Pada saat ini dapat dikatakan bahwa PKH telah dijalankan sebagai
BTB, dimana terdapat tiga hal yang mendasari hal tersebut. Pertama, PKH telah
menjalankan kegiatan verifikasi telah dilakukan untuk memantau
kepatuhan rumah tangga memenuhi kewajibannya. Verifikasi adalah esensi
utama dari PKH. Kegiatan verifikasi mengecek kepatuhan peserta
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Tanpa verifikasi maka
PKH tidak ubahnya dengan program Bantuan Langsung Tunai (BLT)
yang membagikan bantuan tunai tanpa syarat. Kedua, PKH telah
melaksanakan pemotongan bantuan tunai bagi keluarga yang tidak mematuhi
kewajiban yang telah ditetapkan. Pemotongan merupakan konsekuensi
atas ketidakpatuhan peserta. Ketiga, peserta PKH mengetahui persis
bahwa mereka harus memenuhi sejumlah kewajiban untuk dapat
menerima bantuan tunai. Peserta adalah elemen penting dalam program BTB.
Pengetahuan atas kewajiban inilah seyogyanya yang menjadi awal dari perubahan
perilaku keluarga dan anggota keluarga di bidang pendidikan dan
kesehatan (Kementerian Sosial RI, 2011).
PKH merupakan program lintas Kementerian dan Lembaga, aktor
utamanya adalah dari Dinas Sosial, kemudian dibantu oleh BPS, Dinas
Pendidikan, Dinas Kesehatan, PT. Pos Indonesia, Departemen Komunikasi dan
Informasi, Kantor PKH kecamatan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan
Masyarakat. Dengan demikian, PKH membuka peluang terjadinya sinergi antara
program yang mengintervensi sisi pelayaanan (supply) dan Rumah Tangga Sangat
Miskin (demand) dengan tetap mengoptimalkan desentralisasi, koordinasi antar
sektor, koordinasi antar tingkat pemerintahan, serta antar pemangku kepentingan
(stakeholder).
Kewajiban yang harus dilaksanakan adalah Bagi ibu rumah tangga sangat
miskin yang dalam keadaan hamil pada waktu pendaftaran diwajibkan untuk
datang ke puskesmas dan mengikuti pelayanan pemeriksaan kesehatan ibu hamil
sesuai dengan protokol Departemen Kesehatan, bagi rumah tangga sangat miskin
yang mempunyai anak 0 – 6 tahun wajib membawa anaknya ke Puskesmas untuk
mengikuti pelayanan kesehatan anak sesuai protokol Departemen Kesehatan,
KSM wajib mematuhi komitmen untuk mengunjungi pemberi pelayanan
kesehatan ( PPK) sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati (Kemensos, 2011).
3. Persyaratan dan Bantuan Peserta PKH Bidang Kesehatan
a. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam satu bulan, maka
bantuan akan berkurang sebesar Rp. 50.000,-
b. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam dua bulan, maka
bantuan akan berkurang sebesar Rp. 100.000,-
c. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan, maka
bantuan akan berkurang sebesar Rp. 150.000,-
b. Sosialisasi
d. Pencairan dana
e. Memverifikasi Komitmen
1) Puskesmas
Puskesmas diharapkan mampu memberi seluruh paket layanan
kesehatan yang menjadi persyaratan bagi peserta PKH kesehatan
termaksuk memberikan pelayanan emergensi dasar.
3) Polindes
4) Posyandu
5) Bidan Praktek
1) . Landasan Hukum
d.Flip Chart, digantung pada dinding untuk membantu penjelasan materi atau
mengerjakan latihan bersama
g. Alat tulis, mencakup kertas plano atau papan tulis untuk membantu proses
diskusi, kertas kososng untuk menuliskan hasil-hasil diskusi kelompok dan
spidol.
4 Tim Koordinasi Teknik PKH
a. Proses Pembentukan
b. Keanggotaan
Tingkat Kecamatan
Ketua : Camat
a. Program FDS ini ditujukan kepada para peserta PKH yang memasuki
masa transisi dan dapat dimungkinkan untuk graduasi.
Secara harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar “miskin” yang berarti tidak
berharta benda. secara umum miskin adalah keadaan dimana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kelompoknya, dan tidak mampu
memanfaatkan tenaga, mental dan pikirannya dalam kelompok tersebut” (Syahyuti
2006).
1. Ciri-Ciri Kemiskinan
l. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500 m2;
buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan
lainnya dengan pendapatan Rp. 600.000,- per bulan.
n. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp.
500.000,- seperti sepeda motor kredit/non-kredit, emas, ternak, kapal motor,
atau barang modal lainnya.
D.Sanitasi
1. Pengertian Sanitasi
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia. Sedangkan sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan
untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang
menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan manusia. (Azwar, 1995). Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air
bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah (tempat sampah)
dan pembuangan air limbah (SPAL).
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak
seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu,
air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan
kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri,
pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain.
Penyakit- penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan
disebarkan melalui air, kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah
penyakit dimana-mana (Chandra, 2007).
Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu
kuantitas dan kualitas (Depkes RI, 2005). Syarat kuantitas adalah jumlah air
yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan.
Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar.
Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5
liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci kakus 12 liter, minum
2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter (Slamet, 2002).
1) Parameter Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau,
tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu
sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan
rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah.
2) Parameter Mikrobiologis
3) Parameter Radioaktifitas
4) Parameter Kimia
Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak
tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan antara lain air raksa (Hg), Alumunium (Al), Arsen (As), Barium
(Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH), dan zat
kimia lainnya. Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (netral) untuk
mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi
air. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5-9.
1) Waterborne mechanism
2) Waterwashed mechanism
3) Water-based mechanism
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui
anus sebagai sisa dari proses pencernaan (tractus digestifus). Dalam ilmu
kesehatan lingkungan, dari berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih
dipentingkan adalah tinja (faeces) dan air seni (urine) karena kedua bahan
buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber
penyebab timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan (Soeparman
dan Suparmin, 2002).
c. Pengertian Jamban
2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
9) Cukup penerangan.
Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah
sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukannya sama seperti
pembusukan tinja dalam air kali.
Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air.
Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga bau busuk dari kakus tidak tercium.
Bila dipakai, tinjanya tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk
ke bagian yang menurun untuk masuk ke tempat penampungannya.
Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannya lebih kecil
karena untuk pemakaian yang tidak lama, misalnya untuk perkampungan
sementara. Kerugiannya bila air permukaan banyak mudah terjadi
pengotoran tanah permukaan (meluap).
5. Jamban keranjang (Bucket latrine)
Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang
di tempat lain, misalnya untuk penderita yang tak dapat meninggalkan
tempat tidur. Sistem jamban keranjang biasanya menarik lalat dalam
jumlah besar, tidak di lokasi jambannya, tetapi di sepanjang perjalanan ke
tempat pembuangan. Penggunaan jenis jamban ini biasanya menimbulkan
bau.
Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda sehingga
dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam
kendaraan umum misalnya dalam pesawat udara, dapat pula digunakan
dalam rumah.
d. Pengelolaan Sampah
2. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat agar tidak mudah bocor,
untuk mencegah berseraknya sampah.
6. Tempat sampah dikosongkan setiap 1x24 jam atau 2/3 bagian telah
terisi penuh.
KEMENSOS
LINJAMSOS
PUSDIKLAT
JAKARTA
BPPKS PROVINSI
KORWIL/KOR
KAB
PENDAMPING
5. Umpan balik (feedback) yaitu hasil dari proses yang sekaligus sebagai
masukan untuk sistem tersebut.
Program Kesehatan
1. Masukan (Input)
Input merupakan kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Masukan
terdiri dari sumber daya manusia, pembiayan, obat dan perbekalan kesehatan,
penelitian dan pengembangan kesehatan.
2. Proses (process)
Process merupakan kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya untuk ,mengubah masukan
menjadi yang direncanakan. Proses terdiri dari upaya kesehatan,
pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan.
3. Keluaran (output)
Output merupakan kumpulan bagian atau elemen yang yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses suatu sistem.
Manajemen
Program Organisasi
Sumber Daya Penyedia Layanan
Sumber Pembiayaan
Gambar 3 Interaksi antara unsur-unsur dalam suatu sistem menurut
Adisasmito
G.Telaah Sistematis