Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu tolok ukur yang peka dalam

menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara terutama pelayanan kesehatan.

Pada tahun 1990, terdapat 532.000 kasus kematian ibu hamil di dunia. Angka ini mengalami

penurunan menjadi 289.000 kasus pada tahun 2013 dengan 58% diantaranya terjadi 10

negara yaitu India, Nigeria, Pakistan, Afghanistan, Ethiopia, Republik Kongo, Tanzania,

Kenya, China, dan Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di

Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut

sedikit menurun jika dibandingkan dengan SKDI tahun 1991 yaitu sebesar 390 per 100.000

kelahiran hidup. Namun angka ini masih jauh dari target global Millenium Development

Goals (MDGs) kelima yaitu menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup

pada tahun 2015 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Penyebab langsung yang sering mengakibatkan AKI selama tahun 2010-2013 adalah

perdarahan sebesar 28%, eklamsia sebesar 24%, dan penyakit infeksi sebesar 11%.

Sedangkan penyebab tidak langsung yang dapat berpengaruh adalah anemia sebesar 37%

dan kekurangan energi kronis sebesar 40% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2014).

Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi dimana ibu

menderita kekurangan makanan yang berlangsung kronik atau menahun yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi

(Helena, 2013).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi risiko KEK pada Wanita

Usia Subur (WUS) yaitu usia 15-49 tahun sebesar 20,8%. Prevalensi tertinggi ditemukan

pada WUS usia remaja yaitu usia 15-19 tahun sebesar 46,6%, dibandingkan dengan

kelompok lebih tua yaitu usia 20-24 tahun sebesar 30,6%. Sedangkan prevalensi risiko KEK

pada ibu hamil usia 15-49 tahun sebesar 24,2%, dengan prevalensi tertinggi ditemukan pada

usia 15-19 tahun sebesar 38,5% dibandingkan dengan kelompok lebih tua yaitu 20-24 tahun

sebesar 30,1% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Di Indonesia angka kejadian KEK pada tahun 2009 menunjukkan 5 daerah dengan

prevalensi terbesar yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 24,6%, Papua sebesar

23,1%, Yogyakarta sebesar 20,2%, Papua Barat sebesar 19,6% dan Jawa Tengah sebesar

17,2% . Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Tengah 2009, terdapat 5

kabupaten yang memiliki angka kejadian KEK tertinggi yaitu Tegal sebesar 27,6%, Batang

sebesar 27,5%, Kudus sebesar 25,4%, Demak sebesar 25,3%, dan Wonosobo sebesar 21,5%

(Depkes RI, 2009).

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Kehamilan adalah suatu proses yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari, yang dihitung

dari hari pertama haid terakhir (Nuruljannah, 2010). Kehamilan yang sehat secara jasmani
dan rohani dapat dilihat dari peningkatan berat badan ibu sesuai dengan usia kehamilannya.

Penambahan berat badan dalam periode kehamilan rata-rata 11-12 kg, yang meliputi berat

plasenta, fetus, dan cairan amnion seberat 4,2 kg dan sisanya adalah jaringan otot ibu sebesar

8 kg (Hasanah, 2013).

Selama proses kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan kalori yang sejalan dengan

peningkatan laju metabolik basal. Selain itu, selama hamil ibu membutuhkan energi atau

kalori tambahan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan janin, plasenta, jaringan

payudara, dan cadangan lemak. Peningkatan kebutuhan kalori kurang lebih 15% dari kalori

normal. Tambahan energi yang di perlukan selama hamil yaitu 27.000-80.000 kkal/hari.

Sedangkan energi yang dibutuhkan oleh janin sendiri untuk tumbuh dan berkembang adalah

50-95 kkal/kg/hari atau mencapai 175-350 kkal/hari pada janin dengan berat badan 3,5 kg

(Hasanah, 2013).

Kebutuhan energi selama kehamilan meningkat secara gradual pada trimester I, II, III

dan terus terus meningkat sampai akhir kehamilan. Karena banyaknya perbedaan kebutuhan

energi selama hamil, maka WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal/hari pada

trimester I serta 350 kkal/hari pada trimester II dan III. Sementara di Indonesia berdasarkan

Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi sebesar 285 kkal/hari selama kehamilan. Nilai ini

berlaku bagi mereka yang tidak merubah kegiatan fisik selama hamil. Sementara perkiraan

ini belum termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik, dan

pertumbuhan (Hasanah, 2013).

B. Kurang Energi Kronis ( KEK )

1. Definisi
Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro, menyatakan

bahwa Kurang Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri atau wanita

mengalami kekurangan gizi berupa kalori dan protein, yang berlangsung menahun atau

kronis sehingga mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan.

KEK merupakan salah satu masalah kurang gizi yang sering terjadi pada wanita

hamil, yang disebabkan oleh kekurangan energi dalam jangka waktu yang cukup lama.

KEK pada wanita di negara berkembang merupakan hasil kumulatif dari keadaan

kurang gizi sejak masa janin, bayi, dan kanak-kanaknya, dan berlanjut hingga dewasa.

Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu mendadak pada masa

perinatal dan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) (Hasanah, 2013).

2. Gejala dan Tanda

Ibu dikatakan mengalami KEK apabila terdapat beberapa tanda dan gejala berikut

(Weni, 2010).

a. Lingkar lengan atas sebelah kiri < 23,5 cm

b. Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg

c. Tinggi badan ibu < 145 cm

d. Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg

e. Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00

f. Sering terlihat lemah, letih, lesu dan lunglai

g. Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara premature atau jika lahir secara

normal bayi yang dilahirkan biasanya berat badan lahirnya rendah atau < 2.500

gram.
Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui kejadian KEK adalah lingkar

lengan atas (LILA) sebelah kiri. Berikut merupakan cara melakukan pengukuran LILA

(Weni, 2010).

a. Luruskan bahu dan siku

b. Letakkan pita antara bahu dan siku

c. Tentukan titik tengah lengan

d. Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan

e. Pita jangan terlalu ketat dan jangan terlalu longgar

f. Pembacaan skala secara benar

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah pengukuran

dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang kidal diukur

lengan kanan). Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam

keadaan tidak tegang dan kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak

kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata (Weni, 2010).

3. Komplikasi

Berikut merupakan komplikasi yang dapat timbul dari ibu hamil yang mengalami

KEK (Syukur, 2016).

a. Terhadap ibu

1) Anemia

2) Perdarahan

3) Malnutrisi

4) Risiko tinggi terkena infeksi.

b. Terhadap persalinan
1) Persalinan sulit

2) Persalinan lama

3) Persalinan prematur

4) Perdarahan

c. Terhadap janin

1) Abortus

2) Bayi lahir mati

3) Kematian neonatus

4) Cacat bawaan

5) Anemia pada bayi

6) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR)

4. Pencegahan

Menurut Chinue (2009), ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya KEK,

antara lain sebagai berikut.

a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi

1) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan

hewani seperti daging, ikan, ayam, hati, dan telur serta bahan makanan nabati

seperti sayur berwarna hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe

2) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C

seperti daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas yang

sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus

b. Menambah pemasukan zat besi dalam tubuh dengan meminum tablet penambah

darah.

Anda mungkin juga menyukai