TUGAS Uas Rop
TUGAS Uas Rop
Oleh:
Nama : Farda Arifta Nanizza
NIM : 115100301111054
Kelas :L
Proses termal adalah suatu proses yang berlangsung akibat dari efek termal.
Efek termal alami terjadi akibat adanya gradien suhu dan atau gradien kecepatan
(sehingga ada aliran materi dan energi), serta gradien konsentrasi. Proses termal
(thermal process) termasuk ke dalam proses pengawetan yang menggunakan energi
panas. Tujuan utama proses termal adalah mematikan mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit dan menimbulkan kebusukan pada produk yang dikemas
dengan kemasan yang hermetis, seperti kaleng, retort pouch, atau gelas jar. Proses
termal merupakan salah satu proses penting dalam pengawetan pangan untuk
mendapatkan produk dengan umur simpan yang panjang.
Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan suatu proses untuk memperlambat pertumbuhan
mikroba pada makanan. Proses ini tidak dimaksudkan untuk membunuh semua
pathogen yang terdapat pada makanan, melainkan untuk mengurangi jumlah
pathogen, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Secara umum tujuan utama
pasteurisasi adalah untuk memusnahkan sel-sel vegetatif dari mikroba patogen,
pembentuk toksin dan pembusuk. Beberapa mikroba yang dapat dimusnahkan
dengan perlakuan pasteurisasi adalah bakteri penyebab penyakit, seperti
Mycobacterium tuberculosis (penyebab penyakit TBC), Salmonella (penyebab kolera
dan tifus) serta Shigella dysenteriae (penyebab disentri). Di samping itu, pasteurisasi
juga dapat memusnahkan bakteri pembusuk yang tidak berspora, seperti
Pseudomonas, Achromobater, Lactobacillus, Leuconostoc, Proteus, Micrococcus
dan Aerobacter serta kapang dan khamir.
Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan
mikroorganisme dengan cara menghilangkan “seluruhnya” (bakteri, jamur, parasit,
virus, termasuk bakteri endospora). Sterilisasi menjadi hal yang sangat penting
dalam berbagai proses bioteknologi, salah stunya dalam proses fermentasi.
Meskipun proses fermentasi melibatkan mikroorganisme, namun seringkali
kehadiran mikroorganisme lain (kontaminan) tetap mengganggu.
Prinsip yang adalah dalah proses termal adalah sebagai penyebab inaktivasi
enzim perusak sehingga mutu produk pangan lebih stabil selama penyimpanan,
memperbaiki mutu sensori (arna, tekstur, flavor sehingga menjadi lebih di sukai),
menyebabkan perubahan daya cerna makanan, misalnya terhadap protein dan
karbohidrat, melunakkan produk sehingga mudah dikonsumsi, dan menghancurkan
komponen-komponen yang tidak diperlukanTujuan utama dari proses termal adalah
membunuh mikroba pembusuk dan pantogen dengan pemanasn sehingga dapat
meningkatkan keamanannya dan memperpanjang daya awetan dalam jangka waktu
tertentu
B. Biopolimer
Prinsip- Prinsip Biopolimer
Prinsip kerja dari proses Pulsed Electric Field (PEF) didasarkan pada aplikasi
denyut pendek pada tegangan tinggi (20-80 kV/cm) ke makanan yang ditempatkan
diantara 2 elektroda. PEF dikategorikan suatu proses non thermal karena makanan
diproses pada suhu kamar atau di bawahnya selama beberapa detik dan mampu
memperkecil kehilangan nutrisi yang disebabkan oleh pemanasan. Dalam teknologi
PEF, energi diperoleh dari tegangan tinggi sumber tegangan yang disimpan dalam
satu atau beberapa kapasitor dan dilepaskan melalui material makanan untuk
menghasilkan medan elektrik yang diperlukan. Energi yang tersimpan dalam
kapasitor dapat dilepaskan dengan cepat (dalam seper sejuta detik) pada tenaga
yang sangat tinggi. Faktor yang mempengaruhi teknologi PEF antara lain besarnya
tegangan, bahan yang digunakan, waktu, dan jenis mikroba pada bahan.
Prinsip yang digunakan dalam teknologi Pulsed Electric Field ini adalah
proses pengaplikasian kejutan listrik dengan menggunakan intensitas yang tinggi
pada bahan sehingga mampu memusnahkan mikroba pembusuk dalam waktu satu
mikrodetik sampai satu milidetik dengan pulsa yang pendek.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Proses Pulsed Electric Field
Selain itu, juga terdapat prinsip yang lain. Separasi membran adalah
pemisahan komponen berdasarkan perbedaan berat dan molekul komponen melalui
mebran semi permeabel. Pemisahan dapat dibantuk oleh beberapa katalis. Pada
membran reaktor dengan tipe Contactor, hanya terjadi proses degradasi suatu zat
karena permeabilitasnya pada membran yang disentuhnya.
A. Proses termal
Dalam bidang agroindustri, buah dan sayur segar yang telah mengalami
perlakuan perlukaan (misalnya dikupas, diiris atau dirajang) kadang-kadang tidak
langsung diolah karena berbagai faktor. Bahan yang mengalami perlukaan ketika
kontak dengan udara akan mengalami kerusakan warna, flavor dan tekstur karena
aktivitas enzim. Proses blansir dilakukan untuk inaktivasi enzim dan mencegah
terjadinya kerusakan tersebut. Blansir juga bisa dilakukan untuk mempermudah
proses pengupasan. Panas karena blansir akan melunakkan kulit bahan sehingga
mempermudah proses pelepasan kulit bahan.
Contoh aplikasi blansir pada saat memasak sayur mayur adalah sayur yang
sudah dibersihkan dimasukkan ke dalam air yang mendidih, direbus hingga berubah
warna menjadi warna yang diinginkan lalu diangkat dan langsung dicelupkan ke
dalam air dingin, umumnya air es. Tujuan proses blansir pada persoalan di atas
adalah untuk mendapatkan kematangan yang diinginkan. Pencelupan sayur ke
dalam air dingin bertujuan untuk menghentikan proses pematangan, karena seperti
yang diketahui, ketika sayur diangkat dan masih dalam keadaan panas maka proses
pematangan masih tetap berlangsung.
Secara umum, proses pasteurisasi dilakukan pada susu. Namun dalam jurnal
yang ditulis oleh Suhendri (2006), proses pemanasan akan menurunkan kadar air,
meningkatkan daya cerna protein dan menurunkan kadar protein bila terjadi reaksi
Maillard, menurunkan kadar abu, meningkatkan kadar lemak, dan menurunkan kadar
karbohidrat. Proses pemanasan relatif menurunkan kadar air, relatif tidak
mempengaruhi kadar abu, relatif menurunkan kadar protein, relatif menaikkan kadar
lemak dan karbohidrat dari tempe.
Sebagai contoh, proses sterilisasi soup memerlukan waktu yang lebih pendek
dari proses sterilisasi kornet. Cairan (kuah) soup akan membantu mempercepat
proses pindah panas (heat transfer) secara konveksi. Pada sterilisasi kornet, proses
pindah panas terjadi secara konduksi sehingga proses pemanasan berjalan lambat.
Produk pangan sterilisasi mempunyai umur simpan yang panjang dan dapat
disimpan pada suhu ruang, misalnya kornet dan cocktail buah kalengan. Produk juga
harus dilengkapi dengan keterangan tanggal kadaluarsa pada labelnya.
B. Biopolimer
Aplikasi teknologi Proses Termal pada bidang agroindustri yaitu pada
pembuatan edible film dengan menggunakan karagenan. Pada dasarnya biopolimer
itu sendiri diturunkan dari sumber daya alam yang dapat diperbarui, dapat diuraikan
dan tidak menghasilkan racun, seperti sifat plastik nonbiodegradable ino. Edible film
didefinisikan sebagai lapisan tipis dari bahan yang dapat dimakan (edible), yang
dibentuk pada pangan sebagai pelapis atau diletakkan (pra-pembentukan) pada atau
di antara komponen-komponen pangan dan bertujuan untuk menghambat migrasi
uap air, oksigen, karbondioksida, aroma, dan lipida; membawa bahan tambahan
pangan (misalnya antioksidan, antimikrobia, flavor); dan/atau memperbaiki integritas
mekanis atau penanganan karakteristik pangan. Bahan pembentuk edible film dan
coating dibagi menjadi tiga kategori, yaitu hidrokoloid seperti protein, turunan
selulosa, alginat, karagenan, pektin, plomer pati (biopolimer karbohidrat),
polisakarida lain; lipida seperti lilin (wax), asilgliserol, asam lemak (asam palmitat,
asam stearat); dan kombinasinya (komposit). Edible film dan coating dapat berfungsi
sebagai pembawa bahan tambahan pangan (antioksidan, antimikrobia, dan flavor),
dapat berperan sebagai penghambat selektif untuk mencegah transpor uap air, gas-
gas, dan zat terlarut ke bagian dalam sistem pangan yang heterogen, dan dapat
dikonsumsi bersama bahan pangan yang dikemas atau dilapisinya (Dodi, 2011).
Aplikasi Biopolimer yang selanjutnya adalah pada pembuatan edible film dari
komposit kitosan pati garut dengan pemlastis asam laurat. Pada dasarnya kitosan
adalah biopolimer alami dengan kelimpahan terbesar kedua setelah selulosa.
Pembuatan edible film dimulai dengan membuat dope dari campuranpati garut dan
kitosan. Pati garut dilarutkan dalam air panas sedangkan kitosan dilarutkan dalam
asam asetat encer (2%). Pada proses pembuatan dope, pati garut dipanaskan pada
suhu gelatinasi pati yaitu 70° C dan diaduk sampai terbentuk larutan homogen yang
kental dan berwarna putih. Kitosan dilarutkan dalam larutan asam asetat 2%,
kemudian direaksikan dengan larutan pati garut, asam laurat dan diaduk sampai
homogen, kemudian didiamkan sampai gelembung udara yang terperangkap dalam
campuran tersebut hilang. Edible film dicetak dengan menuangkan dope ke dalam
cawan petri dengan ketebalan 1 mm, dan dikeringkan pada suhu 50° C dan
kemudian edible film dilepas dari alat cetaknya dengan merendamnya pada bak
koagulan larutan NaOH 4%, kemudian edible film tersebut dicuci sampai netral dan
dikeringkan pada suhu kamar (Wafirof, 2010)
c. Pulsed electric field
Aplikasi Teknologi pulsed electric field pada bidang agroindustri adalah pada
proses pasteurisasi susu dengan teknologi PEF. Proses pasteurisasi susu dengan
Pulsed Electric Field ( PEF ) berbagai tegangan dan waktu perawatan telah dipelajari
secara eksperimental . Perhatian utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh berbagai tegangan dan waktu perlakuan pada sifat fisik susu . perlakuaan
PFE dilakukan menggunakan PEF Unit laboratorium , ditetapkan dengan tiga tingkat
perlakuaan tegangan ( yaitu 60 kV , 80 kV , dan 100 kV ) dan dilakukan dalam tiga
durasi perlakuaan yang berbeda ( yaitu 10 s , 20 s , dan 30 s ) . Efek dari variabel
kedua perawatan pada kerapatan, viskositas , kadar air , titik didih , titik beku ,
tingkat kekeruhan , tingkat merah ( + ) , dan tingkat kuning ( b + ) diselidiki .
Diterapkan tegangan tinggi dan durasi perlakuaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap viskositas , densitas dan kandungan air . mendidih titik , titik beku , tingkat
kekeruhan , tingkat merah ( + ) dan tingkat kuning ( b + ) tidak berubah secara
signifikan di antara berbagai tegangan yang diterapkan . Secara umum, variabel-
variabel yang diukur kurang dipengaruhi oleh perawatan PEF . Proses tau
tahapannya adalah Cairan susu akan masuk melalui lubang pemasukan (food inlet)
yang selanjutnya masuk dalam ruang perlakuan dengan kejutan listrik (electric field
treatment zone) diantara 2 elektroda yang dibatasi oleh membran yang dapat
menghantarkan ion-ion listrik dari elektroda. Produk akhir yang terbentuk keluar
melalui lubang pengeluaran (food outlet) (Apriliawan, 2010)
.
d. Separasi Membran
Aplikasi teknologi separasi membran pada bidang agroindustri diterapkan
pada proses pembuatan tepung. Proses atau tahapan dalam pembuatan tepung
yang menggunakan teknologi separasi membran adalah apada pada tahapan
pengayakan tepung tersebut. Tepung ini dibuat dari ampas kedelai. Untuk
menghasilkan tepung dengan tekstur halus maka pada perlakuan akhir dilakukan
pengayakan. Pengayakan dilakukan dengan menggunakan ayakan 80-100 mesh.
Pengayakan tepung ampas kedelai bertujuan untuk memisahkan ampas kering yang
masih kasar. Sehingga, didapatkan tepung yang halus dan dengan ukuran yang
sama rata ( Yustina, 2012).
Wardani, 2008. Proses Pengawetan Produk Pati. Skripsi Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Sutiyoso, 2005. Peningkatan Daya Simpan dan Kualitas Produk Pangan. PT. Penabur
Swadaya. Surabaya
Pratama, 2013. Komposisi Kandungan Senyawa Flavor Ikan Mas (Cyprinus Carpio)
Segar Dan Hasil Pengukusannya. Jurnal Akuatika Vol. IV No.1/ Maret 2013 (55 67)
Desna, Puspita, R.D., Darmasetiawan, H., dkk. 2010. Kajian Proses Sterilisasi Media
Jamur Tiram Putih terhadap Mutu Bibit yang Dihasilkan. Bogor: Institut Pertanian
Bogor. Berkala Fisika. Nomor 2 Volume 13
Dodi, H. 2011. Pengaruh Konsentrasi Karagenan Terhadap Sifat Fisik Dan Mekanik
Edible Film. Jurnal Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011
Kurnia, Gita. 2011. Studi Pembandingan Hambatan Gesek Laju Kapal Dengan
Penggunaan 60 % Biopolimer Kanji Dalam Formulasi Cat Kapal. Skripsi.
Universitas Indonesia. Depok.
Wafiroh, S., Adiarto, T., & Agustin, E.T. 2010. Pembuatan dan Karakterisasi Edible Fil
dari Komposit Kitosan-PAti Garut (Maranta Arundinaceae) dengan Pemlastis
Asam Laurat. Surabaya: Universitas Airlangga. Jurnal Matematika dan Ilmu
Pengetahuan. Nomor 1 Volume 13
Apriliawan, H. 2010. Laban Electric Alat Pasteurisasi Susu Kejut Listrik Tegangan
Tinggi (Pulsed Electric Field) Menggunakan Flyback Transformer. Malang:
Universitas Brawijaya
Yustina, I. & Abadi, F.A. 2012. Potensi Tepung dari Ampas Industri Pengolahan
Kedelai sebagai Bahan Pangan. Madura: Universitas Trunojoyo Seminar Nasional:
Kedaulatan Pangan dan Energi.
Suryani, 2012. Simulasi Pengaruh Konsentrasi Pektin pada Jus Buah. Jurnal Ilmu
Pangan, Vol. 10 No. 2, Desember 2006, Hal. : 63 – 70