KISTA OVARIUM
Disusun oleh:
Annisa Yunita Rani
1102014035
Pembimbing:
dr. Husny B. Sismawan, Sp.OG
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya panulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
”Perdarahan Post Partus”. Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah guna
memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan tugas kepaniteraan Kebidanan
RSUD Arjawinangun.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada pembimbing kami dr. Husny
B. Sismawan, Sp.OG selaku kepala kepanitraan Kebidanan yang telah
meluangkan waktu dalam membimbing dan memberi masukan-masukan kepada
penulis mengenai presentasi kasus ini dan kepada dr. K.A. Halim Lutfi, Sp.OG,
MH.Kes, dr. Isnaena Perwira, Sp.OG dan dr. Trubus Priyoko, Sp.OG yang turut
membantu dan membimbing penulis dalam penulisan referat ini.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih memiliki kekurangan, untuk itu
kritik dan saran penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan penulisan laporan
kasus. Semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Ovarium mempunyai tugas penting terhadap reproduksi. Fungsi ovarium adalah
sebagai penghasil hormon dan penghasil sel telur. Gangguan pada ovarium tentu dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan, dan pematangan sel telur.
Gangguan tersebut dapat berupa kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker
ovarium. Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de
graff atau korpus luteum atau kista ovarium yang dapat timbul akibat pertumbuhan dari
epithelium ovarium.1
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik
atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan, tumor ovarium
yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor
ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau
dapat menghalang – halangi masuknya kepala ke dalam panggul.2
Angka kejadian kista ovarium di dunia yaitu 7% dari populasi wanita, dan 85%
bersifat jinak. Sedangkan angka kejadian di Indonesia tidak diketaui secara pasti
dikarenakan pencatatan kasus yang kurang baik. Namun, diperkirakan prevalensi kista
ovarium sebesar 60% dari seluruh kasus gangguan ovarium. Kistadenoma ovarii
musinosum sebesar 40% dari seluruh kasus neoplasma ovarium. Frekuensi kistadenoma
ovarii musinosum ditemukan Hariadi (1970) sebesar 27%, Gunawan (1977)
menemukan 29,9%, Sapardan (1970) menemukan 37,2%, dan Djaswadi menemukan
15,1%. Frekuensi kistadenoma ovarii serosum ditemukan Hariadi dan Gunawan di
Surabaya sebesar masing-masing 39,8% dan 28,5%. Di Jakarta Sapardan menemukan
20%, dan di Yogyakarta ditemukan Djaswadi sebesar 36,1%. Frekuensi kista dermoid
ditemukan Sapardan sebesar 16,9%. Djaswadi menemukan 15,1%, Hariadi dan
Gunawan masing-masing menemukan 11,1% dan 13,5%.2
Kista ovarium umum ditemukan pada wanita usia reproduktif. Kista
menimbulkan angka kematian yang cukup tinggi. Karena 20-30% kista dapat berpotensi
menjadi ganas terutama pada wanita diatas 40 tahun. Perjalanan penyakit dianggap
berlangsung secara diam-diam (silent killer), sehingga wanita umumnya tidak
menyadari sudah menderita kista ovarium. Wanita umumnya sadar setelah benjolan
teraba dari luar. Sekarang ini semakin sering ditemukan kista ovarium pada seorang
wanita dikarenakan pemeriksaan fisik dan semakin majunya teknologi. Sebagian besar
kista tidak menimbulakan gejala yang nyata, namun sebagian lagi menimbulkan
masalah seperti rasa sakit dan perdarahan. Bahkan kista ovarium yang maligna tidak
menimbulkan gejala pada sadium awal, sehingga sering ditemukan dalam stadium
lanjut. 2
Kista dapat berkembang pada wanita pada setiap tahap kehidupan, dari periode
neonatal sampai postmenopause. Kebanyakan kista ovarium,terjadi selama masa kanak-
kanak dan remaja, yang merupakan periode hormon aktif untuk pertumbuhan.
Kebanyakan kista bersifat fungsional dan dapat hilang dengan pengobatan sederhana.
Komplikasi yang paling sering dan paling serius pada kista ovarium yang terjadi
dalam kehamilan adalah peristiwa torsio atau terpuntir. Penatalaksanaan kista ovarium
sebagian besar memerlukan pembedahan untuk mengangkat kista tersebut.
Penangannya melibatkan keputusan yang sukar dan dapat mempengaruhi status hormon
dan fertilitas seorang wanita.2
BAB II
STATUS PASIEN
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Nn. M
Usia : 18 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Tegal Gubug
Tanggal masuk RS : 22 Febuari 2019 pukul 08.00
II. Anamnesis
Keluhan utama:
Pasien datang dirujuk dari Klinik dokter kandungan dengan keluhan terdapat
benjolan pada perut sebelah kiri sejak 1 bulan yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang
P0A0 datang dikirim oleh bidan tanggal 22 Febuari 2019, jam 08.00 WIB dengan
keluhan benjolan pada perut sebelah kiri sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan lebih
terasa saat pasien menahan buang air kecil dan benjolan bergeser lebih kesebelah kiri
tetapi setelah pasien buang air kecil benjolan kembali ketempat awalnya. Semenjak
terapat benjolan pasien menjadi sering merasa ingin buang air kecil. Selain itu, pasien
juga mengeluh nyeri hebat setiap haid. Nyeri dirasakan empat hari pertama haid.
Terkadang, karena nyeri yang hebat pasien jatuh pingsan.
Riwayat menstruasi:
Menarche : 12 tahun
Siklus : Teratur, 28 hari
Lama haid : 3 hari
Keluhan saat haid : Dismenorroe, 3 kali ganti pembalut
HPHT : 28 Januari 2017
Riwayat obstetri:
Pasien tidak pernah hamil sebelumnya
Riwayat KB:
Tidak ada
Riwayat Pernikahan:
Belum menikah
Pemeriksaan Fisik
Status Pasien
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 83 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Tinggi Badan : 157 cm
Berat Badan : 51 kg
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Thorax :
Jantung : BJ 1 & 2 Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : VBS kanan=kiri, Rhonki (-), Wheezing (-)
Iktus kordis : ICS 5 linea mid clavicula sinistra.
Abdomen : normal
Genitalia : normal
Ekstremitas : Edema ekstremitas bawah -/-, akral hangat +/+
Status Genikologi
Abdomen
Inspeksi
Membuncit tidak simetris (sinistra lbh meninjol dari dextra)
Sikatrik (-)
Auskultasi
Bising usus (+) Normal
Palpasi
Nyeri tekan (-), defans muskular (-), nyeri lepas (-). Teraba massa pada
regio abdomen sinistra inferior, konsistensi kenyal, mobile, permukaan
rata, ukuran 7x7 cm.
Perkusi
Timpani pada regio abomen sinistra superior, dextra superior dan inferior
Pekak pada regio abdomen sinistra inferior.
Ballotement (-), undulasi (-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap
Hemoglobin : 11,9 gr/dl
Hematokrit : 36,2 %
Leukosit : 17,9
Trombosit : 231000
Eritrosit : 4.59 mm3
Index Eritrosit
MCV : 79,0 fl
MCH : 26.0 pg
MCHC : 32.0 g/dl
RDW : 12.1 %
MPV : 6,0 fl
Hitung Jenis (Diff)
Eosinofil : 0.1 %
Basofil : 2,7 %
Segmen : 82.3 %
Limfosit : 8,5 %
Monosit : 6,3 %
Luc : 0,0 %
Imunologi
HBsAg : 0,01
Anti HIV : Non reaktif
Ca-125 : 6,4 U/ml (n <35 ELISA)
USG
Penatalaksanaan
IVDN 500 cc RL 20 tetes/ menit
Cefotaxime Inj 3 x 1gr
Rencana
Laparatomi
Follow up ruangan
Waktu Follow Up
22/02/2019 S : Terasa benjolan pada perut kiri
O : TD: 100/70 mmHg P: 81x/menit RR: 20x/menit S:36,60C
KU: baik
Kesadaran : compos mentis
Kepala : CA -/- SI -/-
Leher : JVP tidak meningkat
Thoraks :
cardio : BJ I-II reguler m (-), g (-)
Ictus cordis teraba 2 cm lateral dari MCS
Paru : VES (+/+) ronkhi (-/-), weezhing (-/-)
Abdomen : teraba massa pada perut kiri bawah, NT (-) BU (+)
Ekstremitas : udem (–) akral hangat, CRT<2S
A : Kista ovarium
P:
IVFD 500 cc RL 20 tetes/ menit
Inj Cefotaxime 2 x 1 gr
Lapratomi
23/02/2019 S : Pasien merasakan nyeri pada luka jahitan
O : TD: 110/80 mmHg P: 84x/menit RR: 24x/menit S:36,30C
KU: Baik
Kesadaran : compos mentis
Kepala : CA -/- SI -/-
Leher : JVP tidak meningkat
Thoraks :
cardio : BJ I-II reguler m (-), g (-)
Ictus cordis teraba 2 cm lateral dari MCS
Paru : VES (+/+), weezhing (-), ronkhi (-/-)
Ekstremitas : udem – akral hangat
(+)(+)
Abdomen : Nyeri tekan (+))(+) Bising usus (+)
A : Post laparatomi kista ovarium hari I
P:
IVDN 500 cc RL 20 tetes/ menit
Inj Cefotaxime 3 x 1 gr
Inj Ketorolac 3 x 1 amp
Inj Ranitidin 2 x 1 amp
P:
Cefixime Tab 2x200mg p.o
Asam Mefenamat 3x500 mg prn
Tablet Tambah Darah 2x1 tab
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
PERMASALAHAN
1. Apakah sudah tepat diagnosis diatas?
2. Apakah penatalaksanaan kala II lama pada kasus ini sudah tepat?
PEMBAHASAN
1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat, yaitu kista ovarium.
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal,
folikel de graff atau korpus luteum atau kista ovarium yang dapat timbul
akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium .1
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang
besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam
kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista
dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar
dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat
menghalang – halangi masuknya kepala ke dalam panggul.2
Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus,
biasanya bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis
berisi cairan serosa dan berwarna kuning. Pengumpulan cairan tersebut
terjadi pada indung telur atau ovarium.3
c. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium. Cancer
antigen 125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh
membran sel ovarium normal dan karsinoma ovarium. Level serum
kurang dari 35 U/ml adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat
pada 85% pasien dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA
125 ditemukan meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien
sehat.
b. Laparoskopi
Mengetahui asal tumor dari ovarium atau tidak, dan menentukan
sifat- sifat tumor.
c. Ultrasonografi
Menentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam
rongga perut yang bebas dan tidak. USG adalah alat diagnostik
imaging yang utama untuk kista ovarium. Kista simpleks
bentuknya unilokular, dindingnya tipis, satu cavitas yang
didalamnya tidak terdapat internal echo. Biasanya jenis kista
seperti ini tidak ganas, dan merupakan kista fungsioal, kista luteal
atau mungkln juga kistadenoma serosa atau kista inklusi.
Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul
ke dalam lumen. Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin
juga kista neoplasma benigna. USG sulit membedakan kista
ovarium dengan hidrosalfing, paraovarian dan kista tuba. USG
endovaginal dapat memberikan pemeriksaan morfologi yang jelas
dari struktur pelvis. Pemeriksaana ini tidak memerlukan kandung
kemih yang penuh. USG transabdominal lebih baik dari
endovaginal untuk mengevaluasi massa yang besar dan organ
intrabdomen lain, seperti ginjal, hati dan ascites. Ini memerlukan
kandung kemih yang penuh.
d. MRI
MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT
scan, dapat memberikan gambaran massa ginekologik yang lebih
baik. MRI ini biasanya tidak diperlukan
e. CT Scan
Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan
kurang baik bila dibanding dengan MRI. CT Scan dapat dipakai
untukmengidentifikasi organ intraabdomen dan retroperitoneum
dalam kasus keganasan ovarium.
f. Foto Rontgen
Menentukan adanya hidrotoraks. Pada kista dermoid kadang dapat
terlihat gigi.
g. Parasentesis
Pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites.
h. Tes kehamilan
Dan HCG negatif, kecuali bila terjadi kehamilan.
2. Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
Segera rujuk ibu ke rumah sakit.
b. Tatalaksana Khusus
Pada kista ovarium terpuntir disertai nyeri perut dilakukan laparotomi.
Pada kista ovarium asimptomatik:
Bila kista berukuran > 10 cm, dilakukan laparatomi pada trimester
kedua kehamilan.
Bila kista berukuran < 5 cm, tidak perlu dioperasi.
Bila kista berukuran 5 – 10 cm, lakukan observasi: jika menetap atau
membesar, lakukan laparotomi pada trimester kedua kehamilan.
Jika dicurigai keganasan, pasien dirujuk ke rumah sakit yang lebih
lengkap.
BAB IV
KESIMPULAN
Diagnosis paad pasien ini sudahlah tepat karena pada pasien ini
didapatkan gangguan haid berupa dismenore dan pada pemeriksaan fisik
didapatkan
Ditemukan tumor di rongga perut bagian depan dengan ukuran >5cm
Konsistensi kistik, mobile, permukaan tumor umumnya rata.