Anda di halaman 1dari 2

Hormon Pengendali Siklus Estrus pada Mencit

Regulasi pada siklus estrus melibatkan interaksi resiprokal antara hormon reproduksi dari
hypothalamus, anterior pituitry, dan sel-sel telur. Interaksi antara uterus dengan sel-sel telur
juga penting. PGF2 dari uterus merupakan luteolysin alami yang menyebabkan regresi corpus
luteum dan penghentian produksi progesteron.

Progesteron memiliki peranan dominan dalam meregulasi siklus estrus. Selama fase diestrus
corpus luteum yang bekerja dengan optimal, konsentrasi progesteron yang tinggi
menghambat pelepasan FSH dan LH melalui kontorl umpan balik negatif dari hypothalamus
dan anterior pituitary.

Progesteron juga menghambat perilaku estrus. Diharapkan pada kondisi kehamilan ,


konsentrasi progesterone yang tinggi menghambat pelepasan hormon gonadotropin sebaik
menghambat perilaku estrus penigkatan kecil pada LH yang terjadi selama fase diestrus
merupakan faktor untuk mempertahankan fungsi corpus luteum.

Pada pertengahan fase diestrus meningkatkan pertumbuhan folikel dan estrogen, yang
dididahului dengan menigkatnya FSH, yang sebenarnya merupakan perubahan kecil jika
dibandingkan pada perubahan yang terjadi selama fase estrus. Jika betina tidak mengalami
kehamilan selama fase awal estrus, PGF2 akan dilepaskan dari uterus dan dibawa menuju
ovari (Anonim, 2008).

Hormon Pengendali Siklus Estrus pada Mencit


Regulasi pada siklus estrus melibatkan interaksi resiprokal antara hormon reproduksi dari
hypothalamus, anterior pituitry, dan sel-sel telur. Interaksi antara uterus dengan sel-sel telur
juga penting. PGF2 dari uterus merupakan luteolysin alami yang menyebabkan regresi corpus
luteum dan penghentian produksi progesteron.

Progesteron memiliki peranan dominan dalam meregulasi siklus estrus. Selama fase diestrus
corpus luteum yang bekerja dengan optimal, konsentrasi progesteron yang tinggi
menghambat pelepasan FSH dan LH melalui kontorl umpan balik negatif dari hypothalamus
dan anterior pituitary.

Progesteron juga menghambat perilaku estrus. Diharapkan pada kondisi kehamilan ,


konsentrasi progesterone yang tinggi menghambat pelepasan hormon gonadotropin sebaik
menghambat perilaku estrus penigkatan kecil pada LH yang terjadi selama fase diestrus
merupakan faktor untuk mempertahankan fungsi corpus luteum.

Pada pertengahan fase diestrus meningkatkan pertumbuhan folikel dan estrogen, yang
dididahului dengan menigkatnya FSH, yang sebenarnya merupakan perubahan kecil jika
dibandingkan pada perubahan yang terjadi selama fase estrus. Jika betina tidak mengalami
kehamilan selama fase awal estrus, PGF2 akan dilepaskan dari uterus dan dibawa menuju
ovari (Anonim, 2008).
Hormon yang Berperan
Pada siklus estrus hormon yang berperan adalah hormoneestrogen, hormon progesteron,
hormon FSH, hormon LH, hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan ovarium
sedangkan hormone FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone) yang
dihasilkan oleh hipofisisanterior. Hormon estrogen menyebabkan peningkatan mitosis dan
proliferasi sel-sel epitel dan proses pertandukan pada sel-sel epitel permukaan. Konsentrasi
estrogen yang tinggi pada saat estrus mengakibatkan penebalan dinding vagina dan
mengakibatkan sel- sel epitel mengalami pertandukan dan terlepas dari dinding epitel vagina.
Sel- sel pertandukan terlihat dominan pada hasil ulas vagina. Hormon FSH merangsang
pertumbuhan folikel pada ovarium dan folikel yang sedang tumbuh ini mensekresikan
hormone estrogen, dimana saat terjadinya lonjakan dari hormone estrogen, hipofisis anterior
akan meningkatkan sekresi hormon LH sehingga akan terjadi ovulasi. Setelah ovulasi LH
akan merangsang jaringan folikel yang tertinggal di ovarium, untuk membentuk korpus
luteum yang akan mensekresikan hormon progesteron. Hormon progesteron ini akan
merangsang penebalan dinding endometrium untuk mempersiapkan kehamilan jika terjadi
pembuahan.

fungsi perlakuan membasahi cutton bud dengan NaCl 0.9% bertujuan agar saat cutton bud
dioleskan di vagina mencit tidak merusak jaringannya. Sebab, larutan NaCl 0,9% merupakan
larutan fisiologis yang terdapat pada tubuh mamalia termasuk mencit (Mus musculus) dan
pHnya juga sudah disesuaikan sehingga sesuai dengan kondisi tubuh dan tidak merusak,
fungsi perlakuan mengusapkan cotton bud ke vagina mencit dengan cara memutar bertujuan
agar sampel yang terambil menghasilakan data atau hasil pengamatan yang valid karena
semua bagian pada lingkar lubang vagina telah terambil sampelnya, selanjutnya fungsi dari
mengoleskan cotton bud ke gelas obyek adalah untuk mempermudah pengamatan di
mikroskop, selanjutnya menetesi kaca objekyang telah berisi apusan vagina tersebut dengan
metylen blue 1% hingga bagian yang terdapat apusan terkena dan menunggu kurang lebih 3-5
menit berfungsi untuk memberikan pewarnaan pada apusan vagina yang telah dibuat di kaca
objek. Sebab, metylen blue 1% merupakan larutan basa yang akan berikatan dengan apusan
vagina yang bersifat asam. Perlakuan membuang kelebihan metylen blue yang berada di kaca
objek dengan cara membilasnya dengan air aquades tujuannya adalah agar tidak mengganggu
pada saat pengamatan di mikroskop. Perlakuan selanjutnya adalah mengamati preparat
tersebut di bawah mikroskop, bertujuan untuk melihat bentuk sel dan komposisi sel yang
berada pada apusan vagina. Fungsi dari menentukan gambaran sitologis apusan vagina dan
tahap siklus reproduksinya dan menganalisis ciri-cirinya disesuaikan dengan tahapan yang
paling tepat. Bertujuan untuk mengetahui tahapan siklus estrus yang sedang terjadi pada
mencit, dan perlakuan terakhir mencatat hasil pengamatan pada lembar hasil pengamatan.
Hal tersebut bertujuan untuk terus mengetahui perkembangan mencit

Hasil praktikum adalah pada praktikum pada mencit no.1 mengalami fase diestrus yaitu
terdapat epitel berinti dan banyak leukosit , pada mencit no.2 mengalami fase metestrus yaitu
terdapat epitel berinti,leukosit, dan sel epitel menanduk,dan pada mencit no.3 mengalami fase
diestrus yaitu terdapat epitel berinti dan banyak leukosit. Menurut Yatim (1994) ciri-ciri dari
fase siklus estrus adalah sebagai berikut, yaitu :
fase proestrus terdapat sel epitel biasa, fase estrus terdapat selmenanduk ( corninfied), fase
diestrus terdapat sel epitel biasa dan banyak leukosit, dan fase metestrus terdapat banyak
selepitel menunduk dan leukosit, kemudian juga sel epitel biasa

Anda mungkin juga menyukai