Anda di halaman 1dari 7

MANUSKRIP

Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di


Puskesmas Kresek, Kabupaten Tangerang, Banten

Disusun Oleh: Kelompok 4

Ike Kumalasari 1102013131

Nerissa Arviana 1102013210

Rezki Ramadhan 1102013247

Rizky Caranggono 1102013257

Pembimbing:
dr. Dian Mardhiyah, MKK

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PERIODE 4 MARET 2019 – 7 APRIL 2019


Abstrak

Latar Belakang : Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 450/Menkes/SK/IV/Tahun 2004


tentang Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia menetapkan pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan dan menargetkan cakupan ASI eksklusif sebesar 80 persen.

Tujuan : Mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI


Eksklusif.

Metode : Penelitian dengan pendekatan kuantitatif ini menggunakan desain cross-sectional.


Dilakukan di Puskesmas Kresek, Desa Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten pada
bulan Maret 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah Ibu yang mempunyai anak berusia lebih
dari enam bulan yang sedang berobat ke Puskesmas Kresek. Total sampel dengan jumlah 23
ibu. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner.

Hasil : Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang sudah dilakukan di Puskesmas Kresek,
Kabupaten Tangerang, Banten dengan jumlah responden 23 ibu menyusui dapat diketahui
bahwa secara keseluruhan tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang ASI Eksklusif dalam
kategori baik sebanyak 19 orang (82,6 %), pengetahuan dalam kategori buruk sebanyak 4
orang (17,4 %).

Kesimpulan : pengetahuan ibu menyusui tentang ASI Eksklusif dalam kategori baik sebanyak
19 orang (82,6 %)

Kata Kunci: Pengetahuan, Ibu, ASI Eksklusif.


PENDAHULUAN

Berdasarkan pernyataan UNICEF, WHO dan IDAI di Jakarta-Indonesia pada 7 Januari 2005,
ada beberapa kebijakan tentang pemberian makan pada bayi yaitu 1) Memberikan air susu ibu
(ASI) segera setelah lahir pada satu jam pertama, 2) Hanya memberikan ASI saja sampai umur
enam bulan, 3) Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) setelah bayi umur enam
bulan, dan 4) Tetap memberikan ASI sampai anak umur dua tahun atau lebih.
Pemberian ASI kepada bayi merupakan cara pemberian makanan yang terbaik, terutama disaat
bayi berumur kurang dari enam bulan. Hal ini disebabkan karena ASI mengandung banyak
manfaat yang dibutuhkan bayi pada enam bulan pertama masa kehidupannya seperti aspek
gizi, imunologik, psikologi, kecerdasan, neurologis, ekonomis dan penundaan kehamilan.
Provinsi Banten angka ibu yang memberikan ASI eksklusif hanya 52.7 persen. Padahal
keputusan Menteri Kesehatan RI No. 450/Menkes/SK/IV/Tahun 2004 tentang Pemberian ASI
secara eksklusif pada bayi di Indonesia menetapkan pemberian ASI eksklusif selama enam
bulan dan menargetkan cakupan ASI eksklusif sebesar 80 persen. Dapat dikatakan cakupan
pemberian ASI eksklusif di Indonesia belum mencapai target yang diharapkan.
Banyak faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pemberian ASI kepada bayi terutama
ASI eksklusif. Sebuah penelitian mengatakan ibu yang suaminya mendukung pemberian ASI
eksklusif berpeluang memberikan ASI eksklusif 2 (dua) kali dari pada ibu yang suaminya tidak
mendukung pemberian ASI eksklusif. Pada penelitian lain ditemukan pendidikan,
pengetahuan, dan pengalaman ibu adalah faktor predisposisi yang berpengaruh positif terhadap
keberhasilan ASI eksklusif. Dari segi faktor pendorong, dukungan tenaga kesehatan yang
membantu persalinan paling nyata pengaruhnya dalam keberhasilan ASI Eksklusif.
Salah satu bentuk dukungan dari tenaga kesehatan penolong persalinan terhadap keberhasilan
pemberian ASI adalah menginformasikan kepada ibu tentang pentingnya ASI dan bagaimana
menyusui yang benar agar pemberian ASI menjadi lancar. Peningkatan pengetahuan ibu
tentang pelaksanaan ASI esklusif sebaiknya dilakukan pada saat ibu menjalani masa kehamilan
bukan pada saat ibu sudah melahirkan.
Sebuah penelitian yang dilakukan Demsa (2006) tentang kelangsungan hidup bayi di perkotaan
dan pedesaan Indonesia menemukan hasil bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan
kelangsungan hidup bayi adalah faktor waktu pemberian ASI. Walaupun kampanye tentang
pentingnya ASI sudah sering dilakukan oleh pemerintah maupun pihak Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kesehatan, namun masih banyak ibu-ibu di
Indonesia belum memberikan ASI kepada bayinya secara optimal. Berdasarkan Profil
Kesehatan Kesehatan Indonesia tahun 2011 yang bersumber dari data Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) tahun 2010 menunjukkan bahwa ibu di Indonesia yang memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya hanya 61.5 persen.

