Psoriasis Vulgaris
Psoriasis Vulgaris
Psoriasis Vulgaris
PSORIASIS VULGARIS
pj
Pembimbing:
Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN
RESPONSI
PSORIASIS VULGARIS
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
“Psoriasis Vulgaris”.
Penyusunan responsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
Ucapan terima kasih kepada dr. Rahimah, Sp. KK selaku dokter pembimbing
terima kasih atas bimbingan, saran, petunjuk dan waktunya serta semua pihak terkait
yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan responsi ini.
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga penyusunan responsi ini
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR
PENGESAHAN
..........................................................................................................................................
i
KATA
PENGANTAR
..........................................................................................................................................
iii
DAFTAR
ISI
..........................................................................................................................................
iv
DAFTAR
GAMBAR
..........................................................................................................................................
vi
BAB I Tinjauan Pustaka
1.1
Pendahuluan
..........................................................................................................................................
1
1.2
Definisi
..........................................................................................................................................
2
1.3
Epidemiologi
..........................................................................................................................................
2
iv
1.4
Etiopatogenesis
..........................................................................................................................................
2
1.5 Gejala
Klinis
..........................................................................................................................................
4
1.6 Klasifikasi Variasi
Klinis
..........................................................................................................................................
6
1.7
Diagnosis
..........................................................................................................................................
13
1.8 Diagnosis
Banding
..........................................................................................................................................
15
1.9
Penatalaksanaan
..........................................................................................................................................
18
1.10
Komplikasi
..........................................................................................................................................
23
1.11
Prognosis
..........................................................................................................................................
24
BAB II Tinjauan Kasus
v
2.1
Identitas
..........................................................................................................................................
25
2.2
Anamnesis
..........................................................................................................................................
25
2.3 Pemeriksaan
Fisik
..........................................................................................................................................
27
2.4
Resume
..........................................................................................................................................
28
2.5
Diagnosis
..........................................................................................................................................
28
2.6 Penatalaksanaan
..........................................................................................................................................
28
2.7
Prognosis
..........................................................................................................................................
30
BAB III Foto
Kasus
..........................................................................................................................................
31
DAFTAR
PUSTAKA
vi
..........................................................................................................................................
39
DAFTAR GAMBAR
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
Psoriasis sebelumnya dianggap sebagai penyakit kulit yang tidak istimewa, pada
tahun 1841 didefiniskan oleh Ferdinand von hebra sebagai suatu penyakit kulit yang
mempunyai kekhususan sendiri, bahkan saat ini psoriasis di kenal dengan penyakit
pada kulit, sendi serta terkait sindrom metabolik. Perkembangan pengetahuan tersebut
mengarahkan pengobatan psoriasis bersifat sistemik. Penyakit ini tidak fatal namun
menduduki kelas penyakit terbanyak di mana pun di dunia, namun angka kesakitanya
beragam. Morbiditas merupakan masalah yang sangat penting bagi pasien psoriasis.
Berbagai faktor psikologis dan sosial sering di jumpai pasien, antara lain : malu karena
kulit mengelupas dan pecah-pecah, tidak nyaman karena gatal atau harga obat yang
menurun nya kualitas hidup seseorang bahkan depresi berlebihan sampai keinginan
bunuh diri. 1
epidermis, karena keterkaitan dengan sindrom metabolik maka perlu pula penanganan
kegemukan, diabetes militus, gangguan pola lipid dan hipertensi. Beragam jenis
pengobatan tersedia saat ini mulai dari topical, sistemik sampai dengan terapi spesifik
bersasaran alur pathogenesis psoriasis atau yang di kenal dengan agen biologik.
1
Penanganan holistik harus di terapkan dalam penatalaksanaan psoriasis meliputi
1.2 Definisi
Psoriasis adalah penyakit autoimun seumur hidup yang ditandai dengan bercak
kulit abnormal yang berwarna putih kemerahan disertai rasa gatal dan bersisik, istilah
psoriasis berasal dari kata yunani “Psora” yang berarti “gatal”. Psoriasis merupakan
penyakit kulit kronis yang menyerang sekitar 2% dari populasi dunia, merupakan
infeksi non-epidemi dan ganggguan kulit yang mengerikan yang dapat mencakup
seluruh sistem dalam tubuh.2 Psoriasis adalah inflamasi kronis yang ditandai dengan
eritematosa, kulit kering, plakat dari berbagai ukuran biasanya tertutupi oleh skuama
1.3 Epidemiologi
Psoriasis bisa terjadi pada berbagai ras, dengan prevalensi yang bervariasi antara
0,1 % sampai 11,8 %. Insiden tertinggi dilaporkan terjadi di Eropa, di Denmark 2,9 %
dan Kepulauan Faeroe 2,8 % dengan rata – rata di Eropa Utara sebesar 2 %. Prevalensi
antara 2,2 % sampai 2,6 % di Amerika Serikat, dengan insidensi psoriasis di Asia
sebesar 0,4 %. Prevalensi psoriasis pada laki – laki sama dengan wanita. Psoriasis
dapat terjadi pada berbagai usia, namun jarang ditemukan pada usia dibawah 10 tahun.
Kelainan ini sering didapatkan pada usia antara 15 – 30 tahun. Psoriasis pada usia yang
lebih dini sering dihubungkan dengan adanya Human Leucocyte Antigen (HLA) kelas
I, khususnya HLA Cw6 dan adanya riwayat keluarga yang mempunyai kelainan yang
sama.4
1.4 Etiopatogenesis
Berdasarkan Hanseler dan Christoper dikenal dua tipe yaitu psoriasis tipe I bila
onset kurang dari umur 40 tahun dan psoriasis tipe II bila onset terjadi pada umur lebih
2
dari 40 tahun. Psorasis tipe I berhubungan dengan HLA-CW6, HA-DR7, HLA-B13,
dan HLA-BW57. Pasien dengan psoriasis artritis yang mengalami psoriasis tipe 1
mempunyai riwayat psoriasis pada keluarganya 60% sedangkan pada tipe 2 hanya
30%.1
Aktivasi sel T dalam pembuluh limfe terjadi setelah sel makrofag penangkap
(MHC) mempresentasikan antigen dan diikat dengan sel T. Pengikatan sel T selain
melalui reseptor sel T dilakukan pula oleh ligan dan reseptor tambahan yang disebut
kostimulasi. Setelah sel T teraktivasi sel ini masuk dalam sirkulasi sistemik dan
17 yang merupakan karakteristik psoriasis. Injeksi intradermal IL-21 dan IL-23 pada
langerhans pada epidermis, sel dendrit imatur (D) dan sel T (T) di dermis. Pada gambar
B pada individu psoriasis menunjukan kapiler berdilasi sedikit dan mengalami sedikit
peningkatan sel mononuklear dermal dan sel mast (M). Pada gambar C individu yang
mengalami psoriasis plak kronis terdapat peningkatan progresif dilatasi kapiler dan
jumlah sel mast, makrofag (MP) dan sel T dan terdapat degranulasi sel mast. Pada
gambar D ditandai oleh kapiler dilatasi penuh dengan peningkatan sepuluh kali lipat
3
Gambar 1.1
197-231.
Gambaran klasik berupa plak eritematosa dilliputi skuama putih dan titik-titik
perdarahan bila skuama dilepas (Auspitz sign), berukuran dari seujung jarum sampai
4
predilepsinya pada scalp, ekstremitas bagian ekstensor, terutama siku lutut dan daerah
lumbasakral.5
eritematous dan berbatas tegas dengan lingkaran putih pucat yang mengelilingi lesi
disebut Woronoff’s sign. Biasanya didapatkan lesi hanya satu namun dapat pula
ditemukan lesi multiple dan terdistribusi secara simetris pada kulit kepala, tubuh,
ekstremitas inferior. Apabila terkena trauma akan didapatkan lesi baru yang bersifat
sama dengan lesi yang ada atau disebut Koebner phenomena. Namun sifat ini juga
ditemukan pada likhen planus, lichen nutidus, veruka plana dan eksematoid
dernatitis.6 Terdapat Karsvlek phenomena yaitu apabila skuama psoriasis dikerok akan
Gambar 1.2
Woronoff’s sign6
Sumber : Burden A David, dan Kirby Brian, 2016, Psoriasis and Related Disorder In
: Rooks Textbook of Dermatology 9th Edition, Manchester : Blackwell Publishing,
Ltd, pp 35.1-35.45
Dengan proses pelebaran yang bertahap maka bentuk lesi didapatkan bentuk
bervariasi seperti bentuk kurva linier (psoriasis girata), mirip cincin (psoriasis anular),
(plak rupoid) dan psoriasis hiperkeratotik tebal berbentuk cembung menyerupai kulit
5
Gambar 1.3
a. Psoriasis Vulgaris
Adalah bentuk yang paling umum ditemukan dari psoriasis, kurang lebih
ekstremitas terutama pada siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, genital,
baik. 5
6
Rupioid psoriasis biasanya ditandai dengan lesi berbentuk kerucut.
Gambar 1.4
7
Gambar 1.5
Gambaran psoriasis geographica5
Sumber : Gidjonsson, Johann E dan Elder, Jamer T, 2008, Psoriasis In :
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th, New York : The McGraw-
Hill Company, pp 197-231.
b. Psoriasis Gutata
Psoriasis gutata berasal dari bahasa Latin “gutta” yang berarti tetesan.
Ditandai oleh lesi papul eruptif 0,5-1,5 cm pada trunk dan ekstremitas bagian
Jenis ini khas pada dewasa muda. Bentuk spesifik yang dijumpai adalah lesi
genetik.1,6
8
Gambar 1.6
Gambaran psoriasis gutata6
Sumber : Burden A David, dan Kirby Brian, 2016, Psoriasis and Related Disorder
In : Rooks Textbook of Dermatology 9th Edition, Manchester : Blackwell
Publishing, Ltd, pp 35.1-35.45.
Psoriasis ini mempunyai tempat predilepsi yang khas dan seringkali hanya
terbatas mengenai permukaan lipatan, lekukan dan fleksor seperti telinga, aksila,
bibir, menyerang seluruh bagian tubuh termasuk muka,tangan, kaki dan jari.3,5
Gambar 1.7
Gambaran Psoriasis Inversa5
Sumber : Gidjonsson, Johann E dan Elder, Jamer T, 2008, Psoriasis In :
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th, New York : The McGraw-Hill
Company, pp 197-231.
9
d. Psoriasis Pustulosa Generalisata (Von Zumbush Psoriasis)
klasik dengan pencetus putus obat kortikosteroid sistemik, ataupun topikal bersifat
iritatif. Terjadi bila pustul yang muncul sangat parah dan menyerang seluruh
tubuh. Keadaan ini bersifat mengancam jiwa. Tampak kulit yang merah, nyeri,
membentuk lake of pustule bila mengering dan krusta lepas meninggalkan lapisan
merah terang. Pustula bersifat steril sehingga tidak tepat apabila di terapi dengan
antibiotik.1
terjadi erupsi pustula dengan diameter 2-3 mm. Pustula dapat menyebar menuju
trunk, ektremitas, kuku, telapak tangan dan telapak kaki. Biasanya pustul muncul
pada kulit yang sangat eritematous dan dapat menjadi lebih parah.5
10
Gambar 1.8
Keadaan ini muncul bertahap dan dapat pula menjadi serangan pertama. Lesi
ini harus dibedakan menjadi dua bentuk yaitu psoriasis universalis yaitu lesi
psoriasis vulgaris yang luas hampir seluruh tubuh tidak diikuti dengan demam atau
Bentuk kedua adalah bentuk yang lebih akut sebagai peristiwa mendadak
vasodilatasi generalisata. Keadaan ini dicetuskan oleh infeksi, tar, obat atau putus
11
Gambar 1.9
Gambaran eritroderma5
Sumber : Gidjonsson, Johann E dan Elder, Jamer T, 2008, Psoriasis In : Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine 8th, New York : The McGraw-Hill Company, pp
197-231.
f. Psoriasis Arthritis
Insiden psoriasis 10 kali lebih tinggi pada individu dengan arthritis seronegative
sendi tangan.
12
Gambar 1.10
Sumber :William DJ, Timothy GB, Dirk ME, 2006, Sebborrheic Dermatitis, Psoriasis,
Recalcitrant Palmoplantar Eruptions, Pustular Dermatitis and Erythroderma In Andrew’s
Disease of The Skin: Clinical Dermatology, tenth edition, Philadelphia: W.B Saunders
Company, pp 187-198.
1.7 Diagnosis
a. Klinis :
Karsvlek phenomena (fenomena bercak lilin) yaitu bila skuama psoriasis dikerok
Auspitz sign : bila cara mengerok tadi diteruskan akan terlihat titik-titik
memanjang.
Koebner phenomena : bila pada kulit yang masih normal terkena trauma/ garukan
makan akan timbul lesi baru yang bersifat sama dengan lesi yang telah ada. Sifat
seperti ini juga ditemukan pada likhen planus, lichen nitidus, veruca plana dan
eksematoid dermatitis.
b. Histopatologi :
13
Pemeriksaan patologi anatomi menetukan secara spesifik dan menentukan kepastian
Mikro abses yang merupakan kumpulan kecil dari sel-sel neutrofil pada stratum
Gambar 1.11
Sumber :Burden A David, dan Kirby Brian, 2016, Psoriasis and Related Disorder In :
Rooks Textbook of Dermatology 9th Edition, Manchester : Blackwell Publishing, Ltd, pp.
35.1-35.31(5)
14
1.8 Diagnosis Banding
(LE), dermatitis seboroik, pityriasis rosea, lichen planus, eczema, dan psoriasiform
syphilis.3
16
fenomena
tetesan lilin,
Histopatologi
Terapi Sesuai PASI Shampo anti Simptomatik : anti Antijamur : Kortikosteroid,
score : mild, jamur, krim asam histamin, bedak griseofulvin retinoid,
moderate dan salisilat, asam salisilat, ketokonazol / tacrolimus dan
severe kortikosteroid, asiklovir 5 x itrakonazol10 pimekrolimus,
siklopiroksalamin, 800/mg, terapi PUVA11
talkasitol, benzoil sinar UVB9
peroksida dan
salep litium
suksinat 5%8
Gambar
17
1.9 Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan :
Psoriasis dengan keparahan ringan apabila BSA kurang dari 3% sedangkan BSA
lebih dari 10% dinyatakan psoriasis berat. Pemilihan pengobatan tidak hanya
berdasarkan BSA namun dipengaruhi oleh lokasi lesi, umur, aktivitas, waktu dan
kesehatan pasien1.
Psoriasis Severity Area Index (PASI) merupakan gold standard untuk menilai
tingkat keparahan psoriasis tipe vulgaris karena memiliki validasi yang terbaik dengan
konsistensi yang baik dan variasi nilai yang dapat diterima. PASI tidak sesuai
digunakan untuk menilai keparahan psoriasis selain penyakit plak, mis. guttate atau
psoriasis pustular. BSA lebih tepat digunakan untuk menghitung keparahan psoriasis
18
Gambar 1.17
Gambar 1.18
19
Gambar 1.19
Gambar 1.20
20
Terapi Topikal
1) Topikal Kortikosteroid
diberikan secara tunggal atau kombinasi. Berdasarkan keparahan dan letak lesi dapat
vasokontriktor pembuluh darah kulit. Resistensi adalah gejala yang sering terlihat
dalam pengobatan ini disebabkan oleh proses takifilaksis. Bila dalam 4-6 minggu
lesi tidak membaik pengobatan diberhentikan diganti dengan terapi lain. Sedangkan
dermatitis.1
2) Kalsipotriol
Kalsipotriol dalam bentuk krim dipakai dua kali sehari sedangkan bentk salap
dipakai satu kali sehari. Respon terapi lambat penyembuhan baru tampak setelah 14-
21
78 hari. Reaksi iritasi berupa gatal dan rasa terbakar dapat mengawali keberhasilan
terapi.1
3) Retinoid topikal
reseptor beta dan gama. Retinoid meregulasi transkripsi gen dengan berikatan RAR-
RXR heterodimer, berikatan langsung elemen respon asam retinoat pada sisi
promotor gen aktivasi. Tazaroten telah disetujui FDA sebagai pengobatan psoriasis.
Sediaan ini juga dipakai sebagai kombinasi fototerapi yang dikenal dengan formula
sampai menjadi 1% dengan kontak 15-30 menit. Efek samping adalah iritasi.1
5) Fototerapi
UVA dan UVB. Pada psoriasis sedang sampai berat diobati dengan UVB
eritema, vesikulasi, dan kulit kering. Efek jangka panjang berupa penuaan kulit dan
keganasan kulit.1
Sistemik
Diberikan pada psoriasis berat seperti psoriasis plakat luas, eritroderma atau
dari enzim dehidrofolat reduktase. Enzim ini dapat mengkatalis asam folat menjadi
berbagai kofaktor yang diperlukan oleh reaksi biokimia termasuk sintesa DNA.
Metotreksat mampu menekan proliferasi limfosit dan produksi sitokin sehingga bersifat
penanganan jangka panjang pada psoriasis berat seperti psoriasis pustulosa dan psoriasis
eritroderma. Namun obat ini merupakan teratogenik pada ibu hamil sehingga tidak boleh
peningkatan trigliserida dan menggangu fungsi hati. Dosis yang dipakai 0,5-1
mg/kgBB/hari.1
Siklosporin adalah penghambat enzim kalsineurin sehingga tidak terbentuk IL-2 dan
inflamator lainnya. Dosis rendah 2,5 mg/kgBB/hari dipakai sebagai terapi awal dan dosis
Agen Biologik.1
yaitu recombinant human cytokine, fusi protein, dan mononukleal antibodi. Pemakaian
hanya untuk kasus berat atau tidak berhasil dengan menggunakan sistemik klasik. Efek
samping harus diperhatikan adalah infeksi karena agen ini bersifat immunosupresif,
reaksi infus dan pembentukan antibodi serta pemakaian jangka panjang masih harus di
evaluasi.1
1.10 Komplikasi
Pasien dengan psoriasis memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang meningkat
terhadap gangguan kardiovaskuler terutama psoriasis yang berat dan lama. Risiko
23
limfoma malignum juga mengalami peningkatan. Gangguan emosional yang diikuti
masalah depresi sehubungan manifestasi klinis berdampak pada penurunan harga diri,
penolakan sosial, rasa malu, dan diperberat dengan rasa gatal sehingga menyebabkan
penurunan kualitas hidup pasien. Komplikasi berat terjaddi pada pasien eritroderma
berlebihan. Pada psoriasis pustulo generalisata 10-17% mengalami artalgia, mialgia, dan
lesi mukosa.1
1.11 Prognosis
Psoriasis adalah kondisi seumur hidup, belum ada terapi yang dapat
Keadaan psoriasis akan semakin memburuk dari waktu ke waktu tetapi tidak dapat
memprediksi siapa yang akan mengalami psoriasis yang cukup lama dan menyebar atau
mereka yang dapat sembuh dan hilang dari keluhan psoriasis. Penderita akan sering
24
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 IDENTITAS
Nama : Ny. M
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
2.2 ANAMNESIS
2.2.1 Keluhan Utama : Bercak kemerahan disertai gatal pada seluruh tubuh
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSU Haji Surabaya dengan keluhan
bercak berwarna merah di seluruh tubuh. Bercak timbul sejak ± 3 tahun ini (desember
2017). Timbul bercak di rasakan setelah pasien sakit demam pada akhir tahun 2017.
Keluhan muncul pertama kali pada bagian perut disekitar pusar seperti bercak kecil
berwarna merah berukuran kecil, kemudian menyebar ke dada, leher bagian belakang,
siku kiri, punggung, pinggang, lutut kiri, kedua betis bagian depan dan wajah. Awalnya
bercak kemerahan disertai dengan gatal terlebih dahulu apabila bercak mau keluar
25
kemudian semakin membesar dan menyebar, terasa gatal seperti rasa terbakar, tidak
nyeri dan tidak terasa tebal atau kebas. Bercak membentuk suatu sisik – sisik tebal yang
menutupi, berwarna putih dan mudah rapuh, ketika bercak di garuk menggunakan kuku-
kuku jari tangan muncul bintik – bintik merah pada area bercak tersebut. Dua tahun
yang lalu pasien sudah berobat ke puskesmas dan di sarankan untuk berobat ke RSU
Haji Surabaya kemudian di diagnosis dengan Psoriasis Vulgaris, saat ini pasien sudah
rutin kontrol selama 1 tahun di poli kulit dan kelamin RSU Haji dan merasa keluhannya
sudah mulai berkurang. Tidak ada keluhan lain, tidak pernah meminum jamu – jamuan
hanya memakai minyak tawon untuk di oleskan di bercak ketika gatal muncul. Alergi
Pasien pernah menderita seperti ini sebelumnya 6 tahun yang lalu ( tahun 2012 )
saat pasien sedang sakit dan diagnosis dengan diabetes mellitus lalu timbul keluhan
yang sama seperti saat ini dan muncul pertama kali pada perut kemudian berobat ke
Hipertensi (-)
Asma (-)
Alergi (-)
tangga, mandi 2 kali sehari. Jika pagi pasien terkadang mandi dengan air hangat. Mandi
jarang menggunakan sabun, hanya pada daerah tertentu seperti ketiak dan kelamin
Salep dexamethasone, salep soft u derm forte 20%, Metotrexate 2,5 mg, cetirizine 10
mg
Kesadaran : Composmentis
GCS : 456
dan berlapis – lapis, transparan, lepas dibagian tepi, lekat dinagian tengah
27
2.3.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Auspitz
Pemeriksaan Kobner
2.4 RESUME
Ny. M datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSU Haji Surabaya dengan keluhan
bercak berwarna merah diseluruh tubuh. Bercak merah timbul sejak 2 tahun ini.
Timbul bercak dirasakan setelah pasien sakit demam. Keluhan muncul pertama kali
pada bagian perut disekitar pusar seperti bercak kecil berwarna merah berukuran
kecil, kemudian menyebar ke dada, leher bagian belakang, siku kiri, punggung,
pinggang, lutut kiri, kedua betis bagian depan dan wajah. Awalnya bercak
kemerahan disertai dengan gatal terlebih dahulu apabila bercak mau keluar kemudian
semakin membesar dan menyebar, terasa gatal seperti rasa terbakar, tidak nyeri dan
tidak terasa tebal atau kebas. Bercak membentuk suatu sisik – sisik tebal yang
menutupi, berwarna putih dan mudah rapuh, ketika bercak di garuk menggunakan
kuku-kuku jari tangan muncul bintik – bintik merah pada area bercak tersebut 6 tahun
yang lalu pasien pernah menderita seperti keluhan ini sebelumnya. Pemeriksaan
sepanjang perbatasan rambut dan wajah, thoraks anterior, colli posterior, thoraks
sinistra didapatkan plakat eritematosa berbatas tegas dengan skuama diatasnya dan
berlapis – lapis. Pemeriksaan tetesan lilin positif, autzpitz positif dan koebnar belum
2.5 DIAGNOSIS
Psoriasis Vulgaris
DD : Dermatitis Seboroik,
28
2.6 PENATALAKSANAAN
Histopatologi
Non Medikamentosa :
oleh pasien dan menjelaskan bahwa penyakit ini tidak menular, tidak ganas, dan
Menjelaskan kepada pasien pemicu penyakit ini timbul apabila pasien mengalami
Menyarankan agar pasien tidak menggaruk lesi yang gatal karena lesi dapat
penyakit.
Medikamentosa :
Stamina tubuh
2.7 PROGNOSIS
Baik, meskipun kronik residif dan penderita dapat menghindari faktor pencetus dan
30
BAB III
FOTO KASUS
Regio Facialis
31
Regio Colli Posterior
32
Regio abdomen dan thoraks anterior
33
Regio thoraks posterior
34
Regio ekstremitas inferior
35
Regio elbow sinistra
36
Fenomena Auspitz (+)
37
Fenomena tetesan lilin (+)
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Tjut NAJ, 2018, Psoriasis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh,
3. William DJ, Timothy GB, Dirk ME, 2006, Sebborrheic Dermatitis, Psoriasis,
Andrew’s Disease of The Skin: Clinical Dermatology, tenth edition, Philadelphia: W.B
Dermatology in General Medicine 8th, New York : The McGraw-Hill Company, pp 197-
231.
6. Burden A David, dan Kirby Brian, 2016, Psoriasis and Related Disorder In : Rooks
35.45.
Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi III, Surabaya :
8. Tjut NAJ, 2018, Dermatitis Seboroik dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
39
9. Djuanda, Adhi., Triestianawati, Wieke., 2018, Pitiriasis Rosea dalam Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
10. Widaty, Sandra., Budimulja, Unandur., 2018, Dermatofitosis dalam Ilmu Penyakit Kulit
11. Kurniati, Detty Dwi, Pusponegoro, Erdiana., 2018, Liken Planus dalam Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
13. Kuchekar, Ashwin B., Pujari, Rohini, Pujari., Kuchekar, Shantanu, et al., 2011,
40