Kriteria desain yang kami pilih tetap disesuaikan dengan jumlah penumpang
jam puncak yang digunakan oleh Dinas Perhubungan. Pemilihan yang kami
lakukan tersebut dikarenakan angka yang dihasilkan berdasarkan Horonjeff
adalah terlalu besar dan dapat menimbulkan over-design. Pemilihan volume
perencanaan yang lebih kecil tersebut lebih dikarenakan pada tahun 2020
tersebut akan dibuka pengembangan tahap 2 BIJB, dengan jumlah
penumpang jam puncak desain yang akan lebih besar. Sehingga akan lebih
optimal apabila desain untuk pengembangan tahap 1 ini dilakukan dengan
volume perencanaan yang lebih kecil.
59
5.2 Konsep Distribusi Terminal
Berdasarkan standar IATA, jarak paling jauh untuk penumpang berjalan kaki
dimana penumpang masih merasa nyaman adalah sejauh 300 m. Panjang pier
yang kami rencanakan pada terminal penumpang BIJB ini adalah mencapai
350 m. Untuk mengatasi jarak yang jauh ini diperlukan ban berjalan (moving
walkways) agar penumpang tidak terlalu jauh berjalan serta kemyamanan
penumpang tetap dapat terjaga. Ban berjalan yang dipakai menggunakan
spesifikasi Hitachi tipe S1400MXH yang bisa melayani 9000 orang/jam
dengan kecepatan 40 m/menit. Dengan jumlah penumpang jam puncak
sebanyak 1240 orang untuk penumpang domestic dan 400 orang untuk
penumpang internasional, maka dengan spesifikasi ban berjalan yang dipakai
dapat digunakan.
G i ft S h op G i ft S ho p G i ft S ho p Gi f t Sh op
T el ep h e T el ep h e
Lo st
Cafe Cafe Nursery
bo o t h
T e l e p ho ne
A ir
po r A ir p o rt Lost
Sec u r ity and R est oran
tA ir
Starb uc ks Sho wroom Br ead Mu sho lla Gift Krispy Bus ines s Perip lu s F ou n
Ma n a g epomren t
industri Tal k Sh op Kreme Cen ter t
Jabar
Executive
Airlines Loun ge
Ai rl
Office
Ai r p Airpor t
i nes
Managemen t
T el ep
G i ft S ho p G if t Sh op
Mo ney Kr is py Bread
hon e
Gift Gift
Mo vin g
H ot el C a r Fis c a l
S e cur Te le pho n ck- oot h A T M
T axi a nd
it y e
R e nt in Po
Im rt igr a
m
ti on
usho lla Res tor an
S rv c
O ffi
R es t aur a nt R es t aur a nt
ce
Res t R es er vt He alt h
aura
nt Sh o p Sh o p
O ffic e
A ut
Sid ewalks
Execut i ve horit
Mo vin g
Airlines
T el
Lounge Office y
Res toran Sh owro om Periplus Starbuc ks
L ouE xengec ut i
ra
Res to
ve
60
5.3 Sirkulasi Terminal
61
Gambar 5.3 Sirkulasi Vertikal Terminal Domestik
62
d. jumlah penumpang internasional transfer (b) : 60 penumpang (asumsi
15% transfer)
e. jumlah penumpang domestik berangkat pada waktu sibuk (a) : 1,240
penumpang (Dishub Jabar, 2005)
f. jumlah penumpang domestik transfer (b) : 186 penumpang (asumsi 15%
transfer)
g. jumlah penumpang internasional datang pada waktu sibuk (c) : 400
penumpang (Dishub Jabar, 2005)
h. jumlah penumpang domestik datang pada waktu sibuk (c) : 1,240
penumpang (Dishub Jabar, 2005)
i. jumlah pengunjung per penumpang (f) : 4 orang (asumsi berdasarkan
kondisi sosial budaya Indonesia)
j. waktu pemrosesan check-in per penumpang (t1) : 2 menit (Horonjeff,
1994)
k. waktu pemrosesan passport per penumpang (t2) : 3 menit (rata-rata di
Bandara Soekarno-Hatta)
l. proporsi penumpang yang menggunakan mobil/taksi (p) : 0.94
(Masterplan)
m. rata-rata waktu tunggu terlama (u) : 120 menit
n. rata-rata waktu tunggu tercepat (v) : 60 menit
o. proporsi penumpang menunggu terlama (i) : 0.4
p. proporsi penumpang menunggu tercepat (k) : 0.6
q. maksimum jumlah kursi pesawat terbesar yang dilayani (m) : 400 kursi
(B 747-400)
r. waktu kedatangan penumpang pertama sebelum boarding di gate hold (g)
: 120 menit
s. waktu kedatangan penumpang terakhir sebelum boarding di gate hold (g)
: 60 menit
t. kebutuhan ruang per penumpang (s) : 1 m2 (IATA, 1995)
u. proporsi penumpang datang dengan menggunakan wide body aircraft (q) :
0.4 (Masterplan)
v. proporsi penumpang datang dengan menggunakan narrow body aircraft
(r) : 0.6 (Masterplan)
w. jumlah gate terminal internasional : 8 gate
x. jumlah gate terminal domestik : 24 gate
5.4.2 Kerb
63
b. kerb keberangkatan : (0.095 a p) 10% (5.2)
berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas,
didapatkan panjang kerb sebagai berikut,
a. kerb kedatangan internasional: (0.095 c p) 10%
(0.095 400 0.94) 10% : 39.292 m = 40 m
b. kerb keberangkatan internasional: (0.095 a p) 10% :
(0.095 400 0.94) 10% : 39.292 m = 40 m
c. kerb kedatangan domestik: (0.095 c p) 10%
(0.095 1240 0.94) 10% 121.8 m = 125 m
d. kerb keberangkatan internasional: (0.095 a p) 10% :
(0.095 1240 0.94) 10% : 121.8 m = 125 m
64
a b t1 (5.5)
10%
60
Sedangkan luas area yang dibutuhkan untuk mengakomodasi jumlah counter
check-in tersebut ditentukan dengan menggunakan rumus,
0.25 a b 10% (5.6)
berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas,
didapatkan Jumlah counter check-in sebagai berikut,
a. counter check-in internasional, 400 60 2 10% : 16.9 buah = 17
60
buah
b. counter check-in domestik, 1240 186 2 10% : 52.3 buah = 53
60
buah dan area check-in seluas,
a. area check-in internasional, 0.25 400 60 10% : 126.5 m² = 150 m²
b. area check-in domestik, 0.25 1240 186 10% : 392.2 m² = 400 m²
65
a. Pemeriksaan security (gate hold room) internasional,
m 400
0.2 : 0.2 : 1.3 buah = 2 buah
g h 120 60
b. Pemeriksaan security (gate hold room) domestik,
m 400
0.2 : 0.2 : 1.3 buah = 2 buah
g h 120 60
Ruang tunggu khusus bagi penumpang setelah melewati proses check-in dan
pemeriksaan security. Pada area ini, terdapat beberapa fasilitas konsesi berupa
toko maupun restoran untuk meningkatkan kenyamanan penumpang selama
menunggu pesawat mereka. Luas ruang tunggu keberangkatan dapat
ditentukan dengan rumus,
c
u i v k (5.11)
30
10%
66
berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas,
didapatkan luas ruang tunggu keberangkatan yang dibutuhkan sebagai berikut,
a. Ruang tunggu keberangkatan internasional :
400
120 0.4 60 0.6 10% : 1,232 m² = 1,300 m²
30
b. Ruang tunggu keberangkatan domestik :
1240
120 0.4 60 0.6 : 3,819.2 m² = 3,900 m²
10%
30
5.4.10 Baggage Claim
Luas area dan jumlah baggage claim devices yang dibutuhkan untuk melayani
kedatangan domestik dan internasional. Rumus untuk menentukan luas area
dan jumlah baggage claim devices adalah sebagai berikut,
a. Luas area : 0.9 c 10% (5.12)
c q cr
b. Jumlah baggage claim devices : (5.13)
425 300
berdasarkan rumus tersebut dan asumsi yang telah disebutkan diatas,
didapatkan luas area dan jumlah baggage claim devices yang dibutuhkan
sebagai berikut,
a. Luas area baggage claim internasional : 0.9 40010% : 396 m² = 400
m²
b. Luas area baggage claim domestik : 0.9 124010% : 1,227.6 m² =
1,230 m²
400 0.4 400 0.6
c. Jumlah baggage claim devices internasional :
425 300
: 1.176 buah = 2 buah
1240 0 1240 1
d. Jumlah baggage claim devices domestik :
425 300
: 4.1 buah = 5 buah
67
a. Toko buku
65 x 6510,843, 302
luas area : : : 704.8 m² = 705 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
b. Gift shop
65 x 6510,843, 302
luas area : : : 704.8 m² = 705 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
c. Salon dan pangkas rambut
10 x 10 10,843, 302
luas area : : : 108.4 m² = 110 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
d. Penyewaan mobil dan reservasi hotel
35 x 3510,843, 302
luas area : : : 379.5 m² = 380 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
e. Display
8 x 810,843, 302
luas area : : : 86.7 m² = 90 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
f. Kios asuransi
14 x 14 10,843, 302
luas area : : : 151.8 m² = 155 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
g. Lost and Found
6.5 x 6.510,843, 302
luas area : : : 70.5 m² = 75 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
h. Telepon umum
9 x 9 10,843, 302
luas area : : : 97.6 m² = 100 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
i. Toilet umum
120 x 120 10,843, 302
luas area : : : 1,301.2 m² = 1,310 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
j. Restoran dan café
luas area : 1,200 m² (asumsi dari standar bandara lain)
k. Executive lounge
luas area : 1,000 m² (asumsi dari standar bandara lain)
l. Business centre
luas area : 500 m² (asumsi dari standar bandara lain)
m. Showroom hasil industri Jabar
luas area : 500 m² (asumsi dari standar bandara lain)
n. Kantor airlines
luas area : 500 m² (asumsi dari standar bandara lain)
o. Nursery room
luas area: 100 m² (asumsi dari standar bandara lain)
68
p. Port health authority
luas area: 200 m² (asumsi dari standar bandara lain)
q. Security
luas area: 300 m² (asumsi dari standar bandara lain)
r. Pengelola bandara
luas area: 500 m² (asumsi dari standar bandara lain)
s. Lift dan eskalator
luas area: 200 m² (asumsi dari standar bandara lain)
adapun luas total dari fasilitas konsesi untuk terminal domestik adalah, 8,630
m²
a. Toko buku
65 x 651, 474, 705
luas area : : : 96 m² = 100 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
b. Gift shop
65 x 651, 474, 705
luas area : : : 96 m² = 100 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
c. Salon dan pangkas rambut
10 x 10 1, 474, 705
luas area : : : 15 m² = 20 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
d. Penyewaan mobil dan reservasi hotel
35 x 351, 474, 705
luas area : : : 52 m² = 60 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
e. Display
8 x 81, 474, 705
luas area : : : 12 m² = 15 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
f. Kios asuransi
14 x 14 1, 474, 705
luas area : : : 21 m² = 25 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
g. Lost and Found
6.5 x 6.51, 474, 705
luas area : : : 10 m² = 10 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
69
h. Telepon umum
9 x 9 1, 474, 705
luas area : : : 13 m² = 13 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
i. Toilet umum
120 x 120 1, 474, 705
luas area : : : 177 m² = 180 m²
1, 000, 000 1, 000, 000
j. Restoran dan café
luas area : 500 m² (asumsi dari standar bandara lain)
k. Executive lounge
luas area : 200 m² (asumsi dari standar bandara lain)
l. Business centre
luas area : 200 m² (asumsi dari standar bandara lain)
m. Showroom hasil industri Jabar
luas area : 150 m² (asumsi dari standar bandara lain)
n. Kantor airlines
luas area : 300 m² (asumsi dari standar bandara lain)
o. Nursery room
luas area : 50 m² (asumsi dari standar bandara lain)
p. Money changer
luas area : 200 m² (asumsi dari standar bandara lain)
q. Karantina
luas area : 100 m² (asumsi dari standar bandara lain)
r. Port health authority
luas area : 100 m² (asumsi dari standar bandara lain)
s. Security
luas area : 100 m²
t. Pengelola bandara
luas area : 500 m²
u. Lift dan eskalator
luas area : 200 m²
adapun luas total dari fasilitas konsesi terminal internasional adalah, 3,123 m²
Dari beberapa luas area yang telah kita dapatkan diatas, kita dapat menentukan
luas kotor dari gedung terminal yaitu,
a. terminal internasional
1,510m2 1,550m2 150m2 3,200m2 1,300m2 400m2 115m2 3,123m2 : 11,348 m²
b. terminal domestik
4,700m2+4,800m2+400m2+9,600m2+3,900m2+400m2 8,630m2 : 32,430 m²
70
5.4.14 HVAC (Heating, Ventilation, Air Conditioning)
71
Tabel 5.1 Luas Aktual Terminal Domestik BIJB
Fasilitas Luas Aktual
Kerb 767 m²
Hall Keberangkatan 4,708 m²
Hall Kedatangan 4,800 m²
Check-in Area 2,340 m²
Ruang Sirkulasi dan Tunggu 11,520 m²
Baggage Claim Area 4,010 m²
Gate Hold Room 11,040 m²
Fasilitas Konsesi 3,820 m²
Total 43,005 m²
Level of Service (LOS) dapat dinyatakan sebagai suatu nilai yang menyatakan
kemampuan dari supply untuk memenuhi demand yang ada dan
mengabungkan penilaian aspek kuantitatif maupun kualitatif terhadap tingkat
kenyamanan. IATA telah mengeluarkan suatu standar untuk memperhitungkan
Level of Service pada suatu gedung terminal penumpang yang dapat dilihat
pada Tabel 5.3. Adapun penilaian Level of Service dari desain Gedung
Terminal Penumpang Bandara Internasional Jawa Barat ini berdasarkan
standar IATA tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4 dan 5.5. Adapun contoh
perhitungan untuk Level of Service ini dapat dilihat sebagai berikut,
72
b. Hall kedatangan domestik (luas aktual : 4,770 m²)
wd b z d o
A s 60
60
151240 186 30 1240 4
4770 s 60
60
4770 s 2836.5
4770
s 1.68m2
2836.5
73
Tabel 5.5 Level of Service Fasilitas Terminal Internasional BIJB
Penumpang Penumpang Pengantar Luas Aktual m² / pnp LOS
Fasilitas berangkat (org) transfer (org) per pnp (org) (m²)
Hall Keberangkatan 400 60 4 1,500 1.5 n/a
Hall Kedatangan 400 60 4 1,650 1.8 n/a
Check-in Area 400 60 4 870 11.3 A
Ruang Tunggu dan Sirkulasi 400 60 4 2,948 7.4 A
Gate Hold Room 400 60 4 3,680 1.2 B
Area Pemeriksaan Passport 400 60 4 476 4.1 n/a
Baggage Claim Area 400 60 4 1,100 4.8 A
Diantara beberapa fasilitas yang harus ada pada suatu gedung terminal
penumpang antara lain adalah kerb, hall, check-in area, dan lain-lain.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diatas, diperoleh luas dari
fasilitas – fasilitas yang ada tersebut. Selain fasilitas – fasilitas tersebut, kami
juga menambahkan beberapa fasilitas konsesi agar kenyamanan penumpang
selama melakukan pergerakan di dalam gedung terminal dapat ditingkatkan.
Adapun contoh dari fasilitas konsesi tersebut adalah restoran dan toko buku.
Luas dari masing – masing fasilitas konsesi tersebut dapat dilihat pada sub bab
5.4.11 dan 5.4.12. Penjumlahan dari luas seluruh fasilitas dan fasilitas konsesi
tersebut menghasilkan luas kotor terminal sebesar 11,348 m² untuk terminal
internasional dan 32,430 m² untuk terminal domestik.
Suatu luas bangunan tertentu perlu ditambahkan terhadap luas kotor terminal
untuk mengakomodasi kebutuhan HVAC dan juga kebutuhan untuk struktur
gedung itu sendiri. Adapun luas HVAC tersebut adalah 6,610 m² dan luas
untuk struktur gedung adalah 2,530 m². Luas total terminal, yaitu luas
keseluruhan fasilitas ditambah dengan luas untuk HVAC dan struktur gedung,
adalah 13,720 m² untuk terminal internasional dan 39,200 m² untuk terminal
domestik.
74
5.5 PERENCANAAN STRUKTUR
75
Dimensi Balok
Tipe Panjang Bentang Anak
Balok (mm) h (mm) b (mm)
1 6,000 300 300
2 9,000 300 300
5.5.2 Pembebanan
76
Pembebanan yang dimaksudkan untuk struktur gedung terminal penumpang
ini adalah semua beban yang direncanakan akan bekerja dan harus dipikul
oleh struktur gedung terminal tersebut. Jenis pembebanan yang ada dilakukan
berdasarkan peraturan SKBI – 1.3.53.1987 dan Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2003). Adapun
pembebanan yang ada meliputi beban mati, beban hidup, beban mati
tambahan, beban angin, serta beban gempa dengan perincian sebagai berikut,
Beban mati yang bekerja pada struktur gedung terminal ini diantaranya
adalah,
1. Pelat atap dan pelat lantai
Beban yang direncanakan akan dipikul oleh pelat atap dan pelat pada
tiap lantai adalah
a. Pelat atap gedung utama
Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 0.1m 6.5m 1, 560 kg m
b. Pelat lantai gedung utama
Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 0.2m 6.5m 3,120 kg m
c. Pelat atap pier
Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 0.1m 9m 2,160 kg m
d. Pelat lantai pier
Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 0.2m 9m 4, 320 kg m
2. Balok
Beban yang direncanakan akan dipikul oleh balok adalah sebagai
berikut
a. Balok gedung utama
Berat sendiri balok = 2, 400 kg m3 0.75m 0.375m 675 kg m
b. Balok pier
Berat sendiri balok = 2, 400 kg m3 0.5m 0.25m 300 kg m
c. Pelat atap gedung utama
Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 0.1m 6.5m 1, 560 kg m
d. Pelat lantai gedung utama
Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 0.2m 6.5m 3,120 kg m
e. Pelat atap pier
77
Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 0.1m 9m 2,160 kg m
f. Pelat lantai pier
Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 0.2m 9m 4, 320 kg m
3. Kolom
Beban yang direncanakan akan dipikul oleh kolom adalah
a. Balok gedung utama
Berat sendiri balok = 2, 400 kg m3 0.75m 0.375m 675 kg m
b. Balok pier
Berat sendiri balok = 2, 400 kg m3 0.5m 0.25m 300 kg m
c. Pelat atap gedung utama
Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 0.1m 6.5m 1, 560 kg m
d. Pelat lantai gedung utama
Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 0.2m 6.5m 3,120 kg m
e. Pelat atap pier
Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 0.1m 9m 2,160 kg m
f. Pelat lantai pier
Berat sendiri pelat = 2, 400 kg m3 0.2m 9m 4, 320 kg m
g. Kolom gedung utama
Berat sendiri kolom = 2, 400 kg m3 0.375m 0.375m 337.5 kg m
h. Kolom pier
Berat sendiri kolom = 2, 400 kg m3 0.25m 0.25m 150 kg m
Adapun beban mati tambahan yang bekerja pada struktur gedung terminal
ini adalah sebagai berikut,
1. Pelat atap
a. Mekanikal dan Elektrikal (M&E) = 15 kg/m²
b. Plafond = 18 kg/m²
2. Pelat lantai
Beban mati tambahan = 50 kg/m²
78
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan kedalamnya termasuk beban-beban pada
lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin
serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga
mengakibatkan perubahan pembebanan pada lanatai dan atap tersebut.
Khusus pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air
hujan.
Beban hidup yang direncanakan akan dipikul oleh struktur adalah sebagai
berikut,
1. Pelat atap
a. Beban hidup atap (La) = 50 kg/m²
b. Beban hujan (R) = 20 kg/m²
2. Pelat lantai
Direncanakan berdasarkan tabel 2 Beban Hidup Pada Lantai Gedung
pada SKBI – 1.3.53.1987, dengan mengasumsikan lantai gedung akan
memikul beban yang cukup berat dan peruntukan ruang untuk restoran,
toko buku, toko cinderamata, dsb, sehingga digunakan beban hidup
untuk mall = 300 kg/m²
Beban angin yang direncanakan akan dipikul dapat dirinci sebagai berikut,
1. Tiup = 0.9 25 kg m2 22.5 kg m2
2. Tekan = 0.4 25 kg m2 10 kg m2
79
- Wilayah gempa = Zone 4 (Majalengka)
- Kondisi tanah = Sedang
- Analisis yang dilakukan = Respons Spektra
- Faktor Keutamaan (I)
Nilai faktor keutamaan dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Faktor
Kategori Gedung atau Bangunan Keutamaan
I
Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan, dan 1
perkantoran
Monumen dan bangunan monumental 1
Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air 1.5
bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam
keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk 1.5
minyak bumi, asam, gas beracun
Cerobong, tangki di atas menara 1.25
80
Kombinasi pembebanan yang diperhitungkan dalam perencanaan struktur
ini adalah
1. 1.4 (DL + SIDL)
2. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 LL + 0.5 La
3. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 LL + 0.5 R
4. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 La + 0.5 LL
5. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 La + 0.5 W
6. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 R + 0.5 LL
7. 1.2 (DL + SIDL) + 1.6 LL + 0.8 W
8. 1.2 (DL + SIDL) + 1.3 W + 0.5 LL + 0.5 La
9. 1.2 (DL + SIDL) + 1.3 W + 0.5 LL + 0.5 R
10. 1.2 (DL + SIDL) + 1.0 Ex + 0.3 Ey + 0.5 LL
11. 1.2 (DL + SIDL) + 1.0 Ex – 0.3 Ey + 0.5 LL
12. 1.2 (DL + SIDL) – 1.0 Ex + 0.3 Ey + 0.5 LL
13. 1.2 (DL + SIDL) – 1.0 Ex – 0.3 Ey + 0.5 LL
14. 1.2 (DL + SIDL) + 0.3 Ex + 1.0 Ey + 0.5 LL
15. 1.2 (DL + SIDL) + 0.3 Ex – 1.0 Ey + 0.5 LL
16. 1.2 (DL + SIDL) – 0.3 Ex + 1.0 Ey + 0.5 LL
17. 1.2 (DL + SIDL) – 0.3 Ex – 1.0 Ey + 0.5 LL
18. 1.2 (DL + SIDL) + 1.0 Ex + 0.3 Ey + 0.5 R
19. 1.2 (DL + SIDL) + 1.0 Ex – 0.3 Ey + 0.5 R
20. 1.2 (DL + SIDL) – 1.0 Ex + 0.3 Ey + 0.5 R
21. 1.2 (DL + SIDL) – 1.0 Ex – 0.3 Ey + 0.5 R
22. 1.2 (DL + SIDL) + 0.3 Ex + 1.0 Ey + 0.5 R
23. 1.2 (DL + SIDL) + 0.3 Ex – 1.0 Ey + 0.5 R
24. 1.2 (DL + SIDL) – 0.3 Ex + 1.0 Ey + 0.5 R
25. 1.2 (DL + SIDL) – 0.3 Ex – 1.0 Ey + 0.5 R
26. 0.9 (DL + SIDL) + 1.3 W
27. 0.9 (DL + SIDL) – 1.3 W
28. 0.9 (DL + SIDL) + 1.0 Ex + 0.3 Ey
29. 0.9 (DL + SIDL) + 1.0 Ex – 0.3 Ey
30. 0.9 (DL + SIDL) – 1.0 Ex + 0.3 Ey
31. 0.9 (DL + SIDL) – 1.0 Ex – 0.3 Ey
32. 0.9 (DL + SIDL) + 0.3 Ex + 1.0 Ey
33. 0.9 (DL + SIDL) + 0.3 Ex – 1.0 Ey
34. 0.9 (DL + SIDL) – 0.3 Ex + 1.0 Ey
35. 0.9 (DL + SIDL) – 0.3 Ex – 1.0 Ey
81
Dalam melakukan pemodelan struktur kami membagi bangunan gedung
terminal tersebut menjadi 3 bagian utama yaitu, bagian gedung utama, bagian
gedung samping, dan bagian pier. Adapun pemodelan struktur untuk bagian
gedung tersebut dalam bentuk 3 dimensi dapat dilihat pada Gambar 5.6, 5.7,
dan 5.8.
