Anda di halaman 1dari 24

BAB I

A. Latar Belakang
Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir
semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang.
Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan
42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis, tetanus
neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare. Menurut hasil Riskesdas
2007, penyebab kematian bayi baru lahir 0-6 hari di Indonesia adalah
gangguan pernapasan 36,9%, prematuritas 32,4%, sepsis 12%, hipotermi
6,8%, kelainan darah/ikterus 6,6% dan lain-lain. Penyebab kematian bayi
7-28 hari adalah sepsis 20,5%, kelainan kongenital 18,1%, pneumonia
15,4%, prematuritas dan bayi berat lahir rendah (BBLR) 12,8%, dan
respiratory distress syndrome (RDS) 12,8%.1
Hipotermia merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka
morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir. Hipotermia pada bayi baru lahir
disebabkan belum sempurnanya pengaturan suhu tubuh bayi, maupun
pengetahuan yang kurang tentang pengelolaan bayi baru lahir yang benar.
Pengaturan suhu tubuh bayi baru lahir sangat penting untuk kelangsungan
hidup dan mencegah terjadinya hipotermia. Hipotermia pada bayi baru
lahir mempengaruhi metabolisme tubuh dan dapat mengakibatkan
komplikasi hipoglikemia, asidosis metabolik, distres pernapasan, dan
infeksi.2
Hipotermia terjadi apabila suhu tubuh di bawah 36,5˚C.
Hipotermia terjadi akibat ketidakseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas. Kehilangan panas pada bayi baru lahir dapat melalui 4
cara yaitu evaporasi, konduksi, radiasi, dan konveksi. Kesalahan
penanganan sesudah lahir dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan
panas akibat keempat cara tersebut, Mandi merupakan salah satu
paparan dingin pada bayi baru lahir, Alasan memandikan bayi baru lahir
antara lain berhubungan dengan budaya, estetika, pencegahan penularan

1
penyakit melalui darah atau cairan amnion, dan mengurangi kolonisasi
mikroba. WHO menyarankan bahwa waktu memandikan bayi baru lahir
cukup bulan dan sehat dilakukan setelah bayi berusia lebih dari 6 jam.
Hasil pengamatan awal pada sebuah Puskesmas dan rumah bersalin swasta
mendapatkan insidens hipotermia pada kedua tempat tersebut
adalah sebesar 50%. Peneliti kemudian memberikan penyuluhan tentang
hipotermia dan persiapan mandi yang baik untuk mencegah hipotermia.
Tujuan penelitian untuk mengetahui insidens hipotermia dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya pada bayi baru lahir cukup bulan yang
dimandikan lebih dari 6 jam sesudah lahir, setelah mendapatkan
penyuluhan persiapan mandi yang baik.3
Angka kematian neonatorum cukup tinggi yaitu sekitar 13-15%
dari angka kematian bayi baru lahir. Kematian ini sering timbul sebagai
komplikasi sepsis neonaturum adalah meningitis, kejang, hipotermi,
hiperbilirubinemia, gangguan nafas dan minum.1
Hiperglikemia merupakan pengertian dari suatu kondisi ketika kadar
glukosa darah meningkat melebihi batas normalnya. Hiperglikemia
menjadi salah satu gejala awal seseorang mengalami gangguan metabolik
yaitu diabetes mellitus.4
Data Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan bahwa jumlah
penderita diabetes dengan ciri khusus yaitu kondisi hiperglikemia di
Indonesia semakin meningkat sejak tahun 2007 yaitu sebesar 5,7%
menjadi 6,8% di tahun 2013.
Hiperglikemia dapat disebabkan oleh ketidakmampuan pankreas
dalam menghasilkan insulin maupun ketidakmampuan tubuh dalam
menggunakan insulin yang dihasilkan dengan baik.4
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan Sepsis atau Kejang
2. Apa yang di maksud dengan Hipotermi
3. Apa yang di maksud dengan Hipertermia.

