Anda di halaman 1dari 4

2.

Patofisiologi kanker ovarium

Kanker epitel ovarium diyakini berasal dari transformasi maligna dari


permukaan epitel ovarium yang mengalami rupturberulang-ulang dan mengalami
perubahan pada saat ovulasi. Beberapa hipotesa tentang etiologi kanker ovarium
diantarnya yang dikenal dengan hipotesa ovulasi yang terus menerus, hipotesa
gonadotropin, hipotesahormonal, dan hipotesa inflamasi. Hipotesa ovulasi
menjelaskan bahwa kerusakan epitel permukaan ovarium yang terjadi terus menerus,
diikuti proliferasi permukaan sel epitel setelah ovulasi dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya mutasi, sehingga meningkatkan risiko terjadinya kanker
ovarium epitel. Hipotesa gonadotropin mengatakan bahwa akibat paparan terhadap
kadar gonadotropin yang tinggi dapat memicu terjadinya transformasi malignan,
kemungkinan diakibatkan meningkatnya pertumbuhan sel dan menghambat apoptosis,
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui stimulasi estrogenic permukaan
epitel ovarium.

Hipotesa hormonal mengatakan bahwa stimulasi androgen yang berlebihan


dapat menyebabkan meningkatnya risiko kanker epitel ovarium, yang pada akhirnya
mungkin menurun akibat stimulasi progesteron. Hipotesa inflamasi dimulai dari
adanya asumsi bahwa terjadinya kanker ovarium disebabkan respon terhadap
kerusakan genetik yang disebabkan faktor-faktor inflmasi, seperti yang berasal dari
lingkungan, endometriosis, infeksi saluran genital,atau proses ovulasi itu sendiri.

Faktor risiko berkembangnya kanker ovarium epitel adalah nullipara,


menarche dini, menopouse terlambat, bertambahnya usia, riwayat keluarga, ras putih,
tinggal di Amerika Utara dan Eropa Utara. Riwayat keluarga pernah menderita kanker
payudara atau kanker ovarium sebelumnya menunjukkan risiko sebesar 5-10% untuk
memiliki kelainan genetik yang diwariskan.Faktor risiko yang berhubungan dengan
siklus ovulasi yang tidak terganggu selama bertahun-tahun juga menimbulkan
hipotesa bahwa stimulasi yang berulang pada epitel permukaan ovarium akan
menyebabkan perubahan kearah keganasan.

Teori patogenesis tumor ovarium ini disebut dengan hipotesis “incessant


ovulation”.Proses perbaikan jaringan epitel ovarium akibat periode panjang ovulasi
yang berulang dan siklik menyebabkan proliferasi seluleryang cukup sering. Hal ini
akan dapat memicu adanya mutasi gen p53 pada fase DNA. Sehingga peristiwa ini
dianggap berkontribusi terhadap proses karsinogenesis tumor ovarium.

Suatu penelitian mendapatkan bahwa wanita nulliparaakan memiliki dua kali


risiko yang lebih tinggi terkena kanker ovarium, tetapi alasan pastinya belum
sepenuhnya jelas. Risiko ini akan menurun dengan riwayat melahirkan dan stabil pada
wanita yang melahirkan sebanyak enam kali. Peningkatan risiko yang juga telah
dikaitkan dengankanker ovarium adalah menarche dini dan menopause terlambat.
Risiko akan menurun pada wanita yang melahirkan yang memberikanASI dimana hal
ini mungkin memiliki efek perlindungan dengan memperpanjang periode amenore.
Pemberian regimen terapi pengganti estrogen setelah menopause akan meningkatkan
risiko kanker ovarium.

Perempuan ras putih akan memiliki risiko 30-40% lebih tinggi kanker ovarium
dibandingkan dengan perempuan kulit hitam dan Hispanik. Patogenesis peningkatan
risiko pada suaturas ini belum diketahui secara jelas.Wanita yang telah menjalani
operasi ligasi tuba dan histerektomi masing-masing telah dikaitkan dengan
pengurangan risiko kanker ovarium. Prosedur ginekologi ini diduga akan
menghalangi iritasi yang bisa mencapai ovarium melalui kenaikan dari salurantuba
sehingga akan memberikan efek perlindungan terhadap ovarium.

Proses pertambahan usia akan memungkinkan perpanjangan waktu untuk


menyebabkan perubahan genetik secara acak dalam epitel permukaan ovarium.
Insidensi kanker ovarium meningkat dengan bertambahnya usia ke pertengahan 70
tahun dan menurun sedikit di usia 80 tahun. Bila dilihat dari segi geografis angka
kejadian sangat bervariasi, wanita yang tinggal di Amerika Utara, Eropa Utara, atau
negara industri barat, memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker ovarium namun
negara-negara berkembang dan Jepang memiliki tingkat terendah. Pola makan di
daerah tertentu juga dianggap berpengaruh terhadap risiko kanker ovarium dimana
konsumsi makanan rendah lemak tetapitinggi serat, karoten, vitamin dapat sebagai
pelindung sel epitelovarium.

Risiko kanker ovarium juga akan meningkat 3 kali lipat bila memiliki riwayat
keluarga dengan kanker ovarium dalam generasi tingkat pertama yaitu ibu, anak
perempuan atau saudara perempuan. Oleh karena itu, skrining pasien dengan keluarga
yang mempunyai kanker ovarium, kanker payudara, atau kanker kolon merupakan
strategi pencegahan terbaik. Bila diketahui keluarga dengan riwayat kanker usus
besar, harus diwaspadai kemungkinan suatu hereditary nonpolyposis colorectal
cancer(HNPCC) atau sindroma Lynch karena pasien dengan sindroma ini memiliki
risiko menderita kanker usus besar sebesar 85% dan kanker ovarium sebesar 10-12%.
Patofisioloi kanker uterus

Sarang mioma diuterus dapat berasal dari serviks uterus hanya 1-3%, sisanya adalah dari
korpus uterus. Menurut letaknya,mioma dapat kita dapati sebagai:
1. Mioma submukosum : berada dibawah endemetrium dan menonjol kedalam rongga uterus.
Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui
saluran serviks (myomgeburt).

2. Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi
mioma intraligameter. Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus
sehinggamenonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat
pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan
kemudian membebaskan diri Dario uterus, sehingga disebut wandering / parasitic fibroid.
3. Mioma intra mural : mioma terdapat diding uterus diantara serabut mioma meometrium.
Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat
menonjol kedalam saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri atas berkas otot polos dan
jaringan ikat yang tersusun seperti konde/ pusaran air ( whorl like pattern), dengan
pseudokapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan
sarang mioma ini. Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih 5 kg. Jarang
sekali mioma ditemukan pada wanita subur berumur 20 thn, paling banyak pada umur 35 –
45 tahun ( kurang lebih 25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun
agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat.
Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut hanya10 % saja masih tumbuh lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai