Anda di halaman 1dari 44

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

PALEMBANG 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang mana telah memberikan kami semua
kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Komunikasi dalam
Keperawatan yang berjudul “Komunikasi Pada Tahap Dewasa”. Tersusunnya makalah ini
tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan
moril, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat
agar makalah ini dapat di selesaikan.

Kelompok kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah
membimbing kami agar kami dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun makalah
ini. Dosen tersebut antara lain:

1. Ibu Rusmarita.,S.Kep,Ners,M.Kes. selaku Dosen Mata Kuliah Komunikasi dalam


Keperawatan yang telah memberikan tugas mengenai masalah ini sehingga pengetahuan kami
dalam penulisan makalah ini semakin bertambah.

2. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa serta dukungannya.

Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Komunikasi dalam Keperawatan. Makalah ini
membahas tentang kalimat efektif.

Tak ada gading yang tak retak Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Palembang , 14 Juni 2016


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 4

1.3 Tujuan Masalah......................................................................................................... 4

1.4 Manfaat.................................................................................................................... 4

2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian komunikasi terapeutik............................................................................ 5

2.2 tujuan komunikasi terapeutik................................................................................... 5

2.3 manfaat komunikasi pada masa dewasa awal ......................................................... 5

2.4 komunikasi pada masa dewasa awal....................................................................... 5

2.4.1 suasana komunikasi..................................................................................... 6

2.4.2 model komunikasi dan implementasinya pada klien dewasa...................... 7

2.5 prinsip dasar komunikasi terapeutik....................................................................... 10

2.5.1 keberhasilan komunikasi............................................................................... 10

2.5.2 faktor yang menhambat dalam proses terapeutik......................................... 11

2.5.3 teknik-teknik komunikasi terapeutik.......................................................... 11

3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 13

3.2 Saran..................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di masa ini pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang sangat penting di pelajari
sebagai bahan pedoman untuk mengetahui ciri – ciri ideal pertumbuhan pada masa dewasa awal
seperti perkembangan fisik, motorik, bahasa, dan adaptasi sosial. Sehingga kita dapat memahami
bagaimana normalnya tumbuh kembang pada usia bayi tersebut. Oleh karena itu, pembahasan
tentang tumbuh kembang sangat baik diangkat sebagai bahan makalah sehingga kita tahu
bagaimana perkembangan dan pertumbuhan dewasa awal.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana komunikasi yang benar dan jelas agar mudah dipahami oleh orang dewasa.

1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian Komunikasi pada dewasa awal

2. Mengetahui suasana komunikasi pada dewasa awal


3. Mengetahui Konsep-konsep terapeutik pada dewasa awal

4. Mengetahui Penerapan terpeutik pada dewasa awal

1.4 Manfaat

1. Manfaat untuk diri sendiri: agar bisa memahami bagaimana komunikasi yang benar dan
mudah di pahamin oleh dewasa awal

2. Manfaat untuk kelompok: agar kita bisa menjaga komunikasi yang baik dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Teraupetik

Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan ( As Hornby
dalam Intan, 2005). Maka di sini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang
memfasilitasi proses penyembuhan. Dan komunikasi terapeutik merupakankomunikasi
professional bagi perawat.

2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik

Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin
hubungan saling percaya dengan klien,memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan akan meningkatkan profesi.

2.3 Manfaat Komunikasi Terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik ( christina, ddk. 2003) adalah :


a. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antarperawat dengan pasien melalui hubungan
perawat dan klien.

b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta mengevaluasi


tindakan yang dilakukan oleh perawat.

2.4 Komunikasi Pada Masa Dewasa

Dari segi psikologis, Orang dewasa dalam situasi komunikasi mempunyai sikap-sikap tertentu
yaitu :

a. Komunikasi adalah sutu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri, maka
orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih muktahir.

b. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya
perasaan dan pikiran.

c. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi dan menerima,
akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan
tanggapannya mengenai suatu masalah.

Komunikasi pada dewasa awal mengalami puncaknya pada kematangan fisik, mental dan
kemampuan social mencapai optimal. Peran dan tanggung jawab serta tuntutan social telah
membentuk orang dewasa. melakukan komunikasi dengan orang lain, baik pada setting
professional ketika mereka bekerja atau pada saat mereka berada di lingkungan keluarga dan
masyarakat umum.

Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa telah mencapai tahap optimal, baik
dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Kemampuan untuk mengembangkan komunikasi
(sebagai media transfer informasi). Dalam menguasai pesan yang diterima, individu dewasa
tidak hanya melihat isi pesan, tetapi juga mempersiapkan pesan tersebut dengan lebih baik serta
menciptakan hubungan antar pesan yang di terima dengan konteks atau situasi pesan tersebut
disampaikan. Pesan yang diterima individu dewasa kadang kala dipersepsikan bukan hanya dari
konteks isi pesan, tetapi lebih kompleks lagi disesuaikan dengan situasi dan keadaan yang
menyertai. Contoh: “sayang…” dari sepenggal kata tersebut ketika diungkapkan dengan nada
datar, akan memberi kesan yang menyesalkan. Kesan ini semakin kuat bila penyampai pesan
menunjukkan rasa penyesalan dari gerakan bibir, raur wajah, kepala menunduk. Namun, bila
ungkapan tersebut diucapkan dengan menggunakan bahasa yang halus dan mendesah serta
menyampaikan pesan dengan menunjukkan ekspresi mata bersinar, wajah cerah atau normal,
persepsi individu dewasa tersebut adalah bahwa makna kata “sayang” tersebut adalah perasaan
suka atau cinta. Kemampuan untuk menilai respon verbal dan nonverbal yang disampaikan
lingkungan memberi keuntungan karena pesan yang kompleks dapat disampaikan secara
sederhana. Namun, kadang kala kemampuan kompleks untuk menangkap pesan ini menimbulkan
kerugian pada manusia karena kesalahan dalam menerima pesan menjadi lebih besar, akibat
pengguna persepsi dan lingkungan yang lebih kompleks. Contoh : seseorang yang meludah
didepan atau didekat orang seseorang kadang kala di persepsikan sebagai rasa tidak suka atau
benci terhadap orang tersebut, atau orang yang meludah tersebut tidak bermaksud sebagaimana
dipersepsikan orang lain. Situasi diatas selanjutnya menimbulkan konflik antar individu atau
kelompok.

2.4.1 Suasana Komunikasi

Agar komunikasi dengan klien dewasa efektif perlu memperhatikan terciptanya suasana
komunikasi yang mendukung tercapainya tujuan komunikasi seperti saling menghormati,
percaya dan terbuka.

a. Suasana saling menghormati

Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan klien dewasa, lawan komunikasi
(perawat/tenaga kesehatan) harus dapat menghormati pendapat pribadinya. Klien dewasa akan
merasa lebih senang apabila ia diperbolehkan untuk menyampaikan pemikiran atau pendapat,
ide, dan sistem nilai yang dianutnya. Apabila hal-hal tersebut diabaikan akan menjadi kendala
bagi keberlangsungan komunikasi.

b. Suasana saling percaya

Komunikasi dengan klien dewasa perlu memperhatikan rasa saling percaya akan kebenaran
informasi yang dikomunikasikan. Apabila hal ini dapat diwujudkan maka tujuan komunikasi
akan lebih mudah tercapai.

c. Suasana saling terbuka

Keterbukaan untuk menerima hasil komunikasi dua arah, antara perawat atau tenaga kesehatan
dan klien dewasa akan memudahkan tercapainya tujuan komunikasi.Klien dewasa yang
menjalani perawatan di rumah sakit dapat merasa tidak berdaya, dan tidak aman ketika berada
dihadapan pribadi-pribadi yang mengatur sikap dan perilakunya. Status kemandirian mereka
berubah menjadi bergantung pada aturan dan ketetapan pihak lain. Hal ini dapat menjadi
suasanya yang dirasanya sebagai ancaman. Akumulasi perasaan ini dapat terungkap dalam
bentuk sikap emosional dan agresif. Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks
pasien sebagai orang dewasa oleh para professional,pasien dewasa akan mampu bergerak lebih
jauh dari imobilitas bio psikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap maslahnya.

