“Luka Bakar”
NAMA KELOMPOK 9:
NAMA KELOMPOK 9:
Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT, karena atas kemudahan dan
kekuatan yang diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Luka
Bakar ini dalam waktu yang telah ditentukan. Banyak kendala dan kesulitan yang ditemui,
baik dalam hal referensi yang dibutuhkan maupun dalam pembuatan makalah ini dan
Alhamdulillah semuanya dapat kami lewati.
Seiring dengan selesainya makalah mengenai Luka Bakar ini, kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak sepenuhnya sempurna, oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap makalah ini bisa menjadi bahan bagi
rekan-rekan semua.
Kelompok 9
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................
B. Tujuan......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air
panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan
Sejumlah fungsi organ tubuh dapat ikut terpengaruh. Luka bakar bisa mempengaruhi
otot,tulang, saraf, dan pembuluh darah. Sistem pernapasan dapat juga rusak,
kemungkinan adanya penyumbatan udara, gagal nafas dan henti nafas. Karena luka bakar
mengenai kulit, maka luka tersebut dapat merusak keseimbangan cairan atau elektrolit
normal tubuh, temperatur tubuh,pengaturan suhu tubuh, fungsi sendi, dan penampilan
fisik.
Pasien luka bakar yang selamat akan mendapat jaringan parut, infeksi, kehilangan tulang
dan massa otot, penyembuhan luka yang buruk,serta penyembuhan yang lama.
Kehilangan jaringan kulit menyebabkan regulasi panas dan penyembuhan luka menjadi
lebih sulit,. Luka bakar kecil juga menyebabkan morbiditas yang signifikan, seperti
hilangnya fungsi tangan atau kecacatan pada wajah. Sebagai tambahan terhadap
kerusakan fisik yang disebabkan oleh luka bakar, pasien juga bisa menderita
permasalahan psikologis dan emosional yang dimulai sejak peristiwa terjadi dan bisa
bertahan dan berlangsung untuk jangka waktu yang lama.
Berdasarkan data dari National Burn Information Exchange menyatakan bahwa sebanyak
75 % semua kasus cidera luka bakar, terjadi didalam lingkungan rumah. Di Inggris, data
diperoleh dari rumah sakit anak, selama satu tahun terdapat sekitar 50.000 pasien luka
bakar dimana 6.400 diantaranya masuk ke perawatan khusus luka bakar. Di Indonesia
belum ada laporan tertulis. Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta pada tahun 1998
melaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat, dengan angka kematian 37,38
%, sedangkan di Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya terdapat 106 kasus luka bakar yang
menjalani perawatan di instalasi rawat inap pada tahun 2000, dengan angka kematian
26,41%. Selanjutnya di RS Pusat Pertamina pada 2007, terdapat pasien luka bakar rata-
rata sebanyak 40 penderita pertahun yang dirawat di unit luka bakar. Dari jumlah tersebut
yang masuk dalam kategori luka bakar berat sekitar 21 %, dengan angka kematian
berkisar 40-50%.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
Tujuan Umum:
1. Mahasiswa mampu memahami konsep luka bakar.
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami difinisi luka bakar.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami patofisiologi luka bakar.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang etiologi luka bakar.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mnegenai klasifikasi dari luka
bakar.
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagaimana proses penyembuhan
luka bakar.
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi penyembuhan luka bakar.
7. Mahasiswa mampu mengetahu pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk
pasien luka bakar.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Luka bakar
Gangguan makrosirkulasi
Pada dasarnya proses penyembuhan luka sama untuk setiap cedera jaringan
lunak. Begitu juga halnya dengan kriteria sembuhnya luka pada tipa cedera jaringan
luka baik luka ulseratif kronik, seperti dekubitus dan ulkus tungkai, luka traumatis,
misalnya laserasi, abrasi, dan luka bakar, atau luka akibat tindakan bedah. Luka
dikatakan mengalami proses penyembuhan jika mengalami proses fase respon
inflamasi akut terhadap cedera, fase destruktif, fase proliferatif, dan fase maturasi.
Kemudian disertai dengan berkurangnya luasnya luka, jumlah eksudat berkurang,
jaringan luka semakin membaik.
Tubuh secara normal akan merespon terhadap luka melalui proses peradangan
yang dikarakteristikan dengan lima tanda utama yaitu bengkak, kemerahan, panas,
nyeri dan kerusakan fungi. Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase (Potter
& Perry, 2005) yaitu:
1. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3–4 hari. Dua proses
utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis
(penghentian perdarahan) akibat vasokonstriksi pembuluh darah besar di
daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan
jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Scab (keropeng) juga
dibentuk dipermukaan luka. Scab membantu hemostasis dan mencegah
kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah
dari luka ke tepi. Sel epitel membantu sebagai barier antara tubuh dengan
lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme. Suplai darah yang
meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan
pada proses penyembuhan.
Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama
sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial.
Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih
kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan
sel debris melalui proses yang disebut fagositosis. Makrofag juga
mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan
ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama
mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi
proses penyembuhan.
2. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke–4 atau 5 sampai hari ke–21.
Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi fibroblas, sel inflamasi, pembuluh
darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid.
3. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke–21 dan berakhir 1–2 tahun. Fibroblas
terus mensintesis kolagen. Kolagen menyalin dirinya, menyatukan dalam
struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan
meninggalkan garis putih. Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang
merupakan hasil dari peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang
berlebih dan regresi vaskularitas luka. Terbentuknya kolagen yang baru yang
mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan. Terbentuk
jaringan parut 50–80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya. Kemudian
terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular dan vaskularisasi
jaringan yang mengalami perbaikan (Sjamsuhidajat, 2005).
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Bakar
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka bakar adalah (DeLaune &
Ladner, 2002):
1. Usia
Sirkulasi darah dan pengiriman oksigen pada luka, pembekuan, respon
inflamasi,dan fagositosis mudah rusak pada orang terlalu muda dan orang tua,
sehingga risiko infeksi lebih besar. Kecepatan pertuumbuhan sel dan epitelisasi
pada luka terbuka lebih lambat pada usia lanjut sehingga penyembuhan luka
juga terjadi lebih lambat.
2. Nutrisi
Diet yang seimbang antara jumlah protein, karbohidrat, lemak, mineral dan
vitamin yang adekuat diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap patogen dan menurunkan risiko infeksi. Pembedahan, infeksi luka
yang parah, luka bakar dan trauma, dan kondisi defisit nutrisi meningkatkan
kebutuhan akan nutrisi. Kurang nutrisi dapat meningkatkan resiko infeksi dan
mengganggu proses penyembuhan luka. Sedangkan obesitas dapat
menyebabkan penurunan suplay pembuluh darah, yang merusak pengiriman
nutrisi dan elemen-elemen yang lainnya yang diperlukan pada proses
penyembuhan. Selain itu pada obesitas penyatuan jaringan lemak lebih sulit,
komplikasi seperti dehisens dan episerasi yang diikuti infeksi bisa terjadi.
3. Oksigenasi
Penurunan oksigen arteri pada mengganggu sintesa kolagen dan pembentukan
epitel, memperlambat penyembuhan luka. Mengurangi kadar hemoglobin
(anemia), menurunkan pengiriman oksigen ke jaringan dan mempengaruhi
perbaikan jaringan.
4. Infeksi
Bakteri merupakan sumber paling umum yang menyebabkan terjadinya infeksi.
Infeksi menghematkan penyembuhan dengan memperpanjang fase inflamasi,
dan memproduksi zat kimia serta enzim yang dapat merusak. Resiko infeksi
lebih besar jika luka mengandung jaringan nekrotik, terdapat benda asing dan
suplai darah serta pertahanan jaringan berkurang.
5. Merokok
Merokok dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin dan kerusakan
oksigenasi jaringan. Sehingga merokok menjadi penyulit dalam proses
penyembuhan luka.
6. Diabetes Melitus
Menyempitnya pembuluh darah (perubahan mikrovaskuler) dapat merusak
perkusi jaringan dan pengiriman oksiken ke jaringan. Peningkatan kadar
glukosa darah dapat merusak fungsi luekosit dan fagosit. Lingkungan yang
tinggi akan kandungan glukosa adalah media yang baik untuk perkembangan
bakteri dan jamur.
7. Sirkulasi
Aliran darah yang tidak adekuat dapat mempengaruhi penyembuhan luka hal ini
biasa disebabkan karena arteriosklerosis atau abnormalitas pada vena.
8. Faktor Mekanik
Pergerakan dini pada daerah yang luka dapat menghambat penyembuhan.
9. Steroid
Steroid dapat menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap
cedera dan menghambat sintesa kolagen. Obat obat antiinflamasi dapat menekan
sintesa protein, kontraksi luka, epitelisasi dan inflamasi.
10. Antibiotik
Penggunaan antibiotik jangka panjang dengan disertai perkembangan bakteri
yang resisten, dapat menigkatkan resiko infeksi.
yaitu :
2. Leukosit
Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.
4. Elektrolit Serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan
penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin
Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10
mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat
Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial
atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum
Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8. Albumin Serum
Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
A. Kesimpulan
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas. Luka bakar terjadi karena kondisi panas langsung atau radiasi
elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44 0C tanpa kerusakan
bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan
temperatur. Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
kegagalan organ multi sistem. Luka bakar diklasifikasikan menjadi luka bakar derajat
I, luka bakar derajat II, luka bakar derajat III dan luka bakar derajat IV.
B. Saran
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Kami pun dari Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu mohon maaf,
sekaligus kami berharap saran dan kritik yang membangun dari para pembaca semua.
Semoga makalah Discovery Learning luka bakar ini nantinya bermanfaat untuk kita
semua.
DAFTAR PUSTAKA
Barbul A. 2005. Wound Healing. In: F. Charles Brunicardi., Dana K., Andersen, Timothy R.,
Billiar, David L., et al., eds. Schwartz’s principles of surgery. 8th ed. New York: Mc Graw-
Hill Companies. p. 223-246
Delaune dan Ladner. 2002. Fundamental of Nursing, standards & practice second edition.
USA: Delmar
Doenges, Marilynn E.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih Bahasa: I Made
Kriasa.EGC.Jakarta
Moenadjat Y. 2005. Resusitasi: Dasar-dasar manajemen luka bakar fase akut. Jakarta: Komite
medik asosiasi luka bakar Indonesia. hal.5-20, 54-60.
Moenadjat, Y. 2001. Luka bakar Pengetahuan Klinis Praktis. Edisi kedua. Jakarta: Fakultas
kedokteran universitas Indonesia ; p:l-82.
Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan
Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidajat, R. dan De Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC