PENDAHULUAN
Keperawatan adalah salah satu profesi yang berperan penting dalam upaya
menjaga mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit melalui asuhan keperawatan yang
memberikan pelayanan kesehatan pasien tidak bisa hanya mengandalkan salah satu
lain sebagai satu kesatuan tim kesehatan agar keamanan dan keselamatan tetap terjaga
(Asmadi, 2010).
diperhatikan oleh tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana Rumah Sakit memberikan asuhan
kepada pasien secara aman serta mencegah terjadinya cidera (Kusnanto, 2011).
terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan
medis yang tidak terbaca dan rancu sehingga salah terjemahan, kekeliruan prosedur
2012).Komunikasi efektif oleh petugas kesehatan merupakan salah satu solusi untuk
mendapatkan komunikasi yang jelas, efisien dan aman (Leonard & Audrey,
digunakan pada saat perawat melakukan timbang terima (handover), pindah ruang
menemui kendala seperti dokumentasi oleh penerima pesan yang tidak tepat dan
pelaksanaannya karena tidak sesuai dengan standar operasional prosedur yang pada
pengirim pesan yang kurang detail dalam memberikan pesan kondisi pasien. Petugas
pengirim pesan kurang menyediakan waktu untuk memberi kesempatan pada penerima
pesan untuk memberikan konfirmasi apakah pesan dapat diterima dengan baik, dan
pelaksanaan komunikasi SBAR oleh perawat masih kurang, antara lain perawat dalam
Recommendation hanya 27,91%. Penelitian yang dilakukan oleh Yusri (2015) juga
41,3% perawat.
dan peningkatan kemungkinan efek samping, juga konsekuensi lain termasuk biaya
yang lebih tinggi perawatan kesehatan, penyedia yang lebih besar dan ketidak puasan
pasien (Permanente, 2011). Sekitar 98.000 pasien rawat inap meninggal akibat
pasien.
kebutuhan atau motivasi (Ruky, 2012). Seorang karyawan akan terdorong untuk
motivasi yang tepat. Karyawan yang memiliki motivasi yang tinggi meyakini bahwa
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, akan sangat
sesorang berbuat sesuatu (Bahtiar, 2012). Motivasi sangat diperlukan perawat dalam
melakukan komunikasi SBAR, karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu
Penelitian yang dilakukan oleh Buheli (2012) menghasilkan bahwa faktor yang
dari perawat sendiri, dimana 74,5% perawat yang memiliki kinerja cukup terdiri dari
54,1% perawat yang memiliki motivasi yang cukup baik. Penelitian yang dilakukan
sudah baik sebanyak 30% terdiri dari 75,1% perawat yang memiliki motivasi baik,
ketepatan dokumentasi keperawatan yang cukup baik sebanyak 53,3% terdiri dari
komunikasi SBAR di rumah sakit sudah digalakkan sejak 2015 untuk menghadapi
diterapkan untuk melakukan timbang terima (handover), pindah ruang perawatan, dan
komunikasi SBAR masih sering ditemukan kesalahan perawat sebagai pelapor dan
penerima pesan tidak menyebutkan teknik SBAR yang benar, seperti tidak memberikan
keterangan vital sign pasien dengan lengkap, dan penulisan data SBAR juga sering
tidak sesuai, perawat dalam motivasi dan pemahaman secara lebih kompleks dalam
komunikasi SBAR masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
1.2 Tujuan
Jakarta
tersebut.
1.4. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
L RS PGI Cikini.
c. Bagi Penulis
Langkah awal untuk penelitian lebih lanjut pada peningkatan perilaku perawat