2.4.2 Model Komunikasi Dan Implementasinya Pada Klien Dewasa

Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan klien dewasa dapat diterapkan beberapa model
konsep komunikasi sebagai berikut:
a. Model Shanon & Weaver

Model Shanon & Weaver memperhatikan problem pada penyampaian pesan informasi
berdasarkan tingkat kecermatan. Model ini mengilustrasikan sumber dalam bentuk sandi.
Diasumsikan bahwa sumber informasi menyampaikan sinyal yang sesuai dengan saluran
informasi yang digunakan. Gangguan yang timbul dapat mengganggu kecermatan pesan yang
disampaikan. Model ini dapat diterapkan pada konsep komunikasi antarpribadi. Faktor yang
menguntungkan dari implementasi model ini ialah pesan yang disampaikan dapat diterima
langsung oleh pihak penerima. Meskipun demikian, pada model ini pun terdapat kelemahan yang
berupa hubungan antara sumber dan penerima pesan tidak kasat mata. Karena itu klien dewasa
lebih memilih komunikasi secara langsung karena penerapan komunikasi melalui perantara dapat
mengurangi kejelasan pesan yang dikomunikasikan.

b. Model Komunikasi Leary

Model komunikasi Leary menekankan pengaruh hubungan interaksi di antara dua pihak yang
berkomunikasi. Model ini mengamati perilaku klien yang dipengaruhi oleh lingkungan di
sekitarnya. Model komunikasi Leary diterapkan dalam bidang kesehatan berdasarkan
keseimbangan informasi yang terjadi dalam komunikasi antara profesional dan klien. Dalam
pesan komunikasi pada model ini ada dua dimensi yang perlu diperhatikan dalam penerapannya,
yakni dimensi: penentu vs ditentukan, dan suka vs tidak suka.

Dalam jangka waktu tertentu pasien diposisikan sebagai penerima pesan yang ditentukan dan
harus dipatuhi di bawah dominasi profesional kesehatan. Dalam komunikasi seharusnya terdapat
keseimbangan kepercayaan di antara pengirim dan penerima pesan.

Apabila model komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa hanya dapat dilakukan pada kondisi
darurat untuk menyelamatkan hidup klien karena dalam kondisi darurat klien harus mentaati
pesan yang disampaikan oleh perawat/profesional kesehatan. Tetapi pada klien/pasien dalam
kondisi kronik model komunikasi ini tidak tepat untuk diterapkan karena klien dewasa
mempunyai komitmen berdasarkan sikap dan pengetahuannya yang tidak mudah dipengaruhi
oleh perawat.

Pada kasus ini lebih tepat apabila diterapkan dimensi suka (hue) dalam kadar tertentu, sebatas
untuk sarana penyampaian pesan profesional. Model ini ditekankan pada pentingnya hubungan
dalam membantu klien pada pelayanan kesehatan secara langsung

c. Model Interaksi King

Model interaksi King menekankan arti proses komunikasi antara perawat dan klien dengan
mengutamakan penerapan system perspektif untuk mengilustrasikan profesionalisme perawat
dalam memberikan bantuan kepada klien.
Model ini menekankan arti penting interaksi berkesinambungan di antara perawat dan klien
dalam pengambilan keputusan mengenai kondisi klien berdasarkan persepsi mereka terhadap
situasi.

Interaksi merupakan proses dinamis yang melibatkan hubungan timbal balik antara persepsi,
keputusan, dan tindakan perawat-klien. Umpan balik pada model ini menunjuknya arti penting
hubungan antara perawat dan klien.

Komunikasi berdasarkan model interaksi King lebih sesuai diterapkan pada klien dewasa karena
model ini mempertimbangkan faktor intrinsik-ekstrinsik klien dewasa yang bertujuan untuk
menjalin transaksi. Umpan balik yang terjadi bermanfaat untuk mengetahui hasil informasi yang
disampaikan diterima dengan baik oleh klien.

d. Model Komunikasi Kesehatan

Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan-klien. 3 faktor utama
dalam proses komunikasi kesehatan yaitu : 1) Relationship, 2) Transaksi, dan 3) Konteks.
Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana seorang
professional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan adalah seorang yang
memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman dibidang kesehatan.
Klien adalah individu yang diberikan pelayanan. Orang lain penting untuk mendukung terjadinya
interaksi khususnya mendukung klien untuk mempertahankan kesehatan. Transaksi merupakan
kesepakatan interaksi antara partisipan didalam proses kumunikasi tersebut. Konteks yaitu
komunikasi kesehatan yang memiliki topik utama tentang kesehatan klien dan biasanya
disesuaikan dengan temapt dan situasi. Penerapannya Terhadap komunikasi klien Dewasa Model
komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa, karena professional kesehatan (perawat)
memperhatikan karekterisitik dari klien yang akan mempengaruhi interaksinya dengan orang
lain. Transaski yang dilakukan secara berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik.
Komunikasi ini juga tidak melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap kesehatn klien.
Konteks komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan yang diberikan.

Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu seperti : sopan
santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, factor, budaya, nilai yang dianut, factor
psikologi dll, sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal tersebut agar tidak terjadi
kesakahpahaman. Pada komunikasi pada orang dewasa diupayakan agar perawat menerima
sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat menerima setiap orang berbeda satu
dengan yang lain. Berdasarkan pada hal tertentu diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan
dapat diterapkan pada klien dewasa adalah model komunikasi ini menunjukan hubungan
relationship yang memperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan pengirim dan penerima,
serta adanya umpan balik untuk mengevalusi tujuan komunikasi.
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia kearah
yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk menguasai tehnik dan model konsep komunikasi
yang tepat untuk setiap karakteristik klien.

I. Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang menetap dalam
dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model komunikasi yang
tepat agar tujuan dapat tercapai.

II. Model konsep komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi
king dan model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang saling
member dan menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah imformasi yang
disampaikan sesuai dengan yang ingin dicapai.

2.5 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

a. Hubungan perawat dengan kliein adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan.

b. Prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal devitoyaitu keterbukaan, empati, sifat
mendukung, sikap positif dan kesetaraan.

c. Kualitas hubungan perawat dan klien ditentukan oleh bagaimana perawat mendefinisikan
dirinya sebagai manusia

d. Perawat menggunakan dirinya dengan teknik pendekatan yang khusus untuk memberi
pengertian dan merubah prilaku klien.

e. Perawat harus menghargai keunikan klien.

f. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri.

2.5.1 Keberhasilan Komunikasi

Komunukasi yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu peristiwa komunikasi tersebut yaitu
komunikator, pesan dan komunikan. Untuk mencapai komunikasi terapeutik dalam hubungan
perawat dan klien, kredibilitas perawat sebagai komunikatorakan menentukan keberhasilan
hubungan yang terapeutik. Karakteristik keberhasilan komunikasi yaitu :

a. memiliki kesadaran yang tinggi

b. mampu melaksanakan klarifikasi nilai

c. mampumengeksplorasikan perasaan

d. mampu untuk menjadi model peran


e. motifasi altruistic

f. rasa tanggung jawab dan etik.

Elemen pesan yang dapat menentukan keberhasilan komunikasi, juga harus memenuhi syarat
sebagai berikut :

1. pesan yang harus direncanakan

2. pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh kedua pihak

3. pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima

4. pesan harus berisi hal-hal yang dapat dipahami

5. pesan yang disampaikan tidak samar-samar

2.5.2 Faktor Yang Menghambat Dalam Proses Terapeutik

a. kemampuan pemahaman yang berbeda

b. pengamatan atau penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu

c. komunikasi satu arah

d. kepentingan yang berbeda

e. memberikan jaminan yang tidak mungkin

f. memberi tahu apa yang harus dilakukan kepada penderita

g. membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi

h. menurut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakan

i. menghentikan atau mengalihkan pembicaraan

j. memberikan kritik mengenai perasaan penderita

k. terlalu banyak bicara

l. memperlihatkan sifat jemu, bosan, dan pesimis.

2.5.3 Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik

a. mendengarkan dengan penuh perhatian

b. menunjukkanpenarimaan
c. menanyakan pertanyaan yang berkaitan

d. pertanyaan terbuka

e. mengulang ucapan klien

f. mengklarifikasikan

g. memfokuskan

h. menyatakan hasil observasi

i. menawarkan informasi

j. diam atau memelihara ketenangan

k. meringkas

l. memberikan penghargaan

m. menawarkan diri

n. mengajukan untuk meneruskan pembicaraan

o. Menempatkan kejadian secara berurutan

p. memberikan nasehat

q. memberikan kesempatan

r. refleksi

s. assertive

t. humor
3. PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Konsep komunikasi terapeutik sangat perlu dilakukan karena sangat membantu sekali dalam
penyembuhan pasien, terutama pada dewasa awal yang sering mengalami berbagai masalah
dalam kehidupannya,

Agar seseorang berguna dalam kehidupannya, maka dari itu merawat diri sendiri lebih baik
dibandingkan menyusahkan orang lain.

Peran perawat juga sangat penting dalam komunikasi karena perawat sebagai pemberi asuhan
jadi yang banyak berperan dalam komunikasi terapeutik terdapat pada bagian perawat juga.

3.2 SARAN

a. Mahasiswa mampu menerapkan teraupetik dalam pembelajaran serta praktik keperawatan

b. mahasiswa dapat mendeskripsikan apa yang di maksud dengan teraupetik

c. pemahaman mahasiswa sangat di perlukan dalam teraupetik.


DAFTAR PUSTAKA

Damalyanti, S.kep, Ns., Mukhrifah.2008. Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan. PT


Reflika Aditama : Bandung

Mahmud mahfudz, peran komunikasi terapeutik,edisi pertama2009, Ganbika, Yogyakarta

Ns. NunungNurhasanah, S. kep, ilmu komunikasi dalam konteks keperawatan, cetakan pertama
2010, Cv. Trans info media, Jakarta Timur

Poatricia A. Poter, anne G. Perry, fundamental of nursing, edisi 7 buku 1, salemba medika,
Jakarta
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia,
sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus-menerus. Komunikasi bertujuan
untuk memudahkan,melaksanakan, kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan
optimal,baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hunbungan antar manusia Kemajuan
ilmu pengetahuan dan tehnologi Bidang Kedokteran dan Keperawatan serta perubahan konsep
perawatan dari perawatan orang sakit secara individual kepada perawatan paripurna serta
peralihan dari pendekatan yang berorientasi medis penyakit kemodel penyakit yang berfokus
pada orang yang bersifat pribadi menyebabkan komunikasi menjadi lebih penting dalam
memberikan asuhan keperawatan.

Perawat dituntut untuk menerapkan model komunikasi yang tepat dan disesuaikan dengan tahap
perkembangan pasien. Pada orang dewasa mereka mempunyai sikap,pengetahuan dan
keterampilan yang lama menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat
sulit. Oleh sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi
dapat tercapai dengan efektif. Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat makalah yang
mencoba menerapkan model konsep komunikasi yang tepat pada dewasa.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam makalah komunikasi keperawatan ini kami membahas tentang komunikasi pada
orang dewasa.

1.3. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini betujuan untuk mengetahui bagaimana cara berkomunikasi dengan
orang dewasa
1.4 Manfaat

Agar mengetahui bagaimana pentingnya mengetahui tehnik komunikasi pada orang


dewasa .

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Komunikasi

Terapeutik Istilah komunikasi berasal dari bahasa inggris yaitu “Communication”. Kata
communucation itu sendiri berasal dari kata latin “communication” yang artinya pemberitahuan
atau pertukaran ide, dengan pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari
pendengarnya (Suryani, 2005).

Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan (As Hornby
dalam intan, 2005). Maka disini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang
memfasilitasi proses penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu adalah komunikasi yang
direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuahan/pemulihan pasien. Komunikasi
terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi perawat.

2.2. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah


menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif dalam mencapai
tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan, memberikan kepuasan profesional dalam
pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi. Tujuan komunikasi terapeutik
(Purwanto, 1994) adalah :

1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan fikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang
diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya. 3. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya
sendiri.

2.3. Manfaat Komunikasi Terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik ( Christina, dkk, 2003) adalah :

1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien melalui hubungan
perawat-klien.

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta mengevaluasi


tindakan yang dilakukan oleh perawat.

2.4 Syarat-syarat Komunikasi

Terapeutik Stuart dan Sundeen (dalam Christina, dkk 2003) mengatakan ada 2 persyaratan dasar
untuk komunikasi terapeutik efektif :

1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun penerima
pesan.

2. Komunikasi yang diciptakan saling pengertian harus dilakukan terlebih dahulu sebelum
memberikan sarana, informasi maupun masukan.

2.5. Bentuk Komunikasi

Bentuk komunikasi terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal (Potter dan Perry dalam
Christina, dkk.,2003) :

1. Komunikasi verbal Komunikasi verbal mempunyai karakteristik jelas dan ringkas.


Pembendaharaan kata mudah dimengerti, mempunyai arti denotatif dan konotatif, intonasi
mempengaruhi isi pesan, kecepatan bicara yang memiliki tempo dan jeda yang tepat. a. Jelas dan
ringkas Komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-
kata yang digunakan, makin kecil terjadi kerancuan. Ulang bagian yang penting dari pesan yang
disampaikan. Penerima pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dan di
mana. Ringkas dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. b.
Pembendaharaan Kata Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh pasien. Komunikasi
tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. c. Arti
denotatif dan konotatif Perawat harus mampu memilih kata-kata yang tidak banyak
disalahtafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi
klien. Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan ati konotatif merupakan perasaan, pikiran, atau ide yang terdapat dalam suatu kata. d.
Intonasi Nada suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang
dikirimkan karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya.

2. Komunikasi non Verbal Komunikasi non verbal berdampak yang lebih besar dari pada
komunikasi verbal. Stuart dan Sundeen dalam suryani, (2006) meengatakan bahwa sekitar 7 %
pemahaman dapat ditimbulkan karena kata-kata, sekitar 30% karena bahasa paralinguistik dan
55% karena bahasa tubuh. Komunikasi non verbal dapat disampaikan melalui beberapa cara
yaitu : a. Penampilan fisik Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap
pelayanan keperawatanyang diterima. Adapun contohnya adalah cara berpakaian, dan berhias
menunjukan kepribadiannya. b. Sikap Tubuh dan Cara Berjalan Perawat dapat menyimpulkan
informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien.langkah dapat
dipengaruhi olehfaktor fisik, seperti rasa sakit, obat dan fraktur c. Ekpresi wajah Hasil penelitian
menunjukan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah, terkejut,
takut,marah, jijik bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar peenting
dalam menentukan pendapat interpersonal.. d. Sentuhan Kasih sayang, dukungan emosional, dan
perhatian diberikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian penting dalam hubungan
perawat-klien, namun harus memperhatikan norma sosial.

2.6. Pengertian Dewasa

Istilah Adult berasal dari kata latin yang berarti telah tumbuh menjadi dewasa. Terdapat
berbedaan budaya tentang penentuan usia dewasa. Ada yang menganggap 21 tahun namun secara
hukum orang telah dapat bertanggung jawab akan perbuatannya di usia 18 tahun. Sehingga usia
ini orang dianggap telah syah menjadi dewasa di mata hukum. Masa dewasa dini dimulai usia 18
sampai 40 tahunan, saat perubahan fisik dan psikologis menyertai berkurangnya kemampuan
reproduktif (Elizabeth B. Hurlock).

Istilah "kedewasaan" menunjuk kepada keadaan sesudah dewasa, yang memenuhi syarat hukum.
Sedangkan istilah "Pendewasaan" menunjuk kepada keadaan belum dewasa yang oleh hukum
dinyatakan sebagai dewasa.Hukum membeda-bedakan hal ini karena hukum menganggap dalam
lintas masyarakat menghendaki kematangan berfikir dan keseimbangan psikis yang pada orang
belum dewasa masih dalam taraf permulaan sedangkan sisi lain dari pada anggapan itu ialah
bahwa seorang yang belum dewasa dalam perkembangan fisik dan psikisnya memerlukan
bimbingan khusus.
Karena ketidakmampuannya maka seorang yang belum dewasa harus diwakili oleh orang yang
telah dewasa sedangkan perkembangan orang kearah kedewasaan ia harus dibimbing.

