d. Gaya tekan pada roda gigi yg berpasangan digambar searah dgn sudut tekan
Gambar 1.1. : (a) Gaya tarik, (b) Gaya tekan, (c) Gaya geser, (d) Gaya lentur, (e) Torsi,
(f) Kombinasi
2. Tegangan (σ)
Tegangan (stress) dapat didefinisikan sebagai gaya persatuan luas penampang.
𝐹
=𝐴 ...(N/mm2) (1.1)
Dimana :
F = gaya (N)
A = luas penampang (mm2)
Kekuatan merupakan kemampuan maksimal bahan untuk menahan beban. Yang
dinyatakan sebagai tegangan.
3. Regangan
Regangan (strain) merupakan pertambahan panjang suatu struktur atau batang
akibat pembebanan.
𝐿
= 𝐿
(1.2)
Dimana :
ΔL = pertambahan panjang (mm)
L = panjang awal (mm)
4. Diagram Tegangan Regangan
Hubungan antara tegangan dan regangan dapat dilihat pada diagram tegangan –
regangan berikut ini :
σ=E ε
subtitusi, diperoleh :
𝐹 𝐿
=𝐸
𝐴 𝐿
𝐹𝐿
𝐿 = 𝐴 𝐸 (1.5)
γ = regangan geser
εT = εe+εp.
Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah
regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar
regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.
Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)
Pada gambar 1.2. ditunjukkan dengan titik C (σu), merupakan besar tegangan
maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.
Daerah maksimum merupakan daerah yang digunakan dalam proses pemotongan
material.
Kekuatan patah (breaking strength)
Pada gambar 1.2. ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan
yang diuji putus atau patah.
Dalam desain elemen mesin yang membutuhkan kondisi konstruksi yang kuat
dan kaku, maka perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
- Daerah kerja : daerah elastis atau daerah konstruksi mesin.
- Beban yang terjadi atau tegangan kerja yang timbul harus lebih kecil dari
tegangan yang diijinkan.
- Konstruksi harus kuat dan kaku, sehingga diperlukan deformasi yang elastis
yaitu kemampuan material untuk kembali ke bentuk semula jika beban
dilepaskan.
- Safety factor (SF) atau faktor keamanan sesuai dengan kondisi kerja dan jenis
material yang digunakan.
Possion Ratio (ν)
Suatu benda jika diberi gaya tarik maka akan mengalami deformasi lateral
(mengecil). Jika benda tersebut ditekan maka akan mengalami pemuaian ke samping
(menggelembung).
Penambahan dimensi lateral diberi tanda (+) dan pengurangan dimensi lateral diberi
tanda (-).
Poisson ratio merupakan perbandingan antara regangan lateral dengan regangan aksial
dalam harga mutlak.
𝑟𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑒
= = (1.7)
𝑟𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑎
Gambar 1.4. : Perubahan bentuk akibat gaya tarik dan gaya tekan
Harga ν berkisar antara : 0,25 s/d 0,35
Harga ν tertinggi adalah dari bahan karet dengan nilai 0,5 dan harga ν terkecil adalah
beton dengan nilai : 0,1.
Efek ν yang dialami bahan tidak akan memberikan tambahan tegangan lain, kecuali jika
deformasi melintang dicegah.
Tabel 2. Harga Regangan (ν) Material
No Material Regangan ()
1 Steel 0,25 − 0,33
2 Cast iron 0,23 − 0,27
3 Copper 0,34 − 0,34
4 Brass 0,32 − 0,42
5 Aluminium 0,32 − 0,36
6 Concrete/beton 0,08 – 0,18
7 Rubber 0,45 – 0,50
Tiga konstanta kenyal dari bahan isotropic E, G, V saling berkaitan satu dengan yang
lain menjadi persamaan :
𝐸
G = 2(1+) (1.8)
b. Perbandingan tegangan luluh (σy) dengan tegangan kerja atau tegangan ijin.
𝑦
SF = (1.11)
̅
Dalam desain konstruksi mesin, besarnya angka keamanan harus lebih besar dari 1
(satu).
Faktor keamanan diberikan agar desain konstruksi dan komponen mesin tersebut
mempunyai ketahanan terhadap beban yang diterima.
Pemilihan SF harus didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut :
a. Jenis beban
b. Jenis material
c. Proses pembuatan / manufaktur
d. Jenis tegangan
e. Jenis kerja yang dilakukan
f. Bentuk komponen
Makin besar kemungkinan adanya kerusakan pada komponen mesin, maka
angka keamanan diambil makin besar.
Tabel 3. Harga Faktor Keamanan Beberapa Material
No. Material Steady Load Live Load Shock Load
1. Cast iron 5–6 8 – 12 16 – 20
2. Wrought iron 4 7 10 – 15
3. Steel 4 8 12 – 16
4. Soft material & alloys 6 9 15
5. Leather 9 12 15
6. Timber 7 10 - 15 20
Faktor keamanan adalah faktor yang digunakan untuk mengevaluasi keamanan
dari suatu bagian mesin. Misalnya sebuah mesin diberi efek yang disebut sebagai F,
diumpamakan bahwa F adalah suatu istilah yang umum dan bisa saja berupa gaya.
Kalau F dinaikkan, sampai suatu besaran tertentu, sedemikian rupa sehingga jika
dinaikkan sedikit saja akan mengganggu kemampuan mesin tersebut, untuk melakukan
fungsinya secara semestinya. Jika menyatakan batasan ini sebagai batas akhir, harga F
sebagai Fu, maka faktor keamanan dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝐹𝑢
SF = (1.12)
𝐹̅
Bila F sama dengan Fu , maka SF = 1, dan pada saat ini tidak ada keamanan. Akibatnya
sering dipakai istilah batas keamanan (margin of safety, M).
Batas keamanan dinyatakan dengan persamaan :
M = SF – 1
Istilah faktor keamanan, batas keamanan dan Fu banyak digunakan dalam
perancangan. Faktor keamanan untuk memperhitungkan ketidak lenturan yang mungkin
terjadi atas kekuatan suatu bagian mesin dan ketidaklenturan yang mungkin terjadi atas
beban yang bekerja pada bagian mesin tersebut.
Beberapa cara memilih faktor keamanan antara lain sebagai berikut :
a. Faktor keamanan total atau faktor keamanan menyeluruh
Faktor keamanan ini dipakai terhadap semua bagian mesin dan faktor yang tersendiri
dipakai secara terpisah terhadap kekuatan dan terhadap beban, atau terhadap tegangan
yang terjadi akibat beban.
Fj = FS. Fp
FS dipakai untuk memperhitungkan semua variasi atau ketidaktetapan yang
menyangkut kekuatan.
Fp dipakai untuk memperhitungkan semua variasi yang menyangkut beban.
Jika menggunakan suatu faktor keamanan seperti FS terhadap kekuatan, maka
kekuatan yang didapat tidak akan pernah lebih kecil.
Jadi harga terkecil dari kekuatan dapat dihitung :
σmin. FS = σ
Tegangan terbesar yang dapat dihitung adalah sebagai berikut :
σp = Fj. σ atau Fp = Fj. F
Fj adalah komponen dari faktor keamanan total yang diperhitungkan secara terpisah
terhadap ketidaktetapan yang menyangkut tegangan atau beban.
Menurut Thumb, faktor keamanan dapat dengan cepat diperkirakan
menggunakan variasi lima ukuran sebagai berikut :
FS = FSmaterial x FStegangan x FSgeometri x FSanalisa kegagalan x FSkeandalan
Contoh Soal
1. Hitung gaya yang diperlukan untuk membuat lubang dengan diameter 6 cm pada plat
setebal 0,5 cm. Tegangan geser maksimum pada plat 3500 kg/cm2.
2. Sebuah batang dengan panjang 100 cm dengan profil segi empat ukuran 2 cm x 2 cm
diberi gaya tarik sebesar 1000 kg. Jika modulus elastisitas bahan 2 x 106 kg/cm2.
Hitung : pertambahan panjang yang terjadi.
3. Tabung aluminium diletakkan antara batang perunggu dan baja, diikat secara kaku.
Beban aksial bekerja pada kedudukan seperti pada gambar. Carilah tegangan pada
setiap bahan.
Tugas :
1. Sebuah link terbuat dari besi tuang seperti gambar, digunakan untuk
meneruskan beban sebesar 45 kN. Hitung tegangan link akibat beban pada
daerah A-A dan B-B. Satuan dalam mm.
Paku keling (rivet) digunakan untuk sambungan tetap antara 2 plat atau lebih.
Sambungan paku keling bersifat permanen, jika dilepas akan terjadi kerusakan pada
sambungan tersebut.
Karena sifatnya yang permanen, maka sambungan paku keling harus dibuat cukup kuat
untuk menghindari kerusakan/patah.
Bagian utama paku keling adalah :
a. Kepala
b. Badan
c. Ekor
d. Kepala lepas
Quadruple 85 – 94
Tabel 2. Diameter Paku Keling Standard
Diameter Diameter
Paku Keling (mm) Lubang (mm)
12 13
14 15
16 17
18 19
20 21
22 23
24 25
27 28,5
30 31,5
33 34,5
36 37,5
39 41
42 44
48 50
Pada pengelasan las busur listrik SMAW (Shielded Metal Arc Welding) panas dihasilkan
dari busur listrik antara ujung elektroda dengan logam yang dilas. Elektroda terdiri dari
kawat logam sebagai penghantar arus listrik ke busur dan sekaligus sebagai bahan
pengisi (filler). Kawat ini dibungkus dengan fluks. Biasanya dipakai arus listrik yang
tinggi (10-500 A) dan tegangan potensial yang rendah antara (10-50 V). Untuk
mencegah oksidasi (reaksi dengan zat asam O2), bahan elektroda dilindungi dengan
selapis zat pelindung (fluks atau slag) yang sewaktu pengelasan ikut mencair. Tetapi
hubungan berat jenisnya lebih ringan dari bahan metal yang dicairkan, maka cairan
fluks tersebut mengapung diatas metal tersebut, sekaligus mengisolasi metal untuk
mengoksidasi dengan udara luar dan sewaktu membeku, fluks juga ikut membeku dan
tetap melindungi metal dari reaksi oksidasi.
Tegangan Busur Las
Tingginya tegangan busur las tergantung pada panjang busur yang dikehendaki dan
jenis dari elektroda yang digunakan. Pada elektroda yang sejenis tingginya tegangan
busur yang diperlukan perbandingan lurus dengan panjang busur. Panjang busur yang
dianggap baik kira-kira sama dengan garis tengah elektroda. Tegangan yang diperlukan
untuk pengelasan dengan elektroda yang berdiameter 3 mm sampai 6 mm, tegangan
yang digunakan kira-kira antara 20 volt sampai 30 volt untuk posisi datar. Sedangkan
untuk posisi tegak atau atas kepala biasanya dikurangi 2 volt sampai 5 volt.
b. Besar Arus Pengelasan
Besar arus pengelasan yang diperlukan tergantung dari bahan dan ukuran dari
pengelasan, geometri sambungan, posisi pengelasan macam elektroda dan diameter inti
elektroda, dalam hal dasar las mempunyai kapasitas panas yang tinggi maka dengan
sendirinya diperlukan arus las yang besar.
Tabel 1.1 Nilai besar arus untuk pengelasan SMAW (Wiryosumarto, dkk, 2000)
Current ( Amperes )
Core- Wire
Diameter (mm)
Minimum Maksimum
2,5 50 90
3,2 65 130
4,0 110 185
5,0 150 250
6,0 200 315
6,3 220 350
Tipe Sambungan Las
a. Lap joint (fillet joint) :
Overlapping plat, dengan beberapa cara :
1. Single transverse fillet (las pada satu sisi) : melintang
2. Double transverse fillet (las pada dua sisi)
3. Parallel fillet joint (las paralel)
Gambar 6. Las fillet, (a) angka menunjukkan ukuran leg, (b) menunjukkan jarak
Dimana :
t = tebal las (leg)
L = panjang pengelasan
Gaya tarik/kekuatan tarik maksimum sambungan las :
1. Single fillet :
𝑡 𝐿
F= ×
̅t = 0,707 x t x L x
̅t
√2
2. Double fillet :
2 𝑡 𝐿
F= × ̅ t = 1,414 x t x L x ̅ t
√2
Dimana :
F = gaya tarik maksimum pada las (N)
σt = tegangan tarik yang diiijinkan bahan las (N/mm2)
b. Kekuatan las paralel fillet
Dimana :
t = tebal las
L = panjang pengelasan
Untuk menghindari kegagalan pada sambungan, maka tegangan yang terjadi harus lebih
kecil dari kekuatan geser material :
Dimana :
Fs = gaya geser maksimum pada las (N)
σs = tegangan geser yang diiijinkan bahan las (N/mm2)
Dimana :
Fs = gaya geser maksimum pada las (N)
σs = tegangan geser yang diiijinkan bahan las (N/mm2)
Hal yang perlu diperhatikan dalam desain adalah :
a. Tambahkan panjang 12,5 mm pada pengelasan untuk keamanan.
b. Untuk gabungan paralel dan transverse fillet (melintang), kekuatan
pengelasan merupakan jumlah kekuatan dari paralel dan transverse.
Ftotal = Fparalel + Ftranverse
Dengan melihat geometri sambungan las, maka efek konsentrasi tegangan perlu
dipertimbangkan dalam perancangan konstruksi las. Oleh Salakian dan Norris,
distribusi tegangan di sepanjang leher las fillet menunjukkan adanya fenomena
konsentrasi tegangan tersebut. Bentuk distribusi tegangan ditunjukkan pada gambar 12.
Untuk keperluan praktis dalam perancangan sambungan las, harga faktor konsentrasi
tegangan ditunjukkan pada gambar 12.
Gambar 13. Distribusi tegangan sambungan las fillet pada beban melintang
c. Kekuatan butt joint weld
Sambungan butt joint welding digunakan untuk beban tekan/kompresi.
Panjang leg sama dengan throat thickness sama dengan thickness of plates (t)
Beban Torsi
Struktur sambungan las yang mendapat beban torsional, maka resultan tegangan
geser yang terjadi adalah jumlah vektor tegangan geser melintang dengan tegangan
geser torsional.
Tegangan geser akibat gaya melintang (transverse load) dapat dihitung dengan
persamaan :
𝐹𝑠
s = 𝐴
Dimana :
Fs = Gaya geser
A = luas penampang leher
Sedangkan tegangan geser torsional adalah :
𝑇 𝑟
tr = 𝐽
Dimana :
T = Momen torsi (N m)
r = Jarak dari titik pusat massa ke titik terjauh, m
J = Momen inersia polar penampang las (m4)
Penampang kritis untuk beban torsional adalah pada penampang leher.
Momen inersia polar penampang las dinyatakan dalam satuan momen inersia polar grup
las sebagai :
J = 0,707 . t . Ju
Dimana :
Ju = momen inersia polar (m3)
t = tebal las (m)
Untuk sambungan las yang gagal akibat beban torsional maka harus dirancang,
sehingga resultan tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari kekuatan geser material.
= s + tr < ̅s
9.2.3. Beban Bending
Pada pembebanan bending, sambungan las akan mengalami tegangan geser
melintang dan tegangan normal yang diakibatkan oleh momen bending.
Tegangan geser langsung akibat gaya geser dapat dihitung dengan persamaan (9.1).
s = 1,414
𝑡 𝐿
𝐹𝑠
Dimana :
= Tegangan normal (N/m2)
M = Momen lengkung (N m)
c = Jarak dari sumbu netral (m)
J = Momen Inersia polar penampang las (m4)
dan
J = 0,707 . t . lu . L
Dengan diketahuinya kekuatan yield material dan tegangan yang terjadi akibat beban
yang bekerja, maka dapat menentukan tegangan perancangan dan faktor keamanan
yang diinginkan.