SATUAN OPERASI II
DISUSUN OLEH:
KELAS : 4 KA
TAHUN 2019
REAKTOR
I. TUJUAN
– Dapat mengetahui prinsip kerja dan alur proses dari CSTR, Pack Bed
Reactor dan PFR
– Dapat menjelaskan uraian proses dari masing-masing tipe reactor
– Dapat menghitung kosentrasi dari data yang didapat
– Dapat membuat grafik hubungan antara waktu dengan kosentarasi
2. Reaktor semi-batch
Reaktor semi-batch umumnya berbentuk tangki berpengaduk, cara
operasinya adalah dengan jalan memasukan sebagian zat pereaksi ke
dalam reaktor, sedangkan zat pereaksi yang lain atau sisanya dimasukan
secara kontinyu ke dalam reaktor.
Ada material yang masuk selama operasi ytanpa
dipindahkan.Reaktan yang masuk bisa dihentikan, dan produk bisa
dipindahkan selama operasi waktu tertentu.Tidak beroperasi secara steady
state.
Contoh paling sederhana misalnya tangki fermentor, ragi
dimasukkan sekali ke dalam tangki (secara batch) namun CO2 yang
dihasilkannya dikeluarkan secara kontinyu.Contoh lainnya adalah
klorinasi, suatu reaksi cair-gas, gas digelembungkan secara kontinyu dari
dasar tangki agar bereaksi dengan cairan di tangki yang diam (batch).
3. Reaktor Kontinyu
Reaktor kontinyu mempunyai aliran masukan dan keluaran
(inlet/outlet) yang terdiri dari campuran homogen/heterogen. Reaksi
kontinyu di operasikan pada kondisi steady, dimana arus aliran masuk
sama dengan arus aliran keluar.
Reaktor kontinyu dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu :
a) Reaktor AlirTangki Berpengaduk (RATB) atauContinous
Stirred Tank Reaktor (CSTR)
Biasanya berupa tangki berpengaduk dengan asumsi
pengadukan sempurna, konsentrasi tiap komponen dalam reactor
seragam sebesar konsentrasi aliran yang keluar dari reaktor. Model
ini biasanya digunakan pada reaksi homogen di mana semua
bahan baku dan katalisnya berfasa cair, atau reaksi antara cair dan
gas dengan katalis cair.
Pemasangan secara seri akan meningkatkan kemampuan
konversi reaktor CSTR, semakin banyak jumlah yang dipasang
seri maka konversinya akan semakin mendekati reaktor PFR
denganh volume yang sama. Sementara pemasangan secara paralel
umumnya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produsi dengan
konversi yang sama.
• Kelebihan:
- Kontrol temperature yang baik dapat mudah dijaga
- Realtif murah dalam instalasi
- Reaktor memiliki kapasitas panas yang besar
- Bagian dalam reaktor dapat mudah diakses saat perawatan
• Kekurangan:
- Konversi reaktan menjadi produk per volume reaktor relatif
kecil bila dibandingkan dengan jenis reaktor kontinyu
lainnya.
Keuntungannya :
Biaya operasi dan perawatan murah dibanding FBR
Bisa digunakan di suhu dan tekanan tinggi
Bisa dioperasikan dengan waktu tinggal yang bervariasi
Kerugiannya :
Sulit dalam penjagaan distribusi aliran yg seragam
Bed yg kecil lebih efektif karena internal area yang besar tapi
pressure drop tinggi
Regenerasi bed sulit dilakukan karena cenderung permanen
Keuntungannya :
Suhu konstan shg mudah dikontrol
Regenerasi bed yg mudah
Reaksinya memiliki efek panas yang tinggi
Kekurangannya :
Bisa menyebabkan keausan dinding reaktor karena gerakan bed yg terus-
menerus bergesekan dg dinding
Karena bergerak terus-menerus dan antar bed bergesekan, bisa
menyebabkan partikel bed mengecil dan terikut keluar sbg produk.
Sehingga perlu ditambahkan cyclone separator.
1. Bubble Tank
Bubble Tank adalah jenis reaktor kimia yang
dapat digunakan untuk mereaksikan bahan dalam
keadaan banyak fasa. Reaktor jenis ini
menggunakan fluida (cairan atau gas) yang
dialirkan melalui katalis padatan (biasanya
berbentuk butiran-butiran kecil) dengan kecepatan yang cukup sehingga katalis
akan terolak sedemikian rupa dan akhirnya katalis tersebut dapat dianalogikan
sebagai fluida juga.
2. Agitate Tank
Agitate Tank adalah digunakan untuk menyediakan
reservoir penyimpanan untuk batch campuran dari mixer
kecepatan geser tinggi.
Tiga fungsi utama dari Agitate Tank :
1. Persamaan gelembung udara terjebak selama proses pencampuran.
2. Agitate bertindk sebagai reservoir penyimpanan untuk batch campuran yang
memungkinkan kelangsungan penyediaan dipertahankan untuk pompa.
3. Agitate dari dayung khusus bebentuk menjaga campuran dalam suspensi
sebelum pemompaan.
3. Spray Tower
Spray Tower adalah perangkat kontrol
terutama digunakan untuk pengkondisian
gas ( pendingin dan pelembab ) atau untuk
tahap pertama atau penghapus partikel gas.
Mereka juga digunakan di banyak gas
cerombnong desulfurisasi sistem untuk
mngurangi penumpukan plugging dan
skala oleh polutan.
V. LANGKAH KERJA
1. Mempersiapkan larutan yang akan dihasilkan
2. Memasukkan larutan ke dalam feed tank 1 dan 2
3. Menghubungkan kabel ke soket dan menghidupkan switch ke posisi on
4. Mematikan valve AF1 dan AF2 pada tangki terbuka dan valve A31
dan A32 pada supply tank tertutup
5. Menghidupkan pump 1 dan pump 2 umpan akan mengalir ke suppy
tank
6. Umpan akan mengalir ke float flowmater, dan akan didistribusikan ke
tiap-tiap reaktor
Konsentrasi HCL
No. Konduktivitas
(M)
1. 0,1 45,2
2. 0,08 42,8
3. 0,06 39,7
4. 0,04 36,3
6.2. Tabel Konduktivitas Larutan NaOH
1. 0,1 38,6
2. 0,08 30,3
3. 0,06 27,8
4. 0,04 25,3
HCl
50
45 y = 149x + 30.57
40 R² = 0.9942
35
Konduktivitas
30
25
20
15
10
5
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi
NaOH
45
40 y = 212x + 15.66
35 R² = 0.8991
Konduktivitas
30
25
20
15
10
5
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi
6.7.Kurva Baku HubunganKonsentrasiCampuran 50ml HCl + 50ml
NaOH (Konsentrasi HCL dibuattetap) vs Konduktivitas
HCl Konstan
43
y = 153x + 26.87
42
R² = 0.998
Konduktivitas
41
40
39
38
37
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi
NaOH Konstan
45
40 y = 211x + 19.94
R² = 0.9002
35
Konduktivitas
30
25
20
15
10
5
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi
VII. PERHITUNGAN
𝑔𝑟
1,19 𝑥 37% 𝑥 10000
𝑚𝐿
= = 12.063 mol/mL
36,5 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 4,1449mL
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 40mL
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 30mL
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 20mL
2. Pembuatan Larutan NaOH
Konsentrasi 0,1M volume 500mL
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
M = x
𝐵𝑀 𝑉
𝑔𝑟𝑎𝑚 10000
0,1mol/mL = 𝑥
40 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 500𝑚𝐿
gr = 2gram
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 40mL
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 30mL
V1 x M1 = V2 x M2
V1 = 20mL
M2 = 0,08mol/L
[0H-] = b x [NaOH]
= 1 x 0,04M
= 0,04 M
Konsentrasi campuran :
ΣM1 x V1 = M2 x V2
M2 = 0,07mol/L
[0H-] = b x [NaOH]
= 1 x 0,1M
= 10-1 M
[H+] = a x [HCl]
= 1 x 0,1M
= 10-1 M
Konsentrasi campuran :
ΣM1 x V1 = M2 x V2
M2 = 0,1mol/L
[H+] = a x [HCl]
= 1 x 0,08M
= 0,08 M
Konsentrasi campuran :
ΣM1 x V1 = M2 x V2
M2 = 0,09mol/L
[H+] = a x [HCl]
= 1 x 0,06M
= 0,06 M
Konsentrasi campuran :
ΣM1 x V1 = M2 x V2
M2 = 0,08mol/L
[H+] = a x [HCl]
= 1 x 0,04M
= 0,04 M
Konsentrasi campuran :
ΣM1 x V1 = M2 x V2
M2 = 0,07 mol/L
X Y X2 Y2 XY
𝜮𝒚 (𝜮𝐗^𝟐)− 𝜮𝒙 (𝜮𝑿𝒀)
A =
𝒏 (𝜮𝐗^𝟐) (𝜮𝑿)^𝟐
𝒏 (𝜮𝐗𝐘)− 𝜮𝒙 (𝜮𝒀)
B =
𝒏 (𝜮𝐗^𝟐) (𝜮𝑿)^𝟐
164(0,0216)− 0,28(11,778)
= = 30,57
4(0.0216)(0,28)^2
4(11,778)− 0,28(164)
= = 149
4(0.0216)(0,28)^2
Jadi, persamaan yang diperoleh adalah
Y = A + Bx
= 30,57 + 149x
= 149x + 30,57
x y x2 y2 xy
0.1 38.6 0.01 1489.96 3.86
0.08 30.3 0.0064 918.09 2.424
0.06 27.8 0.0036 772.84 1.668
0.04 25.3 0.0016 640.09 1.012
Σ 0.28 122 0.0216 3820.98 8.964
Menghitung konstanta (A)
122(0,0216)− 0,28(8.964)
= = 15.66
4(0.0216)(0,28)^2
4(8.964)− 0,28(122)
= = 212
4(0.0216)(0,28)^2
Y = A + Bx
= 15,66 + 212x
= 121x + 15,66
x y x2 y2 xy
0.1 42.1 0.01 1772.41 4.21
0.09 40.7 0.0081 1656.49 3.663
0.08 39.2 0.0064 1536.64 3.136
0.07 37.5 0.0049 1406.25 2.625
Σ 0.34 159.5 0.0294 6371.79 13.634
Menghitung konstanta (A)
159,5(0,0294)− 0,34(13,634)
= = 26,87
4(0.0294)(0,34)^2
4(13,634)− 0,32(159,5)
= = 153
4(0.0294)(0,32)^2
Y = A + Bx
= 26,87 + 153x
= 153x + 26,87
x y x2 y2 xy
0.1 41.9 0.01 1755.61 4.19
0.09 37.8 0.0081 1428.84 3.402
0.08 36.5 0.0064 1332.25 2.92
0.07 35.3 0.0049 1246.09 2.471
0.34 151.5 0.0294 5762.79 12.983
Menghitung konstanta (A)
151,5(0,0294)− 0,34(12,983)
= = 19,94
4(0.0294)(0,34)^2
4(112,983)− 0,34(151,5)
= = 211
4(0.0294)(0,34)^2
Y = A + Bx
= 19,94 + 211x
= 211x + 19,94
VII. ANALISA PERCOBAAN
Pada praktikum ini, digunakan bahan HCl dan NaOH. Pembuatan larutan
ini dilakukan variasi konsentrasi yaitu 0,1 M, 0,08 M, 0,06 M, dan 0,04 M dan di
ukur konduktivitasnya. Hal ini bertujuan untuk melihat hubungan antara
konsentrasi dengan konduktivitas dengan menggunakan grafik/kurva baku.
Adapun persamaan reaksi yang terjadi yaitu:
Waktu Konduktivitas
Perubahan Warna Suhu (°C)
(menit) (mS)
5 38,5 29,7
10 40,09 29,7
Bening Ungu
15 40,72 29,6
20 41,05 29,6
Waktu Konduktivitas
Perubahan Warna Suhu (°C)
(menit) (mS)
5 33,06 30,0
20 36,57 30,2
Waktu Konduktivitas
Perubahan Warna Suhu (°C)
(menit) (mS)
5 35,27 28,8
20 33,2 28,3
1.4 Plug Flow Reactor (Aliran 2)
Waktu Konduktivitas
Perubahan Warna Suhu (°C)
(menit) (mS)
5 39,05 29
20 40,77 28,1
II. PERHITUNGAN
y = 153x + 26,87
Dik : Reaksi :
2.1.3. Tabel
𝐴𝐶 𝑡
− ∫𝐶𝐴𝑜 𝑑𝐶𝐴 = 𝑘 ∫0 𝑑𝑡
−𝐶𝐴 + 𝐶𝐴𝑜 = 𝑘𝑡
𝐶𝐴 = 𝐶𝐴𝑜 − 𝑘𝑡
𝑘𝑡 = 𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
𝐶𝐴𝑜 −𝐶𝐴
𝑘= 𝑡
Pada Run 1
𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
𝑘=
𝑡
0,1 𝑀 − 0,024 𝑀
𝑘=
300 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 2,5 × 10−4 𝑀. 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Pada Run 2
𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
𝑘=
𝑡
0,1 𝑀 − 0,0136 𝑀
𝑘=
600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 1,4 × 10−4 𝑀. 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Pada Run 3
𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
𝑘=
𝑡
0,1 𝑀 − 0,0095 𝑀
𝑘=
900 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 1 × 10−4 𝑀. 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Pada Run 4
𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
𝑘=
𝑡
0,1 𝑀 − 0,0073 𝑀
𝑘=
1200 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 0,77 × 10−4 𝑀. 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-0 adalah
tidak benar.
−𝑟𝐴 = 𝑘. 𝐶𝐴
𝑑𝐶𝐴
− = 𝑘. 𝐶𝐴
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝐴
− = 𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝐴
𝐶 𝑑𝐶𝐴 𝑡
− ∫𝐶 𝐴 = -∫0 𝑘.dt
𝐴𝑜 𝐶𝐴
−[ln 𝐶𝐴 − ln 𝐶𝐴𝑜 ] = 𝑘. 𝑡
ln 𝐶𝐴𝑜 − ln 𝐶𝐴 = 𝑘. 𝑡
1 𝐶𝐴𝑜
𝑘= 𝑙𝑛
𝑡 𝐶𝐴
Pada Run 1
1 𝐶𝐴𝑜
𝑘 = 𝑙𝑛
𝑡 𝐶𝐴
1 0,1 𝑀
𝑘= 𝑙𝑛
300 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 0,024 𝑀
𝑘 = 4,76 × 10−3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Pada Run 2
1 𝐶𝐴𝑜
𝑘 = 𝑙𝑛
𝑡 𝐶𝐴
1 0,1 𝑀
𝑘= 𝑙𝑛
600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 0,0136 𝑀
𝑘 = 3,33 × 10−3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Pada Run 3
1 𝐶𝐴𝑜
𝑘 = 𝑙𝑛
𝑡 𝐶𝐴
1 0,1 𝑀
𝑘= 𝑙𝑛
900 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 0,0095 𝑀
𝑘 = 2,62 × 10−3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Pada Run 4
1 𝐶𝐴𝑜
𝑘= 𝑙𝑛
𝑡 𝐶𝐴
1 0,1 𝑀
𝑘= 𝑙𝑛
1200 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 0,0073 𝑀
𝑘 = 2,18 × 10−3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-1 adalah
tidak benar.
𝑑𝐶
− 𝑑𝐶 𝐴2 = 𝑘. 𝑑𝑡
𝐴
Hasil integrasi:
1 1
− = k.t
𝐶𝐴 𝐶𝐴𝑜
1 1 1
𝑘= ( − )
𝑡 𝐶𝐴 𝐶𝐴𝑜
Pada Run 1
1 1 1
𝑘= ( − )
𝑡 𝐶𝐴 𝐶𝐴𝑜
1 1 1
𝑘= ( − )
300 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 0,024 𝑀 0,1 𝑀
𝑘 = 10,56 × 10−2 𝑀−1 . 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Pada Run 2
1 1 1
𝑘= ( − )
𝑡 𝐶𝐴 𝐶𝐴𝑜
1 1 1
𝑘= ( − )
600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 0,0136 𝑀 0,1 𝑀
𝑘 = 10,58 × 10−2 𝑀−1 . 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Pada Run 3
1 1 1
𝑘= ( − )
𝑡 𝐶𝐴 𝐶𝐴𝑜
1 1 1
𝑘= ( − )
900 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 0,0095𝑀 0,1 𝑀
𝑘 = 10,58 × 10−2 𝑀−1 . 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Pada Run 4
1 1 1
𝑘= ( − )
𝑡 𝐶𝐴 𝐶𝐴𝑜
1 1 1
𝑘= ( − )
1200 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 0,0073 𝑀 0,1 𝑀
𝑘 = 10,58 × 10−2 𝑀−1 . 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 adalah konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-2 adalah
benar.
y = 211x + 19,94
Dik : Reaksi :
2.2.3. Tabel
2.2.4 Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan laju reaksinya (k)
Dimana:
F = Laju alir molar (mol/waktu)
Q = Laju alir volume (volume/waktu)
Karena laju alir yang digunakan pada saat praktikum adalah laju alir
volume, maka:
𝑉 𝑋𝐴
= 𝐹 = 𝑄. 𝐶
𝑄.𝐶𝐴𝑜 −𝑟𝐴
𝑉 𝑋𝐴
= 𝐶𝐴𝑜 = 𝜏
𝑄 −𝑟𝐴
Dimana 𝜏 = space time/waktu tinggal
𝐶𝐴𝑜 .𝑋𝐴
𝜏= −𝑟𝐴
−𝑟𝐴 = 𝑘. 𝐶𝐴
𝐶𝐴𝑜 .𝑋𝐴
𝜏=
𝑘.𝐶𝐴
𝐶 −𝐶
𝐶𝐴𝑜 . 𝐴𝑜 𝐴
𝐶𝐴𝑜
k𝜏 =
𝐶𝐴
𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
k𝜏 =
𝐶𝐴
𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
𝐶𝐴
k=
𝜏
Pada Run 1
𝐶𝐴𝑜− 𝐶𝐴
𝐶𝐴
k=
𝜏
0,1 𝑀 − 0,0378 𝑀
0,0378 𝑀
k=
300 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 5,49 × 10−3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Pada Run 2
𝐶𝐴𝑜− 𝐶𝐴
𝐶𝐴
k=
𝜏
0,1 𝑀 − 0,0286 𝑀
0,0286 𝑀
k=
600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 4,16 × 10−3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Pada Run 3
𝐶𝐴𝑜− 𝐶𝐴
𝐶𝐴
k=
𝜏
0,1 𝑀 − 0,0241 𝑀
0,0241 𝑀
k=
900 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 3,5 × 10−3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Pada Run 4
𝐶𝐴𝑜− 𝐶𝐴
𝐶𝐴
k=
𝜏
0,1 𝑀 − 0,0212 𝑀
0,0212 𝑀
k=
1200 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 3,1 × 10−3 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-1 adalah
tidak benar.
−𝑟𝐴 = 𝑘. 𝐶𝐴 2
𝐶𝐴𝑜 .𝑋𝐴
𝜏=
𝑘.𝐶𝐴 2
𝐶 −𝐶
𝐶𝐴𝑜 . 𝐴𝑜 𝐴
𝐶𝐴𝑜
k𝜏 =
𝐶𝐴 2
𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
k𝜏 =
𝐶𝐴 2
𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴
𝐶𝐴 2
k=
𝜏
Pada Run 1
𝐶𝐴𝑜− 𝐶𝐴
𝐶𝐴 2
k=
𝜏
0,1 𝑀 − 0,0378 𝑀
(0,0378 𝑀)2
k=
300 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 1,45 × 10−1 𝑀−1 . 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Pada Run 2
𝐶𝐴𝑜− 𝐶𝐴
𝐶𝐴 2
k=
𝜏
0,1 𝑀 − 0,0378 𝑀
(0,0286 𝑀)2
k=
600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 1,46 × 10−1 𝑀−1 . 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Pada Run 3
𝐶𝐴𝑜− 𝐶𝐴
𝐶𝐴 2
k=
𝜏
0,1 𝑀 − 0,0378 𝑀
(0,0241 𝑀)2
k=
900 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 1,45 × 10−1 𝑀−1 . 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Pada Run 4
𝐶𝐴𝑜− 𝐶𝐴
𝐶𝐴 2
k=
𝜏
0,1 𝑀 − 0,0378 𝑀
(0,0212 𝑀)2
k=
1200 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘 = 1,46 × 10−1 𝑀−1 . 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 −1
Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 adalah konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-2 adalah
benar.
2.3 Plug Flow Reactor
2.3.1 Aliran 1
konduktivitas
y = 211x + 19,94
Dik : Reaksi :
2.3.1.3 Tabel
2.3.1.4 Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan laju reaksinya (k)
FA = FA + dFA + (-rA) dv
dFA= (-rA) dv
dFA
= -rA
dv
dFA
= k. CA -rA = k. CA
dv
d(Qo .CA )
= k . CA FA = Qo . CA
dv
QO C𝐴 dCA 𝑣
− ∫ = ∫ 𝑑𝑣
K C𝐴𝑜 C𝐴 0
Qo CA0
v = ln
k CA
Qo CA0
k = ln
v CA
Pada run 1
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0273 M
= 25,9657 menit-1 = 0,4336 detik-1
Pada run 2
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0296 M
= 24,3479 menit = 0,4066 detik-1
-1
Pada run 3
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0353 M
= 20,8257 menit = 0,3478 detik-1
-1
Pada run 4
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0372 M
= 19,7772 menit-1 = 0,3303 detik-1
Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-1 adalah
tidak benar.
2.3.1.4.2 Orde ke-2
FA = FA + dFA + (-rA) dv
dFA= (-rA) dv
dFA
= -rA
dv
dFA
= k. CA2 -rA = k. CA . CB = k. CA2
dv
d(Qo .CA )
= k . CA2 FA = Qo . CA
dv
QO C𝐴 dCA 𝑣
− ∫ 2 = ∫ 𝑑𝑣
K C𝐴𝑜 C𝐴 0
Qo CA0
v = ln
k CA 2
Qo CA0
k = ln
v CA 2
Pada run 1
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0273 M)2
= 97,983 M-1 menit-1 = 1,6363 M-1 detik-1
Pada run 2
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0296 M)2
= 94,7475 M-1 menit-1 = 1,5823 M-1 detik-1
Pada run 3
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0353 M)2
= 87,7032 M-1 menit-1 = 1,4646 M-1 detik-1
Pada run 4
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0372 M)2
= 85,6062 M-1 menit-1 = 1,4297 M-1 detik-1
Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-2 adalah
benar.
2.3.2 Aliran 2
konduktivitas
y = 153x + 26,87
Dik : Reaksi :
2.3.2.3 Tabel
2.3.2.4 Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan laju reaksinya (k)
FA = FA + dFA + (-rA) dv
dFA= (-rA) dv
dFA
= -rA
dv
dFA
= k. CA -rA = k. CA
dv
d(Qo .CA )
= k . CA FA = Qo . CA
dv
QO C𝐴 dCA 𝑣
− ∫ = ∫ 𝑑𝑣
K C𝐴𝑜 C𝐴 0
Qo CA0
v = ln
k CA
Qo CA0
k = ln
v CA
Pada run 1
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0204 M
= 31,7927 menit-1 = 0,5309 detik-1
Pada run 2
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0152 M
= 37,6775menit-1 = 0,6292 detik-1
Pada run 3
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0131 M
= 40,6512menit = 0,6789 detik-1
-1
Pada run 4
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0092 M
= 47,7193menit = 0,7969 detik-1
-1
Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-1 adalah
tidak benar.
2.3.2.4.2 Orde ke-2
FA = FA + dFA + (-rA) dv
dFA= (-rA) dv
dFA
= -rA
dv
dFA
= k. CA2 -rA = k. CA . CB = k. CA2
dv
d(Qo .CA )
= k . CA2 FA = Qo . CA
dv
QO C𝐴 dCA 𝑣
− ∫ 2 = ∫ 𝑑𝑣
K C𝐴𝑜 C𝐴 0
Qo CA0
v = ln
k CA 2
Qo CA0
k = ln
v CA 2
Pada run 1
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0204 M)2
= 109,6371 M-1 menit-1 = 1,8309 M-1 detik-1
Pada run 2
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0152 M)2
= 121,4067 M-1 menit-1 = 2,0275 M-1 detik-1
Pada run 3
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0131 M)2
= 127,3540 M-1 menit-1 = 2,1268 M-1 detik-1
Pada run 4
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0092 M)2
= 141,4904 M-1 menit-1 = 2,3629 M-1 detik-1
Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-2 adalah
benar.
2.3.1 Aliran 1
konduktivitas
y = 211x + 19,94
Dik : Reaksi :
2.3.1.3 Tabel
2.3.1.4 Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan laju reaksinya (k)
FA = FA + d FA + (-rA) dv
d FA= (-rA) dv
dFA
= -rA
dv
dFA
= k. CA -rA = k. CA
dv
d(Qo .CA )
= k . CA FA = Qo . CA
dv
QO C𝐴 dCA 𝑣
− ∫ = ∫ 𝑑𝑣
K C𝐴𝑜 C𝐴 0
Qo CA0
v = ln
k CA
Qo CA0
k = ln
v CA
Pada run 1
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0273 M
= 25,9657 menit-1 = 0,4336 detik-1
Pada run 2
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0296 M
= 24,3479 menit = 0,4066 detik-1
-1
Pada run 3
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0353 M
= 20,8257 menit = 0,3478 detik-1
-1
Pada run 4
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0372 M
= 19,7772 menit-1 = 0,3303 detik-1
Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-1 adalah
tidak benar.
2.3.1.4.2 Orde ke-2
FA = FA + d FA + (-rA) dv
d FA= (-rA) dv
dFA
= -rA
dv
dFA
= k. CA2 -rA = k. CA . CB = k. CA2
dv
d(Qo .CA )
= k . CA2 FA = Qo . CA
dv
QO C𝐴 dCA 𝑣
− ∫ 2 = ∫ 𝑑𝑣
K C𝐴𝑜 C𝐴 0
Qo CA0
v = ln
k CA 2
Qo CA0
k = ln
v CA 2
Pada run 1
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0273 M)2
= 97,983 M-1 menit-1 = 1,6363 M-1 detik-1
Pada run 2
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0296 M)2
= 94,7475 M-1 menit-1 = 1,5823 M-1 detik-1
Pada run 3
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0353 M)2
= 87,7032 M-1 menit-1 = 1,4646 M-1 detik-1
Pada run 4
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0372 M)2
= 85,6062 M-1 menit-1 = 1,4297 M-1 detik-1
Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-2 adalah
benar.
2.3.2 Aliran 2
konduktivitas
y = 153x + 26,87
Dik : Reaksi :
2.3.2.3 Tabel
2.3.2.4 Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan laju reaksinya (k)
FA = FA + d FA + (-rA) dv
d FA= (-rA) dv
dFA
= -rA
dv
dFA
= k. CA -rA = k. CA
dv
d(Qo .CA )
= k . CA FA = Qo . CA
dv
QO C𝐴 dCA 𝑣
− ∫ = ∫ 𝑑𝑣
K C𝐴𝑜 C𝐴 0
Qo CA0
v = ln
k CA
Qo CA0
k = ln
v CA
Pada run 1
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0204 M
= 31,7927 menit-1 = 0,5309 detik-1
Pada run 2
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0152 M
= 37,6775 menit = 0,6292 detik-1
-1
Pada run 3
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0131 M
= 40,6512 menit = 0,6789 detik-1
-1
Pada run 4
Qo CA0
k = ln
v CA
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter 0,0092 M
= 47,7193 menit-1 = 0,7969 detik-1
Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-1 adalah
tidak benar.
2.3.2.4.2 Orde ke-2
FA = FA + d FA + (-rA) dv
d FA= (-rA) dv
dFA
= -rA
dv
dFA
= k. CA2 -rA = k. CA . CB = k. CA2
dv
d(Qo .CA )
= k . CA2 FA = Qo . CA
dv
QO C𝐴 dCA 𝑣
− ∫ 2 = ∫ 𝑑𝑣
K C𝐴𝑜 C𝐴 0
Qo CA0
v = ln
k CA 2
Qo CA0
k = ln
v CA 2
Pada run 1
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0204 M)2
= 109,6371 M-1 menit-1 = 1,8309 M-1 detik-1
Pada run 2
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0152 M)2
= 121,4067 M-1 menit-1 = 2,0275 M-1 detik-1
Pada run 3
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0131 M)2
= 127,3540 M-1 menit-1 = 2,1268 M-1 detik-1
Pada run 4
Qo CA0
k = ln
v CA 2
10 L/menit 0,1 M
k = ln
0,5 liter (0,0092 M)2
= 141,4904 M-1 menit-1 = 2,3629 M-1 detik-1
Karena harga k yang didapatkan untuk run 1-4 tidak konstan, maka dapat
dipastikan bahwa asumsi reaksi diatas merupakan reaksi orde ke-2 adalah
benar.
VI. ANALISA DATA
Pada praktikum mengenai reaktor di minggu pertama ini, terlebih
dahulu dilakukan pengecekan konduktivitas terhadap larutan HCl, NaOH,
dab NaCl dengan konsentrasi masing-masing larutan yang telah
divariasikan. Adapun tujuan dari pengecekan ini yaitu untuk menlihat dan
mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan terhadap nilai
konduktivitasnya dilihat dari kurva baku yang telah dibuat.
Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa larutan
HCl memiliki nilai konduktivitas larutan yang lebih tinggi dibandingkan
larutan NaOH. Konduktivitas larutan sendiri merupakan kemampuan
larutan tersebut untuk menghantarkan arus listrik, sehingga dari pengertian
tersebut dikatakan bahwa larutan HCl memiliki kemampuan dalam
menghantarkan arus listrik lebih baik dibandingkan dengan larutan NaOH.
Selain itu, dari data hasil pengamatan juga terlihat bahwa pengukuran
terhadap larutan NaCl yang merupakan campuran dari larutan HCl +
NaOH juga memiliki nilai konduktivitas yang cukup besar. Hal ini
dikarenakan NaCl merupakan pencampuran antara asam kuat (HCl) dan
basa kuat (NaOH) yang memiliki daya ionisasi tinggi. NaCl dapat
terionisasi sempurna (larutan elektrolit kuat) dalam pelarutnya dan
berubah menjadi ion-ion dalam larutannya yaitu ion Na+ dan Cl-, sehingga
ion-ion bebasnya banyak yang dapat menghantarkan listrik.
Dan kurva baku disetiap percobaan, persamaan garis linier
mengarah ke kanan atas (positif) yang menunjukkan bahwa konsentrasi
larutan berbanding lurus dengan nilai konduktivitas suatu larutan. Hal ini
disebabkan semakin padat konsentrasi dari suatu larutan, maka zat yang
terlarut akan semakin banyak pula terionisasi menghasilkan muatan
negatif dan positif. Apabila semakin banyak muatan-muatan dalam
larutan, maka arus listrik yang dihantarkan semakin banyak pula. Hal ini
tentunya akan menyebabkan nilai daya hantar listrik suatu larutan juga
akan semakin besar. Begitupun sebaliknya, semakin kecil konsentrasi dari
suatu larutan, maka daya hantar listrik dari larutan tersebut akan semakin
kecil pula.
Berdasarkan kurva pada setiap percobaan yang telah dibuat, juga
terlihat adanya hubungan yang tidak presisi. Hal ini dimungkinkan karena
ketidaktelitian dalam pembuatan larutan ataupun karena kesalahan pada
saat proses pengukuran itu sendiri. Itulah mengapa, saat pengukuran
konduktivitas elektroda pada alat konduktivitas meter harus tercelup
seluruhnya ke dalam larutan, agar elektroda mengukur daya hantar listrik
larutan secara benar. Selain itu, dalam pengukuran konduktivitas juga
sebaiknya dilakukan pengukuran dari larutan yang memiliki konsentrasi
rendah ke larutan yang pekat (memiliki konsentrasi tinggi). Hal ini
bertujuan untuk mencegah banyaknya ion-ion yang menempel pada
elektroda.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Peningkatan konsentrasi suatu larutan akan meningkatkan pergerakan
ion-ion dalam suatu larutan
2. Semakin besar konsentrasi larutan, maka semakin besar pula nilai
konduktivitas yang dihasilkan
3. Reaktor merupakan tempat terjadinya atau berlangsungnya suatu
reaksi
4. Adapun reaksi yang dilakukan pada praktikum ini adalah reaksi yang
terjadi antara HCl dan NaOH
HCl + NaOH NaCl + H2O
5. Terdapat 3 jenis atau 3 tipe reaktor, yaitu CSTR (continuous stirred
tank reactor), plvg flow reactor, and packed column reactor
X. DAFTAR PUSTAKA
http://www.caesarvery.com/2012/11/macam-macam-reactor-reactor.html?m=1
http://id.scribd.com/doc/282317707/reaktor-ideal-aliran-kontinyu.pdf
http://digilib.polban.ac.id/abdulkboli/7332-3bab2/jenis-jenis-reaktor.pdf