Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI II

DISUSUN OLEH:

1. Ahmad Fatherrsen Yanda 13. M. Delika Maulidi


2. Anita Farlina 14. Muhammad Farhan Saputra
3. Ayes Meyuzar Muslim 15. M. Makmunan Rasyid
4. Ayuri Naurah Maharani 16. Nadia Silvia
5. Dheo Rizky Ramadhana 17. Nur Hasanah
6. Dia Nita 18. Oktavia Yunita
7. Giog Rahmatula 19. Rahma Aji Kurniawan
8. Gita Dara Safitri 20. Rifanka Mandayun
9. Laurensia Verina Thomas 21. Rizka Amalia Putri
10. Muhammad Rivaldo Fadli 22. Sindy Oyutri
11. Masnun Lintang Alnasyah 23. Syabania Saputri
12. Mega Aulia 24. Tria Nur Jannah

KELAS : 4 KA

Dosen Pembimbing : Indah Purnamasari, S.T,. M.Eng.

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG

TAHUN 2019
REAKTOR

I. TUJUAN
– Dapat mengetahui prinsip kerja dan alur proses dari CSTR, Pack Bed
Reactor dan PFR
– Dapat menjelaskan uraian proses dari masing-masing tipe reactor
– Dapat menghitung kosentrasi dari data yang didapat
– Dapat membuat grafik hubungan antara waktu dengan kosentarasi

II. ALAT DAN BAHAN


A. Alat-alat yang digunakan:
1) Seperangkat alat GPC RC (Reactor Continous)
2) Gelas Kimia
B. Bahan-bahan yang digunakan:
1) HCl0,1 M
2) NaOH 0,1 M

III. GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)

IV. DASAR TEORI


Reaktor adalah suatu alat proses tempat dimana terjadinya suatu reaksi
berlangsung, baik itu reaksi kimia atau reaksi nuklir dan bukan secara fisika.
Reaktor kimia adalah segala tempat terjadinya reaksi kimia, baik dalam ukuran
kecil seperti tabung reaksi sampai ukuran yang besar seperti reaktor skala
industry. Reaktor CSTR beroperasi pada kondisi steady state dan mudah
dalam control temperatur, tetapi waktu tinggal reaktan dalam reaktor ditentukan
oleh laju alir dari umpan yang masuk atau keluar, maka waktu tinggal sangat
terbatas sehingga sulit mencapai konversi reaktan pervolume reaktor yang tinggi
karena dibutuhkan reaktor dengan volume yang sangat besar.
Reaktor Kimia adalah segala tempat terjadinya reaksi kimia, baik dalam
ukuran kecil sepertitabung reaksi sampai ukuran yang besarseperti reaktor skala
industri. Tidak seperti skala kecil dalam tabung reaksi, reaktor ukuran komersil
industri perlu perhitungan yang teliti karena menyangkut jumlah massa dan energi
yang besar.

A. Pemilihan Jenis Reaktor & Tujuannya


Reaktor kimia memiliki berbagai macam jenis dan bentuk yang dapat
diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, jenis-jenis reaktor ini akan di
bahas lebih lanjut pada bab berikutnya. Untuk itulah alasan pemilihan jenis
reaktor yang tepat tujuan pemilihannya serta parameter yang mempengaruhi
rancangan nya untuk proses kimia tertentu perlu diketahui.
1. Faktor dalam memilih jenis reaktor
Pemilihan jenis reaktor yang akan digunakan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain :
a) Fase zat pereaksi dan hasil reaksi
b) Tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, serta ada tidaknya reaksi
samping
c) Kapasitas produksi
d) Harga alat (reaktor) dan biaya instalasinya
e) Kemampuan reactor untuk menyediakan luas permukaan yang cukup
untuk perpindahan panas

2. Tujuan dalam memilih jenis reaktor


Tujuan utama dalam memilih jenis reaktor adalah alasan ekonomis,
keselamatan, dan kesehatan kerja, serta pengaruhnya terhadap
lingkungan. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menjadi
pertimbangan dalam memilih jenis reaktor tertentu:
a) Mendapat keuntungan yang besar, konversi, dan efisiensi terbesar
b) Biaya produksi rendah
c) Modal kecil/volume reaktor minimum
d) Operasinya sederhana dan murah
e) Keselamatan kerja terjamin
f) Polusi terhadap sekelilingnya (lingkungan) dijaga sekecil-kecilnya

3. Beberapa parameter yang memengaruhi rancangan reaktor


Dalam merancang suatu reaktor perlu diperhatikan parameter-
parameter tertentu agar reaktor yang dibangun dapat memenuhi unjuk
kerja yang diharapkan. Parameter nya antara lain:
a) Waktu tinggal
b) Volum (V)
c) Temperatur (T)
d) Tekanan (P)
e) Konsentrasi senyawa (C1, C2, C3, …,Cn
f) Koefisien perpindahan panas (h, U)

B. Klasifikasi Reaktor Berdasarkan Keadaan Proses


Keadaan proses dalam industri terdapat tiga jenis, yakni: Batch, Semi
batch, dan Kontinyu. Berdasarkan tiga jenis proses ini juga dapat digunakan
dalam membedakan jenis reaktor yang digunakan, antara lain:
1. Reaktor batch
Reaktor jenis ini biasanya sangat cocok digunakan untuk produksi
berkapasitas kecil misalnya dalam proses pelarutan padatan, pencampuran
produk, Batch distillation, kristalisasi, ekstraksi cair-cair, farmasi dan
fermentasi.
Reaktor jenis ini memiliki ciri tidak terdapat aliran inlet atau outlet
selama operasi, memiliki pengaduk untuk mencampur reaktan, dan dalam
prosesnya harus berutan (tidak dapat dilakukan bersamaan) antara
mengisi bahan baku, operasi, pengeluaran produk, cleaning, dan
conditioning untuk mengolah bahan baku berikutnya.

2. Reaktor semi-batch
Reaktor semi-batch umumnya berbentuk tangki berpengaduk, cara
operasinya adalah dengan jalan memasukan sebagian zat pereaksi ke
dalam reaktor, sedangkan zat pereaksi yang lain atau sisanya dimasukan
secara kontinyu ke dalam reaktor.
Ada material yang masuk selama operasi ytanpa
dipindahkan.Reaktan yang masuk bisa dihentikan, dan produk bisa
dipindahkan selama operasi waktu tertentu.Tidak beroperasi secara steady
state.
Contoh paling sederhana misalnya tangki fermentor, ragi
dimasukkan sekali ke dalam tangki (secara batch) namun CO2 yang
dihasilkannya dikeluarkan secara kontinyu.Contoh lainnya adalah
klorinasi, suatu reaksi cair-gas, gas digelembungkan secara kontinyu dari
dasar tangki agar bereaksi dengan cairan di tangki yang diam (batch).

3. Reaktor Kontinyu
Reaktor kontinyu mempunyai aliran masukan dan keluaran
(inlet/outlet) yang terdiri dari campuran homogen/heterogen. Reaksi
kontinyu di operasikan pada kondisi steady, dimana arus aliran masuk
sama dengan arus aliran keluar.
Reaktor kontinyu dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu :
a) Reaktor AlirTangki Berpengaduk (RATB) atauContinous
Stirred Tank Reaktor (CSTR)
Biasanya berupa tangki berpengaduk dengan asumsi
pengadukan sempurna, konsentrasi tiap komponen dalam reactor
seragam sebesar konsentrasi aliran yang keluar dari reaktor. Model
ini biasanya digunakan pada reaksi homogen di mana semua
bahan baku dan katalisnya berfasa cair, atau reaksi antara cair dan
gas dengan katalis cair.
Pemasangan secara seri akan meningkatkan kemampuan
konversi reaktor CSTR, semakin banyak jumlah yang dipasang
seri maka konversinya akan semakin mendekati reaktor PFR
denganh volume yang sama. Sementara pemasangan secara paralel
umumnya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produsi dengan
konversi yang sama.

• Kelebihan:
- Kontrol temperature yang baik dapat mudah dijaga
- Realtif murah dalam instalasi
- Reaktor memiliki kapasitas panas yang besar
- Bagian dalam reaktor dapat mudah diakses saat perawatan

• Kekurangan:
- Konversi reaktan menjadi produk per volume reaktor relatif
kecil bila dibandingkan dengan jenis reaktor kontinyu
lainnya.

CSTR umum digunakan pada industri proses, terutama


dengan reaksi homogen fasa cair, dimana diperlukan pengadukan
yang konstan.CSTR juga banyak digunakan pada proses biologi di
industri dan dikenal dengan sebutan Fermentor.
Contohnya pada industri antibiotik, dan waste water
treatment.Fermentor Mendegradasi atau menghancurkan molekul
berukuran besar menjadi berukuran lebih kecil dengan hasil
samping pada umumnya adalah alkohol.
b) Reaktor Alir Pipa (RAP) atauPlug Flow Reaktor (PFR)
Merupakan suatu reaktor berbentuk pipa yang beroperasi
secara kontinyu. Dalam PFR selama operasi berlangsung bahan
baku dimasukkan terus menerus dan produk reaksi akan
dikeluarkan secara terus menerus sehingga tidak terjadi
pencampuran ke arah aksial dan semua molekul mempunyai waktu

tinggal di dalam reaktor sama besar.


Seluruh reaktan masuk melalui bagian inlet reaktor, semua
perhitungan dalam merancang PFR harus dengan asusmsi bahwa
tidak terjadi back mixing, downstream, dan upstream.PFR
memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibanding CSTR pada volume
yang sama.
PFR yang dipasang seri maka konversinya akan sama
dengan PFR tunggal yang panjangnya sama dengan jumlah dari
panjang tiap reaktor PFR penyusun, sementara untuk yang
dipasang paralel tujuan nya sama dengan CSTR, yakni
meningkatkan kapasitas produksi dengan konversi yang sama.
PFR memiliki aplikasi yang luas, baik dalam sistem fasa gas,
maupun fasa cair. Umumnya digunakan pada sintesis amoniak dari
unsur-unsur penyususnnya, dan oksidasi sulfur dioksida menjadi
sulful trioksida.

c) Reaktor Fixed Bed


Adalah reaktor dengan menggunakan katalis padat yang
diam dan zat pereaksi berfase gas. Butiran-butiran katalisator yang
biasa dipakai dalam reaktor fixed bed adalah katalisator yang
berlubang di bagian tengah, karena luas permukaan persatuan
berat lebih besar jika dibandingkan dengan butiran katalisator
berbentuk silinder, dan aliran gas lebih lancar.

Keuntungannya :
 Biaya operasi dan perawatan murah dibanding FBR
 Bisa digunakan di suhu dan tekanan tinggi
 Bisa dioperasikan dengan waktu tinggal yang bervariasi
Kerugiannya :
 Sulit dalam penjagaan distribusi aliran yg seragam
 Bed yg kecil lebih efektif karena internal area yang besar tapi
pressure drop tinggi
 Regenerasi bed sulit dilakukan karena cenderung permanen

d) Reaktor Fluidized Bed


Adalah jenis reaktor kimia yang dapat digunakan untuk
mereaksikan bahan dalam keadaan banyak fasa. Reaktor jenis ini
menggunakan fluida (cairan atau gas) yang dialirkan melalui
katalis padatan (biasanya berbentuk butiran-butiran kecil) dengan
kecepatan yang cukup sehingga katalis akan terolak sedemikian
rupa dan akhirnya katalis tersebut dapat dianalogikan sebagai
fluida juga.
Fluidized Bed Reactor (FBR)
 Reaktor dg bed terangkat oleh gas reaktan
 Fungsi utk memprediksikan penurunan konversi
pada pencampuran di dalam reaktor
 Jumlah bed lebih sedikit daripada PBR
 Luas permukaan lebih besar daripada PBR
 Beroperasi isotermal

Keuntungannya :
 Suhu konstan shg mudah dikontrol
 Regenerasi bed yg mudah
 Reaksinya memiliki efek panas yang tinggi

Kekurangannya :
 Bisa menyebabkan keausan dinding reaktor karena gerakan bed yg terus-
menerus bergesekan dg dinding
 Karena bergerak terus-menerus dan antar bed bergesekan, bisa
menyebabkan partikel bed mengecil dan terikut keluar sbg produk.
Sehingga perlu ditambahkan cyclone separator.

1. Bubble Tank
Bubble Tank adalah jenis reaktor kimia yang
dapat digunakan untuk mereaksikan bahan dalam
keadaan banyak fasa. Reaktor jenis ini
menggunakan fluida (cairan atau gas) yang
dialirkan melalui katalis padatan (biasanya
berbentuk butiran-butiran kecil) dengan kecepatan yang cukup sehingga katalis
akan terolak sedemikian rupa dan akhirnya katalis tersebut dapat dianalogikan
sebagai fluida juga.
2. Agitate Tank
Agitate Tank adalah digunakan untuk menyediakan
reservoir penyimpanan untuk batch campuran dari mixer
kecepatan geser tinggi.
Tiga fungsi utama dari Agitate Tank :
1. Persamaan gelembung udara terjebak selama proses pencampuran.
2. Agitate bertindk sebagai reservoir penyimpanan untuk batch campuran yang
memungkinkan kelangsungan penyediaan dipertahankan untuk pompa.
3. Agitate dari dayung khusus bebentuk menjaga campuran dalam suspensi
sebelum pemompaan.

3. Spray Tower
Spray Tower adalah perangkat kontrol
terutama digunakan untuk pengkondisian
gas ( pendingin dan pelembab ) atau untuk
tahap pertama atau penghapus partikel gas.
Mereka juga digunakan di banyak gas
cerombnong desulfurisasi sistem untuk
mngurangi penumpukan plugging dan
skala oleh polutan.

V. LANGKAH KERJA
1. Mempersiapkan larutan yang akan dihasilkan
2. Memasukkan larutan ke dalam feed tank 1 dan 2
3. Menghubungkan kabel ke soket dan menghidupkan switch ke posisi on
4. Mematikan valve AF1 dan AF2 pada tangki terbuka dan valve A31
dan A32 pada supply tank tertutup
5. Menghidupkan pump 1 dan pump 2 umpan akan mengalir ke suppy
tank
6. Umpan akan mengalir ke float flowmater, dan akan didistribusikan ke
tiap-tiap reaktor

A. Mengoperasikan reaktor aliran tangki berpengaduk


1. Membuka valve V7 dan K7 untuk mengalirkan umpan ke CSTR
2. Menghidupkan stirrer pada control panel
3. Mengukur nilai konduktivitas dari produk
4. Produk akan mengalir menuju produk tank untuk dianalisa
5. Menutup valve V7 dan K7 untuk mengentikan aliran reaktan

B. Mengoperasikan CSTR yang disusun seri


1. Memastikan bahwa valve A5 dan A6 dalam keadaan tertutup
2. Membuka valve V5 dan K5 untuk mengalirkan umpan ke CSTR 2
3. Menghidupkan stirrer pada tiap reaktor
4. Produk yang dihasilkan CSTR 2 akan mengalir ke CSTR 3
5. Mengukur nilai konduktivitas produk
6. Produk akan mengalir ke product tank
7. Menutup valve V5 dan K5 untuk menghentikan aliran masuk
reaktor
8. Mematikan stirrer pada reaktor
9. Membuka valve A5 dan A6 untuk mengalirkan residu dari reaktor

C. Mengoperasikan CSTR disusun paralel


1. Memastikan valve A5 dan A7 dalam keadaan tertutup
2. Membuka valve V5 dan V7 serta K5 dan K7 untuk mengalirkan
umpan ke dalam reaktor CSTR 2 dan 4
3. Menghidupkan stirrer pada reaktor
4. Mengukur nilai konduktivitas sampai konstan, membuka valve A5
dan A7
5. Mengambil produk dari tiap-tiap reaktor
6. Menutup valve V5, K5, dan V7, K7 untuk menghentikan aliran
masuk
7. Mematikan stirrer
8. Melakukan analisa produk
D. Mengoperasikan packed column reactor
1. Menutup valve A8
2. Membuka valve V8 dan K8 untuk mengalirkan umpan
3. Reaktan akan naik ke kolam dan akan bereaksi sehingga kolom
yang diisi dengan packed
4. Apabila packed column telah terisi penuh, produk akan mengalir
dari atas kolom
5. Membuka valve A8 untuk mengeluarkan produk
6. Menganalisa produk

E. Mengoperasikan plug flow reactor


1. Memastikan valve A9, A91, dan A92 dalam keadaan tertutup
2. Membuka valve V9 dan K9 untuk mengalirkan reaktan
3. Reaktan akan naik ke PFR dan reaksi akan berjalan melalui pipa
4. Produk dikeluarkan menuju produk tank
5. Menutup valve V9 dan K9 untuk menghentikan aliran reaktan
6. Membuka valve A9, A91, dan A92 untuk mengeluarkan produk
7. Menganalisa produk