METODE
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif ini menggunakan desain cross-sectional. Dilakukan
di Puskesmas Kresek, Desa Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten pada bulan Maret
2019. Sampel dalam penelitian ini adalah para ibu yang mempunyai anak berusia lebih dari
enam bulan yang sedang berobat ke Puskesmas Kresek. Total sampel dengan jumlah 23 ibu.
Pada penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan metode pengisian kuesioner oleh
ibu menyusui. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang telah disiapkan dan telah
dilakukan uji validitas terlebih dahulu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

No. Tingkat Pengetahuan Ibu Frekuensi Presentase (%)


Menyusui Tentang ASI
Eksklusif
1. Baik 19 82,6
2. Buruk 4 17,4
Jumlah 23 100

Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang sudah dilakukan di Puskesmas Kresek,
Kabupaten Tangerang, Banten dengan jumlah responden 23 ibu menyusui dapat diketahui
bahwa secara keseluruhan tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang ASI Eksklusif dalam
kategori baik sebanyak 19 orang (82,6 %), pengetahuan dalam kategori buruk sebanyak 4
orang (17,4 %).

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari pengetahuan. Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI
saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan
makanan lainnya. Pemberian ASI dianjurkan dalam jangka waktu 6 bulan (Roesli, 2013).

Pengetahuan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan


seseorang, sehingga semakin baik tingkat pengetahuan seseorang maka akan semakin baik
pula perilaku kesehatan. Orang yang dipenuhi banyak pengetahuan akan mempersepsikan
informasi tersebut sesuai dengan predisposisi psikologisnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penelitian ini. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. drg. Truly selaku kepala Puskesmas Kresek

2. Keluarga binaan RT 003/RW 001 Desa Jengkol, Kecamatan Kresek, Kabupaten


Tangerang, Provinsi Banten atas kesediaannya menjadi responden dalam penelitian
ini.

Statistics
Pendidika Pekerjaa Penghasila
Umur n n n
N Valid 23 23 23 23
Missin 0 0 0 0
g
Mean 3.8696 3.4783 1.3913 3.0435
Median 4.0000 3.0000 1.0000 3.0000
Mode 4.00 3.00 1.00 3.00

Umur
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid 26-30 Tahun 3 13.0 13.0 13.0
>30 Tahun 20 87.0 87.0 100.0
Total 23 100.0 100.0

Pendidikan
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid SD 1 4.3 4.3 4.3
SLTP 11 47.8 47.8 52.2
SLTA 10 43.5 43.5 95.7
Perguruan 1 4.3 4.3 100.0
Tinggi
Total 23 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid Ibu rumah 19 82.6 82.6 82.6
Tangga
Wiraswasta 1 4.3 4.3 87.0
Buruh 1 4.3 4.3 91.3
Pegawai Swasta 2 8.7 8.7 100.0
Total 23 100.0 100.0

Penghasilan
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid 600-1000 6 26.1 26.1 26.1
1000-3000 10 43.5 43.5 69.6
>3000 7 30.4 30.4 100.0
Total 23 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai