Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No.

2, Mei 2010 49

Analisis Coran Kuningan dari Limbah Rosokan dan Gram-Gram


Sisa Permesinan untuk Komponen Permesinan

Supriyanto
Jurusan Teknik Mesin, Universitas Janabadra Yogyakarta

Abstrak: Kuningan adalah logam yang cukup banyak digunakan dalam kebutuhan rumah tangga
maupun dalam industri, tetapi penggunaannya sebagian besar untuk peralatan dan aksesoris
rumah tangga. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik paduan dari bahan dasar
rosokan dan gram-gram kuningan sisa permesinan yang dilebur dengan dapur peleburan kowi.
Hasil coran ini dianalisis apakah bisa langsung dimanfaatkan untuk komponen-komponen
permesinan sesuai standar yang berlaku dengan pengujian sifat-sifat fisis dan mekanis.
Hasil pengujian komposisi kimia paduan kuningan mengandung unsur utama yaitu Tembaga (Cu)
sebesar 65,493 % dan seng (Zn) sebesar 34,506 % serta unsur-unsur lainnya. Kekuatan tariknya
2 2
adalah 19.3055 kg/mm . Kekerasannya adalah HB 110.44 kg/mm . Bahan ini termasuk jenis
kuningan CuZn 4D lunak Dari pengujian tersebut hasil coran ini belum layak untuk bahan dasar
komponen permesinan.

Kata kunci : Gram, permesinan, coran

1. Latar Belakang Hasil coran ini perlu dianalisa lebih lanjut


kualitasnya apakah dapat digunakan untuk
Teknologi bahan sekarang ini mengalami berbagai produk-produk atau komponen
perkembangan yang cukup bagus, permesinan yang sifat fisis dan
kebutuhan akan material yang kuat, ringan mekanisnya sesuai standar yang berlaku.
dan murah sangat diperlukan dalam proses
permesinan, sehingga daya saing harga
jual dari suatu produk permesinan dituntut 2. Rumusan Masalah
sangat kompetitif tanpa mengurangi
kualitasnya. Para produsen berlomba- Dari bahan dasar rosokan kuningan dan
lomba mengembangkan inovasi material bram kuningan sisa-sisa permesinan yang
dengan berbagai macam metode, mulai dari dilebur dengan dapur peleburan kowi,
komposisinya sampai bermacam perlakuan apakah dapat diperoleh komponen-
panas pada material tersebut. Teknik komponen untuk permesinan dengan
pembuatan material juga mengalami melalui pengujian sifat-sifat fisis dan
bermacam perkembangan, termasuk teknik mekanismenya sesuai standar yang berlaku
pengecoran atau penuangan logam.
Berbagai teknik dalam pengecoran logam
tersebut dikembangkan untuk mengurangi 3. Tujuan Penelitian
atau memperkecil terjadinya cacat-cacat
hasil coran. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisa hasil pengecoran kuningan
Industri kecil menengah bersekala industri dari bahan dasar rosokan kuningan dan
rumahan masih banyak menggunakan gram kuningan sisa permesinan yang
teknologi pengecoran konvensional. biasanya untuk produk-produk rumah
Dengan teknologi sederhana ini dapat tangga dan meubeller, apa bisa digunakan
menghasilkan produk-produk kebutuhan untuk bahan teknik permesinan sesuai
rumah tangga dengan bahan baku rosokan dengan standar yang berlaku.
kuningan dan gram-gram sisa permesinan.
50 Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No. 2, Mei 2010

4. Dasar-dasar Pengecoran dengan menggunakan ujung kaya-tembaga


pada diagram tersebut.

Setiap Logam baik itu fero maupun nonfero


akan mencair bila dipanaskan pada suhu
tinggi. Logam cair mempunyai sifat yang
mirip dengan air dalam beberapa hal, tetapi
dalam hal berat jenis, kekentalan dan
temperatur yang mempengaruhinya sangat
berbeda. Sedangkan kekentalan logam cair
akan semakin rendah pada temperatur
yang semakin tinggi. Berat jenis dan
temperatur lebur untuk berbagai jenis logam
akan berbeda dengan jenis lainnya. Hal ini
mempengaruhi teknik penuangan untuk tiap
jenis logam yang disesuaikan dengan
karakteristik logam cair tersebut. Pada
umumnya dalam setiap pengecoran
melewati beberapa tahap antara lain; Gambar 1. Diagram fasa Cu–Zn
paternmaking (pembuatan pola cetakan), (Tata Surdia, 1999, Pengetahuan Bahan
coremaking (pembuatan inti), molding Teknik, Hal. 124)
(pembuatan cetakan), melting and pouring
(pencairan dan penuangan logam), dan Tembaga melarutkan seng hingga 40% dan
cleaning (pembongkaran cetakan) pendinginan paduan ini menghasilkan
kemudian membersihkan coran. sejumlah besar larutan padat primer (fcc-α).
Sebaliknya, larutan padat primer (η) sangat
terbatas. Ciri khas diagram fasa ini adalah
5. Kuningan (brass) kehadiran empat fasa intermedit (β, γ, δ, ε).
Masing-masing terbentuk selama
pembekuan dengan reaksi peritektik dan
Kuningan pada dasarnya adalah paduan memiliki rentang komposisi tertentu. Ciri lain
tembaga dengan seng sebagai unsur adalah transformasi tertata tak tertata (order
paduan utama. Diagram kesetimbangan disorder) yang terjadi pada paduan dengan
Cu–Zn dapat dilihat pada Gambar 2.1. kadar Seng sekitar 50%, pada selang
Larutan padat alpha (α, fcc) dapat temperatur ini terdapat fasa β-bcc sebagai
melarutkan seng hampir 39% pada larutan padat tak-tertata. Pada temperatur
temperatur 9500C dan sedikit menurun lebih rendah, atom Seng terdistribusi
pada temperatur yang lebih rendah. Pada merata di dalam kisi bcc: fasa tertata ini
larutan padat α, dengan kenaikan kadar disebut β1.
seng kekuatan akan baik, juga keuletannya.
Larutan padat α ini mencapai kombinasi Jenis-jenis Kuningan adalah sebagi berikut:
kekuatan-keuletan paling baik pada
komposisi 70Cu–30Zn. Dengan kadar seng 5.1. Alpha Brass
lebih tinggi (>38%) akan tampak adanya
struktur baru yaitu fase β yang mengalami
Alpha brass, kuningan dengan fase tunggal
ordering menjadi β1. Fase β1 ini lebih keras
larutan padat α dengan kadar Zn
dan getas, sehingga sulit dideformasi
maksimum 35 %. Dikenal memiliki sifat
dingin.
tahan korosi yang cukup baik dan mudah
dideformasi dingin (cold worked). Warnanya
Menurut strukturnya kuningan dapat
bervariasi mulai dari kemerahan (pada
dikelompokkan menjadi alpha brass dan
kadar Zn rendah) sampai kekuningan (pada
alpha + beta brass. Karakteristik struktur kadar Zn yang lebih tinggi), Karena itu
dan perilaku mekanik paduan industri yang
alpha brass dapat dibagi menjadi yellow
disebut kuningan ini dapat dijelaskan
αlpha brass dan red brass.
Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No. 2, Mei 2010 51

5.2. Yellow Alpha Brass 5.4. Alpha Plus Beta Brass

Yellow alpha brass mengandung 20- Kuningan ini mengandung 38-46 % Zn,
36%Zn, memiliki kombinasi kekuatan dan terdiri dari dua fase α dan β1, β1 ini lebih
keuletan yang bagus. Sangat baik untuk keras dang getas sehingga kuningan ini
barang-barang yang harus mengalami sulit dicold work, tetapi pada temperatur
tingkat cold-work yang tinggi pada saat yang agak tinggi β1 berubah menjadi β yang
pembuatannya. Sifat tahan korosinya agak sangat plastik, sehingga mudah dihot work,
kurang baik bila dibandingkan dengan red terutama bila dipanaskan mencapai derah
brass yang mengandung lebih sedikit seng. fase tunggal β.
Yellow αlpha brass cenderung akan
mengalami season cracking (stress Yang banyak digunakan adalah Munix
corrostion cracking) yaitu retak yang terjadi metal (60Cu-40Zn), yang mempunyai
akibat korosi yang terjadi karena adanya kekuatan tinggi dan sangat baik untuk
tegangan sisa (residual stress). Tegangan dihotwork. Bila didinginkan cepat dari
sisa ini terjadi setelah mengalami deformasi daerah β maka α tidak sempat terbentuk,
dingin pada proses pengerjaan. Karena itu sehingga struktur pada temperatur kamar
untuk mencegah timbulnya season tetap β. Dengan pemanasan kembali pada
cracking, setelah dideformasi dingin harus temperatur yang lebih rendah akan ada
diikuti dengan dipanaskan kembali sekitar sedikit α yang keluar. Dengan demikian
600C untuk menghilangkan tegangan sisa dimungkinkan untuk melakukan Heat
(stress relief annealing). treatment terhadap kuningan ini. Kuningan
ini banyak digunakan untuk Condenser
5.3. Red Brass head and tube, valve dll. Sifat machinability
nya dapat diperbaiki dengan menambahkan
Kandungan Sengnya lebih sedikit (5-20%), sedikit timah hitam. Free cutting brass
keuletan cukup tinggi, sifat tahan korosinya (61,5Cu-35,5Zn-3Pb) mempunyai sifat
lebih baik, tidak ada kecenderungan machinability yang paling baik.
terjadinya season cracking, dan
dezincification. Hanya saja agak sulit Penambahan timah putih akan menaikkan
dimachining, dan harganya lebih mahal dari sifat tahan korosi terhadap air laut. Naval
pada yellow alpha brass. brass (60Cu-39,25Zn-0,75Sn) banyak
Gilding metal (5%Zn) dapat digunakan digunakan untuk pelat kondensor, poros
untuk koin, mendali, emblem, plaket, dll, propeller, batang katup dll. Penambahan
terutama yang akan dipolesi halus dan sedikit timah hitam juga akan memperbaiki
dilapisi emas. machinability. Manganase brass (58,5Cu-
Commercial bronze (10%Zn) berwarna 39Zn-1,4Fe-1Sn-0,1Mn) memiliki kekuatan
mirip perunggu, mudah dicold work maupun yang tinggi dikombinasikan dengan sifat
dihot-work, digunakan untuk sekrup, tahan aus yang sangat baik, banyak
keeling, benda tempaan, dan lain-lain. digunakan untuk pelat kopling, poros,
batang katup, pompa, kawat las dan lain-
Red brass (15%Zn) mempunyai sifat tahan lain.
korosi yang terbaik diantara semua
kuningan dan sangat baik untuk alat-alat
yang berhubungan dengan air sadah,
karena banyak dipakai untuk pipa-pipa
radiator, kondensator dan lain-lain.

Low brass (20%Zn) banyak digunakan


untuk benda-banda hiasan, alat musik, pipa
fleksibel dan bebagai benda yang dibuat
dengan deep drawing.
52 Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No. 2, Mei 2010

6. Diagram Alir penelitian

Gambar 4. Bram kuningan sisa-sisa


permesinan

7.2. Cetakan

Pemilihan cetakan dipilih menggunakan


pasir cetak, lebih spesifiknya memilih pasir
gunung dan pasir silika untuk membuat
cetakan. Pasir cetak yang dipilih harus
memenuhi sifat-sifat persyaratan sebagai
berikut:
- Mempunyai sifat mampu bentuk
- Permeabilitas yang cocok
- Distribusi besar butir yang merata
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian - Tahan panas terhadap temperatur logam
yang dituang.
- Mampu dipakai lagi
7. Bahan Penelitian dan Cetakan - Pasir harus murah.
7.1. Bahan Penelitian
8. Peleburan dan Penuangan
Bahan yang akan dilebur berasal dari
rosokan kuningan dan gram kuningan sisa- 8.1. Persiapan Peleburan
sisa permesinan. Bahan yang diambil
dengan pertimbangan komposisi yang Bahan-bahan yang dipersiapkan sebelum
masih belum diketahui secara pasti proses peleburan antara lain:
kandungannya tanpa memperhitungkan
rosokan kuningan berasal. - Bahan baku yang terdiri dari:

• Kuningan bekas, merupakan bahan


baku yang paling umum dipakai.

• Gram kuningan sisa-sisa permesinan.

- Bahan bakar, yang berupa minyak tanah.

- Batang karbon, pemberian batang


karbon dimaksudkan agar terak dapat
mudah terangkat sehingga kuningan cair
benar-benar bersih sewaktu akan
dituang.
Gambar 3. Rosokan kuningan
Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No. 2, Mei 2010 53

8.2. Penyalaan dan Peleburan


Pada Temperatur cairan yang terlalu tinggi
Penyalaan disiapkan kira-kira 5 sampai 6 dapat menyebabkan kehilangan Seng
jam sebelum dilakukan penuangan. Dalam karena penguapan sedangkan pada
peleburan kuningan ini, campuran terdiri temperatur yang terlalu rendah
dari rosokan kuningan dan gram kuningan menyebabkan penghilangan gas yang tidak
sisa-sisa permesinan dimasukkan kedalam cukup. Titik cair dari berbagai paduan
Dapur Kowi. Setelah mencair baru kuningan cor seperti pada Tabel 1.
dilakukan penambahan batang karbon.

Tabel 1. Titik cair paduan kuningan cor

Bahan Titik Cair


85% Cu – 15% Zn 1.150 – 1.2000C
70% Cu – 30% Zn 1.080 – 1.1300C
60% Cu – 40% Zn 1.030 – 1.0800C
(Tata Surdia, 1982, Teknik Pengecoran Logam, Hal. 169)

Pada penelitian ini pengukuran temperatur pada logam cair, hal ini akan menyebabkan
diabaikan, yaiu dengan menggunakan terjadinya cacat.
teknik pengamatan warna logam cair dan
tingkat kekentalan yang dihasilkan selama
proses peleburan, pengamatan Temperatur
optimal dalam peleburan kuningan ini
adalah bila tampak warna nyala api yang
terang dan jernih.

Gambar 6. Penuangan

Gambar 5. Peleburan
10. Hasil Pengujian Komposisi Kimia
9. Penuangan Logam Cair Hasil pengujian komposisi kimia terlihat
Dalam penuangan logam cair, selain pada Tabel 2.
temperaturnya dijaga agar tidak terlalu
tinggi, kuningan cair harus benar-benar Table 2. Hasil Uji Komposisi Kimia
bersih dari terak-terak yang terkandung di Unsur Berat %
dalamnya. Oleh karena itu sebelum dituang
kuningan cair diberi batang karbon dari batu Sn 0.06374
baterai secukupnya. Hal ini bertujuan agar Pb 0.45838
terak-terak yang terkandung dapat dengan Zn 34.5060
mudah terangkat ke atas sehingga Al 0.72241
pengambilannya mudah. Mn 0.08388
Ni 0.05578
Penuangan dilaksanakan dengan manual Sb 0.01248
secara kontinyu dan tidak terputus sampai Cu 65.4930
volume penuangan penuh. Jika penuangan
terputus maka proses pembekuannya tidak Hasil pengujian Komposisi bahwa coran
sempurna karena adanya perbedaan suhu Kuningan ini mengandung unsur utama
54 Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No. 2, Mei 2010

yaitu Tembaga (Cu) sebesar 65,493 %, 12. Hasil Pengujian Kekerasan Bahan
Seng (Zn) sebesar 34,506 % serta unsur-
unsur paduan Timah (Sn) sebesar 0,06374 Table 4. Hasil Uji Kekerasan Brinel
%, Timbal (Pb) sebesar 0,45838 %, Nikel Kekerasan Brinell
(Ni) sebesar 0,05578 %, Aluminium (Al) No
HB (Kg/mm 2 )
sebesar 0,72241 %, dan unsur Submit (Sb)
0.01248 %, paduan Kuningan ini 1 108.66
kecenderungannya membentuk fasa α 2 110
murni (Gambar 1. Diagram Fasa Cu-Zn). 3 112.66
Rata-
110.33
rata
11. Hasil Pengujian Tegangan
Regangan

Tabel 3. Hubungan tegangan regangan

Gambar 8. Grafik Nilai Kekerasan Rata-rata

Dari hasil pengujian Kekerasan, terlihat


pada Tabel 4 bahwa didapatkan
Kekerasannya adalah 110.44 kg/mm2. Hal
ini dipengaruhi kandungan unsur Seng
34.5%, mampu meningkatkan kekerasan
dan kekuatannya, begitu juga unsur
Mangan (Mn) mampu memperbaiki
Kekuatan tarik dan Ketahanan ausnya.
Gambar 7. Grafik Hubungan Tegangan – Semakin besar kadar Mangan-nya akan
Regangan bertambah keras paduan yang dibentuk dan
keuletannya berkurang
Pada pengujian tarik, Kekuatan tarik
maksimum-nya 19.3055 kg/mm2 dan benda
uji mengalami deformasi (regangan) 2.833 13. Hasil Gambar Struktur Mikro
%. Coran Kuningan ini termasuk logam
yang memiliki keuletan yang kurang baik
(getas).. Hal ini dapat diperbaiki dengan
penambahan unsur Aluminium (AL) untuk
memperbaiki keuletannya, unsur Seng (Zn)
memperbaiki kekuatannya serta
meningkatkan mampu bentuk.. Paduan
Nikel (Ni) juga memberikan sumbangan
pada kekuatan, walau beberapa sifat
larutan padat nikel yaitu ulet, kuat dan
tahan korosi.
Gambar 9. Struktur mikro kuningan
perbesaran 100x
Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No. 2, Mei 2010 55

Dari Struktur mikro pada Gambar 9, terlihat permukaan yang halus, juga memperbaiki
fasa β seperti garis yang tak beraturan dan sifat gesek.
fasa α penyebarannya lebih mendominasi.
Penyebarannya fasa α dan fasa β yang Dari Tabel 5. terlihat bahwa hasil penelitian
hampir seimbang. Fasa β yang didominasi ini termasuk logam jenis Kuningan CuZn
oleh unsur Seng dengan bentuk garis tak 4D lembek. Hasil Coran ini Tegangan Tarik
beraturan tersebut kecenderungannya dan Regangannya kurang dari yang
mempunyai sifat meningkatkan Kekuatan diijinkan. Sedangkan Kekerasanya berada
tarik sedangkan pengaruh unsur Timbal pada daerah yang dijinkan. Maka dapat
(Pb) dalam Kuningan dapat mengendap diambil kesimpulan bahwa Logam hasil
dalam batas butir, didalam butir coran ini kurang memenuhi syarat untuk
terdispersikan secara halus, hal ini akan komponen permesinan.
memperbaiki mampu mesin dan membuat

Tabel 5. Beberapa Sifat Mekanis dari Logam-logam yang banyak Dipakai

(Sumber : Van Vliet, Teknologi Untuk Bangunan Mesin Bahan–Bahan 1 )

14. Kesimpulan 2) Kekuatan Tarik maksimumnya adalah


19.3055 kg/mm2 sedangkan
1) Hasil pengujian komposisi kimia Kekerasan adalah HB 110.44 kg/mm2.
menunjukkan bahwa Kuningan rosokan logam ini termsuk jenis Kuningan CuZn
mengandung unsur utama yaitu 4D lembek. Maka dapat diambil
Tembaga (Cu) sebesar 65,493 % dan kesimpulan bahwa Logam hasil coran
seng (Zn) sebesar 34,506 % serta ini kurang memenuhi syarat untuk
unsur-unsur paduan lainnya, kuningan komponen permesinan.
ini baik digunakan pada pengerjaan
dingin.
56 Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No. 2, Mei 2010

15. Saran
Untuk meningkatkan Kekuatan tarik dan
ketangguhannya maka perlu ditambahkan
sedikit unsur Aluminium dan Antimon

Daftar Pustaka

Amstead, B.H., 1997, Teknologi Mekanik


Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Alfred Jensen, 1991, Kekuatan Bahan
Terapan, Penerbit Erlangga, Jakarta
Bishop R.J., 2000, Metalurgi Fisik Modern
dan Rekayasa Material, Penerbit
Erlangga, Jakarta
Dieter G. E., 1988, Metalurgi Mekanik,
Penerbit Erlangga, Jakarta
JIS HAND BOOK, 1972, Ferrous Metal and
Metallurgy.
Sumanto, 1994, Pengetahuan Bahan Untuk
Mesin dan Listrik, Penerbit Andi
Offset, Yogyakarta
Tata Surdia, 1982, Teknik Pengecoran
Logam, PT Pradnya Paramita,
Jakarta.
Tata Surdia, 1999, Pengetahuan Bahan
Teknik, PT Pradnya Paramita,
Jakarta.
Van Vlack, L.H., 1991, Ilmu Dan Teknologi
Bahan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Van Vliet, G.L.J., 1984, Teknologi Untuk
Bangunan Mesin Bahan–Bahan 1,
Penerbit Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai