Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

Di susun oleh :
Nama : Vernanda Riftiani
Nim : 820163106

Nama : Ulfiya Afrida


Nim : 820163103
Prodi : S1 - Ilmu Keperawatan
Kelas : 3-A
Semester : 6 (enam)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN AJARAN 2018/2019
Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax. +62 291 437 218
Website: www.umkudus.ac.id Email: sekretariat@umkudus

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi Anemia

1
Aniemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Behrman E
Richard, IKA Nelson ; 1680). Anemia adalah berkurangnya hingga
dibawah nilai normal jumlah SDM, kualitas Hb, dan volume packed red
blood cell (hematokrit) per 100 ml darah (Syilvia A. Price. 2006). Anemia
adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah dan kadar
hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan)
fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan
Hb untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia tidak merupakan satu
kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai proses patologik yang
mendasari (Smeltzer C Suzane, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah
Brunner dan Suddarth ; 935).

2. Etiologi
Ada beberapa jenis anemia sesuai dengan penyebabnya :
a. Anemia Pasca Pendarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang massif seperti kecelakaan,
operasi dan persalinan dengan perdarahan atau yang menahun seperti
pada penyakit cacingan.
b. Anemia Defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah.
c. Anemia Hemolitik
Terjadi penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan karena :
1) Factor Intrasel

2
Misalnya talasemia, hemoglobinopati (talasemia HbE, sickle cell
anemia), sferositas, defisiensi enzim eritrosit (G – 6PD,
piruvatkinase, alutation reduktase).
2) Factor Ekstrasel
Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompatibilitas
golongan darah, reaksi hemolitik pada transfuse darah).
d. Anemia Aplastik
Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah sum sum tulang
(kerusakan sumsum tulang).

3. Manifestasi Klinis
Karena system organ dapat terkena, maka pada anemia dapat
menimbulkan manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan
timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi, tingakat aktivitasnya,
keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia. Secara umum
gejala anemia adalah :
a. Hb menurun (< 10 g/dL), thrombosis / trombositopenia, pansitopenia
b. Penurunan BB, kelemahan
c. Takikardi, TD menurun, penurunan kapiler lambat, ekstremitas dingin,
palpitasi, kulit pucat.
d. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang
buruk (bayi).
e. Sakit kepala, pusing, kunang – kunang, peka rangsang.

4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi), hal ini

3
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah yang menyababkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan
dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal, ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas 1.5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel
darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan menganai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsy, dan
ada tidaknya hiperbilirubinemia.
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang
anak – anak. Bayi cukup bulan yang lahir dan ibu nonanemik dan bergizi
baik, memiliki cukup persediaan zat besi sampai berat badan lahirnya
menjadi dua kali lipat umumnya saat berusia 4 – 6 bulan. Sesudah itu zat
besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika
asupan zat besi beri makanan tidak mencukupi terjadi anemia defisiensi
zat besi. Hal ini paling sering terjadi pengenalan makanan padat yang
terlalu dini (sebelum usia 4 – 6 bulan) dihentikannya susu formula bayi
yang mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dab minum susu
sapi berlebihan tanpa tambahan makanan padat kaya besi. Bayi yang tidak
cukup bulan, bayi dengan perdarahan perinatal berlebihan atau bayi

4
dari ibu yang kurang gizi dan kurang zat besi juga tidak memiliki
cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini berisiko lebih tinggi menderita
anemia defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan banyak
darah yang kronik. Pada bayi hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik
yang disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas.
Pada anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1 – 7 ml dari
saluran cerna setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
Pada remaja puteri anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena
menstruasi.
Anemia aplastik diakibatkan oleh karena rusaknya sumsum tulang.
Gangguan berupa berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat
terhentinya pembentukan sel hemotopoetik dalam sumsum tulang. Aplasia
dapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga system hemotopoetik
(eritropoetik, granulopoetik, dan trombopoetik).
Aplasia yang hanya mengenai system eritropoetik disebut
eritroblastopenia (anemia hipoplastik) yang mengenai system
trombopoetik disebut agranulositosis (penyakit Schultz), dan yang
mengenai system trombopoetik disebut amegakariositik trombositopenik
purpura (ATP). Bila mengenai ketiga system disebut panmieloptisis atau
lazimnya disebut anemia aplastik.
Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik. Asam
folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA, yang paling
penting sekali untuk metabolisme inti sel dan pematangan sel.

