Tugas:
KEPE
KELOMPOK 3
Disusun oleh :
Dosen Pembimbing :
2018/2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat
,Inayah,Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Bantuan Hidup Dasar dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca. Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini. Sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi............................................................................................................................... 3
2.2 Bantuan hidup dasar .......................................................................................................... 4
2.3 SOP bantuan hidup dasar ................................................................................................... 4
2.4 RJP Bantuan hidup dasar ................................................................................................... 7
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan ........................................................................................................................... 13
4.2 Saran ................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Henti-jantung-mendadak (Sudden Cardiac Arrest/SCA) adalah penyebab
kematian tertinggi hampir diseluruh dunia. Banyak korban henti-jantung berhasil
selamat jika orang disekitarnya bertindak cepat saat jantung bergetar atau ventrikel
fibrilasi (VF) masih ada, tetapi resusitasi kebanyakan gagal apabila ritme jantung telah
berubah menjadi tidak bergerak/asystole.
Bantuan hidup dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas,
membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat
bantu (Alkatiri, 2007).
Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada
organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai
paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal
(Latief, 2009).
Tindakan bantuan hidup dasar sangat penting pada pasien trauma terutama pada
pasien dengan henti jantung yang tiga perempat kasusnya terjadi di luar rumah sakit
(Alkatiri, 2007).
Cedera merupakan salah satu penyebab kematian. Pada tahun 1990 3,2 juta
kematian dan 312 juta orang mengalami cedera di seluruh dunia. Pada tahun 2000
kematian akan mencapai 3,8 juta dan pada tahun 2020 diperkirakan cedera/trauma akan
menyebabkan penyebab kematian ketiga atau kedua untuk semua kelompok umur
(IKABI, 2004).
1.2.RUMUSAN MASALAH
Dari uraian di atas,maka kami dapat mengambil rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1.Apa pengertian Bantuan Hidup Dasar?
2.Kapan harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup dasar?
ii
1.3.TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
memberikan pertolongan agar bisa mempertahankan kehidupan korban saat korban
mengalami keadaan yang mengancam nyawa, dengan Bantuan Hidup Dasar.
ii
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Bantuan hidup dasar merupakan usaha yang pertama kali dilakukan untuk
mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalamai kegawat daruratan. (siti
rohmah.2012)
Bantuan hidup dasar adalah usaha untuk mempertahankan kehidupan saat
penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa(rido.2008)
Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life Support (BLS) adalah usaha yang
dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami
keadaan yang mengancam nyawa.(Deden Eka PB)
Keadaan darurat yang mengancam nyawa bisa terjadi sewaktu-waktu dan di
mana pun. Kondisi ini memerlukan bantuan hidup dasar. Bantuan hidup dasar adalah
usaha untuk mempertahankan kehidupan saat penderita mengalami keadaan yang
mengancam nyawa.
Tujuan dari Bantuan Hidup Dasar sebagai berikut:
1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang
mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP).
3. Menyelematkan nyawa korban.
4. Mencegah cacat.
5. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan.
Waktu sangat penting dalam melakukan Bantuan Hidup Dasar. Otak dan jantung
bila tidak mendapat oksigen lebih dari 8-10 menit akan mengalami kematian, sehingga
korban tersebut dapat mati. Dalam istilah kedokteran dikenal 2 istilah untuk mati yaitu
mati klinis dan mati biologis.
Mati klinis memiliki pengertian bahwa pada saat melakukan pemeriksaan
korban, penolong tidak menemukan adanya pernafasan dan denyut nadi yang berarti
ii
sistem pernafasan dan sistem peredaran darah berhenti. Pada beberapa keadaan,
penanganan yang baik masih memberikan kesempatan kedua sistem tersebut fungsi
kembali. Tidak ditemukan adanya pernafasan dan denyut nadi,bersifat reversibel, korban
punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak
Mati Biologis (kematian semua organ) merupakan proses nekrotisasi semua
jaringan, dimulai dengan neuron otak yang menjadi nekrotik, biasanya terjadi dalam
waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian sel otak, bersifat
irreversibel (kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin).
ii
Tersengat listrik
Infark miokard
Tersambar petir
Koma akibat berbagai macam kasus
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ
vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat
agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
2. Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti
sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital
kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan
tanda awal akan terjadinya henti jantung.
Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat
medik yang bertujuan :
a. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.
b. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang
mengalami henti jantung atau henti napas melalui Resusitasi Jantung Paru
(RJP).
Resusitasi Jantung Paru terdiri dari 2 tahap, yaitu :
1. Survei Primer (Primary Surgery), yang dapat dilakukan oleh setiap orang.
2. Survei Sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga
medis dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari survei primer.
B. SURVEI PRIMER
Dalam survei primer difokuskan pada bantuan napas dan bantuan sirkulasi serta
defibrilasi. Untuk dapat mengingatkan dengan mudah tindakan survei primer
dirumuskan dengan abjad A, B, C, dan D, yaitu :
ii
A airway (jalan napas)
B breathing (bantuan napas)
C circulation (bantuan sirkulasi)
D defibrilation (terapi listrik)
Sebelum melakukan tahapan A(airway), harus terlebih dahulu dilakukan prosedur
awal pada korban / pasien, yaitu :
1. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong.
2. Memastikan kesadaran dari korban / pasien.
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak, penolong harus
melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban / pasien, dapat
dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban / pasien dengan
lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil
memanggil namanya atau Pak !!! / Bu !!! / Mas !!! / Mbak !!!
3. Meminta pertolongan
Jika ternyata korban / pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan,
segera minta bantuan dengan cara berteriak “Tolong !!!” untuk mengaktifkan
sistem pelayanan medis yang lebih lanjut.
4. Memperbaiki posisi korban / pasien
Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban / pasien harus dalam
posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. Jika korban
ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi
terlentang. Ingat ! penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan
antara kepala, leher dan bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah
terlentang, korban harus dipertahankan pada posisi horizontal dengan alas tidur
yang keras dan kedua tangan diletakkan di samping tubuh.
5. Mengatur posisi penolong
Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan bantuan
napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau menggerakan
lutut.
ii
2.4 Resusitasi jantung paru (RJP)
Resusitasi jantung paru hanya dilakukan pada penderita yang mengalami
henti jantung atau henti nafas dengan hilangnya kesadaran.oleh karena itu harus
selalu dimulai dengan menilai respon penderita, memastikan penderita tidak
bernafas dan tidak ada pulsasi. Pada penatalaksanaan resusitasi jantung paru
harus diketahui antara lain, kapan resusitasi dilakukan dan kapan resusitasi tidak
dilakukan.
Resusitasi dilakukan pada :
Infark jantung “kecil” yang mengakibatkan “kematian listrik”
Serangan Adams-Stokes (serangan sindrom karena kurang darah ke otak)
Hipoksia akut (kurang pasokan oksigen ke sel dan jaringan tubuh)
Keracunan dan kelebihan dosis obat-obatan
Sengatan listrik
Refleks vagal (batuk,muntah,pingsan)
Tenggelam dan kecelakaan-kecelakaan lain yang masih memberi peluang
untuk hidup.
ii
ditentukan penilaian yang tepat, setiap langkah ABC RJP dimulai dengan :
penentuan tidak ada respons, tidak ada nafas dan tidak ada nadi. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam resusitasi jantung paru adalah sebagai berikut :
ii
c) Breathing (Pernafasan)
Dalam melakukan pernafasa mulut ke mulut penolong menggunakan
satu tangan di belakang leher korban sebagai ganjalan agar kepala tetap
tertarik ke belakang, tangan yang lain menutup hidung korban (dengan ibu
jari dan telunjuk) sambil turut menekan dahi korban ke belakang. Penolong
menghirup nafas dalam kemudian meniupkan udara ke dalam mulut korban
dengan kuat. Ekspirasi korban adalah secara pasif, sambil diperhatikan
gerakan dada waktu mengecil. Siklus ini diulang satu kali tiap lima detik
selama pernafasan masih belum adekuat.
Pernafasan yang adekuat dinilai tiap kali tiupan oleh penolong, yaitu
perhatikan :
gerakan dada waktu membesar dan mengecil
merasakan tahanan waktu meniup dan isi paru korban waktu
mengembang
dengan suara dan rasakan udara yang keluar waktu ekspirasi.
Tiupan pertama ialah 4 kali tiupan cepat, penuh, tanpa menunggu paru
korban mengecil sampai batas habis.
ii
henti jantung yang tidak terduga, maka langkah-langkah CAB dari
tunjangan hidup dasar harus segera dilakukan, termasuk pernafasan dan
sirkulasi buatan.
Henti jantung diketahui dari :
Hilangnya denyut nadi pada arteri besar
Korban tidak sadar
Korban tampak seperti mati
Hilangnya gerakan bernafas atau megap-megap.
ii
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan CAB RJP tersebut
adalah,
1. RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun
2. Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik,
kecuali bila ia sudah stabil
3. Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada, karena
dapat berakibat robeknya hati
4. Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat
pada sternum, jari-jari jangan menekan iga korban
5. Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur
dan tidak terputus
6. Perhatikan komplikasi yang mungkin karena RJP.
ii
CAB RJP dilakukan pada korban yang mengalami henti jantung dapat
memberi kemungkinan beberapa hasil,
1. Korban menjadi sadar kembali
2. Korban dinyatakan mati, ini dapat disebabkan karena pertolongan
RJP yang terlambat diberikan atau pertolongan tak terlambat tetapi
tidak betul pelaksanaannya.
3. Korban belum dinyatakan mati dan belum timbul denyut jantung
spontan. Dalam hal ini perlu diberi pertolongan lebih lanjut yaitu
bantuan hidup lanjut (BHL).
ii
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan data yang kami peroleh,kami dapat menyimpulkan bahwa dengan
adanya pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar,kami dapat memberikan pertolongan
pertama kepada siapapun yang mengalami keadaan yang akan mengancam nyawa
penderita.
3.2 SARAN
Kami menyarankan kepada pembaca agar siapapun yang mengetahui adanya
korban yang memerlukan Bantuan Hidup Dasar untuk segera ditolong dengan cepat
agar nyawanya bisa tertolong dengan cepat. Untuk menghindari hal-hal yang tidak di
inginkan.
ii
DAFTAR PUSTAKA
IKABI, 2004, 2002 : 2357. Buku Saku kgd Keperawatan. Jakarta: EGC.
ii