Anda di halaman 1dari 22

1.

KONSEP TUMBUH KEMBANG

Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran.

Pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif. Indikator pertumbuhan meliputi

tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, dan pertumbuhan gigi. Pola

pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang, akan tetapi laju pertumbuhan

bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan berbeda. Perkembangan

adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan keterampilan yang dimiliki

individu untuk beradaptasi dengan lingkungan. Perkembangan merupakan aspek

perilaku dari pertumbuhan, misalnya individu mengembangkan kemampuan untuk

berjalan, berbicara, dan berlari dan melakukan suatu aktivitas yang semakin

kompleks (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000; Supartini, 2004; Potter & Perry,

2005; Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009;

Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Istilah pertumbuhan dan perkembangan keduanya mengacu pada proses

dinamis. Pertumbuhan dan perkembangan walaupun sering digunakan secara

bergantian, keduanya memiliki makna yang berbeda. Pertumbuhan dan

perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan, teratur, dan berurutan yang

dipengaruhi oleh faktor maturasi, lingkungan, dan genetik (Kozier, Erb, Berman,

& Snyder, 2011).


2. TAHAP TUMBUH KEMBANG MANUSIA
Manusia mengalami tahap tumbuh kembang, dimana terjadi perubahan pada diri

manusia itu sendiri. Pada tahap tumbuh kembang ini terjadi beberapa perubahan yaitu,

Pertumbuhan Fisik, Perkembangan Kognitif, Perkembangan Moral, Perkembangan

Spiritual, Perkembangan Psikoseksual, Perkembangan Psikososial, dan Perubahan Pra-

Pubertas atau Pra-Remaja.

1) Pertumbuhan Fisik (Allport, 1957)

- Perkembangan masa prenatal


Periode prenatal adalah periode yang pertama dilalui oleh setiap individu
dan yang paling singkat dari periode sebelumnya. Periode ini mulai pada saat
pembuahan dan berakhir pada saat kelahiran yang berlangsung 270 sampai 280
hari atau 9 biulan. perkembangan pokok pada masa ini ialah perkembangan
fisiologis berupa pembentukan struktur tubuh. Sejak pembuahan sampai akhir
minggu kedua disebut zigot. Zigot baru berupa kepala peniti, berjalan dari tuba
fallopi turun ke uterus, dan terjadilah banyak pembelahan menjadi lapisan luar dan
lapisan dalam, setelah 10 hari tertanam di uterine. Akhir minggu kedua sampai
dengan akhir bulan kedua disebut periode embrio. Embrio adalah manusia dalam
bentuk kecil. Pertumbuhan dimulai dari kepala, berikutnya bagian tubuh yang
penting terbentuk. Akhir bulan ketiga, organ dalam cukup berkembang sepeti
denyut jantung. Sedangkan akhir bulan kelima organ-organ tubuh telah
menempati posisi hampir sempurna. Janin mulai bergerak-gerak mulai pada
minggu ke 18 sampai pada bulan kesembilan gerakannya makin lama makin cepat,
dengan gerakan menggelinding dan menendang.
- Masa bayi
Masa bayi dianggap sebagai masa dasar, karena merupakan dasar paeriode
kehidupan yang sesungguhnya karena pada masa ini banyak pola, perilaku, sikap
dan ekspresi emosi mulai terbentuk. Masa bayi berlangsung dua tahun pertama
setelah periode bayi lahir. Dibawah ini diberikan ukuran – ukuran panjang bayi
pada berbagia tahap perkembangannya terhitung pada hari pertama menstruasi
sang ibu.
8 Minggu – panjangnya 1 inci
12 Minggu – panjangnya 3 inci
16 Minggu – panjangnya 6 inci
20 Minggu – panjangnya 10 inci
24 Minggu – panjangnya 12 inci, dan beratnya lebih ½ Kg
28 Minggu – panjangnya 15 inci beratnya 1 Kg
32 Minggu – panjangnya 16 inci dan beratnya 2 Kg
36 Minggu – panjangnya 18 inci dan beratnya 2 ½ sampai 2 ¾ Kg
40 Minggu – panjangnya 20 inci beratnya 3 sampai 3 ½ Kg
Pada masa bayi, perkembangan fisik secara jelas dapat diamati, pada enam
bulan pertumbuhannya terus bertambah dengan pesat. Tahun pertama peningkatan
lebih kepada berat dan tinggi. Selama tahun kedua terjadi penurunan. Selain itu
yang berkembang adalah proporsi, tulang, otot dan lemak, bangun tubuh, gigi,
susunan syaraf dan organ perasa.
- Masa anak-anak
Kenaikan tinggi pertahun adalah 2 sampai 3 inchi. Rata-rata anak
perempuan sebelas tahun mempunyai tinggi badan 58 inchi dan anak laki-laki
57,5 inchi. Kenaikan berat lebih bervariasi daripada kenaikan tinggi, berkisar
antara 3-5 pon per tahun. Rata-rata anak perempuan sebelas tahun mempunyai
berat 88,5 pon dan anak laki-laki 85,5 pon. Beberapa perbandingan wajah yang
kurang baik menghilang dengan bertambah besarnya mulut dan rahang, dahi
melebar dan merata, bibir semakin berisi, hidung menjadi lebih besar dan lebih
berbentuk. Badan memanjang dan menjadi lebih langsing, leher menjadi lebih
panjang, dada melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai memanjang, dan
tangan dan kaki dengan lambat tumbuh membesar. Pebandingan tubuh yang
kurang baik yang sangat mencolok pada masa akhir kanak-kanak menyebabkan
meningkatnya kesederhanaan pada saat ini. Disamping itu, kurangnya perhatian
terhadap penampilan dan kecenderungan untuk berpakaian seperti teman-teman
tanpa memperdulikan pantas tidaknya, juga menambah kesederhanaan. Selama
akhir masa kanak-kanak, jaringan lemak berkembang lebih cepat daripada
jaringan otot yang perkembangannya baru mulai melejit pada awal pubertas.
Anak yang berbentuk endomorfik jaringan lemaknya jauh lebih banyak daripada
jaringan otot sedangkan pada tubuh mesomorfik keadaanya terbalik. Pada bentuk
tubuh ektomorfik tidak terdapat jaringan yang melebihi jaringan lainnya
sehingga cenderung tampak kurus.
- Masa Remaja
Masa remaja adalah masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas
tahun) sampai usia sekitar delapan belas-masa tranisisi dari kanak-kanak ke
dewasa. Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah
perubahan fisik. Terjadi pubertas yaitu proses perubahan yang bertahap dalam
internal dan eksternal tubuh anak-anak menjadi dewasa. Pada masa remaja
ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa
remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik
tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self
picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga,
perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada
masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh
norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
Secara umum perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut :
Perempuan
a) Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun)
b) Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8 -14 tahun)
c) Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5 tahun)
d) Menarche/menstruasi (10 – 16 tahun, kadang 7 thn)
e) Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
f) Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu
ketiak)
Laki-laki
a) Pertumbuhan testis (10 – 13,5 tahun)
b) Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10 – 15 tahun)
c) Pembesaran badan (10,5 – 16 tahun)
d) Pembesaran penis (11 – 14,5 tahun)
e) Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (Sama dengan
pembesaran penis)
f) Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
g) Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (Sama dengan tumbuhnya
bulu ketiak)

