuk Institusi Pendidikan


Manfaat yang didapat dari praktek ini bagi pihak pendidikan, antara
lain:
6

a. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Profesi Ners


Universitas Muhammadiyah Banjarmasin khususnya di bidang
keperawatan komunitas.
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan
model praktek keperawatan komunitas selanjutnya.

1.4.4 Untuk Profesi Kesehatan khususnya keperawatan


Manfaat yang didapat dari praktek ini bagi profesi keperawatan,
antara lain :
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi
secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan
terutama di lingkup keperawatan komunitas.
b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas
sehingga profesi mampu mengembangkannya.
c. Salah satu bukti profesionalisme keperawatan yang komprehensif
telah terwujudkan.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN


Dalam penyusunan laporan Asuhan Keperawatan Komunitas ini, penulis
menggunakan metodologi pendekatan komprehensif melalui proses Asuhan
Komunitas yang dituangkan dalam beberapa bab yaitu sebagai berikut :
1.5.1 Bab pertama, pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang,
tujuan, manfaat, kegiatan, sistematika penulisan dan metodologi
penulisan.
1.5.2 Bab kedua, tinjauan teoritis yang menguraikan tentang teori-teori
terdiri dari : keperawatan kesehatan komunitas, tujuan dan fungsi
keperawatan komunitas, sasaran, ruang lingkup perawatan kesehatan
komunitas, kegiatan praktek keperawatan komunitas, prinsip dasar,
model pendekatan dan langkah-langkah proses keperawatan.
1.5.3 Bab ketiga, asuhan komunitas yang membahas tentang penerapan
asuhan keperawatan yang meliputi 2 (dua) tahapan yaitu tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan yang terdiri dari pengkajian, analisa
data, penentuan masalah kesehatan (penapisan masalah kesehatan,
prioritas masalah, (planning of action), perencanaan kegiatan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
1.5.4 Bab keempat, penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
7

1.6 METODOLOGI PENULISAN


Metode Asuhan Keperawatan Komunitas yang digunakan dalam penulisan
laporan ini adalah melalui suatu kasus yang kemudian melaporkan langsung
hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada masyarakat atau
komunitas dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi :
pengkajian, analisa data, penapisan masalah, prioritas masalah, planning of
action (POA), perencanaan kegiatan asuhan komunitas,
implementasi/pelaksanaan beserta evaluasi.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Keperawatan Kesehatan Komunitas


Tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah untuk mencapai hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan
demikian, pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan
nasional khususnya dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai
salah satu modal dasar pembangunan nasional.

Berdasarkan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh pemerintah Indonesia, maka
direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk menggalang potensi yang ada pada
masyarakat sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatannya secara mandiri melalui perawatan kesehatan komunitas.

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,


merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien
untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan
keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan
dinamis. Selanjutnya menetapkan langkah proses keperawatan sebagai proses
pengumpulan data, pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan Fuerst,
1979).

Jadi, Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan


perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif
dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing
process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu
mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).

8
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang
bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta
masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai


persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Sumijatun dkk, 2006).

Proses keperawatan komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok


khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan. Dalam perawatan
kesehatan komunitas keterlibatan kader kesehatan, tokoh masyarakat formal dan
informal, sangat diperlukan dalam setiap tahap pelayanan keperawatan secara
terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat benar-benar mampu dan mandiri
dalam setiap upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan yang diberikan.

Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan


dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan
komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas. Sedangkan
menurut American Nurses Association (ANA, 1980) didasarkan pada asumsi :

1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks.


2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen
pelayanan kesehatan.
3. Keperawatan merupakan sub system pelayanan kesehatan , di mana hasil
pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas
perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.

Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi dasar


mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu :

1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan.

9
11

2. Merupakan bidang khusus keperawatan.


3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial
(interaksi sosial dan peran serta masyarakat).
4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
5. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif rehabilitatif
dan resosiliatif dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif.
6. Melibatkan partisipasi masyarakat.
7. Bekerja secara tim.
8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku.
9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah.
10. Bertujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan masyarakat
secara keseluruhan.

2.2 Tujuan dan Fungsi Perawatan Kesehatan Komunitas


2.2.1 Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut.
2.2.1.1 Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2.2.1.2 Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat
(health general community) dengan mempertimbangkan
permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok,dan


masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut;
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi,
yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri (self care).
12

2.2.2 Fungsi keperawatan komunitas


2.2.2.1 Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2.2.2.2 Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
2.2.2.3 Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan
peran serta masyarakat.
2.2.2.4 Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan
dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).

2.3 Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga kelompok
dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
2.3.1 Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan karena ketidakmampuan
merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat
mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun
sosial.

2.3.2 Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam
suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah
satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya.
13

2.3.3 Kelompok Khusus


Kelompok Khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang
sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk di antaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti: 1) ibu hamil; 2) bayi
baru lahir; 3) balita; 4) anak usia sekolah; serta 5) usia lanjut.
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan, di antaranya adalah: 1)
penderita penyakit menular, seperti: TBC, lepra, AIDS, penyakit
kelamin dan lainnya; 2) penderita dengan penyakit tidak menular,
seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik,
gangguan mental dan lain sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit, di antaranya: 1)
wanita tuna susila; 2) kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba; 3)
kelompok-kelompok pekerja tertentu; dan lain-lain.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, di antaranya adalah: 1)
panti werdha; 2) panti asuhan; 3) pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik,
mental dan sosial); serta 4) penitipan balita.

2.3.4 Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerja sama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap
diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dan batas-batas yang telah
ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang
saling berinteraksi, saling tergantung, dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul
banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan,
perekonomian, politik, maupun kesehatan khususnya.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:


a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan
seks. Selain itu perawat yang bekerja di sekolah dapat memberikan
perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan
kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batuk dll. Perawat juga
14

dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila


dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawat menjalankan
program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak,
2006).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat
diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga
dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawat
melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat
yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel,
berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki
kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan
memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat
dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain,
bekerja di bidang pendididkan , penelitian, di wilayah binaan,
puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan
tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang
berkualitas (Mubarak, 2006).

2.4 Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas


Ruang lingkup praktek keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan, pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), dan
15

mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,


kelompok, dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi).

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan


adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif,
rehabilitatif, dan resosiliatif.
2.4.1 Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan jalan memberikan :
a. Penyuluhan kesehatan
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks

2.4.2 Upaya Preventif


Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita, dan ibu hamil.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas,
maupun kunjungan rumah.
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas,
ataupun di rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui.

2.4.3 Upaya Kuratif


Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menderita penyakit atau
masalah kesehatan, melalui kegiatan :
a. Perawatan orang sakit di rumah (Home Nursing).
16

b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas


dan rumah sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin,
dan nifas.
d. Perawatan payudara.
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.