2
4. Apa yang di maksud dengan Hiperglikemia.
5. Apa yang di maksud dengan Hernia Diafragmatika.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Sepsis atau Kejang
2. Untuk mengetahui Apa yang di maksud dengan Hipotermi
3. Untuk mengetahui Apa yang di maksud dengan Hipertermia.
4. Untuk mengetahui Apa yang di maksud dengan Hiperglikemia.
5. Untuk mengetahui Apa yang di maksud dengan Hernia Diafragmatika.
D. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui
tentang sepsis atau kejang, hipotermi, hipertermia, hiperglikemia dan hernia
diafragmatika yang terjadi pada neonatus, khususnya mengenai pengertian, etiologi,
manifestasi klinik, pengobatan, dan prognosis.

3
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Sepsis
1. Pengertian
Sepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai
bakteremia yang terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan.
Angka kejadian sepsis neonatal adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup, dan
mencapai 13-27 per 1000 kelahiran hidup pada bayi dengan berat
<1500gram. Angka kematian 13-50%, terutama pada bayi prematur (5-10
kali kejadian pada neonatus cukup bulan) dan neonatus dengan penyakit
berat dini. Infeksi nosokomial pada bayi berat lahir sangat rendah,
merupakan penyebab utama tingginya kematian pada umur setelah 5 hari
kehidupan.1
2. Patofisiologi
Sesuai dengan patogenesis, secara klinik sepsis neonatal dapat
dikategorikan dalam: Sepsis dini, terjadi pada 5-7 hari pertama, tanda
distres pernapasan lebih mencolok, organisme penyebab penyakit didapat
dari intrapartum, atau melalui saluran genital ibu. Pada keadaan ini
kolonisasi patogen terjadi pada periode perinatal. Beberapa
mikroorganisme penyebab, seperti treponema, virus, listeria dan candida,
transmisi ke janin melalui plasenta secara hematogenik. Cara lain
masuknya mikroorganisme, dapat melalui proses persalinan. Dengan
pecahnya selaput ketuban, mikro-organisme dalam flora vagina atau
bakteri pathogen lainnya secara asenden dapat mencapai cairan amnion
dan janin. Hal ini memungkinkan terjadinya khorioamnionitis atau cairan
amnion yang telah terinfeksi teraspirasi oleh janin atau neonatus, yang
kemudian berperan sebagai penyebab kelainan pernapasan Adanya vernix
atau mekoneum merusak peran alami bakteriostatik cairan amnion.
Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu melalui jalan lahir.
Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring, orofaring, konjungtiva,
dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini mempercepat proses infeksi.

4
Penyakit dini ditandai dengan kejadian yang mendadak dan berat, yang
berkembang dengan cepat menjadi syok sepsis dengan angka kematian
tinggi. Insidens syok septik 0,1- 0,4% dengan mortalitas 15-45% dan
morbiditas kecacatan saraf. Umumnya terjadi setelah bayi berumur 7 hari
atau lebih.2
3. Etiologi
Organisme penyebab sepsis primer berbeda dengan sepsis
nosokomial. Sepsis primer biasanya disebabkan: Streptokokus Grup B
(GBS), kuman usus Gram negatif, terutama Escherisia coli, Listeria
monocytogenes, Stafilokokus, Streptokokus lainnya (termasuk
Enterokokus), kuman anaerob, dan Haemophilus influenzae. Sedangkan
penyebab sepsis nosokomial adalah Stafilokokus (terutama
Staphylococcus epidermidis), kuman Gram negatif (Pseudomonas,
Klebsiella, Serratia, dan Proteus), dan jamur.2
Faktor Risiko untuk Terjadinya Sepsis Neonatal ialah:
a. Prematuritas dan berat lahir rendah, disebabkan fungsi dan anatomi
kulit yang masih imatur, dan lemahnya sistem imun,
b. Ketuban pecah dini (>18 jam),
c. Ibu demam pada masa peripartum atau ibu dengan infeksi, misalnya
khorioamnionitis, infeksi saluran kencing, kolonisasi vagina oleh
GBS, kolonisasi perineal dengan E. coli,
d. Cairan ketuban hijau keruh dan berbau,
e. Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir,
f. Kehamilan kembar,
g. Tindakan pemasangan alat misalnya kateter, infus, pipa endotrakheal,
h. Bayi dengan galaktosemi,
i. Terapi zat besi,
j. Perawatan di NICU (neonatal intensive care unit) yang terlalu lama,
k. Pemberian nutrisi parenteral,
l. Pemakaian antibiotik sebelumnya

5
4. Tanda dan gejala
Diagnosis dini sepsis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan terapi
diberikan tanpa menunggu hasil kultur. Tanda dan gejala sepsis neonatal
tidak spesifik dengan diagnosis banding yang sangat luas, termasuk
gangguan napas, penyakit metabolik, penyakit hematologik, penyakit
susunan syaraf pusat, penyakit jantung, dan proses penyakit infeksi lainnya
(misalnya infeksi TORCH = toksoplasma, rubela, sitomegalo virus,
herpes).2 Bayi yang diduga menderita sepsis bila terdapat gejala:
a. Letargi, iritabel,
b. Tampak sakit,
c. Kulit berubah warna keabu-abuan, gangguan perfusi, sianosis, pucat,
kulit bintik-bintik tidak rata, petekie, ruam, sklerema atau ikterik,
d. Suhu tidak stabil demam atau hipotermi,
e. Perubahan metabolik hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis
metabolik,
f. Gejala gangguan kardiopulmonal gangguan pernapasan (merintih,
napas cuping hidung, retraksi, takipnu), apnu dalam 24 jam pertama
atau tiba-tiba, takikardi, atau hipotensi (biasanya timbul lambat),
g. Gejala gastrointestinal: toleransi minum yang buruk, muntah, diare,
kembung dengan atau tanpa adanya bowel loop.2
5. Penatalaksanaan
a. Pencegahan dilakukan dengan memperhatikan pemakaian jarum atau
alat tajam lainnya sekali pakai. Pemakaian proteksi di setiap tindakan,
termasuk sarung tangan, masker, baju, kacamata debu. Tangan dan
kulit yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya segera dicuci.2
b. Pengobatan
Penisilin atau derivat biasanya ampisilin 100mg/kg/24jam intravena
tiap 12 jam, apabila terjadi meningitis untuk umur 0-7 hari 100-
200mg/kg/24jam intravena/intramuskular tiap 12 jam, umur >7 hari
200-300mg/kg/24jam intravena/intramuskular tiap 6-8 jam,

6
maksimum 400mg/kg/24jam. Ampisilin sodium/sulbaktam sodium
(Unasyn), dosis sama dengan ampisilin ditambah aminoglikosid
5mg/kg/24jam intravena diberikan tiap 12 jam.2
B. Hipotermi
1. Pengertian
Hipotermia adalah bila panas tubuhnya turun sampai >36,5°C.7
Beberapa saat setelah lahir, suhu inti dan kulit bayi turun sekitar 0,1-
0,30C per menit secara berurutan. Penurunan suhu yang cepat terutama
dipengaruhi oleh karakteristik fisik BBL, faktor lingkungan dan
ruangan. Bayi baru lahir yang basah dengan rasio luas area permukaan
terhadap volume yang besar akan berpindah dari lingkungan uterin
yang hangat ke lingkungan yang dingin, yaitu ruang bersalin yang
kering. Bayi baru lahir kehilangan panas melalui mekanisme evaporasi,
konveksi, konduksi, dan radiasi. Hal ini juga dipengaruhi oleh tekanan
udara, kelembapan dan suhu permukaan lingkungan sekitarnya.3
World Heath Organization mengklasifikasikan suhu tubuh untuk
bayi baru lahir:
a. Normal: 36,5 – 37,20C
b. Hipotermia ringan: 36,0 – 36,40C
c. Hipotermia sedang: 32,0 – 35,90C
d. Hipotermia berat : kurang dari 320C (WHO, 1997)
2. Patofisiologis
Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari
kandungan trigliserida, merupakan jaringan yang kaya kapiler dan
dengan rapat diinervasi oleh syaraf simpatik yang berakhir pada
pembuluh-pembuluh darah balik dan pada masing-masing adiposit.
Masing-masing sel mempunyai banyak mitokondria, tetapi yang unik di
sini adalah proteinnya terdiri dari protein tak berpasangan yang mana
akan membatasi enzim dalarn proses produksi panas. Dengan demikian,
akibat adanya aktifitas dan protein ini, maka apabila lemak dioksidasi
akan terjadi produksi panas, dan bukan energi yang kaya ikatan fosfat

7
seperti pada jaringan lainnya. Noradrenalin akan merangsang proses
lipolisis dan aktivitas dari protein tak berpasangan, sehingga dengan
begitu akan menghasilkan panas.4
3. Etiologi
Dapat kehilangan panas tubuh nya melalui cara-cara berikut :
a. Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri.
Halini merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan
panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera di
keringkan atau terlalu cepat di mandikan dan tubauh nya tidak
segera di keringkan dan di selimuti.4
b. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melaliu kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.meja, tempat
tidur atau timbangan yang temperatur nya lebih rendah dari tubuh
bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi
apabila bayi di letakkan di atas benda-bena tersebut.4
c. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang di lahirkan atau
di tempat kan di dalam ruangan yang dngin akan cepat mengalami
kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran
udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui
pentilasi atau pendingin ruangan.4
d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karna bayi di
tempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih
rendah dari suhu tubuh bayi. bayi dapat kehilangan panas dengan
cara ini karena benda-benda tersbut menyerap radiasi panas tubuh
bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung ).4
4. Tanda dan gejala
Tanda Gejala Hipotermia antara lain:
a. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi aktif letergi
shipotanus), tidak kuat menghisap ASI dan menangis

8
b. Pernafasan megap-megap dan lambat dan menangis lemah
c. Muka bayi berwarna pucat.4
5. Penatalaksanaan Hipotermia
a. Jangan memandikan bayi sebelum berumur 12 jam
b. Rawat bayi kecil diruang yang hangat (tidak kurang 25oC dan
bebas dari aliran angin)
c. Jangan meletakkan bayi di dekat benda yang dingin (misal di
jendela) walaupun bayi di bawah pemancar
d. Pada waktu memindahkan bayi ketempat lain, jaga kehangatan
missal dengan kontak kulit dengan
d. Bayi harus setiap saat diselimuti dalam keadaan apapun, meskipun
saat dilakukan tindakan pemasangan intravena, hanya buka bagian
yang diperlukan
e. Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan
f. Ganti popok setiap kali basah
g. Jangan menyentuh bayi dengan tangan dingin
h. Ukur suhu tubuh bayi setiap saat.4
C. Hipertermi
1. Pengertian
Hipertermi pada bayi baru lahir adalah suatu kondisi dimana suhu
inti tubuh bayi berada terus menerus diatas 37,8o per oral atau 38,8o per
rektal (Saputra, 2014).5
2. Etiologi
Hipertermi pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh meningkatnya
produksi panas , pengurangan kehilangan panas, atau terpajan lama pada
lingkungan bersuhu tinggi (sangat panas).6
Tahap terjadinya Hipertermi
a. Tahap I : awal
1) Peningkatan denyut jantung
2) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
3) Kulit pucat dan dingin

9
4) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi
5) Rambut kulit berdiri
6) Pengeluaran keringat berlebih
7) Peningkatan suhu tubuh
b Tahap II : proses demam
1) Tubuh teraba hangat/panas
2) Peningkatan nadi dan laju pernapasan
3) Dehidrasi ringan sampai berat
4) Proses meninggi lenyap
5) Mengantuk, kejang akibat iritasi sel saraf
6) Mulut kering
7) Bayi tidak mau minum
8) Lemas
c. Tahap III : pemulihan
1) Kulit tampak merah dan hangat
2) Berkeringat
3) Menggigil ringan
4) Kemungkinan mengalami dehidrasi
3. Patofisiologi
Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan endogen
berasal baik dari oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen
adalah mikroorganisme atu toksik, pirogen endogen adalah polipeptida
yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit, makrogaf,
pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan pada tingkat temoregulasi
di hipotalamus. Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan
mengarah pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal
cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk
menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior.6
Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) maka
elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal
dalam proses metabolisme di hipotalamus anterior dalam

10
mempertahankan keseimbangan termogulasi dan akhirnya menyebabkan
peningkatan suhu tubuh.6
4. Faktor penyebab
a. Dehidarsi
b. Infeksi atau trauma lahir
c. Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
d. Aktivitas yang berlebihan.6
5. Akibat
Akibat yang di timbulkan Kejang/syok6
6. Penatalaksanaan
a. Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25 ºC-28 ºC)
b. Lepaskan sebagian atau seluruh pakaian bayi bila perlu
c. Perikasa suhu aksila setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas norma
d. Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 39 ºC), bayi dikompres dengan air
yang suhunya 4ºC lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
e. Yakinkan bayi mendapatkan asupan cukup cairan, dengan
menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya . Bila ibu tidak dapat
menyusui bayinya, beri ASI peras dengan salah satu alternatif cara
pemberian minum menggunakan dot dan dibantu dengan PASI
f. Setelah suhu bayi normal lakukan perawatan lanjutan dan pantau bayi
selama 12 jam berikutnya, periksa suhu badannya setiap 3 jam.
g. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat diberi minum dengan
baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di klinik,
bayi dapat dipulangkan, memberi nasehat ibu cara menghangatkan bayi
di rumah dan melindungi pancaan panas yang berlebihan.6
D. Hiperglikemia
1. Pengertian
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah
daripoada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang
non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah.7

11
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui
kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang
memegang peranan penting. Yang lain akibat pengangkatan pancreas,
pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans.7
2. Etiologi
Hiperglikemia pada bayi baru lahir lebih jarang terjadi. Bayi yang
sehat biasanya memiliki pengendalian kadar gula darah yang baik.
Hormon yang berperan penting dalam mengatur gula darah didalam tubuh
adalah insulin. Pada bayi yang tidak sehat, insulin tidak berfungsi dengan
baik atau terdapat dalam jumlah yang rendah, sehingga menyebabkan
gangguan dalam mengendalikan kadar gula darah. Kadar gula darah yang
tinggi juga mungkin terjadi pada bayi yang mendapatkan gula (glukosa)
tambahan melalui pembuluh darah, misalnya pada bayi-bayi prematur atau
bayi yang awalnya mengalami hipo glikemia.8
a. Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui
kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang
memegang peranan penting.
b. Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi
sel beta pulau langerhans.
c. Faktor predisposisi herediter, obesitas.
d. Faktor imunologi pada penderita hiperglikemia khususnya DM
terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini mereupakan
repon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai
jaringan asing.8
3. Patofisiologi
Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat
disebabkan oleh proses autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan
herediter. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang
masuk kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar
glukosa dalam darah meningkat. Kompensasi tubuh dengan meningkatkan

12
glucagon sehingga terjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan
menurunkan penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta
peningkatan produksi glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap
kelaparan sel. 8
4. Tanda dan gejala
Bayi dengan gula darah yang tinggi (hiperglikemia) seringkali tidak
memiliki gejala. Terkadang, bayi dengan kadar gula darah yang tinggi
akan menghasilkan jumlah air kencing yang banyak dan bisa mengalami
dehidrasi.8
5. Penatalaksanaan
Untuk bayi yang memerlukan glukosa tambahan, maka pemberian
glukosa pada bayi dapat diturunkan. Pada bayi dengan diabetes transient,
hiperglikemia hanya berlangsung sementara dan akan membaik dengan
sendirinya, biasanya dalam waktu beberapa minggu. Selama waktu
tersebut kadar gula darah harus dipantau dan dijaga dengan baik. Selain
itu, hidrasi tubuh bayi-bayi yang mengalami hiperglikemia yang harus
diperhatikan agar bayi tidak mengalami dehidrasi. Setiap cairan dan
elektrolit yang hilang pada bayi harus diganti. Tetapi jika terjadi
hiperglikemia menetap, maka perlu dilakukan penangananan lebih lanjut.8
E. Hernia diafragmatika
1. Pengertian
Hernia diafragmatika adalah masuknya organ - organ abdomen
melalui defek pada diafragma ke dalam rongga dada. Penyebab hernia
diafragmatika yang sering dijumpai adalah kelainan diafragma yang
bersifat bawaan walaupun masih ditemui kelainan yang didapat.9
2. Patofisiologi
Pada usia kehamilan 2 bulan tidak ada penekanan terhadap
diagfragma yang sedang berkembang baik dari rongga dada maupun dari
rongga abdomen. Di dalam rongga dada, paru belum berkembang,
sedangkan di dalam rongga abdomen usus mengambil tempat di luar
abdomen yaitu di umbilikus. Tekanan mekanik pertama yang diterima oleh

13
diafragma adalah saat usus kembali dari umbilikus ke intra abdomen pada
minggu ke–10. Saat itu bagian-bagian diafragma telah menempati tempat
yang normal untuk menerima penekanan sebagai konsekuensi dari
perkembangan organ–organ. Hernia dapat timbul dari gagalnya
pertumbuhan diafragma yang normal atau timbul dari daerah yang
memang rawan terhadap penekanan yaitu foramen Bochdalek, foramen
Morgagni, dan hiatus esofagus.10
Gangguan pembentukan diafragma ini dapat berupa kegagalan
pembentukan sebagian diafragma, gangguan fusi antar unsur-unsur
pleuroperitonei atau gangguan pembentukan otot, yang dapat
menyebabkan diafragma menjadi tipis dan mengakibatkan terjadi eventrasi
sedangkan pelebaran tentang hiatus esofagus dan lemahnya ligamentum
phrenoesophageal tidak diketahui secara jelas.10
3. Etiologi
Belum diketahui secara pasti, dan tidak ada satupun mutasi gen yang
bertanggung jawab terhadap terjadinya kelainan ini. Hernia diafragmatika
kongenital sangat jarang dijumpai dan diduga melibatkan banyak faktor
atau suatu pola autosomal resesif. Skarsgard dan Harrison mengemukakan
suatu studi populasi yang menunjukkan 30% dari janin dengan hernia
diafragmatika meninggal sebelum lahir dan terkait dengan kelainan
kromosom atau kongenital lain yang.10
4. Tanda gejala
Gejalanya berupa:
a. Retraksi sela iga dan substernal
b. Perut kecil dan cekung
c. Suara nafas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut.
d. Bunyi jantung terdengar di daerah yang berlawanan karena terdorong
oleh isi perut.
e. Terdengar bising usus di daerah dada.
f. Gangguan pernafasan yang berat
g. Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)

14
h. Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
i. Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
j. Takikardia (denyut jantung yang cepat).10
5. Penatalaksanaan
Tata laksana hernia Bochdalek yang optimal harus memperhatikan
berbagai hal yang terkait dengan kelainan bawaan ini.
a. Proses persalinan dan unit perawatan intensif neonatus
Bayi harus dilahirkan di pusat kesehatan yang memiliki sarana
bedah anak dan perinatologi yang memadai. Secara umum sarana yang
diperlukan adalah intubasi endotrakeal dan pemakaian ventilator
mekanik yang disesuaikan dengan derajat keparahan herniasi organ
abdomen, (hindari pemakaian ventilasi dengan manual bag karena
lambung dan organ intestinal akan distensi oleh udara yang berakibat
semakin tertekannya paru dan organ-organ intratorakal), pemasangan
pipa nasogastrik untuk dekompresi, menghindari pemakaian tekanan
inspirasi yang tinggi.10
b. Stabilisasi preoperativ
Pada hernia diafragmatika terdapat paru yang hipoplastik, tidak
atelektasis vaskularisasi arteriolar yang abnormal dan hipertensi
pulmonal sehingga dipertimbangkan pembedahan ditunda atau
dipersiapkan dahulu. Umur rata-rata untuk melakukan pembedahan
adalah sekitar 72 jam.10
c. Ventilasi mekanik konvensional
Pemberian ventilasi mekanik harus mempertimbangkan factor-faktor
yang diketahui meningkatkan resistensi vaskuler pulmonal (hipoksia,
asidosis, hipotensi dan hiperkarbia). Ventilasi dengan inspirasi
bertekanan rendah dipilih karena menurunkan kemungkinan terjadinya
pneumothorax kontralateral yang dapat meningkatkan ketidakstabilan
sistem kardiorespirasi dan dekompensasi.10

15
d. Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO)
Alat ECMO adalah perlengkapan paru buatan yang digunakan
untuk mengembangkan sisa jaringan paru agar oksigenasi tetap
adekuat.10

16
BAB III
Tinjauan Kasus

ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI “Y” UMUR 1 HARI DENGAN HIPOTERMIA
SEDANG DI PAVILIUN ANGGREK RSUD JOMBANG

Tanggal : 16 – 03 – 2019
Jam : 16.00 WIB

S : SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama bayi : By.Ny “Y”II
Umur bayi : 1 hari
Tgl/ jam lahir : 26-06-2012/ 17.00 WIB
Jenis kelamin : perempuan
Anak : ke-4
Alamat : Ngogri, megaluh

Nama ibu : Ny “Y” Nama ayah : Tn “S”


Umur : 37 tahun Umur : 40 tahun
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : tidak bekerja Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ngogri, megaluh Alamat : Ngogri, megaluh
2. Riwayat persalinan sekarang
a. Jenis persalinan : persalinan spontan
b. Di tolong oleh : Bidan
c. Jenis kehamilan : Multiple
d. Ketuban : jernih
e. Usia kehamilan : 31-32 minggu

17
3. Keluhan utama
Hipotermia suhu 34,2 C, bayi lahir spontan belakang kepala, bayi mengalami
hipotermia dengan suhu 32,4 C.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien kiriman ponek jam 17.30 WIB, GIV P30002 31-32 minggu gemeli inpartu
kala 1 lahir spontan, ketuban jernih, A-S=6-8, jenis kelamin perempuan, keluhan
akral dingin, sesak + hipersalivasi.
5. Riwayat kesehatan lalu
Ibu mengatakan bahwa bayinya selama dalam kandungan tidak ada keluhan atau
kelainan apapun.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti : jantung, DM, hipertensi, asma, penyakit menahun seperti : jantung, DM,
penyakit menular : TBC, HIV/AIDS.
7. Riwayat neonatal, kehamilan dan persalinan
a. Prenatal : ibu hamil anak ke-4
ANC TM I : 2X di bidan, terapi: Fe,kalk
TM II : 4X di bidan, terapi: fe, kalk
TM III : 3X di bidan, terapi : fe, kalk
b. Natal : ibu telah melahirkan anak yang ke-4, lahir bayi
perempuan secara normal, di tolong oleh bidan, A-S=6-8
c. Post Natal : saat ini keadaan bayi jelek, bayi mengalami hipotermia
sedang dengan suhu 34,2 C. BB: 1520 gram, PB: 43 cm, LIDA: 24 cm, lingkar
abdomen: 24 cm.
O : OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : lemah
Warna kulit : cyanosis
Reflek :
 Rooting (menoleh) : lemah
 Moro (mendekap) : lemah

18
 Walking (menendang) : lemah
 Graph(menggenggam): lemah
 Sucking (menghisap) : lemah
TTV
Suhu : 34,2 C
RR : 54 x/ menit
HR : 144x/ menit
BB : 1520 gram
PB : 43 cm
APGAR SCORE
Menit 1 : appeance (warna kulit): 1 menit 5 A:1
Pulse (frek. nadi) :2 P:2
Grimace (rangsangan) : 1 G:2
Activity (tonus otot) :1 A:1
Respiration (pernapasan):1 R:2
2. Pemeriksaan Fisik Umum
 Inspeksi
 Kepala : simetris, tumbuh rambut warna hitam, tidak ada kelainan
 Muka : simetris, kebiruan, tidak ada lanugo
 Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih.
 Hidung : simetris, terpasang oksigen nasal 2 Lpm
 Telinga : simetris, tidak ada serumen
 Mulut : simetris, bibir tampak kering, terpasang OGT
 Leher :tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak tampak
bendungan vena jugularis.
 Dada : tidak ada kelainan
 Mamae : simetris, putting susu menonjol,areola mamae kemerahan.

19
 Tali pusat : bersih, tidak ada perdarahan, tali pusat belum kering da
belum lepas, tali pusat di balut dengan kasa steril,
terpasang infuse umbilical.
 Genetalia : labia mayor menutupi labia minor
 Anus : tidak ada atresia ani
 Ekstremitas : tidak ada kelainan, terlihat berwarna kebiruan.
 Palpasi
 Kepala : tidak ada oedema, tidak ada kelainan seperti chepal
hematom, caput sucsadenum, anensefalus, dan
hidrosefalus.
 Ubun – ubun : datar
 Auskultasi
 Dada : tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
 Antropometri
 FO : 30 cm
 Lingkar dada : 24 cm
 Lingkar abdomen : 24 cm
3. Pemeriksaan penunjang
 Hemoglobin : 14,2 g/dl
 Lekosit : 9400 cmm
 Hematokrit : 44, 9 %
 Eritrosit : 3.850.000
 Trombosit : 398.000 cmm
 Gol darah :B
 Terapi
 Inf. D10 0,18 % 100 cc
 Ca gluconas 5 cc
 Aminof 50 cc
 Aminipilin bolus drip 3 cc
 Inj. Ampi 2x100 mg
 P.O urdg hex d pomobarbital

20
 PASI 8x2,5 cc

A : ANALISA DATA
Dx : bayi Ny “Y” umur 1 hari dengan hipotermia
Ds :-
Do : keadaan umum : jelek
TTV
Suhu : 34,5 C
RR : 54x/menit
HR : 144x/ menit
BB : 1520 gram
PB : 43 cm
LIDA : 24 cm
L.abdomen : 24 cm
Sesak : (+)
Terpasang : 2 Lpm
Masalah :-
Kebutuhan :
 Thermoregulasi
 Pemberian ASI atau PASI
 Perawtan bayi sehat sehari-hari
 OGT
 Infus DL 10% 100 cc
 RL 40 cc / 1 jam
 Vit K 1 mg IM
 Inj. Ampi 2x100 mg
 Inf. D10 0,18 % 100 cc
 Ca gluconas 5 cc
 Aminofusin 50 cc
 Aminopilin bolus drip 3 cc
 PASI 8x2,5 cc

21
P : PENATALAKSANAAN
1. 26-06-2012 16.00 WIB
Lakukan penghangatan pada tubuh bayi. Melakukan penghangatan pada tubuh
bayi dengan cara meletakan bayi pada incubator dengan suhu 37,5 C. Agar bayi
hangat dan tiddak terjadi hipotermia.
2. 26-06-2012 16.30 WIB
Lakukan observasi TTV pada bayi melakukan observasi TTV pada bayi dengan
cara mengukur suhu tubuh bayi, menghitung frek. Nafas bayi.
S : 34,5 C
HR : 144x/ menit
RR : 54x/ menit
3. 26-06-2012
Lakukan pemasangan infus, pemasangan O2 nasal, pemasangan OGT. Melakukan
pemasangan infus RL DL 10 % 100 cc, pemasangan O2 nasal 2 Lpm, dan
pemasangan OGT. Agar kondisi bayi lebih baik

22
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sepsis merupakan respon sistemik pejamu terhadap infeksi dimana
patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi
aktivasi proses inflamasi.
Hipotermia adalah bila panas tubuhnya turun sampai >36,5°C.7 Beberapa
saat setelah lahir, suhu inti dan kulit bayi turun sekitar 0,1- 0,30C per menit
secara berurutan. Penurunan suhu yang cepat terutama dipengaruhi oleh
karakteristik fisik BBL, faktor lingkungan dan ruangan. Bayi baru lahir yang
basah dengan rasio luas area permukaan terhadap volume yang besar akan
berpindah dari lingkungan uterin yang hangat ke lingkungan yang dingin, yaitu
ruang bersalin yang kering.
Hipertermi pada bayi baru lahir adalah suatu kondisi dimana suhu inti
tubuh bayi berada terus menerus diatas 37,8o per oral atau 38,8o per rektal.
Hipertermi pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh meningkatnya produksi
panas , pengurangan kehilangan panas, atau terpajan lama pada lingkungan
bersuhu tinggi (sangat panas).
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada
rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa
sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah. Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi
umumnya diketahui kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor
herediter yang memegang peranan penting. Yang lain akibat pengangkatan
pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans.
Hiperglikemia adalah kadar gula darah (glukosa) yang tinggi.
Hiperglikemia pada bayi baru lahir lebih jarang terjadi penyebab pada bayi
yang sangat kecil, gula yang diberikan melalui infus bisa menyebabkan
peningkatan kadar gula darah yang berlebihan.
Hernia diafragmatika adalah masuknya organ - organ abdomen melalui
defek pada diafragma ke dalam rongga dada. Penyebab hernia diafragmatika

23
yang sering dijumpai adalah kelainan diafragma yang bersifat bawaan
walaupun masih ditemui kelainan yang didapat.
B. Saran
Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, penulis harapkan
agar pembaca mencari solusi dari kekurangan makalah ini dengan menambah
referensi bacaan dari yang lain untuk meyenmpurnakan makalah ini dan
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita semua sebagai penulis dan
pembaca agar dapat bermanfaat dan diterapkan didalam prakteknya.

24

Anda mungkin juga menyukai