VI. DATA PENGAMATAN

6.1. Tabel Konduktivitas Larutan HCL

Konsentrasi HCL
No. Konduktivitas
(M)

1. 0,1 45,2

2. 0,08 42,8

3. 0,06 39,7

4. 0,04 36,3
6.2. Tabel Konduktivitas Larutan NaOH

No. Konsentrasi HCL Konduktivitas


(M)

1. 0,1 38,6

2. 0,08 30,3

3. 0,06 27,8

4. 0,04 25,3

6.3. Tabel Konduktivitas campuran 50ml HCL + 50ml NaOH dengan


konsentrasi HCL dibuat tetap

NO. Konsentrasi (M) Konsentrasi Konduktivitas


Campuran (M)
HCL NaOH

1. 0,1 0,1 0,1 42,1

2. 0,1 0,08 0,09 40,7

3. 0,1 0,06 0,08 39,2

4. 0,1 0,04 0,07 37,5

6.4. Tabel Konduktivitas campuran 50ml + 50ml NaOH dengan


konsentrasi NaOH dibuat tetap

NO. Konsentrasi (M) Konsentrasi Konduktivitas


Campuran (M)
HCL NaOH

1. 0,1 0,1 0,1 41,9

2. 0,08 0,1 0,09 47,8

3. 0,06 0,1 0,08 36,5

4. 0,04 0,1 0,07 35,3


6.5.Kurva Baku HubunganKonsentrasiLarutanHCl vs Konduktivitas

HCl
50
45 y = 149x + 30.57
40 R² = 0.9942
35
Konduktivitas

30
25
20
15
10
5
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi

6.6.Kurva Baku HubunganKonsentrasiLarutanNaOH vs


Konduktivitas

NaOH
45
40 y = 212x + 15.66
35 R² = 0.8991
Konduktivitas

30
25
20
15
10
5
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi
6.7.Kurva Baku HubunganKonsentrasiCampuran 50ml HCl + 50ml
NaOH (Konsentrasi HCL dibuattetap) vs Konduktivitas

HCl Konstan
43
y = 153x + 26.87
42
R² = 0.998
Konduktivitas

41

40

39

38

37
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi

6.8.Kurva Baku HubunganKonsentrasiCampuran 50ml HCl + 50ml


NaOH (Konsentrasi HCL dibuattetap) vs Konduktivitas

NaOH Konstan
45
40 y = 211x + 19.94
R² = 0.9002
35
Konduktivitas

30
25
20
15
10
5
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi
VII. PERHITUNGAN

1. Pembuatan Larutan HCl


 Konsentrasi 0,1M, volume 500mL
Diketahui :
ρ HCl = 1,19 gr/mL
% HCl = 37%
BM HCl = 36,5 gr/mol
ρ x % x 1000
M =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝐻𝐶𝑙

𝑔𝑟
1,19 𝑥 37% 𝑥 10000
𝑚𝐿
= = 12.063 mol/mL
36,5 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 12,063 = 500mL x 0,1M

V1 = 4,1449mL

 Konsentrasi 0,08M, Volume 50mL(pengenceran dari


larutan HCl 0,1M)

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 0,1M = 50mL x 0,08M

V1 = 40mL

 Konsentrasi 0,06M, Volume 50mL(pengenceran dari


larutan HCl 0,1M)

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 0,1M = 50mL x 0,06M

V1 = 30mL

 Konsentrasi 0,04M, Volume 50mL(pengenceran dari


larutan HCl 0,1M)

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 0,1M = 50mL x 0,04M

V1 = 20mL
2. Pembuatan Larutan NaOH
 Konsentrasi 0,1M volume 500mL
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
M = x
𝐵𝑀 𝑉

𝑔𝑟𝑎𝑚 10000
0,1mol/mL = 𝑥
40 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 500𝑚𝐿

gr = 2gram

 Konsentrasi 0,08M volume 50mL(pengenceran dari larutan


NaOH 0,1M)

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 0,1M = 50mL x 0,08M

V1 = 40mL

 Konsentrasi 0,06M volume 50mL(pengenceran dari larutan


NaOH 0,1M)

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 0,1M = 50mL x 0,06M

V1 = 30mL

 Konsentrasi 0,04M volume 50mL(pengenceran dari larutan


NaOH 0,1M)

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 0,1M = 50mL x 0,04M

V1 = 20mL

3. Menghitung Konsentrasi Campuran (HCl konstan)


HCl merupakan bagian dari asam kuat, maka :
[H+] = a x [HCl]
= 1 x 0,1M
= 10-1 M
 Campuran 50Ml HCl 0,1M + 50Ml NaOH 0,1M
NaOH adalah basa kuat, maka :
[0H-] = b x [NaOH]
= 1 x 0,1M
= 10-1 M
Konsentrasi campuran :
ΣM1 x V1 = M2 x V2

(0,1M x 50mL) + (0,06M x 50Ml) = M2 x 100mL

M2 = 0,08mol/L

 Campuran 50Ml HCl 0,1M + 50Ml NaOH 0,04M

[0H-] = b x [NaOH]

= 1 x 0,04M

= 0,04 M

Konsentrasi campuran :
ΣM1 x V1 = M2 x V2

(0,1M x 50mL) + (0,04M x 50Ml) = M2 x 100mL

M2 = 0,07mol/L

4. Menghitung Konsentrasi Campuran (NaOH Konstan)

[0H-] = b x [NaOH]

= 1 x 0,1M

= 10-1 M

 Campuran 50mL HCl 0,1M + 50mL NaOH 0,1M

[H+] = a x [HCl]

= 1 x 0,1M

= 10-1 M
Konsentrasi campuran :
ΣM1 x V1 = M2 x V2

(0,1M x 50mL) + (0,1M x 50Ml) = M2 x 100mL

M2 = 0,1mol/L

 Campuran 50mL HCl 0,08M + 50mL NaOH 0,1M

[H+] = a x [HCl]

= 1 x 0,08M

= 0,08 M

Konsentrasi campuran :
ΣM1 x V1 = M2 x V2

(0,1M x 50mL) + (0,08M x 50Ml) = M2 x 100mL

M2 = 0,09mol/L

 Campuran 50mL HCl 0,06M + 50mL NaOH 0,1M

[H+] = a x [HCl]

= 1 x 0,06M

= 0,06 M

Konsentrasi campuran :

ΣM1 x V1 = M2 x V2

(0,1M x 50mL) + (0,06M x 50Ml) = M2 x 100mL

M2 = 0,08mol/L

 Campuran 50mL HCl 0,04M + 50mL NaOH 0,1M

[H+] = a x [HCl]

= 1 x 0,04M

= 0,04 M
Konsentrasi campuran :

ΣM1 x V1 = M2 x V2

(0,1M x 50mL) + (0,04M x 50Ml) = M2 x 100mL

M2 = 0,07 mol/L

5. Perhitungan Persamaan Regresi


 Untuk kurva baku hubungan konsentrasi larutan HCl vs
Konduktivitas

X Y X2 Y2 XY

0.1 45.2 0.01 2043.04 4.52

0.08 42.8 0.0064 1831.84 3.424

0.06 39.7 0.0036 1576.09 2,382

0.04 36.7 0.0016 1317.69 1,452

Σ 0.28 164 0.0216 6768.66 11,778

𝜮𝒚 (𝜮𝐗^𝟐)− 𝜮𝒙 (𝜮𝑿𝒀)
A =
𝒏 (𝜮𝐗^𝟐) (𝜮𝑿)^𝟐

𝒏 (𝜮𝐗𝐘)− 𝜮𝒙 (𝜮𝒀)
B =
𝒏 (𝜮𝐗^𝟐) (𝜮𝑿)^𝟐

Menghitung Konstanta (a) :

164(0,0216)− 0,28(11,778)
= = 30,57
4(0.0216)(0,28)^2

Menghitung Koefisien Regresi (b) :

4(11,778)− 0,28(164)
= = 149
4(0.0216)(0,28)^2
Jadi, persamaan yang diperoleh adalah

Y = A + Bx

= 30,57 + 149x

= 149x + 30,57

 Hubungan konsentrasi dengan konduktivitas

x y x2 y2 xy
0.1 38.6 0.01 1489.96 3.86
0.08 30.3 0.0064 918.09 2.424
0.06 27.8 0.0036 772.84 1.668
0.04 25.3 0.0016 640.09 1.012
Σ 0.28 122 0.0216 3820.98 8.964
Menghitung konstanta (A)

122(0,0216)− 0,28(8.964)
= = 15.66
4(0.0216)(0,28)^2

Menghitung Koefisien regresi (B)

4(8.964)− 0,28(122)
= = 212
4(0.0216)(0,28)^2

Jadi, persamaan yang diperoleh adalah

Y = A + Bx

= 15,66 + 212x

= 121x + 15,66

 Untuk hubungan konsentrasi campuran 50ml HCl + 50Ml


NaOH (HCl konstan) vs Konduktivitas

x y x2 y2 xy
0.1 42.1 0.01 1772.41 4.21
0.09 40.7 0.0081 1656.49 3.663
0.08 39.2 0.0064 1536.64 3.136
0.07 37.5 0.0049 1406.25 2.625
Σ 0.34 159.5 0.0294 6371.79 13.634
Menghitung konstanta (A)

159,5(0,0294)− 0,34(13,634)
= = 26,87
4(0.0294)(0,34)^2

Menghitung koefsien regresi (B)

4(13,634)− 0,32(159,5)
= = 153
4(0.0294)(0,32)^2

Jadi, persamaan yang diperoleh adalah

Y = A + Bx

= 26,87 + 153x

= 153x + 26,87

 Hubungan konsentrasi campuran 50Ml HCl + 50ml NaOH


(NaOH konstan) vs konduktivitas

x y x2 y2 xy
0.1 41.9 0.01 1755.61 4.19
0.09 37.8 0.0081 1428.84 3.402
0.08 36.5 0.0064 1332.25 2.92
0.07 35.3 0.0049 1246.09 2.471
0.34 151.5 0.0294 5762.79 12.983
Menghitung konstanta (A)

151,5(0,0294)− 0,34(12,983)
= = 19,94
4(0.0294)(0,34)^2

Menentukan koefisien regresi (B)

4(112,983)− 0,34(151,5)
= = 211
4(0.0294)(0,34)^2

Jadi, persamaan yang diperoleh adalah

Y = A + Bx

= 19,94 + 211x

= 211x + 19,94
VII. ANALISA PERCOBAAN

Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan mengenai reaktor


kontinyu. Dimana reaktor merupakan tempat terjadinya atau berlangsungnya
suatu reaksi. Pada seperangkat alat reaktor yang akan digunakan yaitu ada tiga
jenis reaktor antara lain: CSTR (Continous Stirrer Tank Reactor), Plug Flow
Reactor dan Packed Column Reactor saat diperhatikan aliran masing-masing
reaktor, didapat bahwa pada reaktor CSTR dapat menggunakan reaktor batch. Hal
ini dikarenakan apabila katup pada aliran pertama ke reaktor kedua tidak dibuka
dan katup keluaran reaktor dibuka yang untuk langsung mendapatkan produk,
maka sistem atau proses yang berlaku adalah proses batch.

Pada praktikum ini, digunakan bahan HCl dan NaOH. Pembuatan larutan
ini dilakukan variasi konsentrasi yaitu 0,1 M, 0,08 M, 0,06 M, dan 0,04 M dan di
ukur konduktivitasnya. Hal ini bertujuan untuk melihat hubungan antara
konsentrasi dengan konduktivitas dengan menggunakan grafik/kurva baku.
Adapun persamaan reaksi yang terjadi yaitu:

HCl + NaOH → NaCl + H2O

Berdasarkan data percobaan yang didapat, dapat dicari persamaan liniernya


dengan menggunakan microsoft excel ataupun secara manual yang
menghubungkan nilai konsentrasi dan konduktivitas larutan. Dilihat dari kurva,
dapat dianalisa bahwa kurv hubungan konsentrasi dengan konduktivitas pada
larutan HCl menghasilkan persamaan yang linier ke arah kanan atas. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi larutan, maka semakin besar
konduktivitas. Namun, ada juga kurva yang terdapat hubungan yang tidak presisi,
hal ini dimungkinkan karena kurang teliti dalam pembuatan larutan sehingga
membuat kurva yang kurang linier yaitu pada hubungan konsentrasi campuran 50
ml HCl + 50 ml NaOH (konsentrasi NaOH dibuat tetap) dan pada larutan NaOH.
IX. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Reaktor merupakan tempat terjadinya atau berlangsungnya suatu reaksi


2. Terdapat 3 jenis reaktor, yaitu CSTR (Continous Stirrer Tank Reactor),
Plug Flow Reactor, dan Packed Column Reactor
3. Hubungan konsentrasi dengan konduktivitas yaitu berbanding lurus
semakin besar nilai konsentrasi pada larutan maka semakin besar
konduktivitasnya
4. Adapun persamaan reaksi yang terjadi, yaitu:

HCl + NaOH → NaCl + H2O


I. DATA PENGAMATAN REAKTOR II

1.1. Batch Reactor

Waktu Konduktivitas
Perubahan Warna Suhu (°C)
(menit) (mS)

5 38,5 29,7

10 40,09 29,7
Bening Ungu
15 40,72 29,6

20 41,05 29,6

1.2 Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Waktu Konduktivitas
Perubahan Warna Suhu (°C)
(menit) (mS)

5 33,06 30,0

10 35,01 Tidak terjadi 30,1

15 35,96 perubahan warna 30,1

20 36,57 30,2

1.3 Plug Flow Reactor (Aliran 1)

Waktu Konduktivitas
Perubahan Warna Suhu (°C)
(menit) (mS)

5 35,27 28,8

10 34,8 Bening Bening 28,2

15 33,6 kekeruhan 28,6

20 33,2 28,3
1.4 Plug Flow Reactor (Aliran 2)

Waktu Konduktivitas
Perubahan Warna Suhu (°C)
(menit) (mS)

5 39,05 29

10 39,84 Bening Bening 28,4

15 40,17 kekeruhan 28,2

20 40,77 28,1

II. PERHITUNGAN

2.1 Batch Reactor

2.1.1. Menghitung nilai konsentrasi akhir reaksi berdasarkan data konduktivitas

Dik : Persamaan Regresi (dari praktikum sebelumnya) :

y = 153x + 26,87

2.1.1.1 Pada menit ke-5

 Konduktivitas (y) = 38,5 mS


y = 153x + 26,87
38,5 = 153x + 26,87
11,63 = 153x
x = 0,0760 M

2.1.1.2 Pada menit ke-10

 Konduktivitas (y) = 40,09 mS


y = 153x + 26,87
40,09 = 153x + 26,87
13,22 = 153x
x = 0,0864 M

2.1.1.3 Pada menit ke-15

 Konduktivitas (y) = 40,72 mS


y = 153x + 26,87
40,72 = 153x + 26,87
13,85 = 153x
x = 0,0905 M

2.1.1.4 Pada menit ke-20

 Konduktivitas (y) = 41,05 mS


y = 153x + 26,87
41,05 = 153x + 26,87
14,18 = 153x
x = 0,0927 M

2.1.2 Menghitung nilai konsentrasi yang bereaksi

Dik : Reaksi :

HCl + NaOH NaCl + H2O

2.1.2.1 Pada menit ke-5

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0760 0,0760 0,0760 0,0760 M

Sisa : 0,024 0,024 0,0760 0,0760 M

2.1.2.2. Pada menit ke-10

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0864 0,0864 0,0864 0,0864 M

Sisa : 0,0136 0,0136 0,0864 0,0864 M

2.1.2.3 Pada menit ke-15

HCl + NaOH NaCl + H2O


Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0905 0,0905 0,0905 0,0905 M

Sisa : 0,0095 0,0095 0,0905 0,0905 M

2.1.2.4 Pada menit ke-20

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0927 0,0927 0,0927 0,0927 M

Sisa : 0,0073 0,0073 0,0927 0,0927 M

2.1.3. Tabel

Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi HCl


Run Awal HCl Awal NaOH pada akhir
(M) (M) reaksi (M)

1. 0,1 0,1 0,024

2. 0,1 0,1 0,0136

3. 0,1 0,1 0,0095

4. 0,1 0,1 0,0073

2.1.4Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan laju reaksinya (k)

2.1.4.1 Orde ke-0


𝑑𝐶𝐴
−𝑟𝐴 = − =𝑘
𝑑𝑡

𝐴𝐶 𝑡
− ∫𝐶𝐴𝑜 𝑑𝐶𝐴 = 𝑘 ∫0 𝑑𝑡

−𝐶𝐴 + 𝐶𝐴𝑜 = 𝑘𝑡

𝐶𝐴 = 𝐶𝐴𝑜 − 𝑘𝑡
𝑘𝑡 = 𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
𝐶𝐴𝑜 −𝐶𝐴
𝑘= 𝑡

 Pada Run 1
𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
𝑘=
𝑡
0,1 𝑀 − 0,024 𝑀
𝑘=
300 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 2,5 × 10−4 𝑀. 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Pada Run 2
𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
𝑘=
𝑡
0,1 𝑀 − 0,0136 𝑀
𝑘=
600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 1,4 × 10−4 𝑀. 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Pada Run 3
𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
𝑘=
𝑡
0,1 𝑀 − 0,0095 𝑀
𝑘=
900 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 1 × 10−4 𝑀. 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Pada Run 4
𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
𝑘=
𝑡
0,1 𝑀 − 0,0073 𝑀
𝑘=
1200 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 0,77 × 10−4 𝑀. 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-0 adalah
tidak benar.

