Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS TOLERANSI GLUKOSA TERGANGGU PADA POPULASI DEWASA

MUDA DI DAERAH RURAL DAN URBAN DI SULAWESI SELATAN


Bachtiar Syamsir1,Liong Boy Kurniawan2, Uleng Bahrun2
1
Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin/Rumah Sakit Umum Pendidikan dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar
2
Program Studi Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSUP dr. Wahidin
Sudirohusodo, Makassar

I. PENDAHULUAN
Prediabetes adalah suatu keadaan yang ditandai dengankadar glukosa darah di atas
nilai normal tetapi masih di bawah kadar glukosa darah untuk penegakan diabetes.
Prediabetesditegakkan jika kadar glukosa darah puasa 100-125 mg/dl (Glukosa Puasa
Terganggu = GPT), dan atau 2 jam paska pembebanan glukosa 140-199 mg/dl (Toleransi
Glukosa Terganggu = TGT).World health organization (WHO) menyatakan jumlah penduduk
dunia dengan diabetes mencapai 422 juta pada tahun 2014, ditemukan 8,5% pada penduduk
dengan usia diatas 18 tahun, WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes
melitus (DM) di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun
2030. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali
lipat pada tahun 2035.1
International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah
penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun
2035. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi
penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan
menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%.2 Diabetes melitus menduduki ranking ke-6 daerah
pedesaan yaitu 5,8%. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan
pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan sebesar 5,7%.3
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2014 Sulawesi Selatan,
persentase penderita DM yaitu 16,99%. Prevalensi DM di Kabupaten Soppeng dengan luas
wilayah 1.359,44 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 223.826 jiwa tahun 2010
sebesar 1,0%.World Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa strategi yang
efektif perlu dilakukan secara terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas

1 | Hasil Penelitian MaCPLAM


program dan lintas sektor termasuk swasta.4Pengendalian DM lebih diprioritaskan pada
pencegahan dini melalui upaya pencegahan faktor risiko DM yaitu upaya promotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative sertagaya hidup yang
dikendalikan padapenderita prediabetes.5
Prediabetes merupakan masalah kesehatan global saat ini. Prediabetes
meningkatkan risiko menjadi DM sebesar 2-10 kali lipat. Risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular pada prediabetes sama besarnya dengan diabetes melitus.6Prevalensi DM tipe
2 meningkat diperkirakan juga prevalensi prediabetes akan meningkat lebih tinggi karena
menyerupai fenomena gunung es untuk individu yang belum terdeteksi DM tipe 2.Risiko
terjadinya penyakit kardiovaskuler pada prediabetes sebanding dengan diabetes melitus oleh
karena disfungsi endotel sudah terjadi pada keadaan prediabetes. Guideline on diabetes,
prediabetes, dan penyakit kardivaskuler pada tahun 2007sudah menyatakan bahwa perubahan
glukometabolik merupakan risiko terjadinya gangguan kardiovaskular.7
Faktor risiko terjadinya prediabetes dapat dibagi menjadi faktor risiko yang dapat
dirubah (obesitas, aktivitas fisik, nutrisi) dan tidak dapat dirubah (genetik, usia, diabetes
gestasional) faktor yang dapat dirubah, yang penting adalah obesitas (terutama perut) dan
kurangnya aktivitas fisik. Secara umum terdapat perbedaan antara gaya hidup serta pola
makan masyarakat di Urban dan Rural.8

II. TUJUAN

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kejadian prediabetes pada


populasi usia muda berdasarkan kadar glukosa darah dan faktor status gizi di daerah Rural
dan Urban di Sulawesi Selatan.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian cross sectionaldilakukan dengan pengambilan data untuk daerah


Ruraltanggal 11 Februari 2017 di Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng merupakan
data saat dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat Departemen Ilmu Patologi Klinik,
daerah Urban bulan Maret 2018 di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar secaravolunteer.
Kriteria inklusi Masyarakat dewasa muda dengan rentang usia 18-40 tahun.

2 | Hasil Penelitian MaCPLAM


Kadar glukosa darah yang diperiksa adalah glukosa darah sewaktu, pasien tidak
puasa sebelum pemeriksaan. Tolerasi glukosa terganggu jika kadar glukosa darah : 140-199
mg/dl. Metode pemeriksaan Enzimatik menggunakan alat on call plus(ACON Laboratories,
United State).Kriteria EksklusiMasyarakat dewasa muda yang menolak untuk dilakukan
pendataan faktor risiko dan pengambilan darah.

IV. ANALISA STATISTIK


Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS. Metode deskriptif dilakukan
dengan perhitungan sebaran frekuensi. Analisis perbandingan rerata kadar glukosa
darahantara kelompok Rural dan Urbandiuji dengan uji Mann-Whitneykarena distribusi data
tidak normal.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebanyak 98pasien yang menjalani pemeriksaan kemudian dikelompokkan
berdasarkan karakteristik yang diperoleh(Tabel 1) menunjukkan berdasarkan jenis kelamin
perempuan berjumlah 61 orang (62,3%) lebih banyak dibanding laki-laki berjumlah 37
orang (37,7%), pengelompokkan umur yang berusia < 35 tahun berjumlah72 orang (73,5%)
dibanding yang berusia > 36 tahun berjumlah 26 orang (26,5%), diperoleh juga jumlah yang
menderita hipertensi dan normal masing-masing 24 pasien (24,5%) dan 74 pasien
(75,5%),diperoleh pasien obesitas dan normal masing-masing 39 pasien (39,8%) dan 59
pasien (60,2%). Berdasarkan pekerjaan diperoleh pelajar 55 orang (56,1%), ibu rumah
tangga 19 orang (18,4%), wiraswasta 5 orang (5,1%), pegawai negeri sipil 18 orang
(17,4%), pegawai swasta 1 orang (1%), dan lain-lain (buruh/serabutan) 2 orang (2%).
Riwayat keluarga yang mengalami diabetes melitus sekitar 28 orang(28,6%) sedangkan
yang tidak mengalami 70 orang (71,4%). Berdasarkan penelitian ini diperoleh angka
kejadian prediabetes sebesar 3.1%, hal ini sejalan dengan penelitian Rosella LC et all di
Kanada tahun 2015 diperoleh prevalensi prediabetes 4.3%.9

3 | Hasil Penelitian MaCPLAM


Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian

Karateristik Jumlah (n=98)


(%)
Jenis kelamin Laki-Laki 37(37,7%)
Perempuan 61(62,3%)

Klasifikasi Umur Dewasa Awal (≤ 35) 72 (73,5%)


(tahun) Dewasa Akhir (≥ 36) 26 (26,5%)

Hipertensi Normal 74 (75,5%)


Hipertensi 24 (24.5%)

Glukosa (mg/dL) Normal 95 (96.9%)


Prediabetes 3(3.1%)

Obesitas Normal 59 (60.2%)


Obesitas 39(39.8%)

Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa
55(56,1%)
IRT
18(18,4%)
Wiraswasta
5(5,1%)
Pegawai Negeri
17(17.4%)
Pegawai Swasta
1(1%)
Lain-lain
2(2%)
Riwayat Keluarga Ada
28 (28,6%)
Tidak
70 (71.4%)
Daerah Daerah Pedesaan 48 (49%)
Daerah Perkotaan 50 (51%)

Tabel 2 menunjukkan jumlah prediabetes di daerah Rural berjumlah 4,2%, hasil


ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhao M et all tahun 2013 di China
(Rural Ningbo) yang mendapatkan jumlah prediabetes berjumlah 28.52%. Terdapat
beberapa alasan untuk menjelaskan kondisi ini. Pertama, sampel penelitian memiliki pola
hidup dan lingkungan yang berbeda. Kedua, jumlah sampel penelitian memiliki usia 18-40
tahun relatif kecil sehingga angka prevalensinya untuk usia ini mungkin tidak
menggamparkan keadaan yang sebenarnya.10

4 | Hasil Penelitian MaCPLAM


Tabel 2 Persentasi Prediabetes pada daerah Rural dan daerah Urban

N Jumlah Prediabetes (%)

Daerah Rural 48 2 (4.2%)


Daerah Urban 50 1 (2%)

Tabel 3menunjukkan rerata kadar glukosa darah di daerah rural lebih tinggi
dibandingkan rerata di daerah urban yaitu 101,6 mg/dl dengan 94.6 mg/dl, hasil uji statistik
menunjukkan bahwa perbedaan tersebut signifikan (p = 0.01).

Tabel 3. Perbandingan Kadar Glukosa Pada daerah Rural dan daerah Urban.

N Median (Min-Max) Nilai p*

Daerah Rural 48 101,6 (74-189) 0,01


Daerah Urban 50 94,6 (74-159)
*p Uji Mann Whitney

Keterbatasan penelitian ini karena persiapan yang kurang optimal sehingga hanya
dapat dilakukan pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang sebelumnya direncanakan untuk
pengambilan sampel glukosa darah puasa. Semua pasien dilakukan anamnesis tentang
riwayat diabetes namun tidak dapat menyingkirkan kemungkinan menderita DM pada
pasien yang tidak pernah memeriksakan kesehatan sebelumnya.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


Penelitian ini didapatkan persentase prediabetes untuk daerah Rural lebih tinggi
dibandingkan daerah Urban. Penelitian lanjutan disarankan dengan mempertimbangkan
jumlah sampel yang lebih banyak dan memperhitungkan penyerta yang akan menjadi bias.

5 | Hasil Penelitian MaCPLAM


DAFTAR PUSTAKA

1. Soelistijo SA, Novida H, Rudijanto A, et all. Konsensus. Pengelolaan dan Pencegahan


Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. PB PERKENI. Jakarta. 2015. 11-14.
2. Anonymous. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Mencapai 21,3 Juta Orang. Dikutip
pada 15 Mei 2017. Diunduh dari www.depkes.go.id.
3. Soewondo P, Pramono LA. Prevalence, characteristics, and predictors of pre-diabetes in
Indonesia. Med J Indonesia. 2011; 20:283-94
4. Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan. Profil Kesehatan Sulawesi Selatan Tahun 2014. Makassar:
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. 2014
5. Pranoto A, Diabetes Melitus di Indonesia Permasalahan dan Penatalaksanaannya. RSUD Dr
Soetomo-FK UNAIR. 2006. Dikutip, 11 Mei 2017. Diunduh dari:
http://www.penelitian.unair.ac.id.
6. Setiawan M. Prediabetes dan Peran HbA1C dalam Skrining dan Diagnosis Awal Diabetes
Melitus. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. 2011. 51-64
7. Eliana F, Suwondo P, Makmun LH, Harbuwono DS. Faktor Risiko Disfungsi Endotel pada
Prediabetes. Departemen Penyakit Dalam. FK-YARSI. Dalam : Jurnal Kedokteran YARSI 17.
2009. 160-168.
8. Soeatmadji W Djoko dkk, Panduan Pengelolaan dan Pencegahan Prediabetes, PB persadia.
2009
9.Rosella LC, Lebenbaum M, Fitzpatrick T, et all. Prevalence of Prediabetes and Undiagnosed
Diabetes in Canada (2007-2011) According to Fasting Plasma Glucose and HbA1c Screening
Criteria. Diabetes Care 2015;38:1299-1305.
10. Zhao M, Lin H, Yuan Y, et all. Prevalence of Prediabetes and Its Associated Risk Factors in
Rural Areas of Ningbo, China. Int.J.Environ.Res. Public Health 2016; 13: 808.

6 | Hasil Penelitian MaCPLAM

Anda mungkin juga menyukai