PENDAHULUAN
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastik dan
sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras dan juga sangat
parasit obligat pada manusia, Sarcoptes scabies var. hominis ke dalam lapisan
epidermis. Kutu scabies ini adalah hewan Arthropoda yang awalnya diidentifikasi
pada tahun 1600-an, namun tidak dikenal sebagai penyebab erupsi kulit hingga tahun
1700-an. Perkiraan sekitar 300 juta jiwa diseluruh dunia terinfeksi kutu scabies.
Scabies menyerang seluruh lapisan masyarakat, dimana wanita dan anak-anak lebih
banyak terinfeksi. Penyakit ini umumnya cenderung banyak ditemukan pada area
urban, khususnya pada area padat penduduk. Skabies menduduki peringkat ke-7 dari
sepuluh besar penyakit utama di puskesmas dan menempati urutan ke-3 dari 12
Penyebaran penyakit ini dari suatu tempat ke tempat lain dapat disebabkan
kusta itu sendiri masih menjadi masalah kesehatan di dunia, khususnya di negara-
negara yang sedang berkembang. Masalah yang dihadapi penderita bukan hanya
dari medis saja, tetapi juga menimbulkan beban psikologis, sosial dan ekonomi.
1
2
tahun 2007 diperkirakan 2-3 juta orang lebih, 80% di antaranya berasal dari
daerah tropis. Pada tahun yang sama Indonesia masih menempati urutan ke tiga
setelah India dan Brazil dalam hal penyumbang jumlah penderita kusta di dunia.3
1.2.Tujuan
mencegah terjadinya Skibies dan Kusta sehingga angka kejadian dapat menurun .
4
BAB 2
PERSIAPAN PENYULUHAN
Susunan Kepanitiaan:
pengetahuan tentang Skbaies dan Kusta. Hal-hal yang dibahas antara lain :
a. Menjelaskan singkat mengenai latar belakang dan tujuan dari penyuluhan yang
akan dilaksanakan
di Puskesmas Campurejo
5
penyaji.
- Alat bantu penyuluhan berupa Sound System disiapkan oleh staf puskesmas
BAB 3
3.1 Sasaran
Mrican Kediri.
3.2 Metode
Pembagian Leaflet
Ceramah
penyuluhan.
Tanya Jawab
Tanya jawab dilakukan dalam waktu kurang lebih 10 menit tentang materi
tersebut
3.3.1. Definisi
kutu Sarcoptes scabiei var hominis. Infeksi ini terjadi akibat kontak langsung
dari kulit ke kulit maupun kontak tidak langsung (melalui benda misalnya
3.3.2. Patogenesis
7
Telur-telur ini akan menetas setelah 3 hari dan menjadi larva, yang akan
bertrasnformasi dan menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu. Kutu ini kawin di
dalam kantongnya, dimana kutu jantan akan mati tetapi kutu betina yang telah
pertama dari kutu ini, diperlukan 4 hingga 6 minggu untuk timbul reaksi
1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 1 Pada
awalnya gatal terbatas hanya pada lesi tetapi seringkali menjadi menyeluruh.
Pada infeksi inisial, gatal timbul setelah 3 sampai 4 minggu, tetapi paparan
ulang menimbulkan rasa gatal hanya dalam waktu beberapa jam.5 Namun studi
lain menunjukkan pada infestasi rekuren, gejala dapat timbul dalam 4-6 hari
biasanya seluruh angota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika
yang tipis, yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus,
bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Skabies jarang
ditemukan di telapak tangan, telapak kaki, dibawah kepala dan leher namun
pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Berikut dipaparkan
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Berikut merupakan
ditemukan dua dari empat cardinal sign. Beberapa cara yang dapat
a. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau
pada ujung jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan.
bentuk S.
Dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk
3.3.5. Penatalaksanaan
terapi dapat menyebabkan infestasi tungau yang semakin banyak dan kemungkinan
peningkatan keparahan gejala.Terapi skabies ini juga harus tuntas bagi penderita dan
juga dilakukan bagi keluarga penderita yang memiliki gejala yang sama karena
yang efektif dan pemilihannya tergantung pada biaya dan potensi toksiknya.
Terkadang penderita menggunakan obat lebih lama dari waktu yang dianjurkan,
sehingga mengetahui kuantitas obat yang tepat untuk diresepkan akan dapat
mencegah timbulnya iritasi akibat pemakaian obat yang berlebihan, yang pada
di seluruh tubuh kecuali wajah. Obat harus segera dibersihkan secara menyeluruh
setelah periode waktu yang dianjurkan. Pagi hari setelah terapi, pakaian, sprei, dan
handuk dicuci menggunakan air panas. Tungau akan mati pada suhu 130oC. Pasien
perorangan.7
diobati secara adekuat, rasa gatal akan tetap ada sampai beberapa bulan. Seluruh
anggota keluarga yang memiliki gejala harus diterapi, termasuk pasangan seksual.
Para ahli merekomendasikan terapi untuk anggota keluarga bersifat simultan, karena
angka kesembuhan setelah 10 minggu lebih tinggi.5 Terapi topikal untuk skabies
sintesis yang efektif pada manusia dengan toksisitas rendah, bahkan dengan
11
pemakaian yang berlebihan sekalipun dan obat ini telah dipergunakan lebih
dan tidak diabsorbsi sistemik, serta dimetabolisasi dengan cepat.5,10 Obat ini
merupakan terapi pilihan lini pertama rekomendasi dari CDC untuk terapi
tungau tubuh.12 Penggunaan obat ini biasanya pada sediaan krim dengan
kadar 1% untuk terapi tungau pada kepala dan kadar 5% untuk terapi tungau
kepala lebih baik dari lindane karena aman dan tidak diabsorbsi secara
sistemik. Cara pemakaiannya dengan dioleskan pada seluruh area tubuh dari
leher ke bawah dan dibilas setelah 8-14 jam. Bila diperlukan, pengobatan
dapat diulang setelah 5-7 hari kemudian. Belum ada laporan terjadinya
berumur kurang dari 2 bulan atau pada wanita hamil dan menyusui namun
studi lain mengatakan bahwa obat ini merupakan drug of choice untuk wanita
sering timbul adalah rasa terbakar dan yang jarang adalah dermatitis kontak
yang sama dengan permetrin. Studi lain menunjukkan lindane kurang unggul
12
dan diabsorbsi secara sistemik pada penggunaan topikal terutama pada kulit
yang rusak.10 Sediaan obat ini biasanya sebanyak 60 mg. Cara pemakaiannya
adalah dengan dioleskan dan dibiarkan selama 8 jam. Sama seperti pada
pertama. Salah satu kekurangan obat ini adalah absorbsi secara sistemik
terutama pada bayi, anak dan orang dewasa dengan kerusakan kulit yang
luas. Lindane memiliki efek samping yaitu toksik pada sistem saraf pusat
bayi, anak dibawah 2 tahun, dermatitis yang meluas, wanita hamil atau
Sulfur dipakai saat malam hari selama 3 malam dan dibersihkan secara
berulang, namun relatif aman, efektif dan tepat untuk bayi berumur kurang
4. Benzil benzoat 25%, merupakan produk alamiah, disebut juga balsam Peru
dan telah dipergunakan lebih dari 60 tahun. Obat ini merupakan skabisid
kerja cepat yang efektif terhadap semua stadium namun tidak dijual bebas di
ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi dan kadang-kadang makin gatal
13
lindane.
penyakit ini dari suatu tempat ke tempat lain dapat disebabkan oleh
3.3.7. Etiologi
pencetus
reaksi kusta sudah diketahui dengan jelas, namun penyebab pasti belum
infeksi, stress mental dan fisik, kehamilan , vaksinasi, faktor hormonal dan
nutrisi. 4
3.3.8. Patofisiologi
seperti saraf, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Perubahan patologik dari saraf
mempunyai dampak paling buruk, hal ini karena tidak adanya respon imun
makrofag di sekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel Schwann
di jaringan saraf. Bila kuman M. leprae masuk ke dalam tubuh, maka tubuh
akan bereaksi mengeluarkan makrofag (berasal dari sel monosit darah, sel
makrofag akan berubah menjadi sel epiteloid yang tidak bergerak aktif dan
kadang-kadang bersatu membentuk sel datia Langhans. Bila infeksi ini tidak
segera diatasi, maka akan terjadi reaksi berlebihan dan massa epiteloid akan
Jadi, bila terjadi gangguan imunitas tubuh dalam sel Schwann, kuman dapat
dan terjadi kerusakan saraf yang progresif.Sedangkan pada kusta tipe LL,
3.3.11. Penatalaksanaan
16
BAB 4
PELAKSANAAN PENYULUHAN
Jam Acara
08.10 Pembukaan
08.10 Perkenalan
08.20 Penyuluhan
08.35 Penutupan
17
BAB 5
HASIL KEGIATAN
dengan perkenalan dari perwakilan dokter muda yang diwakili oleh Ketua Panitia.
menarik perhatian peserta dan peserta tampak cukup antusias merespon materi yang
BAB 6
PENUTUP
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami, sehingga kegiatan penyuluhan
yang kami laksanakan di Puskesmas Campurejo Kota Kediri berjalan dengan baik
dan lancar
Besar harapan kami kegiatan ini dapat memberi manfaat dan menambah
dalam kegiatan penyuluhan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk meningkatkan kegiatan serupa di masa yang akan datang. Kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan yang secara sengaja
maupun tidak sengaja kami lakukan.Akhir kata kami para mahasiwa Fakultas
atas bantuan semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Currie JB, McCarthy JS. Permethrin and Ivermectin for Scabies. New
England J Med. 2010; 362: p. 718.
3. Kosasih, A, Wisnu,M, Sjamsoe,E, dkk. Kusta. Buku Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin FKUI, edisi kelima. 2007. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hlm.73-88.
5. Trozak DJ, Tennenhouse JD, Russell JJ. Herpes Scabies. In: Trozak DJ,
Tennenhouse JD, Russell JJ editors. Dermatology Skills for Primary Care;
An Illustrated Guide: Humana Press; 2011. p. 105-11
6. Amiruddin MD. Skabies. In. Amiruddin MD, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Ed
1. Makassar: Bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin fakultas kedokteran
universitas hasanuddin; 2009. p. 5-10.
8.
20
LAMPIRAN
Leaflet Depan
21
Leaflat Belakang
Daftar Absensi
22
Foto Penyuluhan
23
24
25