2.1.4.2 Orde ke-1


𝑑𝐶𝐴
−𝑟𝐴 = − 𝑑𝑡
Persamaan laju reaksi orde ke-1: −𝑟𝐴 = 𝑘. 𝐶𝐴

−𝑟𝐴 = 𝑘. 𝐶𝐴
𝑑𝐶𝐴
− = 𝑘. 𝐶𝐴
𝑑𝑡

𝑑𝐶𝐴
− = 𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝐴

𝐶 𝑑𝐶𝐴 𝑡
− ∫𝐶 𝐴 = -∫0 𝑘.dt
𝐴𝑜 𝐶𝐴

−[ln 𝐶𝐴 − ln 𝐶𝐴𝑜 ] = 𝑘. 𝑡

ln 𝐶𝐴𝑜 − ln 𝐶𝐴 = 𝑘. 𝑡
1 𝐶𝐴𝑜
𝑘= 𝑙𝑛
𝑡 𝐶𝐴

 Pada Run 1
1 𝐶𝐴𝑜
𝑘 = 𝑙𝑛
𝑡 𝐶𝐴
1 0,1 𝑀
𝑘= 𝑙𝑛
300 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 0,024 𝑀
𝑘 = 4,76 × 10−3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Pada Run 2
1 𝐶𝐴𝑜
𝑘 = 𝑙𝑛
𝑡 𝐶𝐴
1 0,1 𝑀
𝑘= 𝑙𝑛
600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 0,0136 𝑀
𝑘 = 3,33 × 10−3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Pada Run 3
1 𝐶𝐴𝑜
𝑘 = 𝑙𝑛
𝑡 𝐶𝐴
1 0,1 𝑀
𝑘= 𝑙𝑛
900 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 0,0095 𝑀
𝑘 = 2,62 × 10−3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Pada Run 4
1 𝐶𝐴𝑜
𝑘= 𝑙𝑛
𝑡 𝐶𝐴
1 0,1 𝑀
𝑘= 𝑙𝑛
1200 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 0,0073 𝑀
𝑘 = 2,18 × 10−3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-1 adalah
tidak benar.

2.1.4.3 Orde ke-2

Persamaan laju reaksi orde ke-2:


𝑑𝐶𝐴 𝑑𝐶𝐵
−𝑟𝐴 = − = − = 𝑘. 𝐶𝐴 . 𝐶𝐵
𝑑𝑡 𝑑𝑡

Jika 𝐶𝐴𝑜 = 𝐶𝐵𝑜 , maka setiap saat akan berlaku𝐶𝐴 = 𝐶𝐵 , sehingga:


𝑑𝐶𝐴
−𝑟𝐴 = − = 𝑘. 𝐶𝐴 2
𝑑𝑡

𝑑𝐶
− 𝑑𝐶 𝐴2 = 𝑘. 𝑑𝑡
𝐴

Hasil integrasi:
1 1
− = k.t
𝐶𝐴 𝐶𝐴𝑜

1 1 1
𝑘= ( − )
𝑡 𝐶𝐴 𝐶𝐴𝑜

 Pada Run 1
1 1 1
𝑘= ( − )
𝑡 𝐶𝐴 𝐶𝐴𝑜
1 1 1
𝑘= ( − )
300 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 0,024 𝑀 0,1 𝑀
𝑘 = 10,56 × 10−2 𝑀−1 . 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Pada Run 2

1 1 1
𝑘= ( − )
𝑡 𝐶𝐴 𝐶𝐴𝑜
1 1 1
𝑘= ( − )
600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 0,0136 𝑀 0,1 𝑀
𝑘 = 10,58 × 10−2 𝑀−1 . 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Pada Run 3
1 1 1
𝑘= ( − )
𝑡 𝐶𝐴 𝐶𝐴𝑜
1 1 1
𝑘= ( − )
900 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 0,0095𝑀 0,1 𝑀
𝑘 = 10,58 × 10−2 𝑀−1 . 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Pada Run 4
1 1 1
𝑘= ( − )
𝑡 𝐶𝐴 𝐶𝐴𝑜
1 1 1
𝑘= ( − )
1200 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 0,0073 𝑀 0,1 𝑀
𝑘 = 10,58 × 10−2 𝑀−1 . 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 adalah konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-2 adalah
benar.

2.2. Continuous Stirred Tank Reactor

2.2.1. Menghitung nilai konsentrasi akhir reaksi berdasarkan data konduktivitas

Dik : Persamaan Regresi (dari praktikum sebelumnya) :

y = 211x + 19,94

2.2.1.1 Pada menit ke-5

 Konduktivitas (y) = 33,06 mS


y = 211x + 19,94
33,06 = 211x + 19,94
13,12 = 211x
x = 0,0622 M

2.2.1.2 Pada menit ke-10

 Konduktivitas (y) = 35,01 mS


y = 211x + 19,94
35,01 = 211x + 19,94
15,07 = 211x
x = 0,0714 M

2.2.1.3 Pada menit ke-15

 Konduktivitas (y) = 35,96 mS


y = 211x + 19,94
35,96 = 211x + 19,94
16,02 = 211x
x = 0,0759 M

2.2.1.4 Pada menit ke-20

 Konduktivitas (y) = 36,57 mS


y = 211x + 19,94
36,57 = 211x + 19,94
36,57 = 211x
x = 0,0788 M

2.2.2 Menghitung nilai konsentrasi yang bereaksi

Dik : Reaksi :

HCl + NaOH NaCl + H2O

2.2.2.1 Pada menit ke-5

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0622 0,0622 0,0622 0,0622 M

Sisa : 0,0378 0,0378 0,0622 0,0622 M

2.2.2.2. Pada menit ke-10

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,07140,0714 0,0714 0,0714 M

Sisa : 0,0286 0,0286 0,0714 0,0714 M

2.2.2.3 Pada menit ke-15


HCl + NaOH NaCl + H2 O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0759 0,0759 0,0759 0,0759 M

Sisa : 0,0241 0,0241 0,0759 0,0759 M

2.2.2.4 Pada menit ke-20

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0788 0,0788 0,0788 0,0788 M

Sisa : 0,0212 0,0212 0,0788 0,0788 M

2.2.3. Tabel

Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi HCl


Run Awal HCl Awal NaOH pada akhir
(M) (M) reaksi (M)

1. 0,1 0,1 0,0378

2. 0,1 0,1 0,0286

3. 0,1 0,1 0,0241

4. 0,1 0,1 0,0212

2.2.4 Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan laju reaksinya (k)

 Pada continuous stirred tank reactor (CSTR):


Laju reaktan masuk = laju reaktan keluar + laju reaktan yang bereaksi +
laju reaktan terakumulasi

 Dalam keadaan steady state tidak terjadi akumulasi, sehingga:


𝐹𝐴𝑜= 𝐹𝐴 + (−𝑟𝐴 )𝑉

Sementara: 𝐹𝐴 = 𝐹𝐴𝑜 − 𝐹𝐴𝑜 . 𝑋𝐴


= 𝐹𝐴𝑜 . (1 − 𝑋𝐴 )
Sehingga:
𝐹𝐴 = 𝐹𝐴𝑜 . (1 − 𝑋𝐴 ) + (−𝑟𝐴 )𝑉
𝐹𝐴𝑜 . 𝑋𝐴 = (−𝑟𝐴 )𝑉

Dimana:
F = Laju alir molar (mol/waktu)
Q = Laju alir volume (volume/waktu)