5
5. Pathway
Defisiensi sumsum
Perdrahan Eritrosit Defisiensi besi, tulang kongengital
massif premature B12, Fe / akibat obat –
Obatan
Kehilangan Unsure eritrosit Kekurangan
banyak darah pendek akibat bahan baku Pembentukan sel
penghancuran sel pembuat sel hemopoetik
darah merah darah merah terhenti /
Transfuse berkurang
darah

Hb menurun (<10 g/dL),


Ansietas trombositosis/trombositopeni, Resti infeksi
panisitopenia

Gastrointestinal Kardiovaskuler

Gangguan absorbs nutrient Perubahan nutrisi Kontraksi anteriol


yang diperlukan untuk kurang dari
pembentukan sel darah merah kebutuhan tubuh

Pengiriman O2 dan nutrient ke Penguranagan aliran drah dan komponennya


sel berkurang ke organ tubuh yang kurang vital ( anggota
gerak ), penambahan aliran darah ke otak dan
jantung
Penurunan BB,
kelemahan

Pengiriman O2 dan nutrisi ke sel


Intoleransi berkurang
aktivitas

Takikardia, TD , pengisisan
kapiler lambat, ektremitas dingin, Perubahan perfusi jaringan
palpitasi, kulit pucat.

Sumber : Amin Huda Nurarif (Aplikasi Nanda Nic Noc).

6
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostic :
a. Jumlah darah lengkap Hb dan Ht menurun.
1) Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (Aplastik), MCV
dan MCH menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik
(DB), peningkatan (AP), pansitopenia (aplastik).
2) Jumlah retikulosit bervariasi : menurun (AP), meningkat
(hemolisis).
3) Penurunan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengidentifikasikan tipe khusus anemia).
4) LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi.
5) Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnose anemia.
6) Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7) SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
b. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal /
tinggi (hemolitik).
c. Hb elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb.
d. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)
e. Folat serum dan vit. B12 : membantu mendiagnosa anemia.
f. Besi serum : tidak ada (DB), tinggi (hemolitik).
g. TIBC serum : menurun (DB).
h. Masa perdarahan : memejang (aplastik).
i. LDH serum : mungkin meningkat (AP).
j. Tes Schilling : penurunan eksresi vit B12 urin (AP)
k. Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster,
menunjukan perdarahan akut / kronis (DB)
l. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak
adanya asam hidroklorotik bebas (AP).
m. Aspirasi sumsum tulang /
pemeriksaan biopsy : sel mungkin
tampak berubah dalam jumlah, ukuran,
bentuk, membedakan tipe anemia.

7
n. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan,
perdarahan GI.

7. Penatalaksanaan
a. Anemia Karena Perdarahan
Pengobatan terbaik adalah transfuse darah. Pada perdarahan kronik
diberikan transfuse packed cell. Mengatasi rejatan dan penyebab
perdarahan. Dalam keadaan darurat pemberian cairan intravena dengan
cairan infuse apa saja yang tersedia (Keperawatan Medikal Bedah 2).
b. Anemia Defesiensi
Anemia defisiensi besi (DB). Respon regular DB terhadap sejumlah
besi cukup mempunyai arti diagnostic, pemberian oral garam ferro
sederhana (sulfat, glukanat, fumarat). Merupakan terapi yang murah
dan memuaskan. Preparat besi parenteral (dektram besi) adalah bentuk
yang efektif dan aman digunakan bila diperhitungkan dosis tepat,
sementara itu keluarga harus diberi edukasi tentang diet penerita, dan
konsumsi susu harus dibatasi lebih baik 500 ml/24 jam. Jumlah
makanan ini mempunyai pengaruh ganda yakni jumlah makanan yang
kaya akan besi bertambah dan kehilangan darah karena intolerasni
protein susu sapi tercegah (Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1692).
Anemia defesiensi asam folat, meliputi pengobatan terhadap
penyebabnya dan dapa dilakukan pula dengan pemberian /
suplementasi asam folat oral 1 mg/hari (Mansjoer Arif, Kapita Selekta
Kedokteran ; 553).
c. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik autoimun. Terapi inisial dengan menggunakan
prednisone 1 -2 mg/kg/BB/hari. Jika anemia mengancam hidup,
transfuse harus diberikan dengan hati – hati. Apabila prednisone tidak
efektif dalam menanggulangi kelainan itu, atau penyakit mengalami
kekambuhan dalam periode tapperingoff dari prednisone maka
dianjurkan untuk dilakukan splektomi. Apabila keduanya tidak

8
menolong, maka dilakukan terapi dengan menggunakan berbagai jenis
obat imunosupresif. Immunoglobulin dosis tinggi intravena (500
mg/kg/BB/hari selama 1 – 4 hari ) mungkin mempunyai efektifitas
tinggi daam mengontrol hemolisis. Namun efek pengobatan ini hanya
sebentar (1 – 3 minggu) dan sangat mahal harganya. Dengan demikian
pengobatan ini hanya digunakan dalam situasi gawat darurat dan bila
pengobatan ini hanya digunakan prednisone merupakan kontra indikasi
(Manjoer Arif, kapita Selekta Kedokteran ; 552). Anemia hemolitik
karena kekurangan enzim. Pencegahan hemolisis adalah cara terapi
yang paling penting. Transfuse tukar mungkin terindikasi untuk
hiperbillirubenemia pada neonates. Transfuse eritrosit terpapar
diperlukan untuk anemia berat atau kritis aplastik. Jika anemia terus
menerus berat atau jika diperlukan transfuse yang sering, splektomi
harus dikerjakan setelah umur 5 – 6 tahun ( Behrman E Richard, IKA
Nelson ; 1713). Sferositosis herediter. Anemia dan hiperbilirubenemia
yang cukup berat memerlukan fototerapi atau transfuse tukar, karena
sferosit pada SH dihancurkan hampir seluruhnya oleh limfa, maka
splektomi melenyapkan hampir seluruh hemolisis pada kelainan ini.
Setelah splenektomi sferosis mungkin lebih banyak, meningkatkan
fragilitas osmotic, tetapi anemia retikalositosis dan hiperbilirubinemia
membaik (Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1700). Thalasemia.
Hingga sekarang tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya.
Transfuse darah diberikan bila kadar Hb telah rendah (kurang dari 6%)
atau bila anak mengeluh tidak mau makan atau lemah. Untuk
mengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan ion chelating agent,
yaitu Desferal secara intramuscular atau intravena. Splenektomi
dilakukan pada anak lebih dari 2 tahun sebelum didapatkan tanda
hiperplenome atau hemosiderosis. Bila kedua tanda itu telah tampak,
maka splenektomi tidak banyak gunanya lagi. Sesudah splenektomi
biasanya frekuensi transfuse darah menjadi jarang. Diberikan pula