1. Menurut konsep Hukum Perdata

Pendewasaan ini ada 2 macam, yaitu pendewasaan penuh dan pendewasaan untuk beberapa
perbuatan hukum tertentu (terbatas). Keduanya harus memenuhi syarat yang ditetapkan undang-
undang. Untuk pendewasaan penuh syaratnya telah berumur 20 tahun penuh. Sedangkan untuk
pendewasaan terbatas syaratnya ialah sudah berumur 18 tahun penuh (pasal 421 dan 426
KUHPerdata).

Untuk pendewasaan penuh, prosedurnya ialah yang bersangkutan mengajukan permohonan


kepada Presiden RI dilampiri dengan akta kelahiran atau surat bukti lainnya. Presiden setelah
mendengar pertimbangan Mahkamah Agung, memberikan keputusannya. Akibat hukum adanya
pernyataan pendewasaan penuh ialah status hukum yang bersangkutan sama dengan status
hukum orang dewasa. Tetapi bila ingin melangsungkan perkawinan ijin orang tua tetap
diperlukan. Untuk pendewasaan terbatas, prosedurnya ialah yang bersangkutan mengajukan
permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang dilampiri akta kelahiran atau
surat bukti lainnya. Pengadilan setelah mendengar keterangan orang tua atau wali yang
bersangkutan, memberikan ketetapan pernyataan dewasa dalam perbuatan-perbuatan hukum
tertentu saja sesuai dengan yang dimohonkan, misalnya perbuatan mengurus dan menjalankan
perusahaan, membuat surat wasiat. Akibat hukum pernyataan dewasa terbatas ialah status hukum
yang bersangkutan sama dengan status hukum orang dewasa untuk perbuatan-perbuatan hukum
tertentu.

Dalam hukum Perdata, belum dewasa adalah belum berumur umur 21 tahun dan belum pernah
kawin. Apabila mereka yang kawin belum berumur 21 tahun itu bercerai, mereka tidak kembali
lagi dalam keadaan belum dewasa. Perkawinan membawa serta bahwa yang kawin itu menjadi
dewasa dan kedewasaan itu berlangsung seterusnya walaupun perkawinan putus sebelum yang
kawin itu mencapai umur 21 tahun (pasal 330 KUHPerdata). Hukum perdata memberikan
pengecualian-pengecualian tentang usia belum dewasa yaitu, sejak berumur 18 tahun seorang
yang belum dewasa, melalui pernyataan dewasa, dapat diberikan wewenang tertentu yang hanya
melekat pada orang dewasa. Seorang yang belum dewasa dan telah berumur 18 tahun kini atas
permohonan, dapat dinyatakan dewasa harus tidak bertentangan dengan kehendak orang tua.

Dari uraian tersebut kita lihat bahwa seorang yang telah dewasa dianggap mampu berbuat karena
memiliki daya yuridis atas kehendaknya sehingga dapat pula menentukan keadaan hukum bagi
dirinya sendiri. Undang-undang menyatakan bahwa orang yang telah dewasa telah dapat
memperhitungkan luasnya akibat daripada pernyataan kehendaknya dalam suatu perbuatan
hukum, misalnya membuat perjanjian, membuat surat wasiat. Bila hakim berpendapat bila
seseorang dinyatakan dewasa maka ia harus menentukan secara tegas wewenang apa saja yang
diberikan itu. Setelah memperoleh pernyataan itu, seorang yang belum dewasa, sehubungan
dengan wewenang yang diberikan, dapat bertindak sebagai pihak dalam acara perdata dengan
domisilinya. Bila ia menyalahgunakan wewenang yang diberikan maka atas permintaan orang
tua atau wali, pernyataan dewasa itu dicabut oleh hakim. \

2. Menurut konsep Hukum Pidana

Hukum pidana juga mengenal usia belum dewasa dan dewasa. Yang disebut umur dewasa
apabila telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun, akan tetapi sudah atau sudah
pernah menikah. Hukum pidana anak dan acaranya berlaku hanya untuk mereka yang belum
berumur 18 tahun, yang menurut hukum perdata belum dewasa. Yang berumur 17 tahun dan
telah kawin tidak lagi termasuk hukum pidana anak, sedangkan belum cukup umur menurut
pasal 294 dan 295 KUHP adalah ia yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum kawin
sebelumnya. Bila sebelum umur 21 tahun perkawinannya diputus, ia tidak kembali menjadi
"belum cukup umur".

3. Menurut konsep Hukum Adat

Hukum adat tidak mengenal batas umur belum dewasa dan dewasa. Dalam hukum adat tidak
dikenal fiksi seperti dalam hukum perdata. Hukum adat mengenal secara isidental saja apakah
seseorang itu, berhubung umur dan perkembangan jiwanya patut dianggap cakap atau tidak
cakap, mampu atau tidak mampu melakukan perbuatan hukum tertentu dalam hubungan hukum
tertentu pula. Artinya apakah ia dapat memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri
dalam perbuatan hukum yang dihadapinya itu.

Belum cakap artinya, belum mampu memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri.
cakap artinya, mampu memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri. Apabila
kedewasaan itu dihubungkan dengan perbuatan kawin, hukum adat mengakui kenyataan bahwa
apabila seorang pria dan seorang wanita itu kawin dan dapat anak, mereka dinyatakan dewasa,
walaupun umur mereka itu baru 15 tahun. sebaliknya apabila mereka dikawinkan tidak dapat
menghasilkan anak karena belum mampu berseksual, mereka dikatakan belum dewasa.

4. Menurut konsep Undang-undang R.I sekarang

Berdasarkan Undang-undang R.I yang berlaku hingga sekarang, pengertian belum dewasa dan
dewasa belum ada pengertiannya. Yang ada baru UU perkawinan No. 1 tahun 1974, yang
mengatur tentang:

a. izin orang tua bagi orang yang akan melangsungkan perkawinan apabila belum mencapai
umur 21 tahun (pasal 6 ayat 2);

b. umur minimal untuk diizinkan melangsungkan perkawinan, yaitu pria 19 tahun dan wanita
16 tahun (pasal 7 ayat 2);
c. anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin, berada didalam
kekuasaan orang tua (pasal 47 ayat 1);

d. anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin, yang tidak berada
dibawah kekuasaan orang tuanya, berada dibawah kekuasaan wali (pasal 50 ayat 1). Tetapi tidak
ada ketentuan yang mengatur tentang "yang disebut belum dewasa dan dewasa" dalam UU ini.

2.7 TUGAS PERKEMBANGAN AWAL MASA DEWASA (20-40)

1. Mulai Bekerja

2. Memilih pasangan

3. Belajar hidup dengan pasangan

4. Mulai membina keluarga

5. Mengasuh anak

6. Mengelola rumah tangga

7. Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara

8. Mencari kelompok sosial yang menyenangkan

2.8. DEWASA PERTENGAHAN

1. Masa dewasa pertengahan dimulai pada umur 40 tahun sampai 60 tahun, yakni saat baik
menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang.

2. Masa Usia Pertengahan

3. Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga Negara

4. Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab
dan bahagia

5. Mengembangkan kegiatan waktu senggang untuk orang dewasa

6. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu

7. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada
tahap ini.
8. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan.

9. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Komunikasi Pada Orang Dewasa

Menurut Erikson 1985,pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi VS isolasi, dimana
pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta kasih,minat,masalah
dengan orang lain. Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu,pengetahuan tertentu,
bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap pada dirinya, sehingga tidak mudah
untuk merubahnya. Juga pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum
tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama.
Tegasnya orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu.

Oleh karena itu dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu untuk
merubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa belajar kalau ia sendiri dengan belajar,
terdorong akan tidak puas lagi dengan perilakunya yang sekarang, maka menginginkan suatu
perilaku lain dimasa mendatang, lalu mengambil langkah untuk mencapai perilaku baru itu.

Dari segi psikologis, Orang dewasa dalam situasi komunikasi mempunyai sikap-sikap tertentu
yaitu :

1. Komunikasi adalah sutu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri, maka
orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih muktahir.

2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya
perasaan dan pikiran.
3. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling member dan
menerima,akan belajar banyak,karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan
tanggapannya mengenai suatu masalah.

3.2. Suasana Komunikasi

Dengan adanya factor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi orang dewasa,
maka perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi yang diharapkan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa adalah :

1. Suasana Hormat menghormati

Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya
dihormati,ia lebih senang kalau ia lebih turut berfikir dan mengemukakan fikirannya.

2. Suasana Saling Menghargai

Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, system nilai yang dianut perlu dihargai.
Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi kendala dalam jalannya
komunikasi.

3. Suasana Saling Percaya

Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat membawa
hasil yang diharapkan

4. Suasana Saling Terbuka

Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lai, Hanya
dalam suasana keterbukaan segala alternative dapat tergali.

Komunikasi verbal dan non verbal adalah sling mendukung satu sama lain. Seperti pada anak-
anak,perilaku non verbal sama pentingnya pada orang dewasa. Expresi wajah,gerakan tubuh dan
nada suara member tanda tentang status emosional dari orang dewasa. Tetapi harus ditekankan
bahwa orang dewasa mempunyai kendala hal-hal ini.
Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit merasa tidak berdaya, tidak aman dan tidak mampu
dikelilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status kemandirian mereka telah berubah menjadi
status dimana orang lain yang memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini
merupakan pengalaman yang mengancam dirinya, dimana orang dewasa tidak berdaya dan
cemas, dan ini dapat terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi. Dengan dilakukan
komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang dewasa oleh para
professional,pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari imobilitas bio psikososialnya
untuk mencapai penerimaan terhadap maslahnya.

3.3. Model-model Konsep Komunikasi dan Penerapanya Pada orang

1. Model Shanon dan Weaver

Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatannya.
Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi atau menciptakan pesan dan
menyampaikan melalui suatu saluran kepada penerima.

Dengan kata lain Shannon & Weaver mengasumsikan bahwa sumber imformasi menghasilkan
suatu pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar
(Transmitter) mengubah pesan menjadi suatu signal yang sesuai dengan saluran yang digunakan.
Suatu konsep penting dalam model ini adalah adanya gangguan (Noise) Yang dapat menganggu
kecermatan pesan yang disampaikan. Model Shannon-Weaver dapat diterapkan kepada konsep
komunikasi interpersonal. Model ini memberikan keuntungan bahwa sumber imformasi jelas dan
berkompeten, pesan langsung kepada penerima tanpa perantara.

Tetapi model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihatnya hubungan transaksional
diantara sumber pesan dan penerima Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa : Bila
komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa, Klien akan lebih mudah untuk menerima
penjelasan yang disampaikan kerena tanpa adanya perantara yang dapat mengurangi penjelasan
imformasi. Tetapi tidak ada hubungan transaksional antara klien dan perawat, juga tidak ada
feedback untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.

2. Model Komunikasi Leary

Refleksi dari model komunikasi dari leary (1950) ini menggabungkan multidimensional yang
ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 orang,dimana antara individu saling
mempengaruhi dan dipengaruhi.Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah
laku tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Dari gambaran model leary : pesan komuniksai dpat terjadi dalam 2 dimensi 1) Dominan-
subbmission 2) Hate-love Model leary dapt diterapkan dibidang kesehatan karena dalam bidang
kesehatan ada keseimbangan kesehatan antara professional dengan klien. Selama beberap tahun
pasien akut ditempatkan pada peran submission dan profesi kesehatan selalu mendominasi peran
dan klien ditempatkan dalm keadaan yang selalu patuh. Seharusnya dalam berkomunikasi ada
keseimbangan asertif dalm menerima dan member antara pasien dan professional.

Penerapan Pada Klien dewasa Bila konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran dominan oleh
perawat hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut untuk menyelamatkan kehidupan
klien, sehingga klien harus patuh terhadap segala yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat
menerapkan posisi dominan ini pada klien dewasa yang dalam keadaan kronik karena klien
dewasa mempunyai komitmen yang kuat terhadap sikap dan pengetahuan yang kuat dan sukar
untuk dirubah dalam waktu yang singkat.

Peran love yang berlebihan juga tidak boleh dterapkan pada klien dewasa, karena dapat
mengubah konsep hubungan professional yang dilakukan lebih kearah hubungan pribadi. Model
ini menekankan pentingnya “Relationsjhip” dalam membanmtu klien pada pelayanan kesehatan
secara langsung. Komunikasi therapeutic adalah keterampilan untuk mengatasi stress yang
menghambat psikologikal dan belajar bagaimana berhubungan efektif denagn orang lain.

Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai dengan situasi dan
kondisi), dan penghargaan yang positif (positif regard), Sedangkan hasil yang diharapkan dari
klien melalui model komunikasi ini adalah adanya saling pengertian dan koping yang lebih
efektif. Bila diterapkan pada klien dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah pada kondisi
dimana individu dewasa berada di dalam keadaan stress psikologis

3. Model Interaksi King

Model king memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat-klien. King
menggunakan system perspektif untuk menggambarkan bagaimana professional kesehatan
(perawat) untuk memberi bantuan kepada klien.

Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa interaksi perawat-klien secara simultan membuat
keputusan tentang keadaan mereka dan tentang orang lain dan berdasarkan persepsi mereka
terhadap situasi. Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi
merupakan proses dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan dan
tindakan perawat-klien. Transaksi adalah hubungan Relationship yang timbale balik antara
perawat-klien selama berpartisipasi. Feedback dalam model ni menunjukan pentingnya arti
hubungan perawat-klien.

Penerapannya Terhadap Komunikasi Klien Dewasa Model ini sesuai untuk klien dewasa karena
mempertimbangkan factor-faktor instrinsik dan ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya
bertujuan untuk menjalin transaksi. Adanya feedback yang menguntungkan untuk mengetahui
sejauh mana imformasi yang disampaikan dapat diterima jelas oleh klien untuk mengetahui ada
tidaknya persepsi yang salah tehadap pesan yang disampiakan. 4. Model Komunikasi Kesehatan
Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan-klien. 3 faktor utama
dalam proses komunikasi kesehatan yaitu :

1) Relationship,

2) Transaksi, dan

3) Konteks.

Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana seorang


professional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan adalah seorang yang
memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman dibidang kesehatan.
Klien adalah individu yang diberikan pelayanan. Orang lain penting untuk mendukung terjadinya
interaksi khususnya mendukung klien untuk mempertahankan kesehatan.Transaksi merupakan
kesepakatan interaksi antara partisipan didalam proses kumunikasi tersebut. Konteks yaitu
komunikasi kesehatan yang memiliki topik utama tentang kesehatan klien dan biasanya
disesuaikan dengan temapt dan situasi.

Penerapannya Terhadap komunikasi klien Dewasa Model komunikasi ini juga dapat diterapkan
pada klien dewasa, karena professional kesehatan (perawat) memperhatikan karekterisitikdari
klien yang akan mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Transaski yang dilakukan secara
berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga tidak melibatkan orang
lain yang berpengaruh terhadap kesehatn klien. Konteks komunikasi disesuaikan dengan tujuan,
jenis pelayanan yang diberikan.

Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu seperti : sopan
santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, factor, budaya, nilai yang dianut, factor
psikologi dll, sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal tersebut agar tidak terjadi
kesakahpahaman. Pada komunikasi pada orang dewasa diupayakan agar perawat menerima
sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat menerima setiap orang berbeda satu
dengan yang lain.

Berdasarkan pada hal tertentu diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan dapat diterapkan
pada klien dewasa adalah model komunikasi ini menunjukan hubungan relationship yang
memperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan pengirim dan penerima, serta adanya
umpan balik untuk mengevalusi tujuan komunikasi. Komunikasi merupakan alat yang efektif
untuk mempengaruhi tingkah laku manusia kearah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk
menguasai tehnik dan model konsep komunikasi yang tepat untuk setiap karakteristik klien.

a. Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang menetap dalam dirinya
yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model komunikasi yang tepat agar
tujuan dapat tercapai.
b. Model konsep komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi king dan
model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang saling member dan
menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah imformasi yang disampaikan sesuai
dengan yang ingin dicapai.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari uraian dan role play diatas maka dapat dipahami bahwa Terapeutik merupakan kata
sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan atau segala sesuatu yang memfasilitasi
proses penyembuhan.

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional perawat yang direncanakan dan


dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien. Dengan memiliki keterampilan
berkomunikasi terapeutik pada orang dewasa perawat akan lebih mudah menjalin hubungan
saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif mencapai tujuan asuhan keperawatan
yang telah diterapkan, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan
meningkatkan profesi.

Disamping itu, salah satu tujuan komunikasi terapeutik dewasa adalah membantu pasien untuk
memperjelas dan mengurangi beban perasaan atau pikirannya serta dapat mengambil tindakan
untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan. penerapan
komunikasi pada dewasa.

4.2. Saran

1. Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami selaku penulis berpesan kepada tenaga
kesehatan khususnya perawat, ketika berkomunikasi pada pasien dewasa hendaknya perawat
memiliki sikap atetif (memperdulikan, sabar, mendengarkan dan memperhatikan tanda-tanda non
verbal, mempertahankan kontak mata)

2. Selain itu perawat juga harus bersikap merespon, serta memberi dukungan dan dapat
menimbulkan sikap saling percaya. Sehingga memudahkan bagi perawat untuk melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien dewasa dengan mengetahui permasalahannya dengan jelas. 3.
Kepada instansi keperawatan hendaknya dapat membimbing dan memfasilitasi mahasiswanya
agar menjadi perawat yang profesional dalam berkomunikasi guna memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dewasa.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah. (2008). Komunikasi Terapeutik Dalam Praktek Keperawatan. Refika


ADITAMA. Bandung.. Potter, Patricia A. (1997). Fundamental Keperawatan. EGC buku
Kedokteran. Jakarta. Purwanto, Heri. (1999). Pengantar Perilaku Manusia. EGC Buku
Kedokteran. Jakarta.

HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam melakukan
interaksi dengan sesama. Kita pada suatu waktu merasakan komunikasi yang kita lakukan
menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan yang kita diterima. Hal ini
terjadi karena setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang
disampaikan.

Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena tiga hal yaitu:

1. Hambatan Fisik :

a. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.

Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan
aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi
yang berlangsung.

b. Gangguan. Noises

Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan
lain sebagainya.

Dapat saja ini menjadi faktor penentu materi komunikasi kita tidak dipahami. Anda terus
menyampaikan materi sementara kegaduhan pun Anda biarkan. Buatlah aturan yang disepakati
agar kegaduhan tidak berlangsung tanpa kendali. Tidak apa-apa ada kegaduhan. Namun, jangan
dibiarkan terlalu lama. Gaduh untuk jangka waktu 1 menit. Setelah itu, fokus lagi dalam
pembelajaran.

c. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta).

Adanya gangguan fisik seperti gagap, tunawicara, tunanetra, dan sebagainya. Terimalah mereka
apa adanya. Mereka pasti memiliki potensi unggul lain yang perlu digali. Anda harus siap
menerima kenyataan tersebut seraya mencari cara agar tidak terjadi hambatan komunikasi
misalnya dengan cara belajar bahasa yang mereka dapat pahami.

d. Teknik bertanya yang buruk.

Ternyata kita yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan sanggup menggali
pemahaman orang lain, tidak sanggup mengetahui apa yang dirasakan orang lain. Oleh karena
itu, kembangkan selalu teknik bertanya kepada orang lain. Bahwa setiap individu memiliki
modalitas belajar yang berbeda-beda.

e. Teknik menjawab yang buruk.

Kesulitan seseorang memahami materi yang disampaikan karena komunikator tidak mampu
menjawab dengan baik. Pertanyaan bukannya dijawab, melainkan dibiarkan. Pertanyaan justru
dijawab tidak tepat. Salah satu teknik menjawab yang buruk adalah komunikator tidak
memberikan kesempatan individu menyelesaikan pertanyaan lalu langsung di jawab oleh
komunikator.

f. Kurang menguasai materi.

Ini faktor yang sangat jelas. Begitu Anda tidak menguasai materi, itulah hambatan komunikasi
Anda. Kompetensi profesional salah satu maknanya adalah Anda menguasai materi secara
mendalam bahkan ditambahkan lagi, meluas.

g. Kurang persiapan.

Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran dapat optimal jika kita tidak
menyiapkan perencanaan dengan baik. Oleh karena itu, pastikan bahwa kita telah merencanakan
pembelajaran.
2. Hambatan Psikologis :

a. Mendengar.

Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di
sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi
kita, itulah yang ingin kita dengar.

b. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.

Seringkali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai dengan ide, gagasan dan
pandangan kita padahal kalau dicermati sangat berhubungan dengan ide kita, padahal ada
kalanya gagasan kita yang kurang benar.

c. Menilai sumber.

Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan
informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.

d. Pengaruh emosi.

Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau
informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.

e. Kecurigaan.

Kembangkanlah sikap berbaik sangka apakali semua orang. Kita hendaklah berpikir baik atau
positif bahwa materi ini bisa dipahami oleh semua orang. Komunikator curiga pada komunikan
akan membawa suasana pembelajaran tidak kondusif.

f. Tidak jujur.
Karakter dasar komunikator mestilah ditampilkan selama pembelajaran berlangsung dan juga di
luar pembelajaran. Kita harus jujur. Jangan bohong. Jujurlah jika memang tidak tahu. Ilmu itu
sangat banyak. Sarana memperoleh ilmu pun sangat beragam.

g. Tertutup.

Jika ada kita yang memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses pembelajaran, sebaiknya
jangan menjadi komunikator. Sebab dalam proses itu diperlukan kerjasama, keterbukaan,
kehangatan, dan keterlibatan.

h. Destruktif.

Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi. Cegahlah sedini mungkin oleh kita.
Jika sikap destruktif itu muncul, lakukan segera penanganannya secara bijak atau sesuai prosedur
yang berlaku.

i. Kurang dewasa.

Kita memang perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan ketika kita
berbicara dengan anak-anak, remaja atau dengan orang yang lebih tua.

j. Kurang respek.

Kurang menghormati. Belajarlah dengan kondisi realitas yang ada. Bahwa audien adalah
manusia yang perlu diakui potensinya, perlu diapresiasi kemampuannya sekecil apa pun, perlu
diselamatkan dari upaya penghakiman di hadapan individu lainnya. Seseorang tidak mampu
memahami pembelajaran bukan karena tidak mampu, tetapi ada hambatan psikologi.

k. Kebiasaan menjadi pembicara dan pendengar yang buruk.


Semua ada ilmunya. Menjadi pembicara dan pendengar yang baik pun, ada ilmunya. Oleh sebab
itu, jadilah individu yang selalu belajar. Termasuk belajar menjadi pembicara yang baik dan
pendengar yang baik.

3. Semantik :

a. Persepsi yang berbeda.

Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si
penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan
penerima pesan. Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda. Itu adalah wajar dan real.
Yang perlu dilakukan adalah kesepakatan antara komunikator dan komunikan bahwa inilah
tujuan komunikasi yang ingin kita raih. Oleh karena itu, sampaikanlah tujuan tersebut kepada
komunikan dengan jelas.

b. Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda.

Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang
menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang
menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam
kemudian. Pastikanlah kita menggunakan bahasa pengantar yang bisa dipahami oleh orang lain
(komunikan). Hindari menggunakan istilah yang tidak diketahui komunikan. Jika ingin
menggunakan istilah, jelaskanlah padanannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Kita akan
mudah menjelaskan materi jika dibantu dengan bahasa komunikan.

c. Terjemahan yang salah.

Ada kalanya dalam komunikasi terdapat istilah asing yang belum diketahui oleh kita. Kita jangan
merasa malu jika memang belum tahu. Ambillah kamus bahasa Indonesia atau kamus istilah
umum atau istilah dalam bidang studi tertentu sebagai sahabat dalam menerjemahkan kata atau
istilah yang tidak diketahui.

d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda.

Anda pastilah mengetahui bahwa ada kemungkinan pesan yang dikirim bermakna ganda, lebih
dari 1 arti. Inilah salah satu penyebab miscommunication.
Contoh “Untuk memahami materi Hipertensi pada lanjut usia tadi, kerjakanlah 10 soal pada buku
yang kamu pegang “ Informasi perintah ini tidak jelas.

Buku yang mana yang dimaksud? Halaman berapa? Hindari penggunaan kalimat bermakna
ganda.

e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam.

Penyampaian materi pembelajaran Anda agar maksimal perlu ditunjang dengan pelaksanaan
budaya yang baik di dalam kelas. Tumbuhkan kebiasaan bahwa ketika Anda menjelaskan,
peserta didik memperhatikan. Ketika Anda meminta mereka menjawab, mereka memberikan
respons jawaban. Ketika seorang peserta didik sedang menjawab, peserta didik lain diminta
menyimak. Jangan sampai sebaliknya, ketika Anda sedang menjelaskan, para peserta didik justru
saling berbicara. Ketika mereka disuruh bertanya, tidak satu pun bertanya. Bahkan Anda dapat
menumbuhkan budaya saling koreksi jawaban antar peserta didik dapat dilakukan di bawah
bimbingan Anda.

Daftar Pustaka:

Ann Marriner,Tomey1996, Guide to Nursing management and Leadership, Mosby year book Inc

Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Devito,Joseph A.1997.Komunikasi Antar Manusia.Indonesia:Profesional Books

Dewi, Sutrisna. 2006. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi

Elaine.L.Monica1998, Kepemimpinan dan Management Keperawatan ,pendekatan berdasarkan


pengalaman, Penerbit buku kedokteran EGC
Fortinas, K.M. and Worret, P.A.H. (2004). Psychiatic mental health nursing. Third edition. St.
Louis: Mosby.

Hamid, A.Y.S 1996. Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikan

Herujito, Yayat M.2001. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo.

Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya

John Fiske, 1996, Introduction to Communication Studies, Sage Publications,

Kanus, W.A. Et.al. 1986. An evaluation of outcome from intensive care in major medical centers.
Ann Intern Med 104, (3):410

Lindbert, J., hunter, M & Kruszweski, A. 1983. Introduction to person-centered nursing.


Philadelphia: J.B. Lippincott Company.

Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Potter, P.A & Perry, A.G. 1993, Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice. Thrd
edition. St.Louis: Mosby Year Book

Potter and Perry’s. (2001). Fundamental of nursing. Australia: St. Louis, Missouri.

Roger. B. Ellis Robert,J Gates and Neil kenwarthy1995, Interpersonal communication in Nursing
Theory and Practice, Churcill Livingstone,

Sasa Djuarsa S., 2003, Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta.

Stephen W. Littlejohn,1996, Theories of Human Communiation, Wadsworth Publication, New


Jersey

Stuart, G.W & Sundeen S.J 1995. Pocket gide to Psychiatric Nursing. Third edition. St.Louis:
Mosby Year Book

Stuart, G.W & Sundeen S.J,1995.Principles and Practise of Psychiatric Nursing. St. Louis:
Mosby Year Book

Sullivan, J.L & Deane, D.M. 1988. Humor and Health. Journal of qerontology nursing 14 (1):20,
1988

Uchjana,Onong.2007.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
karuniaNya Kami di berikan kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan makalah
komunikasi ini.

Tak lupa Kami ucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini yang tidak dapat Kami ucapkan satu persatu sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.

Di dalam makalah ini kami menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat Kami harapkan agar menjadikan makalah ini lebih baik lagi.

DAFTAR ISI

Halaman
Judul............................................................................................................................... ........... i

Kata
Pengantar ............................................................................................................................ ...........
ii

Daftar
Isi ........................................................................................................................................... ..........
. iii

BAB I : PENDAHULUAN

.. 1.1 Latar
Belakang ................................................................................................................. ........... 1

.. 1.2 Rumusan
Masalah ....................................................................................................... ........... 2

.. 1.3
Tujuan ................................................................................................................................... ..........
.2
1.4
Manfaat .............................................................................................................................................
.2

BAB II : PEMBAHASAN

.. 2.1 Pengertian Komunikasi .........................................................................................................


3

.. 2.2 Suasana Komunikasi Pada Klien Dewasa ................................................................. 4

.. 2.3 Model-model Komunikasi Pada Klien Dewasa ...................................................... 6

BAB III : PENUTUP

.. 3.1
Kesimpulan ....................................................................................................................... ...........
19

.. 3.2 Saran ......................................................................................................................................


........... 19

DAFTAR PUSTAKA

Kendari, 11 mei 2016

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai mahluk social, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan orang lain. Ia ingin
mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Rasa
ingin tahu inilah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi.

Komunikasi merupakan bagian kekal bagi manusia seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia
ingin hidup, maka ia perlu komunikasi. Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat
fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat karena tanpa adanya komunikasi
masyarakat tidak akan terbentuk. Adanya komunikasi disebabkan oleh adanya bkebutuhan akan
mempertahankan kelangsungan hidup dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkunngannya. Dalam berkomunikasi keberhasilan komunikator atau komunikan sangat
ditentuka.n oleh beberapa factor yaitu : cakap, pengetahuan, sikap, system social, kondisi
lahiriah.

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga
komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus-menerus. Komunikasi bertujuan untuk
memudahkan, melaksanakan, kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal,
baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hunbungan antar manusia Kemajuan ilmu
pengetahuan dan tehnologi Bidang tenaga kesehatan serta perubahan konsep petugas kesehatan
dari perawatan orang sakit secara individual kepada perawatan paripurna serta peralihan dari
pendekatan yang berorientasi medis penyakit kemodel penyakit yang berfokus pada orang yang
bersifat pribadi menyebabkan komunikasi menjadi lebih penting dalam memberikan asuhan.

Petugas kesehatan dituntut untuk menerapkan model komunikasi yang tepat dan disesuaikan
dengan tahap perkembangan pasien. Pada orang dewasa mereka mempunyai sikap,pengetahuan
dan keterampilan yang lama menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat
sulit. Oleh sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi
dapat tercapai dengan efektif. Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat makalah yang
mencoba menerapkan model konsep komunikasi yang tepat pada dewasa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Komunikasi Dewasa ?

2. Bagaimana suasana komunikasi pada klien dewasa?


3. Bagaimana penerapan model-model komunikasi pada klien dewasa?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi dewasa.

2. Untuk mengetahui bagaimana suasana komunikasi pada klien dewasa.

3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model-model komunikasi pada klien dewasa.

1.4 Manfaat

1. sehingga mempermudah mengetahui bagaimana komunikasi dewasa.

1. Sehingga mempermudah mengetahui bagaimana suasana komunikasi pada klien dewasa.

2. Sehingga mempermudah mengetahui bagaimana model-model komunikasi pada klien


dewasa.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Dewasa

Pada orang dewasa, mereka mempunyai sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang lama menetap
dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat sulit. oleh sebab itu perlu kiranya
suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi dapat tercapai dengan efektif.
Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat makalah yang mencoba untuk menerapkan
model konsep kornunikasi yang tepat pada klien dewasa.

Menurut Ericsson 1985, pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi vs isolasi, dimana pada
tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta kasih, minat, masalah dengan
orang lain.
Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang
sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya, sehingga tidak mudah untuk mengubahnya.
Juga Pengetahuan yang selarna ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum tentu mudah
digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama. Tegasnya
orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu. Oleh karena itu dikatakan
bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu unfuk merubah tingkah lakunya
dengan cepat. Orang dewasa belajar kalau ia sendiri ingin belajar, terdorong akan tidak puas lagi
dengan perilakunya yang sekarang, maka menginginkan suaru perilaku lain di masa mendatang,
lalu mengambil langkah untuk mencapai perilaku baru itu.

Dari segi psikologis, orang dewasa dalarn situasi. Komunikasi mempunyai sikap-sikap tertentu
yairu :

1. Komunikasi adalah suatu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri, maka
orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih mutakhir.

2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya
perasaan dan pikiran.

3. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi dan menerima, akan
belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya
mengenai suatu masalah.

2.2 Suasana Komunikasi Pada Klien Dewasa

Dengan adanya faktor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi orang dewasa, maka
perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi yang diharapkan dapat mencapai
tujuan yang diinginkan. Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa adalah :

1. Suasana hormat menghormati

Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya dihormati,
ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan mengemukakan pikirannya.
2. Suasana saling menghargai

Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan mengesampingkan harga
kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai. Meremehkan diri mereka akan dapat menjadi
komunikasi.

3. Suasana saling percaya

Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat membawa hasil
yang diharapkan.

4. Suasana saling terbuka

Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain. Hanya dalam
suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.

Komunikasi verbal dan non verbal adalah saling mendukung satu sama lain. seperti pada anak-
anak, perilaku non verbal sanna pentingnya pada orang dewasa. Ekspresi wajah, gerakan tubuh
dan nada suara. memberi tanda tentang status emosional dari orang dewasa. Tetapi harus
ditekankan bahwa orang dewasa mempunyai kendala pada hal-hal ini.

Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit bisa merasa tidak berdaya, tidak aman dan tidak
mampu ketika dikeiilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status kemandirian mereka telah
berubah menjadi status dimana orang lain yang memutuskan kapan mereka makan dan kapan
mereka tidur. Ini merupakan pegalaman yang mengancam dirinya, dirnana orang dewasa tidak
berdaya dan cemas, dan ini dapat terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi.

Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang dewasa oleh
para profesional, pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari immobilitas
biopsikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap masalahnya.

2.3 Model-model Komunikasi pada Klien Dewasa


1. Model Shanon & Weaver

Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatan nya.
Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi atau menciptakan pesan dan
menyampaikan melalui suatu saluran kepada penerima. Dengan kata lain model shannon &
weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk di
komunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (Transmitter) mengubah
pesan menjadi suatu signal yang sesuai dengan saluran yang digunakan.

Suatu konsep penting dalam model ini adalah adanya gangguan (Noise) yang dapat menganggu
kecermatan pesan yang disampaikan. Model Shannon-Weaver dapat diterapkan kepada konsep
komunikasi interpersonal. Model ini memberikan keuntungan bahwa sumber informasi jelas dan
berkompeten, pesan langsung kepada penerima tanpa perantara. Tetapi model ini juga
mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihat nya hubungan tansaksional diantara sumber pesan
dan penerima.

Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :

Bila komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa, klien akan lebih mudah untuk menerima
penjelasan yang disampaikan karena tanpa adanya perantara yang dapat mengurangi kejelasan
informasi. Tetapi tidak ada hubungan transaksional antara klien dan perawat, juga tidak ada
feedback untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.

2. Model Komunikasi Leary

Refleksi dari model komunikasi interaksi dari Leary ( 1950 ) ini menggabungkan
multidimensional yang ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 (dua) orang, dimana
antara individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi .

Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar. Dari gambaran model leary ; pesan komunikasi dapat terjadi dalam 2
dimensi: 1) Dominan -Submission, dan 2) Hate – love.

Model Leary dapat diterapkan di bidang kesehatan karena dalam bidang kesehatan ada
keseimbangan kekuatan antara professional dengan klien. Selama beberapa tahun pasien akut
ditempatkan pada peran submission dan profesi kesehatan selalu mondominasi peran dan klien
ditempatkan dalam keadaan yang selalu patuh. Seharusnya dalam berkomunikasi ada
keseimbangan asertif dalam menerima dan memberi antara pasien dan profesional.

Penerapan Pada Klien Dewasa :

Bila model konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran dominan oleh perawat hanya
mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut untuk menyelamatkan kehidupan klien, sehingga
klien harus patuh terhadap segala yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat menerapkan posisi
dominan ini pada klien dewasa yang dalarn keadaan kronik karena klien dewasa mempunyai
komitmen yang kuat terhadap sikap dan pengetahuan yang kuat dan sukar untuk dirubah dalam
waktu yang singkat. Feran Love yang berlebihan juga tidak boleh diterapkan terhadap klien
dewasa, karena dapat mengubah konsep hubungan profesional yang dilakukan lebih kearah
hubungan pribadi.

Model ini menekankan pentingnya "Relationship" dalam membantu klien pada pelayanan
kesehatan secara langsung. Komunikasi therapeutik adalah ketrampilan untuk mengatasi stress
yang menghambat psikologikal dan belajar bagaimana berhubungan efektif dengan orang lain.

Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai dengan situasi dan
kondisi), dan penghargaan yang positif (positive regard). Sedangkan hasil yang diharapkan dari
klien melalui model kornunikasi ini adalah adanya saling pengertian dan koping yang lebih
efektif.

Bila diterapkan pada klien dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah pada kondisi dimana
individu dewasa berada di dalam keadaan stress psikologis.

3. Model lnteraksi King

Model King memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat - klien. King
menggunakan sistem perspektif untuk menggambarkan bagaimana profesional kesehatan
(perawat) untuk memberi bantuan kepada klien. Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa
interaksi perawat - klien sZSecara simultan membuat keputusan tentang keadaan mereka dan
tentang orang lain dan berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi.

Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi merupakan proses dinamis
yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan dan tindakan perawat - klien.
Transaksi adalah hubungan relationship yang timbal balik antaraperawar-klien seiama
berpartisipasi. Feedback dalam model ini menunjukkan pentingnya arti hubungan perawat-klien.

Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa:

Model ini sesuai untuk klien dewasa karena mempertimbangkan faktor-faktor intrinsik dan
ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan untuk menjalin transaksi. Adanya feedback
menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana informasi yang disampaikan dapat diterima jelas
oleh klien atau untuk mengetahui ada tidaknya persepsi yang salah terhadap pesan yang
disampaikan.

4. Model Komunikasi Kesehatan


Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan - klien. 3 (tiga) faktor
utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu : 1) Relationship, 2) Transaksi, dar 3) Konteks.

Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana seorang


profesional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan adalah seorang yang
memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman dibidang kesehatan.
Klien adalah individu yang diberikan pelayanan. orang lain (significant order) penting untuk
mendukung terjadinya interaksi khususnya mendukung klien untuk mempertahankan kesehatan.

Transaksi merupakan kesepakatan interaksi antar partisipan di dalarn proses komunikasi tersebut.

Konteks yaitu kornunikasi kesehatan yang memiliki topik utama tentang kesehatan klien dan
biasanya disesuaikan dengan tempat dan situasi

Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :

Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa ,karena profesional kesehatan
( perawat ) memperhatikan karakteristik dari klien yang akan mempengaruhi interaksinya dengan
orang lain. Transaksi yang dilakukan terjadi secara berkesinambungan, tidak statis dan umpan
balik. Komunikasi ini juga melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap kesehatan klien.
Konteks komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan yang diberikan.

Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu seperti; sopan
santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, faktor budaya, nilai yang dianut, faktor
psikologi, sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal tersebut agar ttdak terjadi
kesalahpahaman. Pada komunikasi orang dewasa diupayakan agar perawat menerima pasien
sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat menerima setiap orang berbeda satu
dengan yang lain.

Berdasarkan pada hal tersebut diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan dapat diterapkan
pada klien dewasa adalah model komunikasi interaksi King dan model komunikasi kesehatan.
Karena pada kedua model komunikasi ini menunjukkan hubungan relationship yang
rnemperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan pengirim dan penerirna, serta adanya
umpan balik untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia ke arah
yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk menguasai tehnik dan model konsep komunitasi
yang tepat untuk setiap karakteristik klien.

Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang menetap dalam dirinya yang
sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model komunikasi yang tepat agar
tujuan dapat tercapai.
Model Konsep Komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi King dan
model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang saling memberi dan
menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah informasi yang disampaikan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga
komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus menerus. Komunikasi bertujuan untuk
memudahkan, melancarkan, melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai
tujuan optimal, baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hubungan antar manusia.

Suasana komunikasi pada klien dewasa antara lain : suasana hormat menghormati, suasana
saling menghargai, suasana saling percaya, dan suasana saling terbuka.

Model-model komunikasi pada klien dewasa yaitu : model komunikasi shanon dan weaver,
model komunikasi leary, model komunikasi king, dan model komunikasi kesehatan.

3.2 Saran

1. Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi agar dapat mengerti dan memahami apa yang
dimaksud dengan konikasi.

2. Diharapkan kedapa mahasiswa/mahasiswi agar dapat mengetahui suasana dalam


komunikasi pada klien dewasa.

3. Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi adar dapat mengetahui model-model


komunikasi pada klien dewasa.

DAFTAR PUSTAKA
Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan: aplikasi dalam pelayanan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.

Nasir, Abdul. 2009. Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Ellis, R., Gates, R.,dan Kenworthy, N. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan:
Teori dan Praktik. Penerjemah: Susi Purwoko. Jakarta: EGC.

Dalami, Ernawati. 2009. Komunikasi Keperawatan. Jakarta-Timur : TIM.

Anda mungkin juga menyukai