 Karena laju alir yang digunakan pada saat praktikum adalah laju alir
volume, maka:
𝑉 𝑋𝐴
= 𝐹 = 𝑄. 𝐶
𝑄.𝐶𝐴𝑜 −𝑟𝐴
𝑉 𝑋𝐴
= 𝐶𝐴𝑜 = 𝜏
𝑄 −𝑟𝐴
Dimana 𝜏 = space time/waktu tinggal

 Kebalikan space time adalah space velocity (sv)


1
𝑠𝑣 =
𝜏

𝐶𝐴𝑜 .𝑋𝐴
𝜏= −𝑟𝐴

2.2.4.1 Orde ke-1

−𝑟𝐴 = 𝑘. 𝐶𝐴
𝐶𝐴𝑜 .𝑋𝐴
𝜏=
𝑘.𝐶𝐴
𝐶 −𝐶
𝐶𝐴𝑜 . 𝐴𝑜 𝐴
𝐶𝐴𝑜
k𝜏 =
𝐶𝐴

𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
k𝜏 =
𝐶𝐴

𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
𝐶𝐴
k=
𝜏

 Pada Run 1
𝐶𝐴𝑜− 𝐶𝐴
𝐶𝐴
k=
𝜏
0,1 𝑀 − 0,0378 𝑀
0,0378 𝑀
k=
300 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 5,49 × 10−3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Pada Run 2
𝐶𝐴𝑜− 𝐶𝐴
𝐶𝐴
k=
𝜏
0,1 𝑀 − 0,0286 𝑀
0,0286 𝑀
k=
600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 4,16 × 10−3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Pada Run 3
𝐶𝐴𝑜− 𝐶𝐴
𝐶𝐴
k=
𝜏
0,1 𝑀 − 0,0241 𝑀
0,0241 𝑀
k=
900 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 3,5 × 10−3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Pada Run 4
𝐶𝐴𝑜− 𝐶𝐴
𝐶𝐴
k=
𝜏
0,1 𝑀 − 0,0212 𝑀
0,0212 𝑀
k=
1200 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 3,1 × 10−3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
 Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-1 adalah
tidak benar.

2.2.4.2 Orde ke-2

−𝑟𝐴 = 𝑘. 𝐶𝐴 2
𝐶𝐴𝑜 .𝑋𝐴
𝜏=
𝑘.𝐶𝐴 2
𝐶 −𝐶
𝐶𝐴𝑜 . 𝐴𝑜 𝐴
𝐶𝐴𝑜
k𝜏 =
𝐶𝐴 2
𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
k𝜏 =
𝐶𝐴 2

𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
𝐶𝐴 2
k=
𝜏

 Pada Run 1
𝐶𝐴𝑜− 𝐶𝐴
𝐶𝐴 2
k=
𝜏
0,1 𝑀 − 0,0378 𝑀
(0,0378 𝑀)2
k=
300 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 1,45 × 10−1 𝑀−1 . 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Pada Run 2
𝐶𝐴𝑜− 𝐶𝐴
𝐶𝐴 2
k=
𝜏
0,1 𝑀 − 0,0378 𝑀
(0,0286 𝑀)2
k=
600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 1,46 × 10−1 𝑀−1 . 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Pada Run 3
𝐶𝐴𝑜− 𝐶𝐴
𝐶𝐴 2
k=
𝜏
0,1 𝑀 − 0,0378 𝑀
(0,0241 𝑀)2
k=
900 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 1,45 × 10−1 𝑀−1 . 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Pada Run 4
𝐶𝐴𝑜− 𝐶𝐴
𝐶𝐴 2
k=
𝜏
0,1 𝑀 − 0,0378 𝑀
(0,0212 𝑀)2
k=
1200 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 1,46 × 10−1 𝑀−1 . 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1

 Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 adalah konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-2 adalah
benar.
2.3 Plug Flow Reactor

2.3.1 Aliran 1

2.3.1.1 Menghitung nilai konsentrasi akhir reaksi berdasarkan data

konduktivitas

Dik : Persamaan Regresi (dari praktikum sebelumnya) :

y = 211x + 19,94

2.3.1.1.1 Pada menit ke-5

 Konduktivitas (y) = 35,27 mS


y = 211x + 19,94
35,27 = 211x + 19,94
15,33 = 211x
x = 0,0727 M

2.3.1.1.2 Pada menit ke-10

 Konduktivitas (y) = 34,8 mS


y = 211x + 19,94
34,8 = 211x + 19,94
14,86 = 211x
x = 0,0704 M

2.3.1.1.3 Pada menit ke-15

 Konduktivitas (y) = 33,6 mS


y = 211x + 19,94
33,6 = 211x + 19,94
13,66 = 211x
x = 0,0647 M

2.3.1.1.4 Pada menit ke-20

 Konduktivitas (y) = 33,2 mS


y = 211x + 19,94
33,2 = 211x + 19,94
13,26 = 211x
x = 0,0628 M

2.3.1.2 Menghitung nilai konsentrasi yang bereaksi

Dik : Reaksi :

HCl + NaOH NaCl + H2O

2.3.1.2.1 Pada menit ke-5

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0727 0,0727 0,0727 0,0727 M

Sisa : 0,0273 0,0273 0,0727 0,0727 M

2.3.1.2.2 Pada menit ke-10

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0704 0,0704 0,0704 0,0704 M

Sisa : 0,0296 0,0296 0,0704 0,0704 M

2.3.1.2.3 Pada menit ke-15

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0647 0,0647 0,0647 0,0647 M

Sisa : 0,0353 0,0353 0,0647 0,0647 M


2.3.1.2.4 Pada menit ke-20

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0628 0,0628 0,0628 0,0628 M

Sisa : 0,0372 0,0372 0,0628 0,0628 M

2.3.1.3 Tabel

Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi HCl


Laju Alir Volume
Run Awal HCl Awal NaOH pada akhir
(L/menit) (Liter)
(M) (M) reaksi (M)

1. 0,1 0,1 0,0273

2. 0,1 0,1 0,0296


10 0,5
3. 0,1 0,1 0,0353

4. 0,1 0,1 0,0372

2.3.1.4 Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan laju reaksinya (k)

2.3.1.4.1 Orde ke-1

FA = FA + dFA + (-rA) dv

dFA= (-rA) dv
dFA
= -rA
dv

dFA
= k. CA -rA = k. CA
dv

d(Qo .CA )
= k . CA FA = Qo . CA
dv

QO C𝐴 dCA 𝑣
− ∫ = ∫ 𝑑𝑣
K C𝐴𝑜 C𝐴 0
Qo CA0
v = ln
k CA

Qo CA0
k = ln
v CA

 Pada run 1
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0273 M
= 25,9657 menit-1 = 0,4336 detik-1

 Pada run 2
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0296 M
= 24,3479 menit = 0,4066 detik-1
-1

 Pada run 3
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0353 M
= 20,8257 menit = 0,3478 detik-1
-1

 Pada run 4
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0372 M
= 19,7772 menit-1 = 0,3303 detik-1

 Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-1 adalah
tidak benar.
2.3.1.4.2 Orde ke-2

FA = FA + dFA + (-rA) dv

dFA= (-rA) dv
dFA
= -rA
dv

dFA
= k. CA2 -rA = k. CA . CB = k. CA2
dv

d(Qo .CA )
= k . CA2 FA = Qo . CA
dv

QO C𝐴 dCA 𝑣
− ∫ 2 = ∫ 𝑑𝑣
K C𝐴𝑜 C𝐴 0

Qo CA0
v = ln
k CA 2

Qo CA0
k = ln
v CA 2

 Pada run 1
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0273 M)2
= 97,983 M-1 menit-1 = 1,6363 M-1 detik-1

 Pada run 2
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0296 M)2
= 94,7475 M-1 menit-1 = 1,5823 M-1 detik-1

 Pada run 3
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0353 M)2
= 87,7032 M-1 menit-1 = 1,4646 M-1 detik-1
 Pada run 4
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0372 M)2
= 85,6062 M-1 menit-1 = 1,4297 M-1 detik-1

 Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-2 adalah
benar.

2.3.2 Aliran 2

2.3.2.1 Menghitung nilai konsentrasi akhir reaksi berdasarkan data

konduktivitas

Dik : Persamaan Regresi (dari praktikum sebelumnya) :

y = 153x + 26,87

2.3.2.1.1 Pada menit ke-5

 Konduktivitas (y) = 39,05 mS


y = 153x + 26,87
39,05 = 153x + 26,87
12,18 = 153x
x = 0,0796 M

2.3.2.1.2 Pada menit ke-10

 Konduktivitas (y) = 39,84 mS


y = 153x + 26,87
39,84 = 153x + 26,87
12,97 = 153x
x = 0,0848 M

2.3.2.1.3 Pada menit ke-15

 Konduktivitas (y) = 40,17 mS


y = 153x + 26,87
40,17 = 153x + 26,87
13,3 = 153x
x = 0,0869 M

2.3.2.1.4 Pada menit ke-20

 Konduktivitas (y) = 40,77 mS


y = 153x + 26,87
40,77 = 153x + 26,87
13,9 = 153x
x = 0,0908 M

2.3.2.2 Menghitung nilai konsentrasi yang bereaksi

Dik : Reaksi :

HCl + NaOH NaCl + H2O

2.3.2.2.1 Pada menit ke-5

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0796 0,0796 0,0796 0,0796 M

Sisa : 0,0204 0,0204 0,0796 0,0796 M

2.3.2.2.2 Pada menit ke-10

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0848 0,0848 0,0848 0,0848 M

Sisa : 0,0152 0,0152 0,0848 0,0848 M

2.3.2.2.3 Pada menit ke-15

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0869 0,0869 0,0869 0,0869 M

Sisa : 0,0131 0,0131 0,0869 0,0869 M


2.3.2.2.4 Pada menit ke-20

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0908 0,0908 0,0908 0,0908 M

Sisa : 0,0092 0,0092 0,0908 0,0908 M

2.3.2.3 Tabel

Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi HCl


Laju Alir Volume
Run Awal HCl Awal NaOH pada akhir
(L/menit) (Liter)
(M) (M) reaksi (M)

1. 0,1 0,1 0,0204

2. 0,1 0,1 0,0152


10 0,5
3. 0,1 0,1 0,0131

4. 0,1 0,1 0,0092

2.3.2.4 Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan laju reaksinya (k)

2.3.2.4.1 Orde ke-1

FA = FA + dFA + (-rA) dv

dFA= (-rA) dv
dFA
= -rA
dv

dFA
= k. CA -rA = k. CA
dv

d(Qo .CA )
= k . CA FA = Qo . CA
dv

QO C𝐴 dCA 𝑣
− ∫ = ∫ 𝑑𝑣
K C𝐴𝑜 C𝐴 0
Qo CA0
v = ln
k CA

Qo CA0
k = ln
v CA

 Pada run 1
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0204 M
= 31,7927 menit-1 = 0,5309 detik-1

 Pada run 2
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0152 M
= 37,6775menit-1 = 0,6292 detik-1

 Pada run 3
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0131 M
= 40,6512menit = 0,6789 detik-1
-1

 Pada run 4
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0092 M
= 47,7193menit = 0,7969 detik-1
-1

 Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-1 adalah
tidak benar.
2.3.2.4.2 Orde ke-2

FA = FA + dFA + (-rA) dv

dFA= (-rA) dv
dFA
= -rA
dv

dFA
= k. CA2 -rA = k. CA . CB = k. CA2
dv

d(Qo .CA )
= k . CA2 FA = Qo . CA
dv

QO C𝐴 dCA 𝑣
− ∫ 2 = ∫ 𝑑𝑣
K C𝐴𝑜 C𝐴 0

Qo CA0
v = ln
k CA 2

Qo CA0
k = ln
v CA 2

 Pada run 1
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0204 M)2
= 109,6371 M-1 menit-1 = 1,8309 M-1 detik-1

 Pada run 2
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0152 M)2
= 121,4067 M-1 menit-1 = 2,0275 M-1 detik-1

 Pada run 3
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0131 M)2
= 127,3540 M-1 menit-1 = 2,1268 M-1 detik-1
 Pada run 4
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0092 M)2
= 141,4904 M-1 menit-1 = 2,3629 M-1 detik-1
 Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-2 adalah
benar.

2.3 Plug Flow Reactor

2.3.1 Aliran 1

2.3.1.1 Menghitung nilai konsentrasi akhir reaksi berdasarkan data

konduktivitas

Dik : Persamaan Regresi (dari praktikum sebelumnya) :

y = 211x + 19,94

2.3.1.1.1 Pada menit ke-5

 Konduktivitas (y) = 35,27 mS


y = 211x + 19,94
35,27 = 211x + 19,94
15,33 = 211x
x = 0,0727 M

2.3.1.1.2 Pada menit ke-10

 Konduktivitas (y) = 34,8 mS


y = 211x + 19,94
34,8 = 211x + 19,94
14,86 = 211x
x = 0,0704 M

2.3.1.1.3 Pada menit ke-15

 Konduktivitas (y) = 33,6 mS


y = 211x + 19,94
33,6 = 211x + 19,94
13,66 = 211x
x = 0,0647 M

2.3.1.1.4 Pada menit ke-20

 Konduktivitas (y) = 33,2 mS


y = 211x + 19,94
33,2 = 211x + 19,94
13,26 = 211x
x = 0,0628 M

2.3.1.2 Menghitung nilai konsentrasi yang bereaksi

Dik : Reaksi :

HCl + NaOH NaCl + H2O

2.3.1.2.1 Pada menit ke-5

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0727 0,0727 0,0727 0,0727 M

Sisa : 0,0273 0,0273 0,0727 0,0727 M

2.3.1.2.2 Pada menit ke-10

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0704 0,0704 0,0704 0,0704 M

Sisa : 0,0296 0,0296 0,0704 0,0704 M

2.3.1.2.3 Pada menit ke-15

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0647 0,0647 0,0647 0,0647 M

Sisa : 0,0353 0,0353 0,0647 0,0647 M


2.3.1.2.4 Pada menit ke-20

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0628 0,0628 0,0628 0,0628 M

Sisa : 0,0372 0,0372 0,0628 0,0628 M

2.3.1.3 Tabel

Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi HCl


Laju Alir Volume
Run Awal HCl Awal NaOH pada akhir
(L/menit) (Liter)
(M) (M) reaksi (M)

1. 0,1 0,1 0,0273

2. 0,1 0,1 0,0296


10 0,5
3. 0,1 0,1 0,0353

4. 0,1 0,1 0,0372

2.3.1.4 Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan laju reaksinya (k)

2.3.1.4.1 Orde ke-1

FA = FA + d FA + (-rA) dv

d FA= (-rA) dv
dFA
= -rA
dv

dFA
= k. CA -rA = k. CA
dv

d(Qo .CA )
= k . CA FA = Qo . CA
dv

QO C𝐴 dCA 𝑣
− ∫ = ∫ 𝑑𝑣
K C𝐴𝑜 C𝐴 0
Qo CA0
v = ln
k CA

Qo CA0
k = ln
v CA

 Pada run 1
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0273 M
= 25,9657 menit-1 = 0,4336 detik-1

 Pada run 2
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0296 M
= 24,3479 menit = 0,4066 detik-1
-1

 Pada run 3
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0353 M
= 20,8257 menit = 0,3478 detik-1
-1

 Pada run 4
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0372 M
= 19,7772 menit-1 = 0,3303 detik-1

 Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-1 adalah
tidak benar.
2.3.1.4.2 Orde ke-2

FA = FA + d FA + (-rA) dv

d FA= (-rA) dv
dFA
= -rA
dv

dFA
= k. CA2 -rA = k. CA . CB = k. CA2
dv

d(Qo .CA )
= k . CA2 FA = Qo . CA
dv

QO C𝐴 dCA 𝑣
− ∫ 2 = ∫ 𝑑𝑣
K C𝐴𝑜 C𝐴 0

Qo CA0
v = ln
k CA 2

Qo CA0
k = ln
v CA 2

 Pada run 1
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0273 M)2
= 97,983 M-1 menit-1 = 1,6363 M-1 detik-1

 Pada run 2
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0296 M)2
= 94,7475 M-1 menit-1 = 1,5823 M-1 detik-1

 Pada run 3
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0353 M)2
= 87,7032 M-1 menit-1 = 1,4646 M-1 detik-1
 Pada run 4
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0372 M)2
= 85,6062 M-1 menit-1 = 1,4297 M-1 detik-1

 Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-2 adalah
benar.

2.3.2 Aliran 2

2.3.2.1 Menghitung nilai konsentrasi akhir reaksi berdasarkan data

konduktivitas

Dik : Persamaan Regresi (dari praktikum sebelumnya) :

y = 153x + 26,87

2.3.2.1.1 Pada menit ke-5

 Konduktivitas (y) = 39,05 mS


y = 153x + 26,87
39,05 = 153x + 26,87
12,18 = 153x
x = 0,0796 M

2.3.2.1.2 Pada menit ke-10

 Konduktivitas (y) = 39,84 mS


y = 153x + 26,87
39,84 = 153x + 26,87
12,97 = 153x
x = 0,0848 M

2.3.2.1.3 Pada menit ke-15

 Konduktivitas (y) = 40,17 mS


y = 153x + 26,87
40,17 = 153x + 26,87
13,3 = 153x
x = 0,0869 M

2.3.2.1.4 Pada menit ke-20

 Konduktivitas (y) = 40,77 mS


y = 153x + 26,87
40,77 = 153x + 26,87
13,9 = 153x
x = 0,0908 M

2.3.2.2 Menghitung nilai konsentrasi yang bereaksi

Dik : Reaksi :

HCl + NaOH NaCl + H2O

2.3.2.2.1 Pada menit ke-5

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0796 0,0796 0,0796 0,0796 M

Sisa : 0,0204 0,0204 0,0796 0,0796 M

2.3.2.2.2 Pada menit ke-10

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0848 0,0848 0,0848 0,0848 M

Sisa : 0,0152 0,0152 0,0848 0,0848 M

2.3.2.2.3 Pada menit ke-15

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0869 0,0869 0,0869 0,0869 M

Sisa : 0,0131 0,0131 0,0869 0,0869 M


2.3.2.2.4 Pada menit ke-20

HCl + NaOH NaCl + H2O

Mula-mula : 0,1 0,1 - - M

Bereaksi : 0,0908 0,0908 0,0908 0,0908 M

Sisa : 0,0092 0,0092 0,0908 0,0908 M

2.3.2.3 Tabel

Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi HCl


Laju Alir Volume
Run Awal HCl Awal NaOH pada akhir
(L/menit) (Liter)
(M) (M) reaksi (M)

1. 0,1 0,1 0,0204

2. 0,1 0,1 0,0152


10 0,5
3. 0,1 0,1 0,0131

4. 0,1 0,1 0,0092

2.3.2.4 Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan laju reaksinya (k)

2.3.2.4.1 Orde ke-1

FA = FA + d FA + (-rA) dv

d FA= (-rA) dv
dFA
= -rA
dv

dFA
= k. CA -rA = k. CA
dv

d(Qo .CA )
= k . CA FA = Qo . CA
dv

QO C𝐴 dCA 𝑣
− ∫ = ∫ 𝑑𝑣
K C𝐴𝑜 C𝐴 0
Qo CA0
v = ln
k CA

Qo CA0
k = ln
v CA

 Pada run 1
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0204 M
= 31,7927 menit-1 = 0,5309 detik-1

 Pada run 2
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0152 M
= 37,6775 menit = 0,6292 detik-1
-1

 Pada run 3
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0131 M
= 40,6512 menit = 0,6789 detik-1
-1

 Pada run 4
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0092 M
= 47,7193 menit-1 = 0,7969 detik-1

 Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-1 adalah
tidak benar.
2.3.2.4.2 Orde ke-2

FA = FA + d FA + (-rA) dv

d FA= (-rA) dv
dFA
= -rA
dv

dFA
= k. CA2 -rA = k. CA . CB = k. CA2
dv

d(Qo .CA )
= k . CA2 FA = Qo . CA
dv

QO C𝐴 dCA 𝑣
− ∫ 2 = ∫ 𝑑𝑣
K C𝐴𝑜 C𝐴 0

Qo CA0
v = ln
k CA 2

Qo CA0
k = ln
v CA 2

 Pada run 1
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0204 M)2
= 109,6371 M-1 menit-1 = 1,8309 M-1 detik-1

 Pada run 2
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0152 M)2
= 121,4067 M-1 menit-1 = 2,0275 M-1 detik-1

 Pada run 3
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0131 M)2
= 127,3540 M-1 menit-1 = 2,1268 M-1 detik-1
 Pada run 4
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0092 M)2
= 141,4904 M-1 menit-1 = 2,3629 M-1 detik-1

 Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-2 adalah
benar.
VI. ANALISA DATA
Pada praktikum mengenai reaktor di minggu pertama ini, terlebih
dahulu dilakukan pengecekan konduktivitas terhadap larutan HCl, NaOH,
dab NaCl dengan konsentrasi masing-masing larutan yang telah
divariasikan. Adapun tujuan dari pengecekan ini yaitu untuk menlihat dan
mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan terhadap nilai
konduktivitasnya dilihat dari kurva baku yang telah dibuat.
Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa larutan
HCl memiliki nilai konduktivitas larutan yang lebih tinggi dibandingkan
larutan NaOH. Konduktivitas larutan sendiri merupakan kemampuan
larutan tersebut untuk menghantarkan arus listrik, sehingga dari pengertian
tersebut dikatakan bahwa larutan HCl memiliki kemampuan dalam
menghantarkan arus listrik lebih baik dibandingkan dengan larutan NaOH.
Selain itu, dari data hasil pengamatan juga terlihat bahwa pengukuran
terhadap larutan NaCl yang merupakan campuran dari larutan HCl +
NaOH juga memiliki nilai konduktivitas yang cukup besar. Hal ini
dikarenakan NaCl merupakan pencampuran antara asam kuat (HCl) dan
basa kuat (NaOH) yang memiliki daya ionisasi tinggi. NaCl dapat
terionisasi sempurna (larutan elektrolit kuat) dalam pelarutnya dan
berubah menjadi ion-ion dalam larutannya yaitu ion Na+ dan Cl-, sehingga
ion-ion bebasnya banyak yang dapat menghantarkan listrik.
Dan kurva baku disetiap percobaan, persamaan garis linier
mengarah ke kanan atas (positif) yang menunjukkan bahwa konsentrasi
larutan berbanding lurus dengan nilai konduktivitas suatu larutan. Hal ini
disebabkan semakin padat konsentrasi dari suatu larutan, maka zat yang
terlarut akan semakin banyak pula terionisasi menghasilkan muatan
negatif dan positif. Apabila semakin banyak muatan-muatan dalam
larutan, maka arus listrik yang dihantarkan semakin banyak pula. Hal ini
tentunya akan menyebabkan nilai daya hantar listrik suatu larutan juga
akan semakin besar. Begitupun sebaliknya, semakin kecil konsentrasi dari
suatu larutan, maka daya hantar listrik dari larutan tersebut akan semakin
kecil pula.
Berdasarkan kurva pada setiap percobaan yang telah dibuat, juga
terlihat adanya hubungan yang tidak presisi. Hal ini dimungkinkan karena
ketidaktelitian dalam pembuatan larutan ataupun karena kesalahan pada
saat proses pengukuran itu sendiri. Itulah mengapa, saat pengukuran
konduktivitas elektroda pada alat konduktivitas meter harus tercelup
seluruhnya ke dalam larutan, agar elektroda mengukur daya hantar listrik
larutan secara benar. Selain itu, dalam pengukuran konduktivitas juga
sebaiknya dilakukan pengukuran dari larutan yang memiliki konsentrasi
rendah ke larutan yang pekat (memiliki konsentrasi tinggi). Hal ini
bertujuan untuk mencegah banyaknya ion-ion yang menempel pada
elektroda.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Peningkatan konsentrasi suatu larutan akan meningkatkan pergerakan
ion-ion dalam suatu larutan
2. Semakin besar konsentrasi larutan, maka semakin besar pula nilai
konduktivitas yang dihasilkan
3. Reaktor merupakan tempat terjadinya atau berlangsungnya suatu
reaksi
4. Adapun reaksi yang dilakukan pada praktikum ini adalah reaksi yang
terjadi antara HCl dan NaOH
HCl + NaOH NaCl + H2O
5. Terdapat 3 jenis atau 3 tipe reaktor, yaitu CSTR (continuous stirred
tank reactor), plvg flow reactor, and packed column reactor
X. DAFTAR PUSTAKA

Kasie Lab. Satuan Operasi 2. 2019. Penuntun Praktikum Satuan Operasi 2 :


Reaktor. Palembang: Polsri

http://www.caesarvery.com/2012/11/macam-macam-reactor-reactor.html?m=1

http://id.scribd.com/doc/282317707/reaktor-ideal-aliran-kontinyu.pdf

http://digilib.polban.ac.id/abdulkboli/7332-3bab2/jenis-jenis-reaktor.pdf

Anda mungkin juga menyukai