11

9
bermacam – macam vitamin, tetapi preparat yang mengandung besi
merupakan indikasi kontra (Keperawatan Medikal Bedah 2).
8. Pengakajian
a. Identitas klien dan keluarga
Nama, umur, TTL, nama ayah / ibu. Pekerjaan ayah / ibu, agama,
pendidikan, alamat.
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,
kelemahan, pusing.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
Prenatal : ibu Selma hamil pernah menderita penyakit berat,
pemeriksaan kehamilan barapa kali, kebiasaan pemakaian obat –
obatan dalam jangka waktu lama.
Intranasal : usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa
panjang dan berat badan waktu lahir.
Postnatal : keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma post
partun akibat tindakan misalnya forcep, vakum dan pemberian ASI.
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Adaya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi.
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demma tinggi.
4) Adanya riwayat penyakit ISPA.
e. Keadaan kesehatan saat ini
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala gelisah,
diaphoresis, takikardi dan penurunan kesadaran.
f. Riwayat keluarga
1) Riwayat anemia dalam keluarga.
2) Riwayat penyakit – prnyakit seperti :
kanker, jantung, hepatitis, DM, asthma,
penyakit – penyakit insfeksi saluran
pernafasan.

10
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : keadaan tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran :
Composmentis kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat
kesadaran apatis, somnolen, spoor, coma.
3) Tanda – tanda vital
TD : tekanan darah menurun ( N : 90 – 110 / 60 – 70 mmHg)
N : frekuensi nadi meningkat , kuat samapai lemah ( N : 60 –
100 x/i)
S: bias meningkat atau menurun ( 36, 5 – 37, 20C )
RR: meningkat ( anak N : 20 – 30 x/i ).
4) TB dan BB : menurut rumus dari Behermen, 1992 pertambahan
BB anak adalah sebagai berikut :
a) Lahir -3,25 kg
b) 3 – 12 bulan = umur (bulan ) – 9
2
c) 1 – 6 tahun = umur (tahun ) x 2 – 8
d) 6 – 12 tahun = umur (tahun ) x 7 -5
2
Tinggi badan rata – rata waktu lahir adalah 50 cm. secara garis
besar, tinggi badan anak dapat diperkirakan, sbb :
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir
6 tahun : 1,5 x TB setahun
13 tahun : 3 x TB lahir
Dewasa : 3,5 x TB lahir ( 2 x TB 2 tahun ).
5) Kulit
Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat
perdarahan dibawah kulit.
6) Kepala
Biasanya bentuk dalam batas normal.

11
7) Mata
Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, skelra tidak
ikterik, terdapat perdarahan sub conjugtiva, keadaan pupil,
palpebra, reflex cahaya biasanya tidak ada kelainan.
8) Hidung
Keadaan / bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung,
fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan.
9) Telinga
Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan.
10) Mulut
Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibi pecah –
pecah atau perdarahan.
11) Leher
Terdapat pembedaran kelenjar getah bening, thyroid lebih
membesar, tidak ada distensi vena jugularis.
12) Thoraks
Pergerakan dada, biasanya pernafasan cepat irama tidak teratur.
Fremitus yang meninggi, perkusi sonor, suara nafas bias veskuler
atau ronchi, wheezing,. Frekuensi nafas neonates 40 – 60 x/I, anak
20 – 30 x/i irama jantung tidak teratur, frekuensi pada anak 60 –
100 x/i.
13) Abdomen
Cekung, pembesaran hati, nyeri, bissing usus normal dan juga bias
dibawah normal bias juga meningkat.
14) Genetalia
Laki – laki, testis sudah turun kedalam skrotum
Perempuan : labia minora tertutup labia mayora.
15) Ekstremitas
Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang,
akral dingin.
16) Anus
Keadaana anus, posisinya, anus +
17) Neurologis
Refleksi fasiologis + sperti reflex patella, reflex patologis – seperti
babinski tanda kerniq – dan brunzinski 1 – 11 = -
9. Pemeriksaan Penunjang
Kadar Hb turun, pemeriksaan darah : eritrosit dan berdasarkan penyebab.
a. Riwayat Social
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah tempat
tinggal, orang yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan,
pekarangan, pembuangan sampah.
b. Kebutuhan Dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia, diet
yang harus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang dugunakan jika
ada. Pola tidur bias terganggu. Mandi dan aktivitas : dapat terganggu
berhubungan dengan kelemahan fisik. Eliminasi : biasanya terjadi
perubahan frekuensi, konsistensi bisa diare atau konstipasi.
c. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kognitif, dan
bahasa.
d. Data Psikologis
Akibat dampak hospitalisasi, anak menjadi cengeng, menangis, dan
terlihat cemas dan takut. Orang tua terhadap penyakit anaknya sangat
bervariasi. Psikologis orang tua yang harus diperhatikan :
1) Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya
2) Pengalaman sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi
3) Prosedur medic yang akan dilakukan
4) Adanya support system
5) Kemampuan koping orangtua
6) Agama, kepercayaan, adat.
7) Pola komunikasi dalam keluarga.
10. Diagnose Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna / absorbsi nutrient yang diperlukan untuk
pembuatan SDM normal.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pengiriman
oksigen ke jaringan.
e. Ansietas berhubungan dengan prosedur diagnostic / transfuse.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak
adekuat misal penurunan hemoglobin, penurunan granulosit.

11. Intervensi
Dx. Kep Tujuan Intervensi

Perubahan Perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji vital


Jaringan keperawatan selama 3 x 24 jam sign
Berhubungan diharapakan perfusi jaringan 2. Tinggikan
dengan penurunan adekuat. Criteria hasil : kepala
komponen seluler Indicator Awl Tuj tempat tidur
yang diperlukan 1. Membrane sesuai
untuk pengiriman mukosa toleransi
O2 / nutrisi ke sel warna merah 3. Catat
muda adanya
2. Tidak ada keluhan
sesak rasa dingin
3. Tidak ada 4. Berkolabora
sianosis si dalam
4. Akral hangat pemberian
Ket : transfuse,
1. Ekstrim pemeriksaa
2. Berat n Hb/Ht.
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan
Gangguan rasa Setelah dilakukan tidakan 1. Kaji
nyaman nyeri keperawatan selama 3 x 24 jam manajeme
Berhubungan diharapkan nyeri pada anak dapat n nyeri
dengan proses berkurang / teratasi. Criteria hasil 2. Ukur TTV
penyakit : 3. Atur posisi
Indicator Awl Tuj / berikan
1. Tidak ada posisi
perilaku yang
distraksi nyaman
2. Klien tampak 4. Ajarkan
rileks tentang
3. Skala nyeri teknik non
berkurang farmakolo
4. TTV dalam gi
batas normal 5. Berikan
Ket. obat sesuai
1. Ekstrim indikasi
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan
Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Catat
berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam penurunan
dengan prosedur diharapkan cemas pada anak perilaku
diagnostic / dapat teratasi. Criteria hasil : 2. Tingatkan
transfuse Indicator Awl Tuj perhatian
1. Klien tidak dengan
takut pasien
2. Klien tampak 3. Anjurkan
nyaman keluarga
3. Klien tidak tetap
menangis saat bersama
dilakukan klien
tindakan saat 4. Jelaskan
diberikan obat tujuan
Ket : pemberian
1. Ekstrim tindakan
2. Berat pada klien
3. Sedang dan
4. Ringan keluarga
5. Tidak ada keluhan 5. Berikan
lingkunga
n yang
tenang dan
istirahat.
Intoleransi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji
aktivitas keperawatan selama 3x24 jam kemampuan
berhubungan Dapat mempertahankan ADL
dengan /meningkatkan ambulasi pasien.
ketidakseimbanga /aktivitas. Dengan kriteria hasil : 2. Kaji
n antara suplai kehilangan
oksigen atau

18
(pengiriman) dan Indicator Awl Tuj gangguan
kebutuhan. 1.melaporkan keseimbang
peningkatan an, gaya
toleransi jalan dan
aktivitas kelemahan
(termasuk otot
aktivitas 3. Observasi
sehari-hari) tanda-tanda
2.menunjukka vital
n penurunan sebelum
tanda dan sesudah
intolerasi aktivitas.
fisiologis, 4. Berikan
misalnya lingkungan
nadi, tenang,
pernapasan, batasi
dan tekanan pengunjung
darah masih , dan
dalam kurangi
rentang suara
normal. bising,
Ket : pertahankan
1. Ekstrim tirah baring
2. Berat bila di
3. Sedang indikasikan.
4. Ringan 5. Gunakan
5. Tidak ada keluhan teknik
menghemat
energi,
anjurkan
pasien