- Masa Dewasa
Dewasa awal ini ada yang mengatakan mulai umur 18 tahun sampai 40
tahun, tapi ada referensi lain yang mengatakan mulai 20-40 tahun. Masa dewasa
awal yang merupakan kelanjutan masa remaja yang sibuk mencari jati diri kini
sudah lebih stabil dan mulai sibuk dalam penempatan dirinya ditengah-tengah
masyarakat. Secara fisik dewasa awal sudah selesai dalam perkembangannya,
tetapi kemampuan pisiknya semakin meningkat pada masa ini. Atlet lari memiliki
prestasi paling baik pada masa dewasa awal. Juga hampir semua olahragawan
berprestasi terbaik pada masa ini, karena kondisi kemampuan pisik paling puncak
adalah tahun-tahun sebelum mencapai usia 30an. Pada puncak kemampuan fisik
ini, tubuh cepat memulihkan dirinya ketika mengalami cedera atau kelelahan.
Tubuh memiliki kemampuan yang lebih kuat, dan terkadang jauh dari kata letih.
Kemampuan fisik yang maksimal ini akan sangat disayangkan kalau tidak
digunakan tetapi sebaliknya kita bermalas-malas tanpa mengerjakan apapun. Fisik
yang lelah akan segera memulihkan keadaannya, tetapi ada batas-batas yang harus
diperhatikan. Fisik yang terus dipaksa beraktivitas mungkin akan melewati batas
pemulihannya bisa mengakibatkan sakit pada masa penghujung masa dewasa awal
ini atau pada masa dewasa madya (40-60thn).
Selain merupakan puncak kemampuan fisik, pada dewasa awal juga mulai
terjadi penurunan kemampuan pisik. Kalau sudah terjadi penurunan kemampuan
fisik dalam beraktivitas maka kita perlu memperhatikan supaya bisa tetap
memiliki tubuh yang sehat. Makanan yang sehat dan bergizi serta olah raga yang
teratur akan membantu menjaga stamina tubuh. Porsi makanan yang diperlukan
tubuh mada masa ini sebenarnya tidak sebanyak makanan yang diperlukan tubuh
pada masa remaja. Porsinya seharusnya semakin berkurang, tetapi ketika orang-
orang dewasa awal sudah mampu mandiri dan mampu membeli makanan yang
diinginkannya, maka hal inilah yang menyebabkan masa dewasa awal sering
bermasalah dengan berat badan.

2) Perkembangan Kognitif (Menurut Piaget)

Perkembangan kognitif pada manusia terjadi beberapa fase dan tahapannya

yang akan dijelaskan sebagai berikut:

- Fase Sensorimotor terjadi pada saat baru lahir hingga 2 tahun, yang terdiri dari

6 tahap, yaitu:

a) Tahap 1 Penggunaan Refleks (lahir-1 bulan), pada tahap ini sebagian


besar tindakan bersifat reflex
b) Tahap 2 Reaksi Sirkuler Primer (1-4 bulan), persepsi mengenai
berbagai kejadian terpusat pada tubuh. Objek merupakan ekstensi diri.
c) Tahap 3 Reaksi Sirkuler dan Sekunder (4-8 bulan), mengenali
lingkungan eksternal. Membuat perubahan secara aktif di dalam
lingkungan
d) Tahap 4 Koordinasi Skema Sekunder (8-12 bulan), dapat membedakan
tujuan dari cara pencapaian tujuan tersebut.
e) Tahap 5 Reaksi Sirkuler Tersier (12-18 bulan), mencoba dan
menemukan tujuan serta cara baru untuk mencapai tujuan. Ritual
merupakan hal penting.
f) Tahap 6 Penemuan Arti yang Baru (18-24 bulan), Menginterprestasi
lingkungan dengan kesan mental. Melakukan permainan imajinasi dan
imitasi.
- Fase Prakonseptual (2-4 tahun), menggunakan pendekatan egosentrik
untuk mengakomodasi tuntutan lingkungan. Semua hal bermakna dan
berkaitan dengan “aku”. Mengeksplorasi lingkungan. Bahasa berkembang
dengan cepat. Mengasosiasikan kata dengan objek
- Fase Pemikiran Intuitif (4-7 tahun), Pola pikir egosentrik berkurang.
Memikirkan sebuah ide pada satu waktu. Melibatkan orang lain di
lingkungan tersebut. Kata-kata mengekspresikan pemikiran.
- Fase Operasi Konkret (7-11 tahun), menyelesaikan masalah yang konkret.
Mulai memahami hubungan seperti ukuran. Mengerti kanan dan kiri. Sadar
akan sudut pandang orang.
- Fase Operasi Formal (11-15 tahun), menggunakan pemikiran yang
rasional. Pola pikir yang deduktif dan futuritik.

3) Perkembangan Moral (Menurut Kohlberg)

Menurut Kohlberg perkembangan moral didasarkan pada tiga

perkembangan kognitif anak, yaitu fase preconventional, fase conventional, dan

fase post conventional. Fase – fase tersebut akan dijelaskan dalam tabel berikut

ini:

Tingkat Tahap Usia Rata-rata

I. Prakonvensional 1. Orientasi Hukuman Todler – usia 7 tahun


dan Kepatuhan
Individu berespon Takut terhadap hukuman,
terhadap peraturan bukan rasa hormat terhadap
terhadap peraturan otoritas merupakan alasan
budaya mengenai label terbentuknya keputusan,
baik buruk, benar atau perilaku, dan konformitas.
salah. Individu
memahaminya dalam
istilah hukuman,
penghargaan, atau
pertukaran kebaikan

Fokus egosentrik 2. Orientasi Relativist Presekolah - usia


Instrumental sekolah
Konformitas didasarkan
pada kebutuhan egosenttris
dan narsisistik. Tidak ada
rasa keadilan, loyalitas, dan
terima kasih. “saya
bersedia melakukan
sesuatu asalkan saya
mendapatkan imbalan atau
karena hal tersebut
menyenangkan anda.”
II. Konvensional 3. Orientasi Persetujuan Usia sekolah – dewasa
Individu memikirkan Interpersonal (sebagian besar
upaya untuuk Keputusan dan perilaku wanita berada pada
mempertahankan harapan didasarkan pada pada tahap ini).
dan peraturan keluarga, kekhawatiran akan reaksi
kelompok, negara, serta orang lain. Indvidu
masyarakat. Perasaan menginginkan persetujuan
bersalah telah dan penghargaan dari orang
berkembang dan lain. Respon empati, yang
mempengaruhi perilaku. didasarkan pada
Individu menerima nilai pemahaman tentang
konformitas, loyalitas, perasaan orang lain,
dan berupaya aktif dalam merupakan faktor penentu
mempertahankan tata terbentuknya keputusan
tertib dan kontrolsosial. dan perilaku. (“saya dapat
Konformitas berarti menempatkan diri saya
perilaku yang baik atau pada posisi anda”).
sesuatu yang dapat
menyenangkan dan
membantu orang lain, dan
hal tersebut disetujui.

Fokus Sosial 4. Orientasi Hukum dan Remaja dan dewasa


Tata Terbit (sebagaian besar pria
Individu ingin menerapkan berada pada tahap
peraturan yang berasal dari ini).
otoritas dan alasan
terbentuknya keputusan
dan perilaku adalah bahwa
peraturan dan tradisi sosial
dan seksual menuntut
respon tersebut. (“saya
bersedia melakukan
sesuatu karena itu adalah
tugas saya dan begitulah
hukumna.”)
III. Postkonvensional 5. orientasi Legalistik Usia pertengahan atau
Individu hidup secara Kontrak Sosial lansia
otonom dan Peraturan sosial bukan
mendefinisikan nilai-nilai merupakan satu-satunya
serta prinsip-prinsip dasar utama terbentuknya
moral yang membedakan keputusan dan perilaku.
antara identifikasi pribadi Sebab, individu meyakini
dengan nilai-nilai adanya prinsip moral yang
kelompok. Individu hidup lebih tinggi seperti
menurut prinsip-prinsip kesetaraan, keadilan, atau
yang disetujui secara proses yang seharusnya.
universal dan yang
dianggap sesuai untuk
kehidupannya.

Fokus bersifat universal 6. Orientasi Prinsip Etis Usia pertengahan atau


Universal lansia
Keputusan dan perilaku Beberapa orang
didasarkan pada peraturan mencapai atau
yang terinternalisasi, lebih mempertahankan
kepada hati nurani bukan tahap ini. Contoh
hukum sosial, dan juga tahap itu terlihat
berdasarkan prinsip-prinsip dalam situasi krisis
etis dan abstrak pilihan atau ekstrem
pribadi yang bersifat
universal, komprehensif
dan konsisten
4) Perkembangan Spiritual (Menurut Fowler)

Menurut Fowler, terdapat beberapa tahapan perkembangan spiritual yang

akan dijelaskan dalam tabel berikut ini:

Tahapan Usia Deskripsi

Bayi tidak mampu


0 merumuskan konsep
0 – 3 tahun
Tidak terdiferensiasi mengenai diri sendiri atau
lingkungan
Suatu kombinasi
gambaran dan
kepercayaan yang
1. diberikan oleh orang lain
4 – 6 tahun
Intuitif – proyektif yang dipercaya, yang
digabungkan dengan
pengalaman dan
imajinasi anak sendiri.
Dunia fantasi dan
khayalan pribadi, simbol-
simbol mengacu pada
2. sesuatu yang khusus,
7 – 12 tahun
Mitos – factual kisah-kisah dramatik dan
mitos digunakan untuk
menyampaikan maksud –
maksud spiritual.
Dunia dan lingkungan
mendasaryang tersusun
3.
Remaja atau dewasa atas pengharapan dan
Sintetik – konvensional
penilaian orang lain,
fokus interpersonal.
Membangun sistem
4.
pribadi yang eksplisit;
Individualisasi – Setelah 18 tahun
kesaddaran diri yang
refleksif
tinggi.
Kesadaran akan
5.
kebenaran yang berasal
Paradoksial – Setelah 30 tahun
dari berbagai sudut
konsolidatif
pandang
6. Mungkin tidak akan Menjadi perwujudan
Universalizing pernah prinsip cinta dan keadilan
5) Perkembangan Psikoseksual (Menurut Freud)

Perkembangan psikoseksual terdiri dari fase oral, fase anal, fase phallic,

fase Latency, dan fase Genital. Fase – fase tersebut akan dijelaskan pada tabel

dibawah ini.

Tahap Usia Karakteristik Implikasi

Sumber kenikmatan utama Saat makan memberikan


bayi melibatkan aktivitas kesenangan serta
berorientasi mulut perasaan aman dan
(menghisap dan menelan) nyaan pada anak.
Saat makan harus
Fase Oral Konflik utama penyapihan menjadi saat yang
(Lahir – 18 bulan) menyenangkan bagi
anak dan pemberian
makan harus diberikan
pada saat yang
dibutuhkan.

Anak mendapatkan Pengontrolan dan


kepuasan sensual dengan pengeluaran feses
menahan atau melepasan memberikan
feses. Zona kepuasan anka kesenangan dan
adalah daerah anal perasaan kontrol bagi
Fase Anal (Kepuasan sensual, kendali anak. Toilet training
(18 bulan – 3 tahun) diri) merupakan aktivitas
penting dan harus
menjadi pengalaman
yang menyenangkan
bagi anak.

Anak menjadi lengket Anak mengidentifikasi


dengan orarngtua dari jenis diri mereka dengan
kelamin berlainan orangtua yang berjenis
kemudian kelamin berbeda dan
Fase phallic mengidentifikasikannya kemudian menjalani
(3 – 6 tahun) dengan orantua berjenis hubungan di luar
kelamin sama. Superego lingkungan keluarga.
berkembang. Zona Dukung identitas diri
kepuasannya bergeser pada anak
daerah genital
Fase Latency Energy digunakan untuk Dukungan anak untuk
(6 tahun – pubertas) aktivitas fisik dan melakukan aktivitas
intelektualitas. Impuls- rekreasi fisik dan
seksual yang muncul intelektual. Dukung
cenderung ditekan. anak untuk berolahraga
Membangun hubungan dan melakukan aktivitas
dengan teman sebaya yang lain bersama dengan
berjenis kelamin sama. teman sebaya yang
berjenis kelamin sama

Kemunculan kembali Dukungan proses


dorongan seksual tahap pemisahan anak dari
phallic, disalurkan dengan orangtua, pencapaian
seksualitas masa dewasa. kemandirian, dan
Fase Genital Energy diarahkan untuk pembuatan keputusan.
(Pubertas– kematangan dan fungsi
Kedewasaan seksual yang utuh dan
perkembangan
keterampilan dibutuhkan
untuk menghadapi
lingkungan.

6) Perkembangan Psikososial (Menurut Erikson)

Menurut Erikson, tahapan perkembangan terbagi menjadi delapan tahap

yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.

Tahap - Usia Tugas Pokok Indikator Resolusi Indikator Resolusi


Positif Negatif
Bayi Percaya versus tidak Belajar untuk Tidak percaya,
(lahir – 18 bulan) percaya mempercayai orang menarik diri,
lain. mengasingkan diri.
Kanak – kanak awal Otonomi versus rasa Kendali diri tanpa Kendali diri
(18 bulan – 3 tahun) malu dan ragu kehilangan harga diri. kompulsif atau
Kemampuan untuk kepatuhan. Kurang
bekerjasama dan kemauan dan
mengekspresikan diri ketidakpatuhan
sendiri.
Kanak – kanak akhir Insiatif versus resa Mempelajari sejauh Kurang kepercayaan
(3-5tahun) bersalah. mana sikap asertif dan diri. Pesimisme, takut
tujuan mempelajari membuat kesalahan.
lingkungan. Memulai Kendali dan
kemampuan untuk pembatasan aktivitas
mengevaluasi diri yang berlebihan.
perilaku diri sendiri.
Usia Sekolah Industri versus rasa Mulai untuk Putus harapan, merasa
(6-12 tahun) bersalah menciptakan diri biasa-biasa saja.
mengembangkan, dan Menarik diri dari
memanipulasi sesuatu teman sekolah dan
mengembangkan rasa teman sebaya.
kompetensi dan
ketekunan.
Remaja Identitas versus Sadar akan diri Perasaan bingung,
(12-20 tahun) kebingungan peran sendiri. Bermaksud tidak mampu
untuk membuat keputusan
mengaktualisasikan dan mungkin terdapat
kemampuan diri. perilaku anti-sosial.
Dewasa Muda Keakraban versus Memiliki hubungan Hubungan
(18-25 tahun) isolasi yang intim dengan interpersonal.
orang lain memiliki Menghindari
komitmen terhadap komitmen dalam
pekerjaan dan hubungan, karier, atau
hubungan. gaya hidup.
Dewasa Generativitas versus Kreativitas Mengikuti kata,
(25-65 tahun) stagnasi produktivitas, memikirkan diri
kepedulian terhadap sendiri, dan kurang
orang lain. minat serta komitmen.
Lanjut Usia Integritas versus putus Penerimaan terhadap Merasa kehilangan,
(65 tahun – wafat) asa kelebihan dan memandang rendah
keunikan diri sendiri orang lain.
penerimaan akan
kematian.
2.1.2 Tahap Tumbuh-Kembang Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun)

1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan selama periode ini rata-rata 3-3,5 kg dan 6cm atau 2,5 inchi

pertahunnya. Lingkar kepala tumbuh hanya 2-3 cm selama periode ini,

menandakan pertumbuhan otak yang melambat karena proses mielinisasi sudah

sempurna pada usia 7 tahun (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000). Anak laki-laki

usia 6 tahun, cenderung memiliki berat badan sekitar 21 kg, kurang lebih 1 kg

lebih berat daripada anak perempuan. Rata-rata kenaikan berat badan anak usia

sekolah 6 – 12 tahun kurang lebih sebesar 3,2 kg per tahun. Periode ini, perbedaan

individu pada kenaikan berat badan disebabkan oleh faktor genetik dan

lingkungan. Tinggi badan anak usia 6 tahun, baik laki-laki maupun perempuan

memiliki tinggi badan yang sama, yaitu kurang lebih 115 cm. Setelah usia 12

tahun, tinggi badan kurang lebih 150 cm (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Habitus tubuh (endomorfi, mesomorfi atau ektomorfi) cenderung secara relatif

tetap stabil selama masa anak pertengahan. Pertumbuhan wajah bagian tengah dan

bawah terjadi secara bertahap. Kehilangan gigi desidua (bayi) merupakan tanda
maturasi yang lebih dramatis, mulai sekitar usia 6 tahun setelah tumbuhnya gigi-

gigi molar pertama. Penggantian dengan gigi dewasa terjadi pada kecepatan

sekitar 4/tahun. Jaringan limfoid hipertrofi, sering timbul tonsil adenoid yang

mengesankan membutuhkan penanganan pembedahan (Behrman, Kliegman, &

Arvin, 2000; Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009;


Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Kekuatan otot, koordinasi dan daya tahan tubuh meningkat secara terus-

menerus. Kemampuan menampilkan pola gerakan-gerakan yang rumit seperti

menari, melempar bola, atau bermain alat musik. Kemampuan perintah motorik

yang lebih tinggi adalah hasil dari kedewasaan maupun latihan; derajat

penyelesaian mencerminkan keanekaragaman yang luas dalam bakat, minat dan

kesempatan bawaan sejak lahir. Organ-organ seksual secara fisik belum matang,

namun minat pada jenis kelamin yang berbeda dan tingkah laku seksual tetap aktif

pada anak-anak dan meningkat secara progresif sampai pada pubertas (Behrman,

Kliegman, & Arvin, 2000).

2. Perkembangangan Kognitif

Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk

berpikir dengan cara logis tentang disini dan saat ini, bukan tentang hal yang

bersifat abstraksi. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi didominiasi oleh

persepsinya dan sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas.

Perkembangan kognitif Piaget terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: (1) Tahap

sensoris-motorik (0-2 tahun); (2) Praoperasional (2-7 tahun); (3) Concrete

operational (7-11 tahun); dan (4) Formal operation (11-15 tahun).

3. Perkembangan Moral

Perkembangan moral anak menurut Kohlberg didasarkan pada

perkembangan kognitif anak dan terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu: (1)

preconventional; (2) conventional; (3) postconventional.

1) Fase Preconventional
Anak belajar baik dan buruk, atau benar dan salah melalui budaya sebagai

dasar dalam peletakan nilai moral. Fase ini terdiri dari tiga tahapan. Tahap satu

didasari oleh adanya rasa egosentris pada anak, yaitu kebaikan adalah seperti apa

yang saya mau, rasa cinta dan kasih sayang akan menolong memahami tentang

kebaikan, dan sebaliknya ekspresi kurang perhatian bahkan mebencinya akan

membuat mereka mengenal keburukan. Tahap dua, yaitu orientasi hukuman dan

ketaatan dan ketaatan, baik dan buruk sebagai suatu konsekuensi dan tindakan.

Tahap selanjutnya, yaitu anak berfokus pada motif yang menyenangkan sebagai

suatu kebaikan. Anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang memuaskan

mereka sendiri, oleh karena itu hati-hati apabila anak memukul temannya dan

orangtua tidak memberikan sanksi. Hal ini akan membuat anak berpikir bahwa

tindakannya bukan merupakan sesuatu yang buruk.

2) Fase Conventional

Pada tahap ini, anak berorientasi pada mutualitas hubungan interpersonal

dengan kelompok. Anak sudah mampu bekerjasama dengan kelompok dan

mempelajari serta mengadopsi norma-norma yang ada dalam kelompok selain

norma dalam lingkungan keluarganya. Anak mempersepsikan perilakunya sebagai

suatu kebaikan ketika perilaku anak menyebabkan mereka diterima oleh keluarga

atau teman sekelompoknya. Anak akan mempersepsikan perilakunya sebagai

suatu keburukan ketika tindakannya mengganggu hubungannya dengan keluarga,

temannya, atau kelompoknya. Anak melihat keadilan sebagai hubungan yang

saling menguntungkan antar individu. Anak mempertahankannya dengan

menggunakan norma tersebut dalam mengambil keputusannya, oleh karena itu


penting sekali adanya contoh karakter yang baik, seperti jujur, setia, murah hati,

baik dari keluarga maupun teman kelompoknya.

3) Fase Postconventional

Anak usia remaja telah mampu membuat pilihan berdasar pada prinsip

yang dimiliki dan yang diyakini. Segala tindakan yang diyakininya dipersepsikan

sebagai suatu kebaikan. Ada dua fase pada tahapan ini, yaitu orientasi pada

hukum dan orientasi pada prinsip etik yang umum. Pada fase pertama, anak

menempatkan nilai budaya, hukum, dan perilaku yang tepat yang menguntungkan

bagi masyarakat sebagai sesuatu yang baik. Mereka mempersepsikan kebaikan

sebagai susuatu yang dapat mensejahterakan individu. Tidak ada yang dapat

mereka terima dari lingkungan tanpa membayarnya dan apabila menjadi bagian

dari kelompok mereka harus berkontribusi untuk pencapaian kelompok. Fase

kedua dikatakan sebagai tingkat moral tertinggi, yaitu dapat menilai perilaku baik

4. Perkembangan Spiritual

Menurut Fowler, anak usia sekolah berada pada tahap 2 perkembangan

spiritual, yaitu pada tahapan mitos–faktual. Anak-anak belajar untuk membedakan

khayalan dan kenyataan. Kenyataan (fakta) spiritual adalah keyakinan yang


diterima oleh suatu kelompok keagamaan, sedangkan khayalan adalah pemikiran

dan gambaran yang terbentuk dalam pikiran anak. Orangtua dan tokoh agama

membantu anak membedakan antara kenyataan dan khayalan. Orangtua dan tokoh

agama lebih memiliki pengaruh daripada teman sebaya dalam hal spiritual

(Fowler, J. W., 1981; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Pada saat anak tidak dapat memahami peristiwa tertentu seperti penciptaan

dunia, mereka menggunakan khayalan untuk menjelaskannya. Pada masa ini, anak
usia sekolah dapat mengajukan banyak pertanyaan menegnai Tuhan dan agama

dan secara umum meyakini bahwa Tuhan itu baik dan selalu ada untuk membantu.

Sebelum memasuki pubertas, anak-anak mulai menyadari bahwa doa mereka

tidak selalu dikabulkan dan mereka merasa kecewa karenanya. Beberapa anak

menolak agama pada usia ini, sedangkan sebagian yang lain terus menerimanya.

Keputusan ini biasanya sangat dipengaruhi oleh orang tua (Kozier, Erb, Berman,

& Snyder, 2011).

5. Perkembangan Psikoseksual

Freud menggambarkan anak-anak kelompok usia sekolah (6–12 tahun)

masuk dalam tahapan fase laten. Selama fase ini, fokus perkembangan adalah

pada aktivitas fisik dan intelektual, sementara kecenderungan seksual seolah

ditekan (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011). Teori Perkembangan

Psikoseksual anak menurut Freud terdiri atas fase oral (0–11 bulan), fase anak (1–

3 tahun), fase falik (3–6 tahun), dan fase genital (6–12 tahun).

1) Fase Laten (6-12 tahun)

Selama periode laten, anak menggunakan energy fisik dan psikologis yang

merupakan media untuk mengkesplorasi pengetahuan dan pengalamannya melalui

aktivitas fisik maupun sosialnya. Pada fase laten, anak perempuan lebih menyukai

teman dengan jenis kelamin perempuan, dan laki-laki dengan laki-laki. Pertanyaan

anak tentang seks semakin banyak dan bervariasi, mengarah pada sistemtem

reproduksi. Orangtua harus bijaksana dalam merespon pertanyaan-pertanyaan

anak, yaitu menjawabnya dengan jujur dan hangat. Luanya jawaban orangtua

disesuaikan dengan maturitas anak. anak mungkin dapat bertindak coba-coba


dengan teman sepermainan karena seringkali begitu penasaran dengan seks.

Orangtua sebainya waspada apabila anak tidak pernah bertanya mengenai seks.

Peran ibu dan ayah sangat penting dalam melakukan pendekatan dengan anak,

termasuk mempelajari apa yang sebenarnya sedang dipikirkan anak berkaitan

dengan seks.

2) Fase Genital (12-18 tahun)

Menurut Freud, tahapan akhir masa ini adalah tahapan genital ketika anak

mulai masuk fase pubertas. Ditandai dengan adanya proses pematangan organ

reproduksi dan tubuh mulai memproduksi hormon seks.

6. Perkembangan Psikososial

Erikson mengidentifikasi masalah sentral psikososial pada masa ini

sebagai krisis antara keaktifan dan inferioritas. Perkembangan kesehatan

membutuhkan peningkatan pemisahan dari orangtua dan kemampuan menemukan

penerimaan dalam kelompok yang sepadan serta merundingkan tantangan-

tantangan yang berada diluar (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000).

Pendekatan Erikson dalam membahas proses perkembangan anak adalah

dengan menguraikan lima tahapan perkembangan psikososial, yaitu: percaya

versus tidak percaya (0–1 tahun), Otonomi versus rasa malu dan ragu (1–3 tahun),

Inisiatif versus rasa bersalah (3–6 tahun), Industry versus inferiority (6–12 tahun),

Identitas versus kerancuan peran (12–18 tahun).

1) Industry versus inferiority (6-12 tahun)

Anak akan belajar untuk bekerjasama dengan bersaing dengan anak

lainnya melalui kegiatan yang dilakukan, baik dalam kegiatan akademik maupun
dalam pergaulan melalui permainan yang dilakukan bersama. Otonomi mulai

berkembang pada anak di fase ini, terutama awal usia 6 tahun dengan dukungan

keluarga terdekat. Perubahan fisik, emosi, dan sosial pada anak yang terjadi

mempengaruhi gambaran anak terhadap tubuhnya (body image). Interaksi sosial

lebih luas dengan teman, umpan balik berupa kritik dan evaluasi dari teman atau

lingkungannya mencerminkan penerimaan dari kelompok akan membantu anak

semakin mempunyai konsep diri yang positif. Perasaan sukses dicapai anak

dengan dilandasi adanya motivasi internal untuk beraktivitas yang mempunyai


tujuan. Kemampuan anak untuk berinteraksi sosial lebih luas dengan teman

dilingkungannya dapat memfasilitasi perkembangan perasaan sukses (sense of

industry).

Perasaan tidak adekuat dan rasa inferiority atau rendah diri akan

berkembang apabila anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkungannya dan anak

tidak berhasil memenuhinya. Harga diri yang kurang pada fase ini akan

mempengaruhi tugas-tugas untuk fase remaja dan dewasa. Pujian atau penguatan

(reinforcement) dari orangtua atau orang dewasa terhadap prestasi yang

dicapainya menjadi begitu penting untuk menguatkan perasaan berhasil dalam

melakukan sesuatu.

2) Identitas versus kerancuan peran (12-18 tahun)

Anak remaja akan berusaha untuk menyesuaikan perannya sebagai anak

yang sedang berada pada fase transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Mereka

menunjukkan perannya dengan bergaya sebagai remaja yang sangat dekat dengan

kelompoknya, bergaul dengan mengadopsi nilai kelompok dan lingkungannya,

untuk dapat mengambil keputusannya sendiri. Kejelasan identitas diperoleh


apabila ada kepuasan yang diperoleh dari orangtua atau lingkungan tempat ia

berada, yang membantunya melalui proses pencarian identitas diri sebagai anak

remaja, sedangkan ketidakmampuan dalam mengatasi konflik akan menimbulkan

kerancuan peran yang harus dijalankannya (Supartini, 2004).

Menurut Erikson, tugas utama anak usia sekolah adalah pada fase industry

versus inferiority. Pada masa ini, anak-anak mulai membentuk dan

mengembangkan rasa kompetensi dan ketekuanan. Anak usia sekolah termotivasi

oleh berbagai kegiatan yang membuatnya merasa berguna. Mereka berfokus pada

upaya menguasai berbagai keterampilan yang akan membuat mereka berfungsi di

dunia dewasa. Meskipun berjuang keras untuk sukses, anak pada usia ini selalu

dihadapkan pada kemugkinan gagal yang dapat menimbulkan perasaan inferior.

Anak-anak yang dapat mencapai sukses pada tahap sebelumnya akan termotivasi

untuk tekun dan bekerjasama dengan anak-anak yang lain untuk mencapai tujuan

umum (Erikson, E. H., 1963; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

7. Perubahan Pra-Pubertas atau Pra-Remaja

Periode transisi antara masa kanak-kanak dengan dan adolesens sering

dikenal dengan istilah pra-remaja oleh professional dalam ilmu perilaku, oleh

yang lain dikenal dengan istilah pra-pubertas, masa kanak-kanak lanjut,

adolesens awal, dan puber. Ketika mulai terjadi perubahan fisik, seperti

pertumbuhan rambut pubis dan payudara pada wanita, anak menjadi lebih sosial

dan pola perilakunya lebih sulit diperkirakan. Perubahan pada sistem reproduksi

dan endokrin mengalami sedikit perubahan sampai pada periode pra-pubertas.

Selama masa pra-pubertas, yaitu memasuki usia 9–13 tahun fungsi endokrin
semakin meningkat secara perlahan. Perubahan pada fungsi endokrin

menyebabkan peningkatn produksi keringat dan semakin aktifnya kalenjar

sebasea (Potter & Perry, 2005; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Periode persiapan ini sering meliputi eksperimentasi berdandan oleh anak

perempuan, minat dalam musik dan bertingkah seperti idola yang sedang populer

diantara adolesens yang lebih besar, baik anak laki-laki amupun perempuan

biasanya membentuk “teman baik” dengan orang tempat berbagi perasaan secara

intim. Perasaan ketertarikan pada lawan jenis terbentuk pada fase ini. Pada masa

ini mereka sering membentuk hubungan dengan orang dewasa lain daripada

orangtuanya yang membuat mereka menerima informasi mengenai menjadi

dewasa (Potter & Perry, 2005). Anak-anak pada kelompok pra-pubertas seringkali

melakukan eksperimental seksual, masturbasi adalah bentuk eksperimental

seksual yang sering dilakukan oleh anak-anak usia pra-pubertas (Behrman,

Kliegman, & Arvin, 2000).

2.1.3 Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah

Pada masa ini anak memasuki masa belajar di dalam dan diluar sekolah.

Anak belajar di sekolah, tetapi membuat latihan pekerjaan rumah yang

mendukung hasil belajar disekolah. Aspek perilaku banyak dibentuk melalui

penguatan (reinforcement) verbal, keteladanan, dan identifikasi. Anak-anak pada

masa ini harus menjalani tugas-tugas perkembangan, yaitu:

1) Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum.

2) Membentuk sikap sehat mengenai dirinya sendiri.

3) Belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.


4) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.

5) Mengembangkan keterampilan dasar: membaca, menulis, dan berhitung.

6) Mengembangkan pengertian atau konsep yang diperlukan untuk kehidupan

sehari-hari.

7) Mengembangkan hati nurani, nilai moral, tata dan tingkatan nilai sosial.

8) Meperoleh kebebasan pribadi.

9) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-

lembaga (Gunarsa, D. & Gunarsa, Y., 2008).

Anda mungkin juga menyukai