82
Gambar 5.8 Pemodelan Bagian Pier
Dalam melakukan desain balok induk, akan dilakukan analisis tahanan untuk
masing – masing balok terhadap lentur, geser, dan torsi.
a. Dimensi
Dimensi yang dimiliki oleh balok induk ini adalah
b = 400 mm dan h = 500 mm
83
b. Tengah bentang
Mu = 242,106.8 kN.mm
d (asumsi D-22, selimut 50 mm)
d 500 50 0.5(22) 439mm
d ' cov er 0.5D 50 0.5(22) 61mm
Mn Mu
a a Mu
As. fy(d ) As '. fy(d ' ) dengan 0,8
2 2
0.0209 As 0.0209 As
As.400 439 0, 5.As.400 61 302, 633, 500
2 2
175, 600 As 4.18As 12, 200 As 2.09 As 302, 633, 500
2 2
Tulangan Tarik
D = 25; n = 4 => 1,962.5 mm2
d 500 50 0.5(25) 437.5mm
400 2(50) 4(25)
spasi 66.67mm 500mm.......OK !!
4 1
Digunakan tulangan diameter 25 mm sejumlah 4 buah
Tulangan Tekan
As’ = 0.5As = 0.5(1709) = 854.5mm2
Digunakan D = 19; n = 5; As’ = 1,416.925mm2
1
d ' s D 50 9.5 59.5mm
2
b 2s nD 400 2(50) 5(19)
s 51.25mm 500mm......OK !!
n 1 5 1
Digunakan tulangan diameter 19 mm sejumlah 5 buah
84
Cek Kelelehan
T Cc Cs
As. fy 0.85 fc '.b.a As '( fy 0.85 fc ')
400x1, 962.5 0.85(30).400.a 1, 416.925(400 0.85(30))
785, 000 10, 200a 530, 638.4125
a 24.94mm
a
c 24.94 29.34mm
1 0.85
d ' c fy
's 0.003
c Es
59.5 29.34
0.003 0.002
29.34
0.0031 0.002.....OK !!
Cek
Mu Mu
Mn TT'
a a Mu
As. fy(d ) As '. fy(d ' )
2 2
24.94 24.94
400x1, 962.5 437.5 1, 416.925x400 59.5 302, 633, 500
2 2
333, 648, 550N 26, 655,193.1N 302, 633, 500N
360, 303.74kN 302, 633.500kN.....OK !!
fc ' 1.4
As min b.d b.d
4 fy fy
30 1.4
400.500 400.500
4.400 400
684.65 700
As min 700mm2
As(design) 1, 962.5mm2
As(design) As min .....OK !!
Pengecekan As max
f's
max 0.75bal '
fy
0.85 fc '.1 600 0.85x30x0.85x0.6
0.0325
bal
fy 600 fy 400
A' s 1, 416.925 0.0081
f'
bd 400x437.5
85
f ' s(bal) ' s(bal).E
d ' c 59.5 29.34
0.003x200, 000x 0.003x200, 000x
c 29.34
616.77MPa
f ' s(bal)
max 0.75bal
'
fy
(616.77)0.0081
0.75(0.0325) 0.024375 0.0125
400
0.036875
Asmax .b.d 0.036875x300x437.5 6, 453.125mm2
As Asmax
1, 962.5 6, 453.125
1, 962.5mm2 6, 453.125mm2.....OK !!
As Asmin
30x400x437.5
As 1, 962.5 599.07mm2
4x400
c. Pinggir bentang
Mu = 242,003 kN.mm
d (asumsi D-22, selimut 50 mm)
d 500 50 0.5(22) 439mm
d ' cov er 0.5D 50 0.5(22) 61mm
Asumsi : As’ sudah leleh
T Cc Cs
As. fy 0.85 fc '.b.a As '( fy 0.85 fc ')
400 As 0.85(30).400.a 0.5As(400 0.85(30))
400 As 10, 200a 187.26 As
a 0.0209 As
Mn Mu
a a Mu
As. fy(d ) As '. fy(d ' ) dengan 0,8
2 2
0.0209 As 0.0209 As
As.400 439 0, 5.As.400 61 302, 503, 750
2 2
175, 600 As 4.18As 12, 200 As 2.09 As 302, 503, 750
2 2
86
Karena As perlu serupa dengan As perlu pada tengah bentang,
maka tulangan tarik dan tekan untuk pinggir bentang adalah serupa
dengan tengah bentang.
- 123,459
+ 123,459
Zona :
Vu 123, 459
Vn
0.85
Vn 145, 245.88 Vc Vs
1
Vc 30x400x437.5 159, 752.41N
6
Cek Keperluan Sengkang
Vu
0.5Vc
145, 245.88 79,876.21.........PERLU SENGKANG!!
Zona I
Vu
0.5Vc
145, 245.88 79,876.21.....TIDAK OK !!
Zona II
Vu 75 30
Vc x400x437.5
1200
145, 245.88 159, 752.41 59, 907.15
145, 245.88 219, 659.56.....OK !!
Asumsi D = 8; n = 2; As=50.24mm2
Av = n.As=2(50.24)=100.48mm2
3Av. fy 3(100.48)400
Spasi : 301.44mm
bw 400
s 0.5d
s 0.5(437.5)
301.44 218.75
87
s 600mm
301.44 600
s smax
Digunakan tulangan sengkang dengan diameter 8 mm dan spasi
218.75 mm
Perencanaan Torsi
1 Acp2
Tu f 'c Pcp
12
Tu 33, 018, 200kN.mm
Vu 123, 459kN
Vc 159, 752.41kN
Acp 500 400 200, 000mm2
Pcp 2400 500 1,800mm2
Aoh 400 2 50 8500 2 50 8 114, 464mm2
Poh 2 400 2 50 500 2 50 1, 400mm
1 (500.400)2
33, 018, 200 0.75 30
12 (500.2) (400.2)
33, 018, 200 7, 607, 257.74.....Tidak OK !!
Hitung torsi...
At Tu 33, 018, 200
0.481
S 2 Aoh f y cot 2 0.75114, 464 4001
Vu 123, 459
Vc 159, 752.41
Av 0.75
0.028
S f yv d 400 437.5
AV 2 At AV 2 At
aktual 0.028 2 0.481 0.99
s s s
AV 2 At 75 f 1c bw 75 30 400
0.342
s 1200 fy 1, 200 400
AV 2 At 400
min 1 bw 1 0.333
s 3 fy 3 400
At bw 400
0.4186 0.4186 0.166
s 6 fyv 6 400
Cek keruntuhan
Vu Tu Poh
2 2
Vc 2
f 1c
bw d 1.7 Aoh
2
bw d 3
88
2
123, 459
400 33,
018, 2001, 400
2 159, 752.41 2
437.5 1.7 114, 4642 0.75 400 437.5 3 30
2.192 4.336.....ok !
At f yv 2
A Poh cot 0.4186 140011 586.04mm2
l
s f
yt
Digunakan tulangan torsi dengan diameter 13 mm sejumlah 6 buah
As 132.665
5 f 1c Acp At fy 5 30 200, 000
Almin Poh 0.4186 1400
12 fy s fy 12 400
555.05mm2
Avt As 2 132.665 2
0.99; s 268mm
s 0.99 0.99
268mm 300mm...ok !
Dari analisis struktur serta desain yang dilakukan terhadap balok induk,
digunakan dimensi balok induk sebesar 400 x 500 mm. Penggunaan dimensi
ini didasarkan atas hasil analisis struktur dengan menggunakan program
ETABS dimana dimensi yang lebih kecil daripada 400 x 500 mm tidak kuat
untuk menahan berbagai kombinasi pembebanan yang direncanakan.
Pembesian yang digunakan dalam balok induk ini dibedakan menjadi 2, yaitu
pembesian pada bagian tumpuan dan bagian lapangan. Momen yang ada pada
bagian tumpuan dan bagian lapangan adalah sama yaitu -242,106.8 kNmm dan
242,106.8 kNmm, maka pembesian untuk bagian tumpuan dan bagian
lapangan adalah sama. Pembesian yang digunakan untuk tulangan tarik adalah
tulangan ulir diameter 25 mm sejumlah 4 buah dan untuk tulangan tekan
adalah tulangan ulir diameter 19 mm sejumlah 5 buah. Tulangan sengkang
yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter 8 mm dan spasi antar
sengkang adalah 218.75 mm. Karena nilai torsi yang ada cukup besar, maka
pengaruh torsi pada balok induk tidak dapat diabaikan sehingga dibutuhkan
tulangan torsi dengan diameter 13 mm sejumlah 6 buah.
89
5.5.7 Desain Balok Anak
Dalam melakukan desain balok anak, akan dilakukan analisis tahanan untuk
masing – masing balok terhadap lentur, geser, dan torsi.
b. Tengah bentang
Mu = 67,046.14 kN.mm
d (asumsi D-22, selimut 50 mm)
d 400 50 0.5(22) 339mm
d ' cov er 0.5D 50 0.5(22) 61mm
Tulangan Tarik
D = 16; n = 3 => 602.88 mm2
d 400 50 0.5(16) 342mm
300 2(50) 3(16)
spasi 76mm.......OK !!
3 1
Digunakan tulangan diameter 16 mm sejumlah 3 buah
Tulangan Tekan
As’ = 0.5As = 0.5(587) = 293.5mm2
Digunakan D = 13; n = 3; As’ = 397.995mm2
90
1
d ' s D 50 6.5 56.5mm
2
b 2s nD 300 2(50) 3(13)
s 80.5mm 500mm......OK !!
n 1 3 1
Digunakan tulangan diameter 13 mm sejumlah 3 buah
Cek Kelelehan
T Cc Cs
As. fy 0.85 fc '.b.a As '( fy 0.85 fc ')
400x602.88 0.85(30).300.a 397.955(400 0.85(30))
241,152 7, 650a 149, 049.1275
a 12.04mm
a 12.04
c 14.165mm
1 0.85
d ' c fy
's 0.003
c Es
56.5 14.165
0.003 0.002
14.165
0.0089 0.002.....OK !!
Cek
Mu Mu
Mn TT'
a a Mu
As. fy(d ) As '. fy(d ' )
2 2
12.04 12.04 67, 046.14
400x602.88 342 397.995x400 56.5
2 2 0.85
81, 022.25kN 8, 036.32kN 78,877.8kN
89, 058.57kN 78,877.8kN.....OK !!
fc ' 1.4
As min b.d b.d
4 fy fy
30 1.4
b.d 300.400
4.400 400
410.79 420
As min 420mm2
As(design) 602.88mm2
As(design) As min .....OK !!
91
c. Pinggir bentang
Mu = -78,736.4 kN.mm
d (asumsi D-22, selimut 50 mm)
d 400 50 0.5(22) 339mm
d ' cov er 0.5D 50 0.5(22) 61mm
Asumsi : As’ sudah leleh
T Cc Cs
As. fy 0.85 fc '.b.a As '( fy 0.85 fc ')
400 As 0.85(30).300.a 0.5As(400 0.85(30))
400 As 7, 650a 187.26 As
a 0.0278As
Mn Mu
a a Mu
As. fy(d ) As '. fy(d ' ) dengan 0,8
2 2
0.0278As 0.0278As
As.400 339 0, 5.As.400 61 98, 420, 500
2 2
135, 600 As 5.56 As 12, 200 As 2.78As 98, 420, 500
2 2
Tulangan Tarik
D = 16; n = 4 => As = 803.84 mm2
d 400 50 0.5(16) 342mm
300 2(50) 4(16)
spasi 45.33mm 500mm.......OK !!
41
Digunakan tulangan diameter 16 mm sejumlah 4 buah
Tulangan Tekan
As’ = 0.5As = 0.5(694) = 347mm2
Digunakan D = 13; n = 3; As’ = 397.995mm2
1
d ' s D 50 6.5 56.5mm
2
b 2s nD 300 2(50) 3(13)
s 80.5mm 500mm......OK !!
n 1 3 1
Digunakan tulangan diameter 13 mm sejumlah 3 buah
92
Cek Kelelehan
T Cc Cs
As. fy 0.85 fc '.b.a As '( fy 0.85 fc ')
400x803.84 0.85(30).300.a 397.955(400 0.85(30))
321, 536 7, 650a 149, 049.1275
a 22.55mm
a 22.55
c 26.53mm
1 0.85
d ' c fy
's 0.003
c Es
56.5 26.53
0.003 0.002
26.53
0.0034 0.002.....OK !!
Cek
Mu Mu
Mn TT'
a a Mu
As. fy(d ) As '. fy(d ' )
2 2
22.55 22.55
400x803.84 342 397.995x400 56.5 98, 420.5
2 2
106, 340kN 7, 200kN 98, 420.5kN
113, 540kN 98, 420.5kN.....OK !!
fc ' 1.4
As min b.d b.d
4 fy fy
30 1.4
b.d 300.400
4.400 400
410.79 420
As min 420mm2
As(design) 602.88mm2
As(design) As min .....OK !!
Pengecekan As max
f's
max 0.75bal '
fy
0.85 fc '.1 600 0.85x30x0.85x0.6
0.0325
bal
fy 600 fy 400
A' s 397.995
f' 0.00388
bd 300x342
93
f ' s(bal) ' s(bal).E
d ' c 56.5 14.165
0.003x200, 000x 0.003x200, 000x
c 14.165
1, 793.22MPa
f ' s(bal)
max 0.75bal '
fy
(1, 793.22)0.00388
0.75(0.0325) 0.024375 0.0174
400
0.041775
Asmax .b.d 0.041775x300x342 4, 286.115mm2
As Asmax
602.88 4, 286.115
602.88mm2 4, 286.115mm2.....OK !!
As Asmin
30x300x342
As 351.23mm2
4x400
602.88mm2 351.23mm2.....OK !!
40,030 -
+ 40,030
Zona :
Vu 40, 030
Vn
0.85
Vn 47, 094.12 Vc Vs
1
Vc 30x300x342 93, 660.56N
6
Cek Keperluan Sengkang
Vu
0.5Vc
47, 094.12 46,830.28.........PERLU SENGKANG!!
Zona I
Vu
0.5Vc
47, 094.12 46,830.28.....TIDAK OK !!
94
Zona II
1 76 30
3 1, 200
0.33 0.34
76 30
gunakan
1, 200
Vu 75 30
Vc bw.d
1, 200
75 30
47, 094.12 93, 660.56 x300x342
1, 200
47, 094.12 93, 660.56 35,122.71
47094.12 128783.27.....OK !!
Asumsi D = 8; n = 2; As=50.24mm2
Av = n.As=2(50.24)=100.48mm2
3Av. fy 3(100.48)400
Spasi : 401.92mm
bw 300
s 0.5d
s 0.5(342)
401.92 171
s 600mm
401.92 600
s smax
Digunakan tulangan sengkang dengan diameter 8 mm dan spasi
171 mm
Perencanaan Torsi
1 Acp2
Tu 12 f 'c Pcp
1 (400.300)2
3, 245, 010 0.75 30
12 (300.2) (400.2)
3, 245, 010 3, 521, 073.58.....OK !!
Pengaruh torsi dapat diabaikan
95
5.5.8 Analisis Desain Balok Anak
Dari analisis struktur serta desain yang dilakukan terhadap balok anak,
digunakan dimensi balok anak sebesar 300 x 400 mm. Penggunaan dimensi ini
didasarkan atas hasil analisis struktur dengan menggunakan program ETABS
dimana dimensi yang lebih kecil daripada 300 x 400 mm tidak kuat untuk
menahan berbagai kombinasi pembebanan yang direncanakan.
Pembesian yang digunakan dalam balok anak ini dibedakan menjadi 2, yaitu
pembesian pada bagian tumpuan dan bagian lapangan. Pada bagian tumpuan
yang memikul momen negatif sebesar -78,736.4 kNmm, pembesian yang
digunakan adalah tulangan ulir dengan tulangan tarik dengan diameter 16 mm
sejumlah 4 buah dan tulangan tekan dengan diameter 13 mm sejumlah 3 buah.
Pada bagian lapangan yang memikul beban positif sebesar 67,046.14 kNmm,
pembesian yang digunakan adalah tulangan ulir dengan tulangan tarik dengan
diameter 16 mm sejumlah 3 buah dan tulangan tekan dengan diameter 13 mm
sejumlah 3 buah. Tulangan sengkang yang digunakan adalah tulangan ulir
dengan diameter 8 mm dan spasi antar sengkang adalah 171 mm. Karena nilai
torsi yang ada masih dapat dipikul oleh tulangan – tulangan yang ada, maka
pengaruh torsi pada balok anak ini dapat diabaikan.
96
Gambar 5.9 Input General Information
97
Gambar 5.11 Input Reinforcement
98
Gambar 5.13 Input Load Factor
99
5.5.11 Analisis Desain Kolom
Dimensi kolom yang digunakan dalam desain ini adalah 500 x 500 mm.
Dimensi ini didapatkan dari hasil analisis struktur dengan menggunakan
program ETABS, dimana dimensi ini adalah salah satu dimensi yang optimal
dalam menahan kombinasi – kombinasi pembebanan yang bekerja. Pembesian
yang digunakan pada kolom ini adalah tulangan ulir dengan diameter 22 mm
sejumlah 8 buah. Rasio dari luas tulangan ini dibandingkan dengan luas total
kolom adalah 1.22%. Angka ini cukup rendah dan cenderung optimal serta
memenuhi rentang rasio yang disyaratkan oleh SNI yaitu sebesar 1 s/d 2%.
Dari diagram interaksi yang ada, dapat dilihat bahwa desain kolom ini terletak
dalam diagram interaksi. Hal ini menandakan bahwa kolom ini kuat untuk
menahan kombinasi beban ultimit yang direncanakan. Selain itu, letak posisi
kolom pada garis bagian atas dari diagram interaksi tersebut menunjukkan
bahwa desain ini cukup optimal dan hemat.
Gambar kerja hasil desain yang kami lakukan dalam perencanaan struktur ini
dapat dilihat pada Gambar 5.15 sampai dengan 5.19.
100
a. Balok Induk
101
b. Balok Anak
102
c. Kolom
103
5.6 PERENCANAAN FONDASI
Cu = 0.6 N ; N = N-SPT
Skin Friction (Qs)
= .Cu. perimeter.Li (ton) (tanah kohesif) (5.17)
= 0, 2.N. perimeter.Li (ton) (tanah pasiran) (5.18)
End Bearing (Qp)
= 9.Cu.Ap (ton) (tanah kohesif) (5.19)
= 40.Nav.Ap (ton) (tanah pasiran) (5.20)
Dimana, α = Faktor adhesi pada tanah kohesif untuk tiang pancang
Cu = Kohesi undrained (ton/m2)
Li = Panjang lapisan tanah (m)
Perimeter = Keliling penampang (m)
Ap = Luas penampang (m2)
N1 N2
Nav ; N1 = rata-rata N-SPT pada jarak 10D dari
2
ujung pondasi ke atas
N2 = rata-rata N-SPT pada jarak 4D dari ujung
pondasi ke bawah
104
Pile Properties Asumsi awal : Tinggi tiang 19 m
Type : Concrete (berdasarkan kedalaman minimum lapisan untuk daya dukung)
Diameter : 0.25 m N1 : 32
Area : 0.0625 m2 N2 : 50
Perimeter : 1m Navg : 41
Jml Tiang : 2 Gaya dalam : M: 204.987 kNm
P: 1431.68 kN
End
Skin Friction (ton)
Soil Cu Bearing Qallowable
Depth (m) N-SPT α (ton) Qult (ton)
Layer (t/m2) (ton)
N-SPT
N-SPT
Local Cumm
0 C1 4 2.67 0.9 2.4 2.4 1.5 3.9 2.6
1 C1 4 2.67 0.9 2.4 4.8 1.5 6.3 4.2
2 C1 4 2.67 0.9 2.4 7.2 1.5 8.7 5.8
3 C2 4 2.67 0.9 2.4 9.6 1.5 11.1 7.4
4 C2 4 2.67 0.9 2.4 12 1.5 13.5 9
5 C2 10 6.67 0.6 4 16 3.75 19.75 13.166
6 C2 10 6.67 0.6 4 20 3.75 23.75 15.833
7 C3 9 6 0.55 3.3 23.3 3.375 26.675 17.783
8 C3 9 6 0.55 3.3 26.6 3.375 29.975 19.983
9 C3 14 9.33 0.5 4.666 31.266 5.25 36.516 24.344
10 C3 14 9.33 0.5 4.666 35.933 5.25 41.183 27.455
11 C3 14 9.33 0.5 4.666 40.6 5.25 45.85 30.566
12 C3 14 9.33 0.5 4.666 45.266 5.25 50.516 33.677
13 C3 19 12.7 0.5 6.333 51.6 7.125 58.725 39.15
14 C3 19 12.7 0.5 6.333 57.933 7.125 65.058 43.372
15 C3 21 14 0.5 7 64.933 7.875 72.808 48.538
16 C3 21 14 0.5 7 71.933 7.875 79.808 53.205
17 S4 25 - - 5 76.933 100 176.933 117.955
18 S4 50 - - 10 86.933 100 186.933 124.622
19 S4 50 - - 10 96.933 100 196.933 131.288
20 S4 50 - - 10 106.933 100 206.933 137.955
21 S4 50 - - 10 116.933 100 216.933 144.622
22 S4 50 - - 10 126.933 100 226.933 151.288
23 S4 50 - - 10 136.933 100 236.933 157.955
24 S4 50 - - 10 146.933 100 246.933 164.622
25 S4 50 - - 10 156.933 100 256.933 171.288
26 S4 50 - - 10 166.933 100 266.933 177.955
27 S4 50 - - 10 176.933 100 276.933 184.622
28 S4 50 - - 10 186.933 100 286.933 191.288
29 S4 50 - - 10 196.933 100 296.933 197.955
30 S4 50 - - 10 206.933 100 306.933 204.622
31 S4 50 - - 10 216.933 100 316.933 211.288
32 S4 50 - - 10 226.933 100 326.933 217.955
33 S4 50 - - 10 236.933 100 336.933 224.622
34 S4 50 - - 10 246.933 100 346.933 231.288
35 S4 50 - - 10 256.933 100 356.933 237.955
105
Karena gaya aksial P = 1,431.68 kN = 143.168 ton, maka harus dipilih
lapisan dengan daya dukung tanah lebih besar dari P sehingga dipilih
kedalaman 24 meter dan grup tiang dengan tiang sebanyak 2 buah. Desain
tiang pancang ini dapat dilihat pada Gambar 5.20.
Perhitungan:
Concrete -------------------------- K-450
------- = 0.33 X 450
Tegangan izin tekan beton = 148.5 Kg/cm2
U-39
Baja ------------------------------- = 0.58 x 3,900
------- = 2,262 Kg/cm2
Tegangan izin tarik baja
106
Embankment
Silty CLAY
Tampak atas dari Pile Cap dapat dilihat pada Gambar 5.21.
Diketahui:
Gaya dalam ultimate, P = 1,431.68 kN ; M = 204.987 kNm
Daya dukung ultimate tiang tunggal, Qult = 2,469.33 kN
Diameter pile, D = 0.25 m
Jarak antar pile, d = 1 m
Jumlah baris, n = 1
Jumlah kolom, m = 2
Safety factor, SF = 3
107
Maka,
D 0.25
tan 14.04
d 1
(n 1).m (m 1).n
Efisiensi, η = 1 (5.21)
.
90.n.m
(11).2 (2 1).1
= 1 90.1.2 .14.04
= 0,922
= 92.2%
n m Qulttunggal
Qizin grup tiang = (5.22)
SF
1 2 0, 922 2, 469.33
=
3
= 1,517.81 kN > P = 1,431.68 kN ….. OK!
Selanjutnya, akan dihitung beban aksial terbesar tiang tunggal dalam grup
tiang akibat gaya dalam P dan M:
P 1, 431.68 715.84 kN
Vp
= n m 1 2
Vm
1 = M 2 .li 2.2.(0.5)
2.m. 204.9872 .0.5 102.49 kN
l
i
P tunggal terbesar dalam grup
= 715.84 + 102.49 = 818.33 kN < Qall tunggal = 1,646.22 kN ..... OK!
< Qall pracetak = 1,110 kN….. OK!
Grup tiang terdiri dari 2 buah tiang dengan efisiensi sebesar 92.2%. Efisiensi
ini melebihi 90% dan dapat dikategorikan baik sehingga layak untuk dipakai.
Beban aksial untuk satu tiang pada grup tiang tersebut mencapai 818.33 kN
lebih kecil dibandingkan beban izin pada daya dukung sebesar 1,646.22 kN
dan beban izin satu tiang pracetak sebesar 1,110 kN, sehingga layak dipakai.
108
5.6.4 Penurunan Konsolidasi (Consolidation Settlement)
Penurunan konsolidasi dari grup tiang dapat dilihat pada Gambar 5.22.
Embankment
Silty CLAY
Maka,
Pu ,2 4, 938.6
Qu,2 = 16.73 kN/m2
B L 9.25 9.25
Po = (2.23x18) (4.05x18.85) (0.15(20 9.81)) (9.57(21.21 9.81))
= 227.1kN/m2
Pertambahan tegangan efektif akibat beban di atas lapisan kompresibel, Δpav,
dihitung dengan menggunakan metode 2V:1H.
109
Metode 2V:1H
qo B L
p
(B z)(L z)
16.73 9.25 9.25
16.73 kN/m2
pt (9.25 0)(9.25 0)
110
Tabel 5.14 Penurunan Izin Rata-rata Untuk Berbagai Tipe Gedung
Allowable
Average
Type of Building
Settlement
in. (mm)
Building with plain brick
walls 3 (80)
L/H 2.5 4 (100)
L/H 1.5 6 (150)
Buliding with brick walls,
reinforced with reinforced 4 (100)
concrete or reinforced brick 12 (300)
Framed building
Solid reinfoced concrete
foundations of smoke-stacks,
silos, towers, and so on
H = Height of building
L/H = 9000/9000 = 1
Pu = 1431.68 kN = 1,431,680 N
Mu = 204.987 kNm = 204,987,000 Nmm
B = 800 mm
lk = 150 mm
H = 500 mm
Selimut beton = 25 mm
Tulangan yang akan digunakan = D22 mm
d = H – selimut – ½ D tulangan
= 500 – 25 – 11 = 464 mm
111
Cek As minimum :
1.4 1.4
fy b d 400 800 464 1, 300 mm
2
As min maks
fc ' 30
b d 800 464 1, 271 mm2
4 fy 4 400
Karena As perlu > As min, maka As = As perlu = 3,230.75 mm2
Tulangan yang akan digunakan adalah D22 mm, As satuan D = 0.25 x 3.14 x
222 = 380 mm2.
Maka jumlah tulangan yang dibutuhkan adalah :
As 3, 230.75
n tulangan 8.5 9 buah
As satuan tulangan 380
Spasi tulangan tarik
b 2 se lim ut beton nD 800 (2 25) (9 22)
69 mm
n 1 8
Jarak antar tulangan = spasi tulangan + ½ Dkanan + ½ Dkiri = 69+11+11 =91mm
112
5.6.7 Analisis Perencanaan Pile Cap
Pile cap didesain sesuai dengan spesifikasi pracetak dari pabrik dengan
ketebalan minimum sebesar 300 m. Gaya horizontal seharusnya
diperhitungkan, namun dalam hal ini lebih dominan momen dan gaya aksial.
Tie Beam ini didesain untuk menahan gaya tarik dan tekan yang senilai
dengan 10 % beban terpusat ultimate yang ditinjau dari kolom terbawah
dengan kombinasi pembebanan seperti yang telah dilakukan sebelumnya.
Material yang digunakan untuk Tie Beam ini adalah beton bertulang. Detail
penulangan untuk Tie Beam ini dapat dilihat pada Gambar 5.24.
4 4
Maka jumlah tulangan yang dibutuhkan adalah:
357.92
n
As min 2.69 3buah
As satuan D13 132, 7
Cek kembali kuat tarik:
Tu As x fy
143,168 3 x 132,7 x 400
113
143,168 < 159,240.....OK!!
Spasi tul.tarik =
b 2 se lim ut beton nD 500 (2 50) (3 13)
180.5mm
n 1 2
Jarak antar tulangan = spasi tulangan + ½ Dkanan + ½ Dkiri
= 180.5+6.5+6.5 =193.5 mm
maka, jarak antar tulangan diambil = 200 mm
Tulangan tarik = 3D13 – 200
Tulangan tekan
Tulangan tekan dapat saja di desain dengan mengasumsikan Luas tulangan
tekan (As tekan) = 0.5 As tarik. Namun karena pada tie beam ini, tulangan
tarik berada di serat bawah jika di tumpuan dan berada di serat atas jika di
lapangan, sedangkan tulangan tekan berada di posisi sebaliknya, sehingga
pada pengerjaan tie beam ini agar tidak tertukar dengan cara pemasangan
tulangan pada balok biasa, kemudahan pelaksanaan dan juga berdasarkan
kebiasaan di pelaksanaan proyek maka jumlah tulangan tekan disamakan
dengan tulangan tarik.
Tulangan tekan = 3D13 – 200
114
e. Panjang Pengangkuran
Panjang pengangkuran diambil = 40 x D = 40 x 13 = 520 mm
Ø13-300 Ø13-300
Ø13-300 Ø13-300
Ø8-250 Ø8-100
Ø13-300 Ø13-300
Lapangan Tumpuan
Gambar 5.24 Detail Penulangan Tie Beam
115
Gambar 5.26 WBS Gedung Terminal Penumpang BIJB
116
h. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat di atas patok
tiang pancang yang telah ditentukan
i. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur
panjang backstay sambil diperiksa dengan waterpass
sehingga diperoleh posisi yang vertikal
j. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem
dengan center gate pada dasar driving lead agar posisi tiang
tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang
batang pertama
k. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan
menjatuhkan hammer secara berkesinambungan ke atas
helmet yang terpasang di atas kepala tiang
l. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk proses
penyambungan tiang
m. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan
n. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang
telah mencapai lapisan tanah keras / final set yang
ditentukan
o. Pemotongan tiang pancang pada cut off level disesuaikan
dengan shop drawing
2. Pile Cap
a. Gali tanah berpedoman kepada Bouwplank dan Shop
Drawing
b. Padatkan dasar galian dengan stamper
c. Tebar dan padatkan lapisan pasir urug
d. Pasang bekisting kayu
e. Pasang penulangan, beton decking dan kaki ayam
f. Bersihkan daerah yang akan dicor dengan menggunakan
compressor
g. Cor beton dan padatkan dengan vibrator
h. Curing / perawatan beton
3. Tie-Beam
a. Pembuatan tanda menyatakan as atau level
b. Pekerjaan penggalian dengan menggunakan alat berat
(backhoe) maupun tenaga manusia, hingga mencapai
elevasi yang diinginkan
c. Pekerjaan urugan pasir dan lantai kerja untuk dudukan poer
dan sloof sesuai dengan elevasi rencana
d. Setelah pekerjaan galian poer dan sloof kemudian
dilanjutkan dengan pekerjaan urugan pasir pasir dan lantai
117
kerja untuk dudukan poer dan sloof sesuai dengan elevasi
rencana
e. Membuat panel bekisting yang disesuaikan dengan ukuran
poer dan sloof
f. Oleskan minyak bekisting pada permukaan panel hingga
rata
g. Pasang panel bekisting pada lokasi masing-masing,
sambungan antar panel harus rapat
h. Panel bekisting harus diberi pengaku dari kaso untuk sisi
luar panel dan bagian atas juga diberi kaso agar benar-benar
tegak
i. Cek kelurusan bekisting dengan tarikan benang
j. Lakukan pengecoran
k. Perawatan beton (curing)
1. Kolom
a. Perakitan tulangan yang dibutuhkan termasuk pemasangan
sengkang
b. Pemasangan bekisting kolom, terdiri dari panel, rangka, dan
waller
c. Pemasangan bekisting kolom dan kepala kolom dilakukan
secara bersama-sama
d. Cor beton dan padatkan dengan menggunakan vibrator
e. Pengecoran dilakukan sampai elevasi bodeman terendah
f. Bekisting kolom dibongkar dengan kepala kolom masih
terpasang untuk langkah berikutnya
2. Balok
a. Pasang scaffolding pada jarak-jarak tertentu dan dengan
susunan sedemikian untuk mencegah terjadinya
eksentrisitas dan memastikan beban di sisi dinding selalu
berada di dalam support.
b. Pasang bekisting sesuai dengan dimensi balok yang
diinginkan dan memenuhi persyaratan stability, strength,
dan serviceability.
c. Lakukan fabrikasi tulangan berdasarkan Shop Drawing
yang ada.
d. Cor beton dan padatkan dengan menggunakan vibrator
e. Proses curing / perawatan beton
118
3. Pelat
a. Perhatikan beban vertikal dan horizontal yang akan bekerja
pada pelat
b. Pasang erection beaty scaffolding yang berfungsi untuk
menyangga bekisting di atas nya.
c. Lakukan pemasangan bekisting
d. Lakukan pemasangan wiremesh berdasarkan Shop Drawing
yang ada
e. Cor beton dan padatkan dengan menggunakan vibrator
f. Proses curing / perawatan beton
Dalam Bill of Quantity ini, kami melakukan perhitungan terhadap volume item
– item pekerjaan struktural, sebagaimana yang telah kami susun di dalam
WBS, berdasarkan gambar dan permodelan desain struktural yang telah kami
buat pada tahapan sebelumnya. Bill of Quantity tersebut dapat dilihat pada
Tabel 5.15.
119
B Pekerjaan Gedung Pinggir
I Pekerjaan Fondasi
1 Pekerjaan Timbunan m³ 9,644.63
2 Pekerjaan Pile Cap m³ 159.375
3 Pekerjaan Tiang Pancang buah 408
II Pekerjaan Tie-Beam
1 Pekerjaan Beton m³ 887.25
III Pekerjaan Pelat Lantai 1
1 Pekerjaan Beton m³ 780.03
IV Pekerjaan Pelat Lantai 2 & Atap
1 Pekerjaan Beton Lantai 2 m³ 1,175.88
2 Pekerjaan Beton Atap m³ 783.918
V Pekerjaan Kolom
1 Pekerjaan Beton m³ 459
2 Pekerjaan Tulangan m³ 459
3 Pekerjaan Bekisting m³ 24.48
VI Pekerjaan Balok Tipe B.1
1 Pekerjaan Beton m³ 951.2
VII Pekerjaan Balok Tipe B.2
1 Pekerjaan Beton m³ 552.096
C Pekerjaan Pier
I Pekerjaan Fondasi
1 Pekerjaan Timbunan m³ 93,425.70
2 Pekerjaan Pile Cap m³ 768.75
3 Pekerjaan Tiang Pancang buah 1,872
II Pekerjaan Tie-Beam
1 Pekerjaan Beton m³ 4,336.80
III Pekerjaan Pelat Lantai 1
1 Pekerjaan Beton m³ 3,755.70
IV Pekerjaan Pelat Lantai 2 & Atap
1 Pekerjaan Beton Lantai 2 m³ 5,661.63
2 Pekerjaan Beton Atap m³ 3,774.42
V Pekerjaan Kolom
1 Pekerjaan Beton m³ 2,106
2 Pekerjaan Tulangan m³ 2,106
3 Pekerjaan Bekisting m³ 112.32
VI Pekerjaan Balok Tipe B.1
1 Pekerjaan Beton m³ 4,898.40
VII Pekerjaan Balok Tipe B.2
1 Pekerjaan Beton m³ 2,658.24
Total m³ 210,244.80
120
Tabel 5.16 Detail Analisa Harga Satuan Sub Pekerjaan Beton
JENIS PEKERJAAN : BETON KOLOM 500 x 500
SATUAN PEMBAYARAN : M3
No Uraian Kode Koef. Satuan
I Asumsi
1 Menggunakan alat secara mekanik
2 Bahan dasar : split, pasir & semen
3 Jam kerja per hari T 8.00 jam
4 Kerja efektif setiap jam 60 menit TE 1
121
2.b Concrete Pump
kapasitas pompa V 20,000 Ltr/jam
Faktor efisiensi alat fa 0.85
koefisien alat Ka 1
Kap.prod. / jam = V x Fa x Q3 17 m3 / jam
K 1000 136 m3 / hari
Produksi menentukan : Concrete mixer
Produksi per hari Qt 12.24 m3/hari
Koefi. Concrete Pump = 1 / Qt 0.08170
Koefisien tenaga
-Mandor 0.08170
-Pekerja 32.67974
122
3 Tenaga
Koefisien tenaga :
-Mandor 0.0021
-Kepala Tukang Besi 0.0833
-Tukang Besi 0.1667
-paku koefisien ls kg
diperlukan :
- palu, scaffolding , steel clamps ls
3 Tenaga
Koefisien tenaga :
-Mandor 0.937
-Kepala Tukang Kayu 3.749
-Tukang Kayu 7.498
123
5.7.5 Analisa Harga Satuan (AHS)
Dalam analisa harga satuan ini, kami melakukan analisa terhadap pekerjaan –
pekerjaan yang kami buat di dalam Work Breakdown Structure (WBS).
Analisa harga satuan ini hanya dilakukan untuk pekerjaan struktural saja guna
membatasi lingkup pembahasan yang ada. Adapun analisa harga satuan untuk
berbagai pekerjaan struktural Terminal Penumpang BIJB dapat dilihat pada
Tabel 5.19 sampai dengan 5.31.
a. Pekerjaan Fondasi
124
b. Pekerjaan Tie-Beam
125
d. Pekerjaan Pelat Atap
126
f. Pekerjaan Balok Tipe B.2
127
h. Pekerjaan Kolom
128
5.7.6 Rencana Anggaran dan Biaya
129
C Pekerjaan Pier
I Pekerjaan Fondasi
1 Pekerjaan Timbunan m³ 93425.7 Rp 63,540 Rp 5,936,231,608
2 Pekerjaan Pile Cap m³ 768.75 Rp 3,273,860 Rp 2,516,779,875
3 Pekerjaan Tiang Pancang buah 1872 Rp 4,694,770 Rp 8,788,609,440
II Pekerjaan Tie-Beam
1 Pekerjaan Beton m³ 4336.8 Rp 3,273,860 Rp 14,198,076,048
III Pekerjaan Pelat Lantai 1
1 Pekerjaan Beton m³ 3755.7 Rp 1,160,064 Rp 4,356,852,365
IV Pekerjaan Pelat Lantai 2 & Atap
1 Pekerjaan Beton Lantai 2 m³ 5661.63 Rp 1,545,839 Rp 8,751,968,458
2 Pekerjaan Beton Atap m³ 3774.42 Rp 1,739,064 Rp 6,563,957,943
V Pekerjaan Kolom
1 Pekerjaan Beton m³ 2106 Rp 832,512 Rp 1,753,270,272
2 Pekerjaan Tulangan m³ 2106 Rp 726,655 Rp 1,530,335,430
3 Pekerjaan Bekisting m³ 112.32 Rp 1,945,915 Rp 218,565,173
VI Pekerjaan Balok Tipe B.1
1 Pekerjaan Beton m³ 4898.4 Rp 5,018,047 Rp 24,580,401,425
VII Pekerjaan Balok Tipe B.2
1 Pekerjaan Beton m³ 2658.24 Rp 4,562,857 Rp 12,129,168,992
Sub Total 1 Rp 156,140,643,204
Overhead (10%) Rp 15,614,064,321
Contingency (5%) Rp 7,807,032,161
Sub Total 2 Rp 171,754,707,525
Dalam estimasi biaya ini, kami melakukan perhitungan terhadap biaya total
yang dibutuhkan untuk melakukan konstruksi struktur dari gedung terminal
penumpang Bandara Internasional Jawa Barat. Untuk dapat melakukan
estimasi biaya dengan baik, pertama perlu disusun suatu work breakdown
structure yang menyatakan semua pekerjaan yang perlu dilakukan dalam
pembangunan struktural gedung terminal tersebut.
130
masing – masing pekerjaan per satuan volume yang diperoleh dari analisa
harga satuan.
Berdasarkan perhitungan yang telah kami lakukan, diperoleh sub total untuk
keseluruhan pekerjaan konstruksi adalah Rp. 156,140,643,204 (Seratus Lima
Enam Milyar, Seratus Empat Puluh Juta, Enam Ratus Empat Tiga Ribu, Dua
Ratus Empat Rupiah). Untuk biaya operasional di lapangan dan biaya tidak
terduga yang mungkin muncul, kami memasukkan biaya overhead sebesar
10% dan biaya contingency 5%. Persentase tersebut adalah persentase yang
umum digunakan dalam suatu proyek konstruksi. Setelah dilakukan
penjumlahan dengan biaya overhead dan contingency diperoleh biaya total
pekerjaan minus pajak sebesar Rp.171,754,707,525 (Seratus Tujuh Satu
Milyar, Tujuh Ratus Lima Puluh Empat Juta, Tujuh Ratus Tujuh Ribu, Lima
Ratus Dua Puluh Lima Rupiah). Dengan luas total bangunan sebesar 149,900
m², biaya total pekerjaan per satuan luas pekerjaan didapatkan sebesar Rp.
1,146,000 (Satu Juta Seratus Empat Puluh Enam Ribu Rupiah) per m² luas
bangunan.
131