19
istirahat
bila terjadi
kelelahan
dan
kelemahan,
anjurkan
pasien
melakukan
aktivitas
semampuny
a (tanpa
memaksaka
n diri).
Perubahan nutrisi setelah dilakukan asuhan 1. kaji riwayat
kurang dari keperawatan selama 3x24 jam nutrisi
kebutuhan tubuh Kebutuhan nutrisi terpenuhi. termasuk
berhubungan makanan
dangan kegagalan yang di
untuk mencerna Dengan kriteria hasil: sukai
atau ketidak Indicator awl Tuj 2. Observasi
mampuan 1. Menunujukka dan catat
mencerna n peningkatan masukan
makanan /absorpsi /mempertahan makanan
nutrient yang kan berat pasie
diperlukan untuk badan dengan 3. Timbang
pembentukan sel nilai BB setiap
darah merah laboratorium hari.
normal. 4. Berikan
2. Tidak makanan
mengalami sedikit dan
prekuensi

20
tanda mal serin
nutrisi. 5. Observasi
3. Menununjukk dan catat
an perilaku, kejadian
perubahan mual atau
pola hidup muntah,flatu
untuk s dan gejala
meningkatkan lain yang
dan atau berhubunga
mempertahank n.
an berat badan 6. Berikan dan
yang sesuai. Bantu
Ket : hygiene
1. Ekstrim mulut yang
2. Berat baik
3. Sedang sebelum dan
4. Ringan sesudah
5. Tidak ada keluhan makan,guna
kan sikat
gigi Halus
untuk
Penyikatan
yang
lembut.berik
an Pencuci
mulut Yang
di Encerkan
bila Mukosa
oral luka.
Risiko tinggi setelah dilakukan asuhan 1. Tingkatkan
terhadap infeksi keperawatan selama 3x24 jam cuci Tangan

21
berhubungan Infeksi tidak terjadi. Dengan yang baik ;
dengan tidak kriteria hasil : oleh
adekuatnya Indicator Awl Tuj pemberi
pertahanan 1. mengidentifi perawatan
sekunder kasi perilaku dan pasie
(penurunan untuk 2. mungkin
hemoglobin mencegah/m digunakan
leucopenia, atau enurunkan secara
penurunan risiko infeksi. propilaktik
granulosit 2. meningkatka untuk
(respons inflamasi n menurunkan
tertekan). penyembuha kolonisasi
n luka, bebas atau untuk
drainase pengobatan
purulen atau proses
eritema, dan infeksi local
demam. 3. Pertahankan
Ket : teknik
1. Ekstrim aseptic ketat
2. Berat pada
3. Sedang prosedur/per
4. Ringan awatan luka
5. Tidak ada keluhan 4. Berikan
perawatan
kulit,
perianal dan
oral dengan
cermat
5. Motivasi
perubahan
posisi/ambul

22
asi yang
sering,
latihan
batuk dan
napas dalam
6. Tingkatkan
masukkan
cairan
adekuat
7. Pantau/batas
i
pengunjung.
Berikan
isolasi bila
memungkin
kan
8. Pantau suhu
tubuh. Catat
adanya
menggigil
dan
takikardia
dengan atau
tanpa
demam
DAFTAR PUSTAKA

Andrea Saferi Wijaya, dkk. 2013. KMB 2. Yogyakarta : Nuha Medika

Nurarif, Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & Nanda Nic Noc. Yogyakarta : Mediaction Publishing

Wijaya Andra Saferi, Yessi Mariza Putri. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal
Bedah ( Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Medical Book

Soebroto, Ikhsan. 2010. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta :


Bangkit
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama

Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai