Anda di halaman 1dari 3

Khairul Mujahidi

186020300111019

Evolusi Pelarangan Riba

1. Tahap Pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba adalah perbuatan yang
menolong mereka yang memerlukan sehingga dapat mendekati atau bertaqarrub
kepada Allah SWT.

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia.
Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-
orang yang melipatgandakan (pahalanya)” (Qs. Ar-Rum: 39)

Ayat ini juga membandingkan antara Riba dan Zakat. Riba tidak menambah disisi Allah,
namun zakatlah yang memberikan nilai tambah dan mendapatkan keridhaan disisi Allah SWT.
Rasulullah Saw, melarangnya secara khusus. Itulah yang dikatakan adh-Dhahhak dan dia berdalil
dengan firman Allah Swt. : “Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih banyak.” Yaitu, janganlah engkau memberikan sesuatu karena menghendaki
sesuatu yang lebih besar dari pemberianmu itu.

2. Tahap kedua, Riba digambarkan sebagai suatu yang buruk dan balasan yang keras
kepada orang Yahudi yang memakan riba.

“Maka disebabkan kedzaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas mereka (memakan
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak
menghalangi manusia dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang
dengan jalan yang bathil. Kami telah menyediakan orang-orang yang kafir diantara mereka itu
siksa yang pedih” (Qs. An-Nisa: 160-161)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, sesungguhnya Allah telah melarang riba kepada
mereka, akan tetapi mereka justru memakan, mengambil dan menghiasinya dengan berbagai hal-
hal memikat dan syubhat, serta memakan harta orang lain secara bathil.

3. Tahap ketiga, Pengharaman riba dikaitkan dengan berlipat ganda.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan” (Qs. Ali-Imran:
130)

Ayat ini turun pada tahun ke-3 Hijriah. Secara umum, ayat ini harus di pahami bahwa kriteria
berlipat ganda bukanlah merupakan syarat dari terjadinya riba (jikalau bunga berlipat ganda maka
riba, tetapi jikalau bunganya kecil maka bukanlah riba), tetapi ini merupakan sifat umum dari
praktik pembungaan uang.

Melalui firman-Nya diatas, Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman melakukan


riba dan memakannya dengan berlipat ganda. Sebagaimana pada masa jahiliyah dulu mereka
mengatakan: “Jika hutang sudah jatuh tempo, maka ada dua kemungkinan; dibayar atau
dibungakan. Jika dibayar, maka selesai sudah urusan. Dan jika tidak dibayar, maka ditetapkan
tambahan untuk jangka waktu tertentu dan kemudian ditambahkan pada pinjaman pokok.”
Demikian seterusnya pada setiap tahunnya. Sehingga jumlah sedikit bisa berlipat ganda menjadi
banyak.

4. Tahap terakhir, ayat riba diturunkan oleh Allah SWT yang dengan jelas dan tegas
mengharaman apapun jenis tambahan yang diambil dari pinjaman.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba yang
belum dipungut, jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan
jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak pula dianiaya.” (Qs. Al-Baqoroh: 278-279)

Perlu dipahami, ayat ini turun pada tahun ke-9 Hijriah, artinya 6 tahun setelah pelarangan tahap
ketiga.

RasulullahSAW bersabda :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba yang
belum dipungut, jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.”

Ayat ini merupakan peringatan keras dan ancaman yang sangat tegas bagi orang yang masih
tetap mempraktekkan riba setelah adanya peringatan tersebut. Ibnu Juraij menceritakan Ibnu
‘Abbas mengatakan bahwasannya ayat ini maksudnya ialah, yakinilah bahwa Allah dan Rasul akan
memerangi kalian.

Anda mungkin juga menyukai