2.4.4 Upaya Rehabilitatif


Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok
tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat
fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan :
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita
kusta, patah tulang, maupun kelainan bawaan.
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, misalnya TBC: latihan nafas dan batuk; penderita stroke:
fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.

2.4.6 Upaya Resosiliatif


Upaya resosiliatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga, dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, di antaranya adalah
kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita
suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok
masyarakat khusus seperti khusus Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma,
dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosiliatif meyakinkan masyarakat
untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah
kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang
mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan
pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

2.5 Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas


Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai
lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan
17

wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan


komunitas adalah sebagai berikut :
2.5.1 Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga,
kelompok khusus, baik di rumah (home nursing), di sekolah (school
health nursing), di perusahaan, di posyandu, di polindes, dan daerah
binaan kesehatan masyarakat.
2.5.2 Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah
perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2.5.3 Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
2.5.4 Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi.
2.5.5 Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan
penanganan lebih lanjut.
2.5.6 Penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
2.5.7 Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.
2.5.8 Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan
masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan
penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai
suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan.
2.5.9 Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan
komunitas.
2.5.10 Mengadakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi
terkait.
2.5.11 Memberikan keteladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan
dan kesehatan.

2.6 Prinsip Dasar


Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu
keperawatan, yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan, dan
ilmu sosial (WHO, 1959). Suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran serta masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat,
1989). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu perawatan
kesehatan masyarakat yaitu : (1). Ilmu keperawatan, (2). Ilmu kesehatan
masyarakat, dan (3). Ilmu sosial (peran serta masyarakat).
18

2.6.1 Ilmu keperawatan


Konsep keperawatan di karakteristikkan oleh 4 komponen konsep pokok
yang menjadi paradigma dalam keperawatan, di mana menggambarkan
hubungan teori-teori yang membentuk susunan yang mengatur teori-teori
tersebut berhubungan satu dengan lainnya, yaitu : konsep manusia,
konsep kesehatan, konsep masyarakat, dan konsep keperawatan.
(Christine Ibrahim, 1986).

2.6.2 Ilmu kesehatan masyarakat


Dalam mengaplikasikan praktek asuhan keperawatan dalam komunitas
diperlukan pengetahuan penunjang yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat, dalam melihat perspektif proses terjadinya masalah
kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan ilmu epidemiologi,
ilmu statistik kesehatan sehingga masalah tersebut diketahui faktor
penyebab dan alternatif pemecahannya. Termasuk juga diperlukan
pemahaman tentang konsep puskesmas, PHC atau Posyandu, dan untuk
merubah perilaku masyarakat diperlukan pengetahuan yang berkaitan
dengan pendidikan kesehatan masyarakat. (Soekidjo Notoadmojo, 2003).

2.6.3 Ilmu sosial


Pengetahuan sosial kemasyarakatan penting untuk dipahami oleh seorang
perawat kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya, sebab akan
berhadapan dengan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.
Pengetahuan sosial yang dimaksud adalah ilmu pengembangan dan
pengorganisasian masyarakat, pendekatan edukatif dan teori tentang
pendekatan perubahan perilaku. Hal ini bisa dirasakan oleh petugas
kesehatan saat menjalankan tugas, peran, dan fungsinya dalam keluarga,
kelompok, atau masyarakat dengan berbagai latar belakang agama,
budaya, pendidikan, ekonomi, norma, adat istiadat, dan aturan-aturan
yang berlaku dalam masyarakat. (Nasrul Effendi, 1999). Dengan
memahami pengetahuan ilmu sosial petugas kesehatan masyarakat dapat
melakukan pendekatan untuk merubah perilaku masyarakat ke arah yang
positif dalam memelihara kesehatan keluarga, kelompok, dan masyarakat
sehingga menuju kemandirian (self care), di mana mereka diharapkan
dapat mengenal dan merumuskan masalah kesehatan yang mereka hadapi,
memprioritaskan dan mencari alternatif pemecahan masalah melalui
perencanaan bersama, kemudian melaksanakan kegiatan bersama
19

berdasarkan perencanaan yang mereka buat serta menilai hasil yang telah
dicapai.

2.7 Model Pendekatan


Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan
masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving
approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan
pendekatan epidemiologi yang dikaitkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).

Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah yang


dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat akan dapat diatasi oleh
perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan sebagai
bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan
masyarakat.

Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan


terhadap keluarga binaan disebut sebagai family approach, maka bila pembinaan
keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke puskesmas yang dinilai
memerlukan tindak lanjut disebut dengan case approach, sedangkan bila
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang dilakukan terhadap
masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri dengan melibatkan
partisipasi masyarakat disebut community approach.

2.8 Langkah-langkah Proses Keperawatan


Langkah-langkah dalam proses keperawatan di antaranya adalah sebagai
berikut:
(1) Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: identifikasi,
pengumpulan data, rencana dan kegiatan, serta penilaian (Depkes RI).
(2) Proses keperawatan terbagi dalam enam tahap yaitu: membina hubungan
saling percaya dengan klien, pengkajian, penentuan tujuan bersama,
merencanakan tindakan bersama klien, melaksanakan kegiatan sesuai
dengan rencana, dan hasil evaluasi (Freeman).
(3) Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi (SG Bailon).
20

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
langkah-langkah dalam proses keperawatan komunitas adalah :
1. Pengkajian
2. Diagnosis keperawatan
3. Perencanaan atau intervensi
4. Pelaksanaan atau implementasi
5. Evaluasi atau penilaian

Langkah-langkah dalam proses keperawatan di atas akan dibahas satu persatu


dan lebih mendalam.
1. Pengkajian (assessment)
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga, atau
kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji masalah
kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
adalah :
a. Pengumpulan Data
Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok
khusus, masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi
dengan menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun
informasi, sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial
ekonomi, dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Oleh karena itu, data yang dikumpulkan harus akurat dan dapat dilakukan
analisa data untuk pemecahan masalah.

Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor


lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan Mc
Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas yaitu meliputi demografi,
populasi, nilai-nilai keyakinan, dan riwayat individu termasuk riwayat
kesehatan. Sedangkan faktor lingkungannya adalah lingkungan fisik,
pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan,
pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi serta rekreasi.
21

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan objektif.
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas yang
diungkapkan secara langsung melalui lisan. Sedangkan data objektif
merupakan data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan,
dan pengukuran.

Sumber data yang dikumpulkan dalam tahap pengkajian dapat berupa data
primer atau data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh
pengkaji yang dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat
dari individu, keluarga, kelompok, dan komunitas berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengkajian. Sedangkan data sekunder merupakan data
yang diperoleh dari sumber yang tepercaya misalnya : kelurahan, catatan
riwayat kesehatan klien, atau medical record (Wahit, 2005).

Ada berbagai cara dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut :


1. Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk
tanya jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien,
maupun masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah
kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah, terbuka,
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien
atau keluarga pasien dan selanjutnya hasil wawancara atau anmnesa
dicatat dalam format proses keperawatan.
2. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek
fisik, psikologis, dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosis
keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca
indera dan hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas di mana salah satunya asuhan
keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga,
maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu
menegakkan diagnosis keperawatan dengan cara : inspeksi (yaitu
melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien atau keluarga yang
sakit), palpasi (yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
22

meraba pada bagian tubuh yang mengalami gangguan), auskultasi


(yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
bunyi bagian tubuh tertentu dan biasanya perawat komunitas
menggunakan stetoskop sebagai alat bantu untuk mendengarkan
denyut jantung, bising usus, suara paru, dan sebagainya), dan perkusi
(adalah cara pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mengetukkan jari telunjuk atau alat reflex hammer pada bagian tubuh
yang diperiksa).

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data


dengan cara sebagai berikut :
(1) Klasifikasi data atau kategorisasi data dengan cara :
1.1 Karakteristik demografi
1.2 Karakteristik geografi
1.3 Karakteristik sosial ekonomi
1.4 Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & MC Farlene
1988).
(2) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan Telly.
(3) Tabulasi data
(4) Interpretasi data

b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan. Tujuan dari analisa data adalah sebagai berikut :
(1) Menetapkan kebutuhan komunitas
(2) Menetapkan kekuatan
(3) Mengidentifikasi pola respons komunitas
(4) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan
kesehatan.

Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan


disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data
memerlukan pemikiran yang kritis.
23

Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stresor


yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas.
Selanjutnya dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan. Menurut
Mueke (1987) masalah tersebut terdiri dari: 1) masalah sehat - sakit; 2)
karakteristik populasi; serta 3) karakteristik lingkungan.

c. Perumusan Masalah Kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan
yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang
telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karena itu,
diperlukan prioritas masalah.

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan


keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria,
di antaranya adalah :
1. Perhatian masyarakat
2. Prevalensi kejadian
3. Berat ringannya masalah
4. Kemungkinan masalah untuk diatasi
5. Tersedianya sumber daya masyarakat
6. Aspek politis

Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan


menurut Abraham H. Maslow yaitu sebagai berikut :
1. Keadaan yang mengancam kehidupan
2. Keadaan yang mengancam kesehatan
3. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas


sesuai dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan
komunitas adalah format penapisan menurut Mueke, dengan format yaitu
sebagai berikut :
24

Kriteria Penapisan
Tersedia Sumber

Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan


Sesuai dengan peran perawat komunitas

Sesuai dengan program pemerintah


Diagnosa

Kemungkinan untuk diatasi


Keperawatan

Sumber daya peralatan


Komunitas Jumlah yang berisiko

JUMLAH SKORE
Sumber daya tempat
Sumber daya waktu

Sumber daya orang


Sumber daya dana
Minat masyarakat
Besarnya risiko

Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan yang


lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam
kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan:
1) masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat; 2)
kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat; 3) kemampuan dan
sumber daya masyarakat, dan 4) keterlibatan, partisipasi, dan peran serta
masyarakat.
Kriteria skala prioritas :
1) Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan
emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan
urgensinya untuk segera ditanggulangi.
2) Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu
kurun waktu tertentu.
3) Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah-masalah tersebut
dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat.
4) Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan
masalah-masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, sarana yang
tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul (Effendi Nasrul, 1995).
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan
baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang
25

diperoleh pada saat pengkajian sedangkan masalah potensial adalah


masalah yang mungkin timbul. Jadi, yang dimaksud dengan diagnosis
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat, dan pasti tentang
status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan
berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan
memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat
baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin akan terjadi (potensial).
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain :
1) masalah yang ditetapkan dari data umum; b) masalah yang dianalisa
dari kesenjangan pelayanan kesehatan. Diagnosis keperawatan
mengandung komponen utama yaitu sebagai berikut :

a. Problem (masalah)
Problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.
b. Etiologi (penyebab)
Menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang
dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan yang meliputi
:
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan sosial.
c. Interaksi perilaku dan lingkungan.
c. Sign atau symptom (tanda dan gejala)
Merupakan informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa atau
serangkaian petunjuk timbulnya suatu masalah.
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
sebagai berikut :
1) Dengan rumus PES (Problem + Etiologi + Symptom)
2) Dengan rumus PE (Problem + Etiologi)

Jadi, menegakkan diagnosa keperawatan minimal harus mengandung dua


komponen tersebut di atas, di samping mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
2.1 Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
2.2 Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
2.3 Partisipasi dan peran serta masyarakat
26

3. Perencanaan (intervensi) keperawatan


Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi, perencanaan asuhan keperawatan
kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
telah ditetapkan dan rencana asuhan keperawatan disusun harus
mencakup: perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan, dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.
a. Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria yaitu sebagai
berikut :
1. Berfokus pada masyarakat
2. Jelas dan singkat
3. Dapat diukur dan diobservasi
4. Realistik
5. Ada target waktu
6. Melibatkan peran serta masyarakat
Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi kriteria
yang mencakup yaitu sebagai berikut :
T = S + P + K.1 + K.2
Keterangan :
T = Tujuan
S = Subjek
P = Predikat
K.1 = Kondisi
K.2 = Kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan :
7. Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang
diharapkan
8. Perilaku yang diharapkan berubah
9. S = Spesifik
10. M = Measurable atau dapat diukur
11. A = Attainable atau dapat dicapai
12. R = Relevant/Realistic atau sesuai
13. T = Time-Bound atau waktu tertentu
27

14. S = Sustainable atau berkelanjutan


b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan
masyarakat yaitu sebagai berikut :
1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan.
2. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan.
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan
melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya
mini.
4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia.
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi
kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat.
6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai.
7. Tindakan harus bersifat realistik.
8. Disusun secara berurutan.
c. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut :
 Menggunakan kata kerja yang tepat.
 Dapat dimodifikasikan.
 Bersifat spesifik :
1) Siapa yang melakukannya ?
2) Apa yang dilakukan ?
3) Di mana dilakukan ?
4) Kapan dilakukan ?
5) Bagaimana melakukan ?
6) Frekuensi melakukan ?

4. Pelaksanaan (implementasi) keperawatan


Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat
kesehatan masyarakat harus bekerja sama dengan anggota tim kesehatan
lainnya, dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, bidan desa, dan
anggota masyarakat. Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan
atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :
28

1 Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) dan berdasarkan iman dan takwa (IMTAQ).
2 Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerja sama dengan
sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat berdasarkan asas kemitraan.
3 Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan
harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya
rencana program yang telah disusun.
4 Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan
dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta
kompeten.
5 Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan
komunitas dengan strategi komunitas organisasi dan partnerships in
community.
Selain prinsip di atas, prinsip lain yang perlu diperhatikan adalah :
1 Berdasarkan respons masyarakat.
2 Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia pada masyarakat.
3 Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri
sendiri serta lingkungannya.
4 Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit.
5 Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan perawatan masyarakat
secara essential.
6 Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
7 Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
perawatan.
29

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan yaitu :


1) Keterpaduan antara: biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana dan prasarana
dengan pelayanan kesehatan maupun lintas sektor lainnya.
2) Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader, dan tokoh masyarakat
dalam rangka alih peran.
3) Tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dan didokumentasikan.
4) Adanya penyelenggaraan sistem rujukan baik medis maupun rujukan
kesehatan.

Level pencegahan dalam praktek keperawatan komunitas terdiri atas :


a) Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ke tidak fungsinya dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan
perlindungan khusus terhadap penyakit.
b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang
tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga memperpendek
waktu sakit dan tingkat keparahan.
c) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama
sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya
menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu
kepada tingkat berfungsi optimal dari ketidakmampuannya.

5. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang
telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya. Evaluasi dilakukan atas
respons komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang perlu
dievaluasi adalah masukan (input) pelaksanaan (proses) dan hasil akhir
(output). Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan
dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4
30

dimensi yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian


yaitu : a) daya guna; b) hasil guna; c) kelayakan; serta d) kecukupan.
Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian menurut Narul Effendy, 1998
adalah sebagai berikut :
5.1 Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
5.2 Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan pelaksanaan.
5.3 Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa
evaluasi dilakukan dengan melihat respons komunitas terhadap program
kesehatan. Macam evaluasi: (1) formatif dan summatif, (2) input,
procces, dan output.

Fokus evaluasi adalah :


a) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan.
b) Perkembangan atau kemajuan proses.
c) Efisiensi biaya.
d) Efektivitas kerja.
e) Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam jangka
waktu berapa.
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar di bawah ini :

Gambar 2.1 Peran memandirikan klien dalam menanggulang masalah


kesehatan
Keterangan:

: Peran
Masyarakat

: Peran
Perawat

Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan


klien dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pada awalnya peran
31

perawat lebih besar dari pada klien dan berangsur-angsur peran klien
lebih besar dari pada perawat.
Kegunaan evaluasi adalah sebagai berikut :
1) Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang
diberikan.
2) Menilai hasil guna, daya guna, dan produktivitas asuhan keperawatan
yang diberikan.
3) Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk
memperbaiki atau menyusun rencana baru dalam proses keperawatan.
Dalam hasil evaluasi, terdapat tiga kemungkinan yaitu :
1) Tujuan tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat telah
menunjukkan kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu
dicari penyebab dan cara memperbaikinya atau mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak
menunjukkan perubahan kemajuan sama sekali bahkan timbul
masalah baru. Dalam hal ini perlu dikaji secara mendalam apakah
terdapat problem dalam data, analisis, diagnosis, tindakan, dan faktor-
faktor yang lain yang tidak sesuai sehingga menjadi penyebab tidak
tercapainya tujuan.

Tujuan akhir dari perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga


yang terkait dengan lima tugas keluarga yaitu : mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota
keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya
peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah
pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.

2.9. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas


Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang bermutu
yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati kenyataan
dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari sebuah teori
dan konsep praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006).
32

Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care
System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep yang
menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan
penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, baik yang
bersifat fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah
komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009).

Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma


keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan.Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama yang terkait
dengan keperawatan komunitas adalah:
a. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari
keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel
yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan
spiritual
b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-
pengaruh dari sekitar atau sistem klien
c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan.
Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.
33

Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang menunjang


keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis, aspek
sosial dan kultural, serta aspek spiritual.

Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan
spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel,
normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:
1) Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social
34

2) Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan


baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain)
3) Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu
secara social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan masyarakat
4) Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan
5) Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur
6) Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada menyerah
karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam kesehatan, seseorang
yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang untuk
kesehatan/keselamatan orang lain
7) Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi mempunyai
harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam penyembuhan
sakit medisnya
8) Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan
sosial
35

BAB 3

LAPORAN ASUHAN KOMUNITAS DALAM PRAKTIK STASE KEPERAWATAN


KOMUNITAS DI DESA MANDIANGIN TIMUR KECAMATAN KARANG INTAN
KABUPATEN BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Data Demografi Desa Mandiangin Timur


Mandiangin Timur adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan
Karang Intan,Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia
, terdiri dari 4 RT yakni: RT 01, RT 02, RT 03,Dan RT 04

3.1.2 Tabulasi Data Penduduk


Setelah dilakukan wawancara dan observasi pada pengkajian data dari
tanggal 06 - 12 Maret 2019 didapatkan data sebagai berikut:
JUMLAH KK : 227
JUMLAH JIWA : 800

1. Distribusi warga berdasarkan umur

No Umur Frekuensi %

1 0-1 tahun 30 3.8

2 1-3 tahun 18 2.3

3 3-6 tahun 39 4.9

4 6-12 tahun 94 11.8

5 12-18 tahun 105 13.1

6 18-25 tahun 100 12.5

7 26-39 tahun 186 23.3

8 40-59 tahun 177 22.1

9 > 60 tahun 51 6.4

Total 800 100

Berdasarkan data di atas frekuensi terbesar adalah berumur 26 – 39 tahun


dengan persentase (23.3%).

2. Distribusi warga berdasarkan jenis kelamin


36

No Jenis Kelamin Frekuensi %

1 Laki-laki 390 48.8

2 Perempuan 410 51.2

Total 800 100

Berdasarkan data di atas frekuensi terbesar berjenis kelamin perempuan


sebanyak 410 orang dengan 51.2%.

3. Distribusi warga berdasarkan agama

No Agama Frekuensi %

1 Islam 800 100

2 Kristen Katolik 0 0

3 Kristen Protestan 0 0

4 Hindu 0 0

5 Budha 0 0

Total 800 100

Berdasarkan data di atas distribusi warga berdasarkan agama yaitu sebanyak


800 orang dengan persentase 100% beragama islam.

4. Distribusi warga berdasarkan suku

No Suku Frekuensi %

1 Banjar 770 96.25

2 Lainnya 30 3.75

Total 800 100

Berdasarkan data di atas frekuensi terbesar bersuku banjar sebanyak 770 orang
dengan persentase 96.25%.

5. Distribusi warga berdasarkan pendidikan

No Pendidikan Frekuensi %

1 Tidak / belum sekolah 169 21,1

2 Tidak tamat SD/ sederajat 103 12,9

3 Tamat SD/ sederajat 202 25,3

Akademik/Diploma III/S 6 8
3
Muda
4 Diploma I/Ii 2 3
37

Total 800 100

Berdasarkan data di atas frekuensi terbesar berpendidikan Tamat SD/Sederajat


sebanyak 202 orang dengan persentase 25.3%.

6. Distribusi warga berdasarkan pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi %

1 Pelajar/ mahasiswa 143 17,9

2 Belum/ tidak bekerja 206 25.8

3 Pedagang 6 1.42

4 Petani/pekebun 70 8,8

5 Karyawan swasta 48 6,0

6 Ibu rumah tangga 196 24,5

7 Guru 9 1,1

8 Wiraswasta 46 5,8

9 Sopir 18 2,3

10 Peternak 3 4

11 Buruh Harian Lepas 20 2,5

12 Tukang Batu 1 0.1

13 Karyawan Honorer 8 1

14 Kepolisian RI 1 0.1

15 Buruh Peternakan 1 0.1

16 Pegawai Negeri Sipil 5 0.6

17 Kepala Desa 1 0.1

18 Pensiunan 3 0.3

19 Perawat 1 0.1

20 Bidan 1 0.1

21 Nelayan/perikanan 6 0.7

22 Tukang Kayu 1 0.1

Total 800 100

Berdasarkan data di atas frekuensi terbesar dalam distribusi pekerjaan yaitu


belum bekerja/tidak bekerja sebanyak 206 orang dengan persentase 25.8%.
38

7. Data Sosial Ekonomi (Penghasilan rata-rata per bulan per KK)

No Penghasilan Frekuensi %

1 < Rp.250.000 17 2,1

2 Rp.250.000 – Rp.500.000 103 12,9

3 Rp.500.000 – Rp.1.000.000 77 9,6

4 > Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000 117 14,6

5 > Rp.2.000.000 38 4,8

6 0 448 56,0

Total 800 100

Berdasarkan data di atas frekuensi terbesar berpenghasilan > Rp.1.000.000 –


Rp.2.000.000 sebanyak 117 orang dengan persentase 14.6%.

8. Data Kesehatan Penduduk


a. Total Penyakit Tuberkolosis

Diagnosis TB Jumlah Persentase (%)


Ya 0 0
Tidak 800 100
BTotal 800 100

Berdasarkan data di atas dari total jumlah penduduk tidak ada


didiagnosis terkena penyakit TBC.

b. Total Riwayat Penyakit Hipertensi

Diagnosis Hipertensi Jumlah Persentase (%)


Ya 199 25
Tidak 601 75
Total 800 100

Berdasarkan data di atas jumlah penduduk yang pernah


didiagnosis penyakit hipertensi adalah 199 orang (25%).
c. Total Minum Obat Hipertensi Secara Teratur

Minum Obat Hipertensi Secara


Teratur Jumlah Persentase (%)
Ya 47 24
Tidak 152 76
Total 199 100

Berdasarkan data di atas jumlah penduduk yang pernah


didiagnosis hipertensi dan minum obat hipertensi secara teratur
39

adalah 47 orang (24%) dan yang tidak minum obat dengan


teratur sebanyak 152 orang (76%).

d. Total dilakukan Pemeriksaan Tekanan Darah

Pemeriksaan Tekanan Darah Jumlah Persentase (%)


Ya 199 100
Tidak 0 0
Total 199 100

Berdasarkan data di atas jumlah penduduk yang dilakukan


pemeriksaan tekanan darah adalah 199 orang (100%).

e. Total Gangguan Jiwa

Gangguan Jiwa Jumlah Persentase (%)


Ya 0 0
Tidak 800
100
Total 800 100

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di Desa Mandiangin


Timur tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.

f. Kartu Jaminan Kesehatan

Kartu Jaminan Kesehatan Jumlah Persentase (%)


Ya 440 55

Tidak 360 45
Total 800 100

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk yang memiliki kartu


jaminan kesehatan adalah 440 orang (55%). Sedangkan yang
tidak memiliki kartu jaminan kesehatan adalah 360 orang
(45%).
40

g. Merokok

Merokok Jumlah Persentase (%)


Ya (Setiap hari,Sering/kadang- 283 35
kadang)
Tidak (Tidak/Sudah berhenti) 517 65

Total 800 100

Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk yang merokok


adalah 283 orang (35%). Sedangkan yang tidak merokok adalah
517 orang (65%).

h. Penyakit lainnya

Penyakit lainnya Jumlah Persentase (%)


Hipertensi 199 25
Infeksi Kulit 150 19
Asma 134 17
Rematik 70 9
Batuk 83 10
Demam 35 4
Typoid 27 3
Gastritis 34 4
Diare 58 7
Migrain 30 4
Total 800 100

Berdasarkan data di atas, sebagian besar penduduk Desa


Mandiangin Timur mengalami Hipertensi dengan persentasi
sebanyak 25%, sedangkan persentasi paling sedikit adalah
penyakit demam typoid sebanyak 3%.
41

9. Fasilitas Air Bersih dan Jamban Keluarga


a. Sumber Air

Sumber Air Jumlah Persentase (%)


PDAM, 0 0

sumur gali 80 35

sumur bor 121 53

Mata Air 26 12

Sungai 0 0

Total 227 100

Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk yang


menggunakan sumber air dari sumur bor adalah 121 orang
(53%).

b. BAB di Jamban
Sistem Pembuangan Jumlah Persentase (%)
WC umum/bersama 0 0
WC pribadi 227 100
Sungai 0 0
Kebun/sembarang tempat 0 0
Total 227 100

Berdasarkan tabel di atas, dari total 277 kepala keluarga,


keseluruhannya BAB di pribadi yaitu dengan persentase
86%.

c. Jenis Jamban

Jenis Jamban Jumlah Persentase (%)


Clempung tertutup dan 210 93
ventilasi

Cemplung terbuka 17 7

Empang 0 0

Total 227 100


42

Berdasarkan tabel di atas, dari total 227 kepala keluarga,


sebanyak 210 kepala keluarga (93%) penduduk memiliki
jamban dengan jenis cemplung tertutup dan ventilasi dan
sebanyak 17 kepala keluarga (7%) memiliki jamban dengan
jenis cemplung terbuka.

10. Data Reproduksi


a. Total Penggunaan Keluarga Berencana (KB)

Penggunaan Alat Kontrasepsi Jumlah Persentase (%)


Ya 278 68
Tidak 132 32
Total 410 100

Berdasarkan data di atas jumlah perempuan yang masuk


kategori menggunakan alat kontrasepsi adalah 278 orang
(68%). Sedangkan jumlah persentase yang tidak
menggunakan alat kontrasepsi adalah 132 orang (32%).
43

3.2 ANALISIS DATA

No Data Subyektif Data Objektif Masalah Penyebab


1 1. Saat pengkajian, sebagian besar - Dari hasil pendataan didapatkan bahwa Kurang pengetahuan masyarakat Kurang terpapar informasi mengenai
masyarakat desa mandiangin penduduk yang pernah didiagnosis tentang penatalaksanaan penyakit penatalaksanaan penyakit hipertensi
timur mengatakan biasanya hipertensi dan minum obat hipertensi secara hipertensi
tekanan darah mereka tinggi teratur adalah 47 orang (24%) dan yang
terutama masyarakat rt 2 dan rt 4 tidak minum obat dengan teratur sebanyak
2. Masyarakat mengatakan kurang 152 orang (76%).
tahu bagaimana cara untuk - Dari hasil pendataan didapatkan data bahwa
mengontrol tekanan darah jumlah penyakit tertinggi pada masyarakat
3. Sebagian masyarakat mengatakan desa Mandiangin Timur yaitu hipertensi
tidak rutin dalam mengontrol sebanyak 199 orang (25%).
tekanan darahnya - Tingkat pendidikan masyarakat di desa
Mandiangin Timur terbanyak yaitu Tamat
SD/Sederajat (42%).

3 1. Sebagian besar masyarakat desa - Dari hasil pendataan didapatkan bahwa Kurangnya perlindungan / jaminan Kurang terpapar informasi mengenai
Mandiangin Timur masih belum masyarakat yang memiliki kartu jaminan kesehatan masyarakat serta berisiko manfaat kartu jaminan kesehatan
memiliki kartu jaminan kesehatan. kesehatan adalah 440 orang (55%). terjadi peningkatan beban finansial
2. Sebagian masyarakat desa Sedangkan yang tidak memiliki kartu dalam menyelesaikan masalah
Mandiangi Timur mengatakan jaminan kesehatan adalah 360 orang (45%). kesehatan
masih belum mengetahui manfaat -
memiliki kartu jaminan nasional
44

3.3 PENAPISAN MASALAH

MASALAH
NO A B C D E F G H I J K L Total Prioritas
KESEHATAN
1 Kurang 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 42 3
pengetahuan
masyarakat
tentang
penatalaksanaan
penyakit
hipertensi
2 Kurangnya 4 4 3 4 3 2 4 3 3 2 2 3 37 4
perlindungan /
jaminan
kesehatan
masyarakat serta
berisiko terjadi
peningkatan
beban finansial
dalam
menyelesaikan
masalah
kesehatan

Keterangan
1. Kriteria Penapisan
A. Sesuai dengan peran perawat komunitas
B. Jumlah yang berisiko
C. Besarnya risiko
D. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
E. Minat masyarakat
F. Kemungkinan untuk diatasi
G. Sesuai dengan program pemerintah
H. Sumber daya tempat
I. Sumber daya waktu
J. Sumber daya dana
K. Sumber daya peralatan
L. Sumber daya orang

2. Keterangan pembobotan :
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi
45

3.4 PRIORITAS MASALAH

1. Kurangnya perlindungan / jaminan kesehatan masyarakat serta berisiko


terjadi peningkatan beban finansial dalam menyelesaikan masalah kesehatan
2. Kurang pengetahuan masyarakat tentang penatalaksanaan penyakit hipertensi
3.5 PLANNING OF ACTION (POA)

PLANNING OF ACTION (POA) ASUHAN KOMUNITAS


DI DESA MANDIANGIN TIMUR
KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN

Hari
WAKTU PENANGGUNG
NO JENIS KEGIATAN SASARAN TEMPAT /Tanggal/bulan/
PELAKSANAAN JAWAB
Tahun

1 MMD 1 (Musyawarah 1. Ketua RT Kantor Desa Mandiangin Jam 10.00 Wita Rabu, 06 Maret Semua Anggota Kelompok
Masyarakat Desa 1) 2. Kepala Timur (Pasar Minggu) 2019 dan masyarakat
Lingkungan
3. Tokoh Agama
4. Tokoh Remaja
5. Kader
6. Sekdes
7. Kepala Desa
8. Masyarakat Desa
Mandiangin
Timur

2 Pengkajian Masyarakat 1. Masyarakat Semua rumah RT 1 s/d 4 di - Tanggal 06 – 12 Semua Anggota Kelompok
Mandiangin desa Mandiangin Timur Maret 2019
Timur
56

3 Tabulasi Data 1. Masayarakat - - 15,16,17 Semua Anggota Kelompok


Desa Mandiangin Maret 2019
Timur

4 1. Pengukuran TD 1. Masyarakat Desa Posyandu dan Poswindu Jam 09.00 Wita 14 Maret 2019 Semua Anggota Kelompok dan
2. Pemeriksaan Mandiangin Pengelola Posyandu
Gula darah Timur
3. Pemeriksaan 2. Balita Desa
Asam Urat Mandiangin
4. Pemeriksaan Timur
Kolesterol
5. Pemerikasaan
gizi (mengukur
TB dan BB)
6. Penkes tentang:
Stunting
5 MMD 2 (Musyawarah 1. Ketua RT Kantor Desa Mandiangin Jam 16.30 Wita 19 Maret 2019 Semua Anggota Kelompok dan
Masyarakat Desa 2) 2. Tokoh Remaja Timur (Pasar Minggu) Masyarakat
3. Tokoh
Lingkungan
4. Kader
5. Sekdes
6. Kepala Desa
7. Masyarakat Desa
Mandiangin
Timur
57

6 Pendidikan kesehatan 1. Masyarakat Desa Arisan Aisyiyah Jam 14.00 Wita 27 Maret 2019 1. Eva Hariati
Tentang: Hipertensi Mandiangin 2. Norlatifah
Timur yang 3. Mardina Ayu Sari
mengikuti 4. Rizqa Hadiyati
kegiatan Arisan 5. Noor Hayah
Aisyiyah 6. Rahimatun Nisa
7. Deni Priatna

7 Pemerikasaan gizi 1. Balita Posyandu dan Poswindu Jam 09.00 Wita 10 April 2019 Kelompok dan Pengelola
(mengukur TB dan BB) Posyandu

9 1. Penyuluhan 2. Seluruh Siswa TKA/TPA Mandiangin Timur Jam 16.00 Wita i. 1. MEva Hariati
tentang 6 TKA/TPA 2. aNorlatifah
Langkah cuci 3. r Mardina Ayu Sari
e
tangan dan cara 4. Rizqa Hadiyati
t
sikat gigi yang
baik dan benar 2
0
1
9
10 1. Penyuluhan cuci 1. Siswa kelas 4 SDN Mandiangin Timur 2 Jam 09.00 Wita 23 Maret 2019 1. Noor Hayah
tangan 2. Siswa kelas 5 2. Rahimatun Nisa
2. Pendidikan 3. Deni Priatna
kesehatan
tentang
pentingnya
58

sarapan pagi,
mencegah jajan
sembarangan
dan mencegah
batuk pilek
11 Pendidikan kesehatan 1. Masyarakat Desa Arisan Laki-laki warga Jam 20.00 Wita 22 Maret 2019 1. Afri Yendi
Tentang Mandiangin Muhammadiyah Desa 2. M. Noor Huda
1. Hipertensi Timur yang Mandiangin Timur 3. Nurdin Fikri
2. Asam Urat mengikuti Arisan
3. Diabetes
Mellitus
12 MMD 3 (Musyawarah 1. Ketua RT Kantor Desa Mandiangin - April 2019 Semua Anggota Kelompok dan
Masyarakat 3) 2. Toga Toma Timur (Pasar Minggu) Masyarakat
3. Kader
4. Sekdes
5. Kepala Desa
6. Masyarakat Desa
Mandiangin
Timur
BAB 4
PEMBAHASAN

Praktek Keperawatan komunitas merupakan bagian aplikasi dari keperawatan


komunitas yang diadakan sejak tanggal 6 Maret – 11 Maret. Praktek
Keperawatan komunitas ini merupakan bagian dari praktek keperawatan yang
memiliki beberapa tahapan proses keperawatan, yaitu proses Pengkajian,
Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.

4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis


terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang
menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi,
maupun spiritual dapat ditentukan (Mubarak, 2005).

Berdasarkan rencana proses pengkajian ini dilakukan dalam waktu 6 hari pada
tanggal 6 Maret – 11 Maret 2019, di Desa Madiangin Timur Kecamatan
Karang Intan di RT 1 – RT 4, dengan jumlah kepala keluarga di lingkungan
Desa Mandiangin Timur yaitu 465 KK. Hasil pengkajian penyakit yang
pernah diderita warga Desa Mandiangin Timur Kecamatan Karang Intan pada
saat dilakukan pengkajian terbanyak adalah menderita hipertensi.

Dalam melaksanakan proses pengkajian mahasiswa mendapat beberapa faktor


pendukung dan penghambat, antara lain :
1. Faktor pendukung.
Faktor pendukung dalam tahap pengkajian adanya dukungan dari para
perangkat desa diantaranya kepala desa, Sekretaris desa, Bidan desa, ketua
RT, dan masyarakat yang kooperatif.
56

2. Faktor penghambat.
Dalam tahap pengkajian, kelompok mengalami banyak kendala atau faktor
penghambat antara lain kesulitan menemui warga pada waktu pagi hari dikarenakan
pada pagi hari warga digunakan untuk bekerja, hal tersebut yang membuat mahasiswa
kesulitan untuk melakukan pengkajian.

4.2 Diagnosa keperawatan komunitas


Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual
maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian,
sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi,
diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status
dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan
demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi (potensial) (Mubarak,
2005).

Setelah dilakukan proses pengkajian di Desa Mandaingin Timur Kecamatan Karang


Intan, mahasiswa(i) menemukan beberapa masalah kesehatan yaitu : Kesiapan
meningkatkan manajemen kesehatan b/d kurang pemahaman terhadap penyakit hipertensi,
Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi b/d kurangnya pengetahuan masyarakat di
wilayah Mandiangin Timur Kecamatan Karang Intan.

Penapisan masalah keperawatan (prioritas) dilakukan bersama warga Desa Mandiangin


Timur dalam acara Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) II yang dilakukan di Balai
Desa Mandiangin Timur. Dalam proses penapisan masalah ini, mahasiswa masih
mendapatkan beberapa faktor pendukung dan penghambat antara lain:
1. Faktor pendukung.
Faktor pendukung yang dalam hal ini yaitu sebagian besar warga sangat antusias
dengan acara yang diadakan, penggunaan media yang menarik perhatian warga,
penguasaan materi yang baik oleh mahasiswa.
2. Faktor penghambat.
Waktu pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD II) yang dilaksanakan pada
waktu siang hari lebih didominasi oleh penduduk perempuan dan kesibukan warga
membuat tidak semua warga yang diundang dapat menghadiri MMD II.
57

4.3 Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien (Mubarak, 2005). Jadi
perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus
mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan
kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2005).

Rencana tindakan keperawatan komunitas dirumuskan bersama-sama dengan warga Desa


Mandiangin Timur setempat pada waktu pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD) II di Balai Desa Mandiangin Timur. Pada proses ini diperoleh kesepakatan
dengan warga yang meliputi waktu, tempat dan penanggung jawab setiap kegiatan yang
akan dilaksanakan. Kegiatan yang direncanakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang
muncul antara lain: upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui pelaksanaan
pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang masalah yang muncul di masyarakat.

Dalam proses perencanaan tindakan keperawatan komunitas ini mahasiswa masih


mendapatkan beberapa faktor pendukung dan penghambat antara lain:
1. Faktor pendukung.
Faktor pendukung yang dalam hal ini yaitu kepala Desa, ketua RT, pihak sekolah,
serta masyarakat yang sangat mendukung akan kegiatan tersebut, serta mau bekerja
sama dan memfasilitasi segala hal yang dibutuhkan mahasiswa(i) demi kelancaran
kegiatan tersebut sehingga mempermudah dalam menentukan waktu dan tempat
pelaksanaan kegiatan tersebut.
2. Faktor penghambat.
Tidak semua warga hadir dalam kegiatan penyuluhan kesehatan di pengajian Ibu-ibu
Aisyiah dan arisan bapak-bapak terkait penyakit hipertensi, Asam Urat, dan
Kolesterol yang dilakukan di salah satu rumah warga dikarenakan kesibukan dan
kadang kelelahan setelah seharian bekerja.

4.4 Implementasi
1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan b/d kurang pemahaman terhadap penyakit
hipertensi.
a. Pendidikan kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan (Naomi, 2002).
58

Penyuluhan kesehatan yang diberikan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut


adalah penyuluhan tentang penyakit hipertensi yang dilakukan baik pada seluruh
warga masyarakat di Desa Mandaingin Timur dan pemeriksaan kesehatan gratis
pengukuran tekanan darah sebagai target keperawatan komunitas. Penyuluhan
tentang beberapa masalah kesehatan tersebut dilaksanakan di kegiatan Posyandu
dan pengajian ibu-ibu Aisyiah, arisan bapak-bapak dan rumah warga.

4.5 Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan
tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).

Kegiatan yang telah dirumuskan dalam perencanaan bersama dengan warga telah
dilaksanakan semua. Semua kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang
disusun walaupun masih terdapat beberapa hambatan baik internal (dari mahasiswa)
maupun eksternal (dari masyarakat dan lingkungan). Dari beberapa hambatan yang ada,
sebagian hambatan dapat tertutupi oleh faktor pendukung.

Berikut evaluasi untuk diagnosa keperawatan Komunitas :

a. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan b/d kurang pemahaman terhadap penyakit


hipertensi
1) Evaluasi struktur :
- Rencana penyuluhan telah dilakukan pada saat MMD II.
- Materi penyuluhan serta leaflet telah dipersiapkan 3 hari sebelum
persiapan pelaksanaan kegiatan
- Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada masyarakat Desa Mandiangin
Timur di rumah warga/ pengajian ibu-ibu Aisyiah dan arisan bapak
bapak dan Posyandu Desa Mandiangin Timur.
2) Evaluasi proses :
- Acara bejalan lancar
- 85% peserta yang aktif bertanya terhadap materi penyuluhan.
- 98 % peserta mengikuti pemeriksaan tekanan darah.
59

- Penyuluhan dilaksanakan di desa Mandiangin Timur.


3) Evaluasi hasil :
- Warga Desa Mandaingin Timur dapat memahami tentang materi
penyakit hipertensi yang diberikan oleh mahasiswa
- Warga Desa Mandiangin timur dapat mengetahui tekanan darah.
- Warga desa Mandiangin timur memahami tindakan yang dilakukan
untuk mencegah meningkatnya kadar tekanan darah.

DAFTAR PUSTAKA

Mubarak. Wahit Iqbal (2005), Pengantar Keperawatan Komunitas 1, Jakarta : Sagung


Seto

Mubarak. Wahit Iqbal (2013), Ilmu Keperawatan Komunitas , Jakarta : Sagung Seto

Mubarak. Wahit Ikbal. Chayatin Nurul. Santoso Bambang Adi (2009), Ilmu
Keperawatan Komunitas buku 2 Konsep dan Aplikasi, Jakarta : Salemba
Medika

Naomi. E. Ervin (2014), Advanced Community Helth Nursing Practice:


Population-Focused Care, New Jersey: Pearson Education Inc

Nasrul Effendi (2011), Perawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC.

Palestin. Bondan (2015), Model Kemitraan Keperawatan Komunitas Dalam


Pengembangan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd 2008 from
http://bondankomunitas.blogspot.com/2007/01/model-kemitra
60

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Praktek klinik keperawatan komunitas yang dilaksanakan pada tanggal 26 Maret
2019 sampai dengan 31 Maret 2019 merupakan salah satu program profesi untuk
menghasilkan tenaga perawat yang profesional sesuai dengan kompetensi yang
ditentukan. Sebagai aplikasi nyata dari konsep keperawatan komunitas, diberikan
asuhan keperawatan komunitas kepada masyarakat Desa Mandiangin Timur
Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan.
Pendekatan dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas adalah pendekatan
proses keperawatan yang meliputi 4 tahap, yaitu pengkajian, perencanaan, tindakan
dan evaluasi yang dilaksanakan secara integral dan komprehensif dalam
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengenal masalah kesehatanya dan
mampu menciptakan berbagai alternatif dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatanya.
Dari keempat tahapan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik oleh mahasiswa,
kader dan masyarakat desa Desa Mandiangin Timur Kecamatan Karang Intan
Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Dalam pelaksanaanya tidak pernah
lepas dari aral dan rintangan, akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan baik tanpa
mengganggu aktivitas. Secara umum tingkat keberhasilan praktek klinik
keperawatan komunitas adalah 95% dengan antusiasme warga masyarakat dan peran
serta aktif serta bantuan berbagai pihak.
5.2 Saran
5.2.1 Pihak Puskesmas Karang Intan dan Puskesmas Pembantu desa Mandiangin
Timur
5.2.1.1 Diaharapkan lebih meningkatkan pembinaan terhadap kelompok-
kelompok yang terdapat dimasyarakat khususnya dibidang
kesehatan, sehingga apa yang menjadi upaya Puskesmas untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya
dapat tercapai dengan baik.
5.2.1.2 Terbukanya kerjasama yang lebih lanjut dengan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin

5.2.2 Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar


Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala agar lebih meningkatkan
dan memberikan arahan tentang Hipertensi (tekanan darah tinggi) kepada
masyarakat, khususnya masyarakat Desa Mandiangin Timur serta
61

penatalaksanaan terhadap penyakit-penyakit yang diderita oleh masyarakat


khususunya di Desa Mandiangin Timur.

5.2.3 Masyarakat
Disarankan agar masyarakat rutin dalam memeriksakan kesehatannya serta
menjaga lingkungan agar tetap bersih.

5.2.4 Pihak Pendidikan


5.2.4.1 Dalam proses persiapan memasuki program praktek klinik
keperawatan komunitas yang dibekalkan kepada mahasiswa
hendaknya terstruktur dan mengintegrasikan keseluruh konsep
keperawatan klinik dengan kondisi lapangan, sehingga didapatkan
kesamaan ide, pendapat, kesepakatan dan persepsi menuju
peningkatan efektifitas pelaksanaan praktik-praktik dilapangan
5.2.4.2 Untuk meningkatkan, memperluas dan mempermudah hubungan
instansi yang terkait praktik klinik keperawatan komunitas dengan
mahasiswa, diharapkan adanya kerjasama antara pendidikan
dengan instansi terkait, baik berupa kontrak waktu atau dalam
bentuk yang lain
5.2.5 Mahasiswa S1 Keperawatan selanjutnya
5.2.5.1 Bekali diri anda dengan konsep keperawatan komunitas dan
keluarga, proses pengorganisasian masyarakat, tehnik komunikasi
dan interaksi sosial
5.2.5.2 Pertahankan kebersamaan dan kerjasama baik antar anggota
kelompok sebagaimana yang telah kami lakukan, sebab itu modal
utama keberhasilan kita
5.2.5.3 Lakukan analisa situasi lingkungan dari praktik sebelumnya
sebagai wacana dan modal perencanaan selanjutnya.
5.2.5.4 Tunjukan profesionalisme kita sebagai perawat sehingga
memberikan kesan yang membekas bagi masyarakat.
62

DAFTAR PUSTAKA

Mubarak. Wahit Iqbal (2005), Pengantar Keperawatan Komunitas 1, Jakarta : Sagung


Seto

Mubarak. Wahit Iqbal (2013), Ilmu Keperawatan Komunitas , Jakarta : Sagung Seto

Mubarak. Wahit Ikbal. Chayatin Nurul. Santoso Bambang Adi (2009), Ilmu
Keperawatan Komunitas buku 2 Konsep dan Aplikasi, Jakarta : Salemba
Medika

Naomi. E. Ervin (2014), Advanced Community Helth Nursing Practice:


Population-Focused Care, New Jersey: Pearson Education Inc

Nasrul Effendi (2011), Perawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC.

Palestin. Bondan (2015), Model Kemitraan Keperawatan Komunitas Dalam


Pengembangan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd 2008 from
http://bondankomunitas.blogspot.com/2007/01/model-kemitraan-keperawatan-
komunitas_ 10. html

Anda mungkin juga menyukai